Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

Disusun Oleh

Septina Eka Putri Mardiani 4181060

Diska Ayu Febrilyana Wandani 4191013

Erika Dyah Pramesti 4191016

Rafika Ayustina Ratri 4191031

Riski Fidela Prasetya 4191034

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

TAHUN 2021
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakoekonomi adalah deskripsi dan analisis biaya terapi menggunakan obat untuk
memelihara fungsi kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah proses identifikasi,
mengukur, dan membandingkan harga (yang akan dikeluarkan konsumen) dengan konsekuensi
(klinik, ekonomi, humanistic) dari produk dan pelayanan kefarmasian.

Farmakoekonomi merupakan salah satu metode penting dalam penyusunan standar


pengobatan, terutama pada pembiayaan dari pihak ketiga seperti asuransi, dan jaminan kesehatan.
Penggunaan farmakoekonomi memungkinkan terbentuknya kebijakan kesehatan berupa kebijakan
yang berkaitan dengan obat ataupun interevensi kesehatan lain yang memiliki efektivitas
sebanding dengan biayanya agar kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan.

Farmakoekonomi digunakan oleh pembuat keputusan dalam mengevaluasi dan


membandingkan biaya total dan outcome terapi sehingga dapat membantu dalam memilih pilihan
alternatif pengobatan yang tersedia dalam pelayanan kesehatan yang paling cost-effective dengan
mempertimbangkan aspek safety, efficacy (benefit), costs dan cost-effectiveness untuk menilai
suatu teknologi kesehatan. Farmakoekonomi juga digunakan dalam menilai apakah terdapat
tambahan keuntungan dari suatu intervensi yang sepadan dengan biaya tambahan dari pemberian
intervensi. Dalam sebuah penelitian memperlihatkan bahwa farmakoekonomi mengidentifikasi,
mengukur, dan membandingkan biaya dan konsekuensi dari suatu produk dan pelayanan
kefarmasian. Untuk memperlihatkan keadaan seperti sebenarnya, perlu memperhatikan 2 variabel
yaitu input (biaya), yang digunakan dalam mendapatkan atau menggunakan obat untuk
menghasilkan outcome.

Prinsip farmakoekonomi yaitu menetapkan masalah, identifikasi alternatif intervensi,


menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat,
identifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi, menilai biaya dan efektifitas, dan
langkah terakhir adalah interpretasi dan pengambilan kesimpulan. Data farmakoekonomi menjadi
alat yang sangat berguna dalam membantu membuat beberapa keputusan klinik, seperti
pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan pasien secara individual, kebijakan pengobatan
dan alokasi dana. Metode yang digunakan dalam evaluasi farmakoekonomi meliputi Cost-
Analysis (CA), Cost-Minimization Analysis (CMA), Cost-Effectiveness Analysis (CEA), Cost-
Utility Analysis (CUA), Cost-Benefit Analysis (CBA)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari Farmakoekonomi dan bagaimana persamaann farmakoekonomi dasar?
2. Apa tujuan dari farmakoekonomi?
3. Bagaimana metode evaluasi dalam farmakoekonomi?
4. Bagaimana prinsip daari farmakoekomoni?
5. Apa saja jenis biaya yang ada dalam farmakoekonomi?
6. Bagaiamana aplikasi farmakoekonomi ?
7. Bagaimana ruang lingkup farmakoekonomi dibidang pemerintahan, industry farmasi dan
bidang lain?
C. Tujuan
1. Mendeskribsikan pengertian dari Farmakoekonomi dan menjelaskan persamaann
farmakoekonomi dasar
2. Memaparkan tujuan dari farmakoekonomi
3. Memaparkan metode evaluasi dalam farmakoekonomi
4. Memaparkan prinsip daari farmakoekomoni
5. Mendeskripsikan dan memaparkan jenis biaya yang ada dalam farmakoekonomi
6. Menjelaskan aplikasi farmakoekonomi
7. Memaparkan ruang lingkup farmakoekonomi dibidang pemerintahan, industry farmasi dan
bidang lain
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Farmakoekonomi dan Persamaan Farmakoekonomi Dasar

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses
identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program,
pelayanan dan terapi (Vogenberg, 2001).

Analisis farmakoekonomi menggambarkan dan menganalisa biaya obat untuk sistem


perawatan kesehatan. Studi farmakoekonomi dirancang untuk menjamin bahwa bahan-bahan
perawatan kesehatan digunakan paling efisien dan ekonomis (Orion, 1997).

Sisi sebelah kiri menunjukkan input ( biaya ) yang digunakan untuk mndapatkan produk /
pelayanan farmasi. Produk obat / pelayanan yang akan dinilai diberi symbol Rx. Jika hanya sisi
sebelah kiri persamaan diukur tanpa menilai outcome, maka disebut cost analysis Jika hanya sisi
sebelah kanan persamaan diukur tanpa melihat biaya merupakan studi klinik ( bukan analisis
ekonomi ). Pada analisis farmakoekonomi, kedua sisi pada persamaan diperhitungkan dan
dibandingkan.

B. Tujuan Farmakoekonomi

Tujuan farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada
kondisi yang sama. Selain itu juga dapat membandingkan pengobatan yang berbeda pada kondisi
yang berbeda. Dimana hasilnya bisa dijadikan informasi yang dapat membantu para pembuat
kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan agar pelayanan
kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. Informasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama
pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat mana
yang akan digunakan. Farmakoekonomi diperlukan karena sumber daya yang terbatas dan
bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya
secara efisien, kebutuhan pasien dimana dari sudut pandang pasien adalah biaya yang seminimal
mungkin, Dengan keterbatasan sumber daya, maka sudah sepantasnya farmakoekonomi
dimanfaatkan dalam membantu membuat keputusan .

C. Metode Evaluasi Farmakoekonomi

Metode-metode analisis yang digunakan dalam farmakoekonomi meliputi: Cost-minimization


analysis, Cost-effectiveness analysis, Cost-Utility analysis dan Cost-benefit analysis.

1. Metode Cost-Minimization Analysis (CMA)


Metode Cost-minimization analysis (CMA) membandingkan biaya total
penggunaan 2 atau lebih obat yang khasiat dan efek samping obatnya sama (ekuivalen).
Karena obat-obat yang dibandingkan memberikan hasil yang sama, maka CMA
memfokuskan pada penentuan obat mana yang biaya per-harinya paling rendah.

2. Metode Cost-effectiveness analysis (CEA).


Metode ini cocok jika terapi yang dibandingkan memiliki hasil terapi (outcome)
yang berbeda. Metode ini digunakan untuk membandingkan obat-obat yang pengukuran
hasil terapinya dapat dibandingkan. Sebagai contoh, membandingkan dua obat yang
digunakan untuk indikasi yang sama tetapi biaya dan efektifitasnya berbeda. CEA
mengubah biaya dan efektifitas ke dalam bentuk ratio. Ratio ini meliputi cost per cure
(contoh: antibiotika) atau cost per year of life gained (contoh: obat yang digunakan pada
serangan jantung). Pada saat membandingkan dua macam obat, biasanya digunakan
pengukuran incremental cost-effectiveness yang menunjukkan biaya tambahan (misalkan,
per cure atau per life saved) akibat digunakannya suatu obat ketimbang digunakannya obat
lain. Jika biaya tambahan ini rendah, berarti obat tersebut baik untuk dipilih, sebaliknya
jika biaya tambahannya sangat tinggi maka obat tersebut tidak baik untuk dipilih.

3. Metode Cost-Utility analysis (CUA).


Metode ini dianggap sebagai subkelompok CEA karena CUA juga menggunakan
ratio cost-effectiveness, tetapi menyesuaikannya dengan skor kualitas hidup. Biasanya
diperlukan wawancara dan meminta pasien untuk memberi skor tentang kualitas hidup
mereka. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sudah dibakukan, sebagai
contoh digunakan skala penilaian (0= kematian; 10= kesehatan sempurna). Quality-
adjusted life years (QALYs) merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan.

4. Metode Cost-Benefit analysis (CBA)


Metode ini merupakan metode evaluasi yang dilakukan dengan caara mengukur
dan membandingkan biaya penyelenggaraan 2 program kesehatan dimana outcome dari
kedua program tersebut berbeda (contoh: cost-benefit dari program penggunaan vaksin
dibandingkan dengan program penggunaan obat antihiperlipidemia). Pengukuran dapat
dilakukan dengan menghitung jumlah episode penyakit yang dapat dicegah, kemudian
dibandingkan dengan biaya kalau program kesehatan dilakukan. Makin tinggi ratio
benefit:cost, maka program makin menguntungkan. Metode ini juga digunakan untuk
meneliti pengobatan tunggal. Jika rationya lebih dari 1, maka pengobatan dianggap
bermanfaat karena ini berarti manfaatnya lebih besar dari biayanya. CBA merupakan
analisis yang paling komprehensif dan sulit untuk dilakukan. Berbeda dengan CEA yang
menggunakan efek terapeutik sebagai outcome atau CUA yang menggunakan kualitas
hidup, maka CBA menggunakan nilai uang dalam mengukur benefit, sehingga dapat
menimbulkan perdebatan, sebagai contoh: berapa nilai uang sebuah kualitas hidup
seseorang?
D. Prinsip Farmakoekonomi

Prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu

1. Menetapkan masalah
2. Mengidentifikasi alternatif intervensi
3. Menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan
yang tepat,
4. Mengidentifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi,
5. Menilai biaya dan efektifitas,
6. Interpretasi dan pengambilan kesimpulan.

Data farmakoekonomi tersedia merupakan alat yang sangat berguna dalam membantu
membuat beberapa keputusan klinik, seperti pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan
pasien secara individual, kebijakan pengobatan dan alokasi dana.

E. Jenis Dasar Biaya Dalam Farmakoekonomi

Dasar-dasar Jenis Biaya Biaya yang terlibat dalam evaluasi farmakoekonomi dapat terutama
dibagi menjadi biaya keuangan (biaya wajib) dan biaya ekonomi (sumber daya yang tidak ada
pembayaran wajib) dibuat) biaya peluang adalah manfaat yang hilang saat memilih satu alternatif
terapi atas alternatif terbaik berikutnya. Beberapa biaya dapat diukur saat menimbang biaya
penemuan apapun. Langkah pertama dalam setiap analisis biaya adalah identifikasi berbagai biaya.
Ini bisa langsung, tidak langsung dan tidak berwujud. Langsung yaitu biaya dari perspektif
penyandang dana kesehatan: termasuk biaya staf, biaya modal, biaya pengadaan obat. Dia
termasuk biaya dokter, biaya administrasi, obat, biaya pengobatan reaksi obat yang merugikan,
dll. Tidak langsung yaitu biaya dari perspektif masyarakat secara keseluruhan: misalnya, ini
mungkin termasuk kehilangan pendapatan, kehilangan produktivitas, hilangnya waktu luang,
karena sakit, dan biaya perjalanan ke rumah sakit dll. Ini akan termasuk tidak hanya pasien itu
sendiri tetapi juga keluarga mereka dan masyarakat secara keseluruhan. Intangible yaitu rasa sakit,
khawatir atau kesusahan lainnya; yang mana pasien atau keluarga mereka mungkin menderita. Ini
mungkin tidak mungkin diukur dalam istilah moneter, tetapi kadang-kadang ditangkap dalam
ukuran kualitas hidup.

Biaya dapat diukur dengan cara berikut:

a) Biaya / unit
b) Biaya / pengobatan
c) Biaya / orang
d) Biaya / orang / tahun
e) Biaya / kasus dicegah
f) Biaya / nyawa terselamatkan
g) Biaya / DALY (tahun hidup yang disesuaikan dengan disabilitas)
Hasil Komponen fundamental kedua dari farmakoekonomi studi adalah hasil atau manfaat.
Analisis biaya-manfaat membandingkan biaya dan hasil terapi alternatif dan hasilnya kemudian
dinyatakan dalam istilah moneter. Analisis biaya-manfaat memungkinkan peneliti untuk membuat
perbandingan di berbagai alternatif. Ini membandingkan biaya yang terlibat dalam pelaksanaan
program dengan nilai hasil. Karena titik akhir diukur dalam istilah moneter, titik akhir yang
berbeda dapat dipelajari, seperti: prosedur bedah dibandingkan dengan obat-obatan intervensi

Manfaat yang diharapkan dari intervensi mungkin diukur dalam:

a) Satuan “Alami”
mis. tahun hidup diselamatkan, stroke dicegah, tukak lambung sembuh dll.
b) Unit "Utilitas" –
Utilitas adalah kata ekonom untuk kepuasan, atau rasa sejahtera, dan merupakan upaya
untuk mengevaluasi kualitas keadaan kesehatan, dan bukan hanya kuantitas.

Perkiraan utilitas dapat diperoleh melalui pengukuran langsung (menggunakan teknik seperti
waktu trade off atau pertaruhan standar, atau dengan memasukkannya dari literatur atau pendapat
ahli. Mereka sering diberitahu oleh ukuran kualitas hidup di berbagai negara penyakit

F. Aplikasi Farmakoekonomi
Prinsip farmakoekonomi sebagai berikut :
1. Menetapkan masalah
2. Mengidentifikasi alternatif intervensi
3. Menentukan hubungan antara incomedan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan
yang tepat
4. Mengidentifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi
5. Menilai biaya dan efektifitas
6. Interpretasi dan pengambilan kesimpulan.
Data farmakoekonomi dapat merupakan alat yang sangat berguna dalam membantu
membuat beberapa keputusan klinik, seperti pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan
pasien secara individual, kebijakan pengobatan dan alokasi dana.

G. Ruang Lingkup Farmakoekonomi


Ruang lingkup farmakoekonomi tidak hanya untuk para pembuat kebijakan di bidang
kesehatan saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan, industri farmasi, perusahaan asuransi dan
bahkan pasien, dengan kebutuhan dan cara pandang yang berbeda. Bagi pemerintah,
farmakoekonomi sangat berguna dalam memutuskan apakah suatu obat layak dimasukkan ke
dalam daftar obat yang disubsidi, serta membuat kebijakan-kebijakan strategis lain yang terkait
dengan pelayanan kesehatan. Contoh kebijakan terkait farmakoekonomi yang relatif baru
diterapkan di Indonesia adalah penerapan kebijakan INA-DRG (Indonesia-Diagnosis Related
Group) yang menyetarakan standar pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah.

Bagi tenaga kesehatan, farmakoekonomi berperan mewujudkan penggunaan obat yang


rasional dengan membantu pengambilan keputusan klinik, mengingat penggunaan obat yang
rasional tidak hanya mempertimbangkan aspek keamanan, khasiat, dan mutu saja, tetapi juga
harus mempertimbangkan aspek ekonomi. Pada akhirnya, pasien diharapkan akan memperoleh
alokasi sumber daya pelayanan kesehatan yang optimal dengan cara mengukur serta
membandingkan aspek khasiat serta aspek ekonomi dari berbagai alternatif terapi pengobatan.
Dengan memahami peranan farmakoekonomi dalam mengendalikan biaya pengobatan, sudah
selayaknya farmakoekonomi dimanfaatkan dalam proses. pengambilan kebijakan pelayanan
kesehatan sehingga dapat tercapai hasil yang efisien dan ekonomis. Kesadaran akan terbatasnya
sumber daya dalam upaya pelayanan kesehatan membuat kebutuhan akan farmakoekonomi
menjadi semakin mendesak.

Di tingkat rumah sakit, data farmakoekonomi dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah
suatu obat bisa dimasukkan ke dalam formularium rumah sakit, atau sebaliknya, suatu obat harus
dihapus dari formularium rumah sakit karena tidak cost-effective dibandingkan obat lain. Selain
itu juga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun pedoman terapi, obat mana yang akan
digunakan sebagai obat lini pertama dan lini berikutnya. Bagi tenaga kesehatan, farmakoekonomi
berperan untuk membantu pengambilan keputusan klinik dalam penggunaan obat yang rasional,
karena penggunaan obat yang rasional tidak hanya mempertimbangkan dimensi aman-berkhasiat-
bermutu saja, tetapi juga harus mempertimbangkan nilai ekonominya. Sedangkan industri farmasi
berkepentingan dengan hasil studi farmakoekonomi untuk berbagai hal, antara lain: penelitian dan
pengembangan obat, penetapan harga, promosi dan strategi pemasaran. Di Australia dan Kanada,
hasil studi farmakoekonomi menjadi bahan pertimbangan utama dalam mengevaluasi suatu obat
baru yang akan dimasukkan ke dalam daftar obat yang disubsidi pemerintah. Kebijakan ini juga
sudah mulai diikuti oleh negara-negara di Eropa. Di Amerika Serikat, beberapa perusahaan
asuransi melakukan studi farmakoekonomi sendiri dan tidak tergantung dari hasil studi yang
dilakukan industri farmasi.

.
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Farmakoekonomi adalah deskripsi dan analisis biaya terapi menggunakan obat untuk
memelihara fungsi kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah proses identifikasi,
mengukur, dan membandingkan harga (yang akan dikeluarkan konsumen) dengan konsekuensi
(klinik, ekonomi, humanistic) dari produk dan pelayanan kefarmasian. Dalam dunia kesehatan
farmasi sangat penting untuk menentukan dasar biaya obat serta biaya pelayanan kesehatan.
Tujuan dari farmakoekonomi adalah membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan
pada kondisi yang sama. Metode-metode analisis yang digunakan dalam farmakoekonomi
meliputi: Cost-minimization analysis, Cost-effectiveness analysis, Cost-Utility analysis dan
Cost-benefit analysis. Ruang lingkup farmakoekonomi tidak hanya untuk para pembuat
kebijakan di bidang kesehatan saja, tetapi juga bagi tenaga kesehatan, industri farmasi,
perusahaan asuransi dan bahkan pasien, dengan kebutuhan dan cara pandang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Baldi , A., Sumit.,K., 2013 Pharmacoeconomics: Principles, Methods and Economic Evaluation
of Drug Therapies. PhTechMed. Vol 2

Rascati, K.L., et al, 2009,Essentials of Pharmacoeconomics, Lippincott Williams & Wilkies,


Philadelphia.

Vogenberg FR., 2001, Introduction to Applied Pharmacoeconomics, McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai