Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH IMUNOLOGI

SITOKIN

Disusun Oleh :
Novita Ventiani (18330109)
Puspadina Rahmah (18330722)
Repi Kusuma Ayuningtias (18330727)
Evi Haryani (18330728)
Siti Darwia Manaf (18330730)
Siti Fatmala Dewi (18330744)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Imunologi dengan judul
“SITOKIN”.

Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman


bagi para pembaca. Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi.................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi...............................................................................................................3
2.3 Sifat Umum.............................................................................................................4
2.4 Fungsi Sitokin.........................................................................................................5
2.5 Peran Sitokin dalam Imunitas Non Spesifik...........................................................7
2.6 Peran Sitokin dalam Imunitas Spesifik...................................................................12
2.7 Penyakit yang Berhubungan dengan Sitokin..........................................................16
2.8 Sitokin dalam Pengobatan......................................................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti diketahui hampir semua sistem biologi memerlukan

komunikasi antar sel untuk pertumbuhan dan pengaturannya. Pada sistem

imun komunikasi antar sel umumnya melibatkan sitokin. Mediator ini

diperlukan untuk proliperasi dan diferensiasi sel-sel hematopoitik dan untuk

mengatur dan menentukan respon imun. Sitokin dalam menjalankan fungsinya

sebagai mediator saling berinteraksi antara sitokin sendiri dan interaksi ini

dapat berjalan sinergis atau antagonis.

Sitokin adalah protein yang dibuat oleh sel-sel yang mempengaruhi

perilaku sel-sel lain. Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel

kekebalan tubuh seperti makrofag, limfosit B, limfosit T dan sel mast,

serta sel-sel endotel, fibroblas, dan berbagai sel stroma. Sitokin merupakan

protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan

hematopoesis.  Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan

oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara

sel-sel lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain  Sitokin

dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun.

Sitokin dibagi menjadi beberapa famili menurut reseptornya, yaitu

famili IL-2/IL-4,- IL-6/IL-12, Interferon, TNF, IL-l, Transformatisasi factor

pertumbuhan (TGF) dan Kemokin. Pada umumnya sitokin merupakan faktor

1
pembantu pertumbuhan dan diferensiasi. Sebagian besar sitokin bekerja pada

selsel dalam sistim Hemapoetik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud sitokin?

2. Bagaimana klasifikasi sitokin?

3. Apa saja bentuk dari interleukin, INF?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari sitokin

2. Mengetahui klasifikasi sitokin

3. Mengetahui bentuk dari interleukin, INF

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi, atau perantara

dalam komunikasi antar sel yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat

rendah (10-10-10-15 mol/l dapat merangsang sel sasaran). Reseptor yang

diekspresikan dan afinitasnya merupakan faktor kunci respons selular.

Sitokin meliputi  kemokin , interferon , interleukin , limfokin dan tumor

necrosis factor . Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan

tubuh seperti makrofag , limfosit B, limfosit T dan sel mast, endotel, fibroblas,

dan berbagai sel stroma.

2.2 Klasifikasi

A. Berdasarkan sel yg mensekresikanya, sitokin diklasifikasikan sebagai

berikut yaitu:

1. limfokin (sitokin yang dihasilkan limfosit)

2. monokin (sitokin yang dihasilkan monosit)

3. kemokin (sitokin dengan aktivitas kemotaktik)

4. interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan beraksi

pada leukosit lainnya).

3
B. Berdasarkan fungsi , sitokin dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. tipe 1 (Inf-γ, TNF, dll),

2. tipe 2 (TGF-β, IL-4 , IL-10 , IL-13 , dll), yang mendukung respon

antibodi .

2.3 Sifat Umum Sitokin

Sitokin memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap

rangsang mikroba dan antigen lainnya dan antigen lainnya dan berperan

sebagai mediator pada reaksi imun dan inflamasi.

2. Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai

molekul preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja

terhadap berbagai jenis sel yang menimbulkan berbagai efek) dan

redundan (berbagai sitokin menunjukkan efek yang sama). Oleh karena

itu, efek antagonis satu sitokin tidak akan menunjukkan hasil nyata karena

ada kompensasi dari sitokin yang lain.

3. Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain.

4. Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.

5. Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap

sitokin

6. Efek sitokin terjadi melalui ikatan dengan reseptornya pada membran sel

sasaran

4
7. Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekpresi

gen terhadap sel sasaran yang menimbulkan ekspresi fungsi baru dan

kadang proliferasi sel sasaran.

2.4 Fungsi Sitokin

Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dan

mengawali, mempengaruhi dan meningkatkan respons imun nonspesifik.

Pada imunitas nonspesifik, sitokin diproduksi makrofag dan sel NK (natural

killer), berperan pada inflamasi dini, merangsang poliferasi, diferensiasi dan

aktivasi sel efektor khusus seperti makrofag. Pada imunitas spesifik sitokin

yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-sel imun spesifik.

Ada dua macam respon imun yang terjadi apabila ada mikroba

yang masuk ke dalam tubuh, yaitu innate dan adaptif respon. Sel yang

berperan dalam innate respon adalah sel fagosit (netropil, monosit dan

makrofag). Sel yang melepaskan mediator inflamasi (basofil, sel mast dan

eosinofil) serta sel natural killer. Komponen lain dalam innate response ini

adalah komplemen, acutephase protein dan sitokin seperti interferon 4.

Adaptive response meliputi proliferasi antigen-specific sel T dan sel B, yang

terjadi apabila reseptor permukaan sel ini berikatan dengan antigen. Sel

khusus yang disebut dengan antigen-presenting cells (APC)

mempresentasikan antigen pada MHC dan berikatan dengan reseptor limfosit.

Sel B akan memproduksi imunoglobulin, yang merupakan antibodi yang

spesifik terhadap antigen yang dipresentasikan oleh sel APC.

5
Sedangkan sel T dapat melakukan eradikasi mikroba intraseluler

dan membantu sel B untuk memproduksi antibodi.17 Sel T CD4 merupakan

cytokine-secreting helper cells, sedangkan sel T CD8 merupakan cytotoxic

killer cells. Sel T CD4 secaca umum dibagi menjadi dua golongan yaitu T

helper tipe 1 (Th-1) dan T helper tipe 2 (Th-2). Sitokin yang disekresi oleh

Th-1 adalah IL-2 dan IFN-y sedangkan sitokin yang disekresi Th-2 adalah IL-

4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Sitokin-sitokin ini juga mempunyai peranan dalam

sistem kontrol. Sekresi IFN-g akan menghambat sel Th-2 sedangkan sekresi

IL-10 akan menghambat sel Th-1.17,18 Sitokin mempunyai peranan yang

penting untuk menentukan tipe respon imunitas tubuh yang efektil untuk

melawan agent infeksius. Sekresi IL-12 oleh APC akan menyebabkan sekresi

IFN- dari Th-1. Sitokin akan mengaktivasi makrofag dengan efisien untuk

membunuh kuman intraseluler, Secara sederhana digambarkan bahwa

produksi sitokin oleh Th-1 memfasilitasi CMI termasuk aktivasi makrofag

dan T-cell-mediated cytotoxicity17.

Ada tiga kategori fungsi sitokin dalam system imun yaitu:

a) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun alami

b) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun didapat

c) sitokin sebagai stimulator hematopoiesis.

Sitokin yang berperan sebagai mediator dan regulator respon imun

alami dihasilkan terutama fagosit mononuklear seperti makrofag dan sel

dendrit dan sebagian kecil oleh limfositT dan sel NK. Sitokin-sitokin tersebut

6
diproduksi sebagai respon terhadap agen molekul tertentu seperti LPS

(Hpopoysaccharide), peptidoglykan monomers, teicoid acid dan DNA double

stranded. Beberapa sitokin yang penting adalah tumor necrosis factor (TNF),

IL-1, interferon gamma (IFN gamma), IL-6, IL-10,1L-12. Sitokin-sitokin

yang berfungsi sebagai mediator dan regulator respon imun didapat terutama

diproduksi oleh limfosit T yang telah mengenal suatu antigen spesifik untuk

sel tersebut. Sitokine ini mengatur proliferasi dan diferensiasi limfosit pada

fase pengenalan antigen dan mengaktifkan sel efector. Bakteri atau antigen

yang berbeda akan merangsang sel T helper CD4+ untuk berdeferensiasi

menjadi Th-1 dan Th-2 yang mengahasilkan sitokin yang berbeda pula.

Beberapa diantaranya yang penting adalah : IL- 2, IL-4, IL-5, TGF

(tranforming growth factor), IFN gamma, IL-13. Sedangkan sitokin yang

merangsang hematopoiesis yaitu sitokine diperlukan untuk mengatur

hematopoiesis dalam sumsum tulang. Beberapa sitokin yang diproduksi

selama respon imunitas alami dan didapat, merangsang pertumbuhan dan

diferensiasi sel-sel progenitor sumsum tulang. CSF , IL-3, GM-CSF, G-CSF

merupakan beberapa sitokin yang penting untuk proses hemopoiesis.

2.5 Peran Sitokin dalam Imunitas nonspesifik

Respoms imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan

bakteri berupa sekresi sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel

efektor. Interaksi antigen dan makrofag dan yang menimbulkan aktivasi Th

7
menimbulkan pelepasan sejumlah sitokin dan menimbulkan jaring interaksi

kompleks dalam respons imun.

SITOKIN Sumber Utama Sasaran Utama dan Efek


Biologik
IL-1 Makrofag, endotel, beberapa Endotel : aktivasi (inflamasi,
sel epitel koagulasi)
Hipotalamus: panas
Hati : APP
IL-6 Makrofag, sel endotel, sel T Hati : sintesis APP
Sel B : proliferasi sel plasma
IL-10 Makrofag, Sel T terutama Makrofag, sel dendritik :
Th2 mencegah produksi IL-21 dan
ekspresi kostimulator dan
MHC-II
IL-12 Makrofag, sel dendritik Sel T: diferensiasi Th1
Sel NK dan sel T : sintesis
IFN-γ, meningkatkan aktivitas
sitolitik
IL-15 Makrofag, sel lain Sel NK : proliferasi
Sel T : proliferasi (sel memori
CD8+)
IL-18 Makrofag Sel NK dan sel T : sintesis
IFN-γ
IFN-α, IFN-α : makrofag Semua sel : antivirus,
IFN-β IFN-β : fibroblas peningkatan ekspresi MHC-I
Sel NK : aktivasi
IFN-γ Th1 Aktivasi sel NK dan makrofag,
induksi MHC II
Kemokin Makrofag, sel endotel, sel T, Leukosit : kemotaksis, aktivasi,

8
fibroblas, trombosit migrasi ke jaringan
TNF Makrofag, sel T Sel endotel : aktivasi
(inflamasi, koagulasi)
Neutrofil : aktivasi
Hipotalamus : panas
Hati : sintesis APP
Otot, lemak : katabolisme
(kaheksia)
Banyak jenis sel : apoptosis

1) TNF (Tumor Necrosis Factor)


TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut

terhadap bakteri negatif-gram dan mikroba lain. Infeksi yang berat dapat

memicu produksi TNF dalam jumlah besar yang menimbulkan reaksi

sistemik .

TNF disebut TNF-α atas dasar historis dan untuk membedakannya

dari TNF-β atau limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit

mononuklear dan sel T yang diaktifkan antigen, sel NK dan sel mast. Pada

kadar rendah, TNF bekerja terhadap leukosit dan endotel, menginduksi

inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF berperan dalam inflamasi

sistemik. Pada kadar tinggi, TF menimbulkan kelainan patologik syok

septik.

2) IL-1
Fungsi utama IL-1 adalah sama dengan TNF, yaiu mediator

inflamasi yang merupakan respons terhadap infeksi dan rangsangan lain.

9
Bersama TNF berperan pada imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1

juga sama dengan TNF yaitu fagosit mononuklear yang diaktifkan.

3) IL-6

IL-6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi fagosit

mononuklear, sel endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons

terhadap mikroba dan sitokin lain. Dalam imunitas nonspesifik, IL-6

merangsang hepatosit untuk memproduksi APP dan bersama CSF

merangsang progenitor di sumsum tulang untuk memproduksi neutrofil.

Dalam imunitas spesifik, IL-6 merangsang pertumbuhan dan diferensiasi

sel B menjadi sel mast yang memproduksi antibodi.

4) IL-10

IL-10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendritik yang

berperan dalam mengontrol reaksi imun nonspesifik dan imun selular. IL-

10 diproduksi terutama oleh makrofag yang diaktifkan. IL-10 mencegah

produksi IL-12 oleh makrofag dan sel dendritik yang diaktifkan. IL-10

mencegah ekspresi kostimulatori molekul MHC-II pada makrofag dan sel

dendritik.

5) IL-12

IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini

terhadap mikroba intraselular dan merupakan induktor kunci dalam

10
imunitas selular spesifik terhadap mikroba. Sumber utama IL-12 adalah

fagosit mono nuklear dan sel dendritik yang diaktifkan.

6) IFN tipe I

IFN tipe I (IFN-α dan IFN-β) berperan dalam imunitas nonspesifik

dini pada infeksi virus. Nama interferon berasal dari kemampuannya

dalam intervensi infeksi virus. Efek IFN tipe I adalh proteksi terhadap

infeksi virus dan meningkatkan imunitas selular terhadap mikroba

intraselular. IFN tipe I mencegah replikasi virus, meningkatkan ekspresi

molekul MHC-I, merangsang perkembangan Th1, mencegah proliferasi

banyak jenis sel antara lain limfosit in vitro.

IFN tipe I diproduksi oleh sel terinfeksi virus dan makrofag.

Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag

yang diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus

dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. IFN mempunyai sifat

antivirus dan dapat menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus

menjadi resisten terhadap virus.

7) IL-15
IL-15 diproduksi fagosit mononuklear dan mungkin jenis sel lain
sebagai respons terhadap infeksi virus, LPS dan sinyal lain yang memacu
imunitas nonspesifik. IL-15 merupakan faktor pertumbuhan dan faktor
hidup terutama untuk sel CD8+ yang hidup lama.

11
8) IL-18
IL-18 memiliki stuktur yang homolog dengan IL-1, namun

mempunyai efek yang berlainan. IL-18 diproduksi makrofag sebagai

respons terhadap LPS dan produk mikroba lain, merangsang sel NK dan

sel T untuk memproduksi IFN-γ. Jadi IL-18 adalah induktor imunitas

selular bersama IL-21.

9) IL-19, IL-20, IL-22, IL-23, IL-24


Beberapa sitokin lain telah dapat diidentifikasi dan diketahui

sebagai homolog dengan IL-10. Diduga sitokin-sitokin ini berperan pada

inflamasi kulit. Fungsi IL-19 belum diketahui secara jelas. IL-21 homolog

dengan IL-15, merangsang proliferasi sel NK. IL-23 serupa dengan IL-12,

dapat merangsang respons imun selular.

10) Sitokin lain


Interleukin lain seperti : IL-25, IL-26, IL-27, IL-28, IL-29, IL-30,

IL-31, IL-32, BCAF dan sebagainya dapat dilihat pada Apendiks B.

2.6 Peran Sitokin pada Imunitas Spesifik

Sitokin berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit

setelah antigen dikenal dalam fase aktivasi pada respons spesifik dan

selanjutnya berperan dalam aktivasi dan proliferasi sel efektor khusus.

12
1) IL-2
IL-2 adalah faktor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang dan

berperan pada ekspansi klon sel T setelah antigen dikenal. IL-2

meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel imun lain (sel NK, sel B).

IL-2 meningkatkan kematian apoptosis sel T yang diaktifkan antigen

melalui Fas. Fas adalah golongan reseptor TNF yang diekspresikan pada

permukaan sel T.

IL-2 merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK.

IL-2 juga mencegah respons imun terhadap antigen sendiri melalui

peningkatan apoptosis sel T melalui Fas dan merangsang aktivitas sel T

regulatori.

2) IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan

Th2 dari sel CD4+ naif. IL-4 merupakan sitokin petanda sel Th2. IL-4

merangsang sel B meningkatkan produksi IgG dan IgE dan ekspresi

MHC-II. IL-4 merangsang isotipe sel B dalam pengalihan IgE,

diferensiasi sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah aktivasi makrofag

yang diinduksi IFN-γ dan merupakan GF untuk sel mast terutama dalam

kombinasi dengan IL-3.

3) IL-5

IL-5 merupakan aktivator pematangan dan diferensiasi eosinofil

utama dan berperan dalam hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi

13
eosinofil. IL-5 diproduksi subset sel Th2 (CD4+) dan sel mast yang

diaktifkan. IL-5 mengaktifkan eosinofil.

4) IFN-γ

IFN-γ yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin

utama MAC dan berperan terutama dalam imunitas nonspesifik dan

spesifik selular. IFN-γ adalah sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk

membunuh fagosit. IFN-γ merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan

kostimulator APC. IFN-γ meningkatkan diferensiasi sel CD4 + naif ke

subset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel Th2.

5) TGF-β

Efek utama TGF-β adalah mencegah proliferasi dan aktivasi

limfosit dan leukosit lain. TGF-β merangsang produksi IgA melalui

induksi dan pengalihan sel B.

6) Limfotoksin

LT diproduksi sel T yang diaktifkan dan sel lain. LT mengaktifkan

sel endotel dan neutrofil, merupakan mediator pada inflamasi akut dan

menghubungkan sel T dengan inflamasi. Efek ini sama dengan TNF.

14
7) IL-13

IL-13 memiliki struktur homolog dengan IL-4 yang diproduksi sel

CD4+ Th2. IL-13-R ditemukan terutama pada sel nonlimfoid seperti

makrofag. Efek utamanya adalah mencegah aktivasi dan sebagai

antagonis IFN-γ. IL-13 merangsang produksi mukus oleh sel epitel paru

dan berperan pada asma.

8) IL-16

IL-16 diproduksi sel T yang berperan sebagai kemoatraktan

spesifik eosinofil.

9) IL-17

IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi

produksi sitokin proinflamasi lain seperti TNF, IL-1 dan kemokin.

10) IL-25

IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan

merangsang produksi sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL-5 dan IL-13.

IL-17 dan IL-25 diduga berperan dalam meningkatkan reaksi inflamasi

yang sel T dependen bentuk lain.

15
2.7 Penyakit yang berhubungan dengan Sitokin

1) Penyakit keseimbangan Th1-Th2


Subset sel Th1-Th2 saling berpengaruh dan diantara kedua subset ada

regulasi silang. Contohnya adalah mengenai adanya reaksi silang sitokin

adalah lepra yang disebabkan M.Lepra, patogen intraselular yang

bertahan hidup dalam fagosom makrofag.

2) Syok Septik
Gangguan dalam jaring regulator kompleks yang mengatur ekspersi

sitokin dan reseptornya dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti

renjatan septik yang sering ditemukan dan potensial menyebabkan

kematian. Gejalanya berupa tekanan darah menurun, demam, diare dan

pembekuan darah yang luas di berbagai organ. Renjatan diduga terjadi

akibat endotoksin dinding bakteri yang berikatan dengan TLR pada SD

dan makrofag yang memacu produksi IL-1 dan TNF-α berlebihan dan

menimbulkan renjatan septik.

3) Sitokin pada Kanker Limfoid dan Mieloid


Kelainan pada produksi sitokin atau reseptornya berhubungan dengan

beberapa jenis kanker.

2.8 Sitokin dalam Pengobatan

Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam

jumlah besar. Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem

16
imun yang imunokompromais atau untuk mengerahkan sel-sel yang

diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder,

merangsang sel sistem imun dalam respons terhadap tumor, infeksi bakteri

atau virus yang berlebihan. Rekombinan anti-sitokin telah diproduksi dan

digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan keadaan dengan sistem

imun yang terlalu aktif/patologik seperti alergi.

Sitokin dapat digunakan bersamaan dengan imunoterapi. Limfosit dari

penderita dengan tumor dapat dibiakkan dalam lingkungan IL-2 untuk

mengaktifkan LAK yang sitotoksik terutama sel NK. Kemudian sel tersebut

diinfuskan kembali ke penderita dengan tumor tadi.

17
BAB III
KESIMPULAN

Sitokin adalah keluarga protein sebagai mediator dan regulator respon imun

alami dan didapat. Sitokin yang sama diproduksi oleh banyak sel. Dan

sitokin tertentu bisa bekerja pada banyak sel. Sitokine diproduksi sebagai

respon terhadap inflamasi dan antigen, pada umumnya bekerja seperti

autokrin, parakrin dengan mengikat reseptor yang mempunyai affinitas tinggi

pada sel target. IL-2 merupakan sitokin yang penting untuk komunikasi

antara subset limfosit dan sel natural killer dan diduga bahwa fungsi Th-1

mediated lebih sensitif terhadap hemostasis besi di tubuh. Pada defisiensi

besi terjadi gangguan imunitas sehiler dan imunitas non-spesifik dan salah

satu mekanismenya diduga melalui penurunan produksi interleukin seperti

IL-2.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kresno, Siti Boedina. 2010. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium


edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Bratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. 2012. Imunologi Dasar edisi 10.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Admadi Soeroso, 2007. Jurnal Oftalmologi Indonesia. SITOKIN Vol 5. Surakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret.

4. Latifa, D. 2015. Sitokin. https://hidupgue1993.blogspot.com/2015/10/sitokin.html.


Diakses pada 30 September 2019.

19

Anda mungkin juga menyukai