Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apoptosis didefinisikan sebagai kematian sel terprogram, yang terjadi sangat
sistematis. Biasanya kematian sel dapat terjadi dalam dua cara. Salah satunya adalah
dengan apoptosis ini dan yang lainnya adalah dengan nekrosis, yang terjadi dalam kondisi
patogenik atau defisiensi.
Apoptosis adalah proses yang sangat teratur. Selama apoptosis sel-sel yang
dibongkar sangat sistematis. Mereka melepaskan diri dari sel-sel tetangga dari jaringan dan
protoplasma nya memadat. Organel terikat membran seperti mitokondria hancur dengan
melepaskan isinya ke dalam sitoplasma.
Enzim, endonuklease, bertindak pada bahan kromatin dan memecahkan DNA
menjadi fragmen-fragmen. Pada tahap akhir membran sel mulai membentuk pelepuhan dan
fragmen sel ke dalam tubuh apoptosis.
Jenis kematian sel adalah suatu proses fisiologi normal dan selalu terjadi selama
perkembangan organ. Dibandingkan dengan apoptosis nekrosis terjadi secara teratur dan
terjadi karena aksi dari racun yang dihasilkan oleh patogen pada sel.
Apoptosis memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menjaga
kesehatan tubuh dengan menghilangkan sel-sel tua, sel-sel yang tidak perlu, dan sel-sel
sehat. Tubuh manusia menggantikan mungkin satu juta sel per detik. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak apoptosis dapat memainkan peran dalam banyak penyakit. Ketika apoptosis
tidak bekerja dengan benar, sel-sel yang harus dihilangkan dapat bertahan dan menjadi
abadi, misalnya, kanker dan leukemia. Ketika apoptosis bekerja terlalu baik, membunuh
terlalu banyak sel dan menimbulkan kerusakan jaringan kuburan. Ini adalah kasus stroke
dan gangguan neurodegenerative seperti Alzheimer, Huntington, dan penyakit Parkinson.
Juga dikenal sebagai kematian sel terprogram dan sel bunuh diri.
Kematian sel terprogram pada tanaman memiliki sejumlah kesamaan molekuler
dengan apoptosis pada hewan, tetapi juga memiliki perbedaan, yang menyolok adalah
kehadiran dinding sel dan kurangnya sistem kekebalan tubuh yang menghilangkan
potongan-potongan sel mati. Alih-alih respon imun, sel mati mensintesis zat untuk

1
memecah diri dan menempatkan mereka yang pecah dalam vakuola sebagai sel mati.
Apakah seluruh proses ini menyerupai apoptosis pada hewan yang cukup erat untuk
menjamin penggunaan nama apoptosis (yang bertentangan dengan kematian sel
terprogram yang lebih umum) belum jelas.
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Apoptosis ?
Apa fungsi dari Apoptosis ?
Apa peranan dari Apoptosis ?
Bagaimana mekanisme terjadinya Apoptosis ?
Bagaimana tahapan terjadinya apoptosis ?
Bagaimana cara mengetahui sel yang mengalami Apoptosis ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dari Apoptosis
Untuk mengetahui fungsi dari Apoptosis
Untuk mengetahui peranan dari Apoptosis
Untuk mengetahui mekanisme terjadinya Apoptosis
Untuk mengetahui tahapan terjadinya Apoptosis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Apoptosis

Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram yang penting dalam
berbagai proses biologi. apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa yang
secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu organisme. Contohnya
adalah pada diferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan sel-sel
di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah.

Sejak awal tahun 1990, penelitian mengenai apoptosis berkembang dengan pesat.
Penelitian mengenai apoptosis dimulai dengan studi pada Caenorhabditis elegans. Cacing
dewasa memiliki 1000 sel, di mana selama perkembangannya ada 131 sel yang mati. Ada
2 bentuk mutasi ditemukan yaitu ced 3 dan ced 4. Sekuen ced 3 homolog dengan
Interleukin Converting Enzyme (ICE) yang dibutuhkan untuk aktivasi proteolitik dari
prekursor interleukin 1, di mana selama aktivasi ada hormon tertentu yang dilepaskan oleh
sel imun tertentu yang dapat memacu terjadinya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa
proteolisis dibutuhkan untuk apoptosis.

3
2.2 Peranan Apoptosis

Apoptosis memiliki peranan penting dalam fenomena biologis, proses apoptosis


yang tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang sangat bervariasi.
Terlalu banyak apoptosis menyebabkan sel mengalami kekacauan, sebagaimana terlalu
sedikit apoptosis juga menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol . Beberapa contoh
penyakit yang ditimbulkan karena apoptosis yang tidak sempurna antara lain:

a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.

b. Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari


apoptosis prematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa tidak
mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.

c. Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis 



sehingga proliferasi sel meningkat.

2.3 Fungsi Apoptosis

a. Sel yang rusak atau terinfeksi.

Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel yang rusak tidak bisa
diperbaiki lagi atau terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan apoptosis
dapat berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau dari sel yang
merupakan bagian sistem imun. Jika kemampuan sel untuk ber-apoptosis rusak atau
jika inisiasi apotosis dihambat, sel yang rusak dapat terus membelah tanpa batas,
berkembang menjadi kanker.


b. Respon terhadap stress atau kerusakan DNA

Kondisi stress sebagaimana kerusakan DNA sel yang disebabkan senyawa


toksik atau pemaparan sinar ultraviolet atau radiasi ionisasi (sinar gamma atau sinar
X), dapat menginduksi sel untuk memulai proses apoptosis. Contohnya pada
kerusakan genom dalam inti sel, adanya enzim PARP-1 memacu terjadinya

4
apoptosis. Enzim ini memiliki peranan penting dalam menjaga integritas genom,
tetapi aktivasinya secara berlebihan dapat menghabiskan ATP, sehingga dapat
mengubah proses kematian sel menjadi nekrosis (kematian sel yang tidak
terprogram).

c. Homeostasis


Homeostasis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme


yang dibutuhkan organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam batas
tertentu. Homeostasis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam jaringan
seimbang dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu dapat terjadi
sebagai berikut :

1. Sel membelah lebih cepat dari sel mati.

2. Sel membelah lebih lambat dari sel mati.

2.4 Mekanisme Apoptosis

Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis).

2. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan, dll)

3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll)

4. Fagositosis.

Signal Penginduksi Apoptosis
Apoptosis tidak memerlukan suatu proses


transkripsi atau translasi. Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel
dianggap mengalami dormansi dan hanya memerlukan aktivasi yang cepat. Signal
yang menginduksi apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler dan intraseluler.

5
Signal ekstraseluler contohnya hormon hormon. Hormon tiroksin
menginduksi apoptosis pada ekor tadpole. Apoptosis juga bisa dipicu oleh
kurangnya signal yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth factor.
Sel lain, sel berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bisa memberikan signal
untuk apoptosis.
Signal intraseluler misalnya radiasi ionisasi, kerusakan karena
oksidasi radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel.

Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi


famili protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai caspase. Sel yang berbeda
memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel
splenic limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi, sedangkan
sel myocyte tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.

Regulator Molekuler dari Apoptosis
Signal kematian dihubungkan


dengan pelaksanaan apoptosis oleh tahap

integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini terdapat molekul regulator positif
atau negatif yang dapat menghambat, memacu, mencegah apoptosis sehingga
menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami apoptosis (mati).

Apoptosis diperantarai oleh famili protease yang disebut caspase, yang


diaktifkan melalui proteolisis dari bentuk prekursor inaktifnya (zymogen). Caspase
merupakan endoprotease yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan membelah pada
terminal C pada residu Asp, oleh karena itu dikenal sebagai Caspases (Cys
containing Asp specific protease).

Saat ini telah ditemukan 13 anggota famili caspases pada manusia.


Beberapa anggota famili caspase yang terlibat dalam apoptosis dibedakan menjadi
2 golongan. Golongan yang pertama terdiri dari caspase 8, 9,10 yang mengandung
prodomain yang panjang pada terminal N, fungsinya sebagai inisiator dalam proses
kematian sel. Golongan yang kedua terdiri dari caspase 3, 6, 7 yang mengandung
prodomain yang pendek dan berfungsi sebagai efektor, membelah berbagai substrat
yang mati yang pada akhirnya menyebabkan perubahan morfologi dan biokimia

6
yang tampak pada sel yang mengalami apoptosis. Molekul efektor lain dalam
apoptosis adalah Apaf-1 (apoptotic protease activating factor) bersama sitokrom c
mengambil pro- caspase 9 di ATP-dependent manner, dan menstimulasi proses
perubahan pro- caspase 9 menjadi caspase 9.

Regulator apoptosis yang lain adalah anggota famili Bcl-2. Saat ini ada 18
anggota famili Bcl-2 yang telah diidentifikasi, dan dibagi ke dalam 3 grup
berdasarkan strukturnya. Anggota grup pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL
yang berfungsi sebagai anti-apoptosis. Anggota grup kedua diwakili oleh Bax dan
Bak (Bcl-2 associated killer), sebagaimana anggota grup yang ketiga yaitu Bid (a
novel BH3 domain-only death agonist) dan Bad (the Bcl-2 associated death
molecule), merupakan molekul pro-apoptosis.

ICE (Interleukin Converting Enzim) secara normal tidak terlibat dalam


apoptosis, tetapi aktivasi tiruannya dalam sel mamalia, dapat mendorong ke arah
tersebut. Masing-masing caspase mempunyai urutan yang sama, dirancang untuk
membelah, maka menjadi jelas caspase membelah satu sama lain dalam suatu jalur
mekanisme pengaktifan.

7
Dua rangkaian caspase saling melibatkan. Yang satunya menginisiasi
proses aktivasi caspase lainnya. Pertanyaannya siapa yang mengaktifkan caspase
yang pertama? Tampak meragukan, sampai peneliti menemukan bahwa caspase
dapat diaktifkan jika mereka mengumpul pada konsentrasi kritik. Ini bisa terjadi
oleh ikatan molekul signal bunuh diri di permukaan sel. Perubahan konformasi
reseptor dapat mendorong ke arah agregasi dari molekul reseptor permukaan
dengan serentak dengan agregasi caspases intraseluler reseptor agregasi.

2.5 Target Caspase

Apoptosis melibatkan:

1. Memadatkan inti sel


2. Memadatkan dan membagi-bagi sitoplasma ke dalam selaput ikat badan


apoptotis


3. Rusaknya kromosom ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom

Target protein pada umumnya harus protein lain, suatu DNA endonuklease. Ketika
protein target pecah, DNase bebas untuk berpindah tempat ke inti dan mulai pelaksanaan.
Perubahan dalam apoptosis terjadi ketika caspase 3 membelah gelsolin,suatu protein
dilibatkan dalam pemeliharaan morfologi sel. Gelsolin yang dibelah 5 membelah actin
filamen di dalam sel. Protein yang lain diperlukan untuk membentuk badan apopotic: suatu
kinase yang disebut p21-activated kinase 2 (PAK-2). Kinase ini diaktifkan oleh caspase-3
dengan proteolisis terbatas.

Tahap Pelaksanaan Apoptosis
Sinyal apoptosis bisa terjadi secara intraseluler dan


ekstraseluler. Jalur ekstrinsik (ekstraseluler) diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor
kematian (death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor
signal dari mitokondria dalam sel.

Peristiwa apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan molekul signal
yang disebut ligan oleh sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang akan mengalami
apoptosis. Ligan tersebut berikatan dengan death receptor yang terletak pada transmembran
8
sel target yang menginduksi apoptosis. Death receptor yang terletak di permukaan sel
adalah famili reseptor TNF (Tumor Necrosis Factor), yang meliputi TNF-R1, CD 95 (Fas),
dan TNF-Related Apoptosis Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan R2.

Ligan yang berikatan dengan reseptor tersebut akan mengakibatkan caspase


inisiator 8 setelah membentuk trimer dengan adaptor FADD (Fas Associeted Death
Domain). Kompleks yang terbentuk antara ligan-reseptor dan FADD disebut DISC (Death
Inducing Signaling Complex). CD 95, TRAIL-R1 dan R2 terikat dengan FADD,
sedangkan TNF-R1 terikat secara tidak langsung melalui molekul adaptor lain, yaitu :
TNF-Reseptor Associeted Death Domain protein (TRADD).

Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur intrinsik disebabkan oleh


senyawa kimia atau kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga menyebabkan gangguan
pada mitokondria dan terjadi pelepasan sitokrom c dari intermembran mitokondria. Protein
capcase-8 akan memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid. Kemudian Bid yang terpotong
pada bagian ujungnya akan menginduksi insersi Bax dalam membran mitokondria dan
melepaskan molekul proapoptotik seperti sitokrom c, Samc/Diablo, Apoptosis Inducing
Factor (AIF), dan omi/Htr2. dengan adanya dATP akan terbentuk kompleks antara
sitokrom c, APAF1 dan caspase 9 yang disebut apoptosom. Selanjutnya, capcase 9 akan
mengaktifkan downstream procaspase-3.

Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai macam substrat, diantaranya enzim
DNA repair seperti poly-ADP Ribose Polymerase (PARP) dan DNA protein kinase yaitu
protein struktural seluler dan nukleus, termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan
aktin serta endonuklease, seperti Caspase-Aktivated Deoxyribonuklease Inhibitor (ICAD)
dan konstituen seluler lainnya. Selain itu, caspase 3 juga mempunyai kemampuan untuk
mengaktifkan caspese lainnya, seperti procaspase-6 dan procaspase-7 yang memberikan
amplifikasi terhadap kerusakan seluler.

Adanya seluler stres meningkatkan ekspresi dari protein p53 yang mengakibatkan
terjadinya GI arrest atau apoptosis. Anggota dari apoptosis Stimulating Protein p53 (ASPP)
yaitu ASPP 1 dan ASPP 2 secara spesifik menstimulasi fungsi transsktivasi p53 pada
promotor gen proapoptotik seperti Bax dan p53 Inducible Gene 3 (PIG 3), tapi tidak pada

9
promotor gen yang menyebabkan cell cycle arrest, yaitu p21 dan MDM2.

2.6 Tahapan Apoptosis

2.6.1 Tahapan Apoptosis jalur Ekstrinsik (Deatch Receptor Pathway)

Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan sel T
yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama diperantarai oleh
perforin/granzyme. Tahap-tahap apoptosis dalam death receptor pathway :

1. Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan


reseptornya.
TNF adalah molekul penginduksi interseluler yang berupa
asam amino-157, dihasilkan terutama oleh makrofag yang teraktivasi,
merupakan mediator apoptosis ekstrinsik utama. Ada 2 macam reseptor
untuk TNF yaitu TNFR-1 dan TNFR-2. TNF yang berikatan dengan TNFR-
1 yang dapat menginisiasi jalur aktivasi caspase. Fas (Apo-1 atau CD 95)
adalah reseptor untuk signal apoptosis ekstrinsik lain pada membran sel,
dan termasuk famili reseptor TNF. FasL (Fas ligan) adalah protein yang
berikatan dengan Fas untuk mengaktifkan jalur Fas. Fas merupakan protein
transmembran yang juga termasuk famili TNF.

2. Ikatan FasL dengan Fas menginduksi reseptor untuk mengelompok


(trimerisasi).
Mitocondrial Pathway
Riset mengindikasi keterlibatan mitokondria dalam jalur apoptotis.
Sitokrom c, suatu heme protein yang bertindak sebagai suatu pembawa

10
elektron dalam fosforilasi oksidasi mitokondria, pemberhenti elektron
cytochrome C oxidase atau kompleks IV, keluar intermembran dan
mengikat protein sitoplasmik yang disebut Apaf-1. Yang kemudian
mengaktikan suatu inisiator caspase-9 di sitoplasma.
Protein ini keluar mitokondria setelah perubahan potensiasi eletrokimia di
membran. Perubahan potensial menyebabkan terbukanya suatu kanal yang
non- spesifik dalam membran yang permeabel, terdiri atas dua protein
selaput bagian dalam (adenine nucleotide translocator-ANT) dan suatu
protein bagian luar.

3. Pengikatan FADD (Fas associated death domain protein) pada domain


kematian (death domain).

4. DED (death effector domain) dari FADD mengikat pro-caspase 8.


Kompleks yang terbentuk disebut DISC (death-inducing signaling
complex), kompleks ini mengaktivasi pro-caspase 8.

5. Caspase 8 yang teraktivasi (heterotetramer) dilepaskan dari DISC ke


sitoplasma. Caspase 8 termasuk caspase inisiator yang akan mengaktivasi
caspase eksekutor terutama melalui pro-caspase 3 yang voltage-gated-
kanal anion VDAC). Protein ini bertindak bersama-sama, kemungkinan
pada sisi luar dan sisi dalam terjadi kontak. Saluran ini dapat dilewati zat
yang memiliki bobot molekular kurang dari 1500. Perubahan gradien

11
proton menyebabkan oksidasi dan foforilasi di mitokondria perubahan
kekuatan ion menyebabkan pembekakan matriks. Karena sisi bagian dalam
sangat kusut dan memilki luas permukaan jauh lebih besar dibanding
selaput yang luar, bengkak pada matriks mengarah rusaknya sisi luar,
sehingga sitokrom c dan Apaf-1 keluar masuk sitoplasma.

Jalur ini biasa diaktifkan dalam respon stimulus letal yang lain seperti
pengrusakan DNA, stress oksidatif, dan hipoksia. Mitokondria
mengandung faktor pro- apoptosis seperti sitokrom c dan AIF (apoptosis
inducing factors). Keduanya merupakan substrat yang berbahaya, akan
tetapi tersimpan aman dalam mitokondria. Saat keduanya dilepaskan ke
sitoplasma dapat mengaktifkan jalur aktivasi caspase. Pelepasannya diatur
oleh famili Bcl-2 yang terikat dengan mitokondria, yaitu Bax dan Bad.

Sitokrom c dalah protein heme yang berperan sebagai pembawa elektron


yang larut dalam air dalam fosforilasi oksidatif mitokondria. Bila terjadi
kumparan elektron melalui sitokrom c oxidase atau kompleks IV, adanya
perubahan kekuatan ion menyebabkan gelombang matriks. Saat membran
dalam mitokondria memiliki permukaan yang lebih luas dibanding
membran luar maka gelombang matriks menyebabkan nonspecific inner
membrane permeability transition pore terbuka sehingga sitokrom c keluar
ke sitoplasma. Sitokrom c yang keluar ke sitoplasma kemudian berikatan
dengan Apaf-1 membentuk CARD (Caspase Recruitment domain).
Beberapa CARD bergabung membentuk kompleks apoptosome kemudian
mengikat pro-caspase 9 dan mengaktivasinya menjadi caspase 9 (caspase
inisiator). Caspase 9 ini akan mengaktivasi procaspase-3 menjadi caspase
3 yang merupakan caspase efektor yang melaksanakan apoptosis.

12
Caspase memecah protein menyebabkan inti sel pecah. Protein yang
merupakan target caspase biasanya terikat dengan protein lain, yaitu sebuah
DNA endonuklease. Saat protein pecah, DNase bebas bermigrasi ke
nukleus dan memecahnya. Perubahan membran terjadi saat caspase 3
memecah gelsolin, suatu protein yang terlibat dalam pemeliharaan
morfologi sel. Gelsolin yang terpecah akan membelah filamen aktin di
dalam sel. Caspase 3 juga mengaktivasi kinase yang disebut p21-activated
kinase 2 (PAK 2) melalui proteolisis. PAK2 termasuk protein yang
dibutuhkan dalam membentuk apoptotic body.

Selama apoptosis mitokondria mengalami perubahan yang disebabkan oleh:

a. Gangguan oksidasi-fosforilasi dan transport elektron karena radiasi


dan 
adanya second messenger tertentu seperti ceramide.

b. Perubahan dalam potensial redoks sel dan turunan Reactive Oxygen



Species (ROS).

c. Kerusakan DNA.

d. Kerusakan DNA memacu ekspresi protein yang dikenal sebagai


p53. 
protein ini menyebabkan penghambatan pembelahan sel atau
apoptosis, dimana keduanya akan mnjaga sel dari menjadi sel tumor.

13
Oleh karena itu gen p53 adalah gen tumor suppressor.

e. Peningkatan ion Ca2+ intraseluler melalui tranduksi signal.

Death Receptor Pathway dan Mitocondrial Pathway bertemu saat


caspase inisiator (caspase 8, 9, 10) menghasilkan aktivasi caspase
efektor (caspase 3, 6, 7).

2.7 Pengendalian Apoptosis


Haruslah jelas sel menjaga kontrol caspases. Dua spesies untuk menginhibisi
apoptosis adalah protein mitochondrial Bcl-2 dan Bcl-xL, yang dapat menghalangi
pelepasan sitokrom c dari mitokondria. Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus
hidrofob dan terikat di sisi luar permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti dan
retikulum endoplasma. Protein ini mampu membentuk kanal ion di liposom.
Sejauh ini 15 anggota keluarga ini (ced-9 yang dihubungkan dengan C. elegans)
telah ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga mengikat Apaf-1 dan menghalangi
pengaktifan inisiasi caspase 9. Bcl-2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2, dengan
post-translational fosforilasi oleh kinase, atau oleh pecahnya caspase. Kelebihan ekpresi
Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel menjadi suatu sel tumor. Anggota lain keluarga, BAX
dan BAD yang mengikat mitokondria dan memfasilitasi apoptosis dengan menstimulasi
pelepasan sitokrom C. Sebagai tambahan, protein lain yang disebut IAPS (inhibitor of
apoptosis) dapat menghalangi caspase atau protein apoptotis lainnya.
2.8 Mengenali Sel Apoptosis

Sel yang mengalami apoptosis dapat diamati dengan menggunakan mikroskop


cahaya maupun mikroskop elektron melalui ciri-ciri morfologis yang ditampakkan. Ciri-
ciri tersebut antara lain :

a. Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspaspse yang
telah diaktifkan di dalam sel.

14
b. Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai
mengalami degradasi dan kondensasi.

c. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada


tahap ini, membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun
caspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai
mendegradasi lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.

d. Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya terfragmentasi
(proses ini dikenal dengan karyorrhexis). Inti sel pecah melepaskan berbagai
bentuk kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan degradasi DNA.

e. Plasma membran mengalami blebbing.

f. Sel tersebut kemudian di’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung



yang disebut apoptotic bodies dan kemudian di’makan’.

Sel yang mengalami apoptosis juga dapat dikenali dengan :

a. Penandaan inti yang mengalami kondensasi dengan pewarna fluorescence Hoechst


atau DAPI.

b. Sel yang mengalami apoptosis mengeluarkan PS (Phosphatidil Serin) pada


permukaan ekstraselulernya, sehingga dapat ditandai dengan annexin V yang
dilabeli fluorescence. PS secara normal terdapat pada cytosolic surface dari
membran plasma (di bagian dalam membran plasma), tetapi diredistribusikan ke
permukaan ekstraseluler selama apoptosis oleh protein hipotetik yang dikenal
sebagai scramblase.

c. DNA yang terfagmentasi dapat dideteksi dengan TUNEL (Terminal


deoxynuclotidyltransferase-mediated UTP end labelling) atau elektroforesis DNA
yang diisolasi dalam gel agarosa. TUNEL juga dapat digunakan untuk mendeteksi
enzim yang terlibat dalam pengrusakan inti sel.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apoptosis didefinisikan sebagai kematian sel terprogram, yang terjadi sangat


sistematis. Biasanya kematian sel dapat terjadi dalam dua cara. Salah satunya adalah
dengan apoptosis ini dan yang lainnya adalah dengan nekrosis, yang terjadi dalam kondisi
patogenik atau defisiensi.
Apoptosis adalah proses yang sangat teratur. Selama apoptosis sel-sel yang
dibongkar sangat sistematis. Mereka melepaskan diri dari sel-sel tetangga dari jaringan dan
protoplasma nya memadat. Organel terikat membran seperti mitokondria hancur dengan
melepaskan isinya ke dalam sitoplasma.
Enzim, endonuklease, bertindak pada bahan kromatin dan memecahkan DNA
menjadi fragmen-fragmen. Pada tahap akhir membran sel mulai membentuk pelepuhan dan
fragmen sel ke dalam tubuh apoptosis.
Jenis kematian sel adalah suatu proses fisiologi normal dan selalu terjadi selama
perkembangan organ. Dibandingkan dengan apoptosis nekrosis terjadi secara teratur dan
terjadi karena aksi dari racun yang dihasilkan oleh patogen pada sel.
Apoptosis memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menjaga
kesehatan tubuh dengan menghilangkan sel-sel tua, sel-sel yang tidak perlu, dan sel-sel
sehat. Tubuh manusia menggantikan mungkin satu juta sel per detik. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak apoptosis dapat memainkan peran dalam banyak penyakit. Ketika apoptosis
tidak bekerja dengan benar, sel-sel yang harus dihilangkan dapat bertahan dan menjadi
abadi, misalnya, kanker dan leukemia. Ketika apoptosis bekerja terlalu baik, membunuh
terlalu banyak sel dan menimbulkan kerusakan jaringan kuburan. Ini adalah kasus stroke
dan gangguan neurodegenerative seperti Alzheimer, Huntington, dan penyakit Parkinson.
Juga dikenal sebagai kematian sel terprogram dan sel bunuh diri.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://pharmassip.blogspot.co.id/2011/11/mekanisme-apoptosis.html?m=1

http://biokimia45.blogspot.co.id/2013/12/apa-itu-apoptosis.html?m=1

17

Anda mungkin juga menyukai