Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FITOKIMIA

PRAKTIKUM VI

INDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON

DISUSUN OLEH:

NAMA : YOHANES DJOJOSAPUTRO

NIM / KELAS : E0022060 / 2B

KELOMPOK : II

DOSEN PENGAMPU : 1. Apt. Agung Nur Cahyanta M. Farm

LABORATORIUM BAHAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI S1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
SEMESTER III
2023
I. Nama Tanaman dan Sampel
Nama Tanaman : Kayu Manis
Nama Latin : Cinnamomum zeylanicum

II. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui cara identifikasi senyawa golongan antrakinon

III. Dasar Teori


III.1 Antrakinon
Antrakinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk
turunan kuinon. Antrakinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh
tinggi, dan larut dalam pelarut organik dan basa. Antrakinon mudah
terhidrolisis. Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali berwarna
kuning sampai merah sindur (oranye). Untuk identifikasi senyawa
antrakinon digunakan reaksi Borntraeger. Semua antrakinon memberikan
warna reaksi yang khas dengan reaksi Borntraeger. Jika larutan ditambah
dengan ammonia maka larutan tersebut akan berubah warna menjadi
merah untuk antrakinon dan kuning untuk antron dan diantron. Antron
adalah bentuk antrakuinon yang kurang teroksigenasi dari antrakinon,
sedangkan diantron terbentuk dari dua unit antron. (Sirait, 2007)

III.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


KLT atau kromatografi lapis tipis adalah Kromatografi lapis tipis
merupakan metode pemisahan campuran analit dengan mengelusi analit
melalui suatu lempeng kromatografi (Gandjar dan Rohman, 2012)

III.3 Fase diam


Fase diamnya berupa lapisan permukaan bidang datar yang didukung
oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Penelitian ini menggunakan fase diam berupa silika gel GF254 yang
memiliki sifat relatif polar, mengandung silika dengan gipsum sebagai
agen pengikat, dan indikator fluoresen yang dapat berfluorosensi.
Pembentukan warna dapat diamati di bawah sinar UV (Firdaus dan Pri,
2009)
III.4 Fase Gerak
fase gerak berupa pelarut pengembang yang nantinya akan bergerak
sepanjang fase diam karena adanya perambatan kapiler (pengembangan)
(Gandjar dan Abdul, 2008).

III.5 Prinsip Umum KLT


yaitu pemisahan campuran karena adanya pergerakan solven melewati
permukaan datar; komponen–komponen tersebut akan bermigrasi dengan
kecepatan yang berbeda–beda tergantung dari kelarutannya, adsorpsi,
ukuran molekul, muatan dan elusi (Fifield and Kealey, 2000).

III.6 Penggunaan KLT


KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa yang terdapat
dalam campuran secara kualitatif, yaitu dengan membandingkan Rf baku
pembanding dengan Rf sampel. Selain itu, KLT merupakan teknik analisis
yang sederhana, hemat biaya, mudah dilakukan, dan hanya dibutuhkan
sedikit cuplikan sampel untuk analisisnya (Coskun, 2016).
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1 ALAT
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur 5 ml
3. Gelas beaker 30ml
4. Erlenmeyer 25ml
5. Corong kaca 50ml
6. Cawan 75 ml
7. Cawan 50 ml
8. Penjepit tabung
9. Sendok logam
10. Rak tabung
11. Pipet

IV.2 BAHAN
1. Simplisia Kayu Manis ( Cinnamomum zeylanicum )
2. Air suling
3. Toluene
4. Ammonia
5. KOH 5M
6. H2SO4 Encer
7. Asam asetat glacial
8. Etil
9. Asam asetat
10. Laruta 10% Kofl
11. Methanol
V. CARA KERJA
5.1 Reaksi Warna
A. Uji modifikasi borntrager

Simplisia Kayu Manis ( Cinnamomum zeylanicum )

 Ditambahkan KOH 5M
 Ditambahkan 1ml H2SO4 encer
 Dipanaskan
 Filtrat ditambah asam asetat
 Diekstraksi dengan toluene 4ml
 Fase toluene di ambil dan di bagi menjadi 2 bagian disebut
larutan 6A dan 6B
 Larutan 6A sebagai blanko
 Larutan 6B di tambahkan ammonia

HASIL

5.2 Kromatografi Lapis Tipis


A. Pengaktifan Plat Kiesel GF 254

Kiesel gel GF 254

 Diberi batas atas dan bawah


 Di oven selama 30 menit
HASIL

B. Pembuatan Fase Gerak

Toulena – etil – asam asetata

 di buat fase gerak toluene etil asam asetat dengan


perbandingan (25:24:1)
 Di ambil toluene
 Diambil etil
 Diambil asam asetat
 Dijenuhkan dengan kertas saring

HASIL
C. Identifikasi senyawa antrakinon

Larutan sampel

 ditotolkan pada batas bawah plat kiesel GF 254 yang sudah


aktif
 dimasukan kedalam chamber berisi fase gerak yang sudah
jenuh
 diamati ditunggu ad batas atas
 diangin anginkan
 diamati dibawah sinar uv 254 dan 366 npm
 disemprotkan penampak noda larutan 10% KOH dalam
etanol
 diamati dan dihitung nilai RF dan HRF

HASIL
VI. HASIL

N PERLAKUAN HASIL Ket.


O

1. - pemeriksaan sampel Larutan berwarna coklat

- 5 ml ekstrak di masukan dalam Larutan bening


gelas beaker

- ditambahkan 5 ml HCL 2N
Larutan berwarna merah
- dipanaskan diatas penangas air 3
menit sambil di aduk

- didinginkan
Larutan merah bata tidak
-ditambah 0,3 gram Nacl
kental
- disaring dengan kertas saring

- filtrat diambil ditambahkan 5 ml


Larutan menjadi jingga
HCL 2N

- Dibagi menjadi 3 bagian

-Lautan IA

-Larutan IB

-Larutan IC

2. Reaksi Pengendapan

 Larutan IA

- Dimasukan dalam Larutan berwarna jingga


tabung reaksi tidak keruh dan tidak ada
endapan
- Ditambahkan 3 tetes
mayer lalu diamati

 Larutan IB

- Dimasukan dalam Larutan berwarna jingga tak


tabung reaksi keruh dan tidak ada

- Ditambahkan 3 tetes
mayer lalu diamati endapan

 Larutan IC

- Dimasukan dalam
tabung reaksi diamati

Larutan berwarna oren


bening tidak basa

3. Kromatografi Lapis Tipis

-pengaktifan kiesel gel 254

- Diberi batas atas dan bawah


dengan pensil

- dioven selama 30 menit 30C


-plat kiesel sudah aktif
 Pembuatan fase gerak

-di buat fase gerak dengan

- Etil asetat : methanol : air ( 9:2:2)


(10ml)

- Di ambil etil asetat sebanyak


7,7ml 9:13 x10 ml = 7,7ml

- Diambil methanol 1,5ml 2:13 x 10ml = 1,5 ml

- Diambil air 1,5 ml 2:13 x 10ml = 1,5ml

- dimasukan kedalam chamber

 Pembuatan larutan sampel

-Larutan IC

-ditambahkan NH4OH 28%

-ditambahkan dengan kloroform


bebas air 5 ml Larutan tidak menyatu

-disaring dengan kertas saring kemudian diekstraksi dan


diambil fase kloroform nya
-filtrat dikapkan sampai kering
Menguap semua sampai
-dilarutkan dalam methanol kering

2 tetes methanol tidak


berwarna

 Identifikasi senyawa
alkaloid

-ekstrak sampel di totolkan pada Ditotolkan pada batas


batas bawah plat silika aktif bawah

-dimasukan dalam chamber

-diamati tunggu ad batas atas Dijenuhkan sampai batas


atas
-diangin anginkan

-diamati dalam sinar uv 254npm


dan 366 Uv 254 nampak bercak

-disemprot dengan pereaksi Uv 366 bercak tdk Nampak


dragendorf
Noda tertutup pereaksi
-diamati noda dan warna dragondorf sehingga tdk
Nampak
-hitung RF dan hRF
RF = Jarak noda : jarak
-diamati noda warna
pelarut =
-hitung RF dan Hrf
RF = 7/8 = 0,88
Diket jarak noda 7cm
Hrf = Rf x 100%
Jarak pelarut 8 cm
= 0,88 x 100% = 88%
VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul “Identifikasi golongan


antrakinon” yaitu yang bertujuan agar Mahasiswa mengetahui cara
identifikasi senyawa golongan antrakinon.
Pada percobaan ini ada beberapa uji yang dilakukan yaitu, Reaksi
warna dengan menggunakan uji modifikasi borntrager dan uji Kromatografi
Lapis Tipis
Pada uji pertama yaitu uji modifikasi borntrager dengan mengambil
0,3 gram ekstrak kayu manis larutan coklat kemerahan kemudian
ditambahkan dengan 1 ml KOH 5N dan di tambahkan dengan 1ml H2SO4
encer kemudian di panaskan dan di saring larutan tetap berwarna coklat
kemudian filtrat ditambahkan asam asetat glacial larutan tetap coklat
kemerahan, kemudian di ekstraksi dengan toluene fase toluene berwarna
orange dan pada fase toluene diambil dan dibagi menjadi 2 yaitu larutan V A
dan V B pada larutan VA dijadikan sebagai blanko dan larutan VB di
tambahkan ammonia larutan berwarna merah hasil ini positif karena larutan
berubah menjadi warna merah.
Uji selanjutnya Kromatografi Lapis Tipis dengan melakukan fase diam
kiesel gel GF 254 diberi tanda menggunakan pensil 1cm dan di oven selama
30 C selama 30 menit
Fase gerak menggunakan larutan toluene etil dan asam asetat dengan
perbandingan ( 75 : 24 : 1 ) larutan toluene sebanyak 7,5 ml larutan etil
sebanyak 2,4 ml dan asam asetat sebanyak 0,1 ml dimasukan kedalam
chamber dan muali penjenuhan plat silika gel dimasukan saat larutan sudah
jenuh diamati dan tunggu ad batas atas kemudian diangin-anginkan ada becak
kuning kecoklatan dan diamati di sinar uv 254 dan 366 npm pada sinar uv 254
terdapat noda dan pada 366 tidak ada noda, kemudian plat disemprotkan
dengan larutan KOH dalam methanol kemudian diamati dan dihitung Rf dan
Hrf nya dengan hasil Rf nya 0,9 dan Hrf nya 90% hasil uji ini positif
VIII. KESIMPULAN

1. Alkaloid

DAFTAR PUSTAKA

Coskun O. 2016. Separation Techniques: Chromatography. Northern Clinics of


Istanbul. Vol. 3 (2): 156-60
Fifield, F.W. and D. Kealey, Principles and Practice of Analytical Chemistry. Fifth
Edition. USA: Blackwell Science. 2000.

Firdaus, M. I., Pri,I. U. 2009. Analisis Kualitatif Parasetamol pada Sediaan Jamu
Serbuk Pegal Linu yang Beredar di Purwokerto. Pharmacy.Vol.6 (2).

Gandjar IG dan Abdul R. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2008.

Gandjar, I. G. dan A. Rohman. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2007.

Gandjar, I. G. dan A. Rohman. Analisis Obat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai