Anda di halaman 1dari 7

REMIDIAL KIMIA MEDISINAL

“ SITOKIN“

KELOMPOK 14
1. Alya Hafiza Sarbini (01022149)

2. Atini Sabila Hakkin (01022157)

3. Baiq Ulna Sastrawanti (01022160)

4. Dinda Ayu Safitri (01022165)

5. Rosa Dwi Aprilia (01022217)

UNIVERSITAS YPIB PROGRAM STUDI FARMASI

JL. PERJUANGAN, KARYAMULYA, KEC. KESAMBIKOTA


CIREBON

2023
Seperti diketahui hampir semua sistem biologi memerlukan komunikasi antar sel

untuk pertumbuhan dan pengaturannya. Pada sistem imun komunikasi antar sel umumnya

melibatkan sitokin. Mediator ini diperlukan untuk proliperasi dan diferensiasi sel-sel

hematopoitik dan untuk mengatur dan menentukan respon imun (Abbas AK, 2000).

SITOKIN

Sitokin merupakan protein kecil yang disekresikan dan dikeluarkan oleh sel yang

mempunyai efek spesifik terhadap interaksi dan komunikasi antar sel. Sitokin adalah nama

umum; nama lain antara lain limfokin (sitokin yang dibuat oleh limfosit), monokin (sitokin

yang dibuat oleh monosit), kemokin (sitokin dengan aktivitas kemotaktik), dan interleukin

(sitokin yang dibuat oleh satu leukosit dan bekerja pada leukosit lain). Sitokin dapat bekerja

pada sel yang mengeluarkannya (aksi autokrin), pada sel di dekatnya (aksi parakrin), atau

pada beberapa kasus pada sel yang jauh (aksi endokrin) (Zhang & An, 2007).

Sitokin merupakan peptide pengatur (regulator) yang dapat diproduksi oleh hampir

semua jenis sel yang berinti dalam tubuh (Subowo, 2009).

Respon imun yang terlalu aktif atau berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan

dan peradangan yang dikenal dengan badai sitokin (Rosyanti & Hadi, 2020)

Sitokin merupakan kategori luas dari protein kecil (~ 5-20 kDa ) yang penting dalam

pensinyalan sel. Pelepasan sitokin akan mempengaruhi perilaku sel di sekitar mereka. Sitokin

bisa terkait dalam pensinyalan autokrin, pensinyalan parakrin, dan pensinyalan endokrin

sebagai agen imunomodulasi.

Istilah sitokin dapat mencakup kemokin, interferon, interleukin, limfokin, dan

faktor nekrosis tumor, namun biasanya bukan hormon atau faktor pertumbuhan

(meskipun beberapa tumpang tindih dalam terminologi). Sitokin diproduksi dengan berbagai
sel, termasuk sel imun seperti makrofag, limfosit B, limfosit T, dan sel mast dan sel endotel,

fibroblast dan berbagai sel stroma.

Sitokin bekerja melalui pengikatan dengan reseptornya, dan sangat penting dalam

sistem imun, sitokin memodulasi keseimbangan antara respon imun humoral dan respons

imun selular, dan sitokin mengontrol pematangan, pertumbuhan, dan responsivitas populasi

sel tertentu. Beberapa sitokin ini dapat meningkatkan atau menghambat aksi sitokin lain

dengan cara yang kompleks.

Sitokin berbeda dari hormon, yang juga termasuk molekul pensinyalan sel yang

penting, bedanya hormon bersirkulasi dalam konsentrasi yang lebih tinggi dan menjurus

dibuat oleh jenis sel tertentu.

Sitokin terlibat penting dalam kesehatan dan penyakit, terutama dalam respon inang

terhadap infeksi, respons imun, peradangan, trauma, sepsis, kanker, dan reproduksi.

SIFAT DAN FUNGSI SITOKIN

Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap rangsangan. Sitokin yang dibentuk

segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin yang sama dapat diproduksi oleh

berbagai sel. Satu sitokin dapat bekerja terhadap beberapa jenis sel dan dapat menimbulkan

efek melalui berbagai mekanisme. Berbagai sitokin dapat memiliki banyak fungsi yang sama,

Sitokin dapat/sering mempengaruhi sintesis atau efek sitokin lain, efeknya akan tampak saat

berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan sel sasaran atau sel target.

Pada dasarnya sitokin berfungsi sebagai autkrin, namun pada kenyataanya juga dapat

berfungsi sebagai parakrin ataupun endkrin. Dalam melaksanakan tugasnya, sitokin dapat

juga bekerja sebagai inhibitor atau antagonis sitokin lain, bahkan dapat pula menghambat
kerja sitokin yang bersangkutan. Diketahui pula sitokin ikut berpera dalam sistem imunitas

alamiah maupun imunitas spesifik .

Mekanisme keria sitokin pada sel sasarannya melalui ikatan dengan reseptor

permukaan sel sasarannya yang bersifat sangat spesifik dengan afinitas tinggi. Sebagian besar

mekanisme kerja sitokin dimanifestasikan dalam pola alternative pada ekspresi gen dalam sel

sasarannya. Mekanisme kerja tersebut mendorong kearah peningkatan tau perubahan ekspresi

beberapa fungi diferensiasi. Walaupun rentang efek dari masing-masing sitokin dapat sangat

lebar dan beraneka ragam, paling sedikit beberapa efek setiap sitokin ditunjukkan pada sel-sel

hematopoietic. (Subowo,2009)

KLASIFIKASI SITOKIN

(Guru, 2023)Sitokin dapat diklasifikasikan dalam 3 jenis fungsional berdasarkan aktivitas

biologikanya yang utama, yakni :

1. Mediator dan regulator imunitas bawaan

Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit mononuklear sebagai respon

terhadap agen infeksi. PAMP’s seperti lipopolisakarida atau LPS, dsRNA virus,

berikatan dengan TLR pada permukaan sel atau dalam endosom makrofag dan

mendorong sintesis dan sekresi beberapa jenis sitokin. Sitokin yang sama bisa juga

disekresi oleh makrofag yang diaktifasi oleh limfosit-T yang distimulasi oleh antigen

sehingga bagian dari respon imun didapat.

2. Mediator dan regulator imunitas bawaan

Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit-T sebagai respon terhadap

pengenalan spesifik antigen asing. Sitokin yang diproduksi sel T berfungsi terutama

untuk mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi berbagai populasi limfosit, dengan

demikian memegang peranan penting pada bagian aktifasi respon imun yang
bergantung pada sel T. Sitokin yang lain yang diproduksi oleh sel T merekrut,

mengaktifasi dan mengatur sel-sel efektor spesifik seperti fagosit mononuklear,

neutrofil, dan eosinofil untuk mengeliminasi antigen dalam fase respon imun yang

didapat.

3. Stimulator homopoesis

Diproduksi oleh sel-sel stroma dalam sum-sum tulang, leukosit, dan sel-sel lain, dan

mendorong pertumbuhan dan diferensiasi leukosit imatur.

CIRI DAN KARAKTERISTIK SITOKIN

1. Sitokin ialah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap rangsang mikroba

dan antigen lainnya dan antigen lainnya dan berfungsi sebagai mediator pada reaksi

imun dan inflamasi.

2. Sekresi sitokin berlangsung cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai molekul

preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis

sel yang menimbulkan berbagai efek) dan redundan (berbagai sitokin menunjukkan

efek yang sama). Oleh sebab itu, efek antagonis satu sitokin tidak akan menunjukkan

hasil nyata karena ada kompensasi dari sitokin yang lain.

3. Sitokin seringkali berpengaruh terhadap sintesis serta efek sitokin yang lain.

4. Efek sitokin bisa lokal atau sistemik.

5. Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap sitokin

6. Efek sitokin berlangsung melalui ikatan dengan reseptornya pada membran sel

sasaran

7. Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekpresi gen

terhadap sel sasaran yang melahirkan ekspresi fungsi baru dan kadang proliferasi sel

sasaran. (Baratawidjaja, 2012)


DAFTAR PUSTAKA.

Abbas AK, et al. (2000). Instructions for online access. Cohen’s Pathway of The Pulp, 1680.

Baratawidjaja KG. 2012. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta: Balai penerbit Fakultas

kedokteran Universitas Indonesia.

Conrad ME. Iron Deficiency Anemia. Medicine Journal 2002;3:114-24.

Dy M, Vasquez A, Bertolglio J, Theze J. General aspect of cytokine properties and functions.

Is Theze J editor. The citokine network and immune-functions. New York: Oxford

University Press; 1999.p.l-13.

Guru, B. (2023). Sifat – Sifat Sitokin. Sifat-Sifat Sitokin:Pengertian Fungsi Dan Klasifikasi

Lengkap.

Oppenheim JJ, Ruscetti FW (2001), Cytokines in Medical Immunology, tenth edition by

Parslow GI; Stites PD, Terr IA, Imboden BJ, LangeMedical Book / Mc Graw-Hill,

Medical Publishing Division, p. 148-164.

Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Respon Imunitas Dan Badai Sitokin Severe Acute

Respiratory Syndrome Corona Virus 2 Literatur Review. Jurnal Kesehatan Madani

Medika, 11(02), 176–201.

Subowo. 2009. Imunobiologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.

Theze J (1999), The Cytokine Network and Immune Functions, Oxford UniversityPress, New

York.

Watkins LR, Milligan ED, Maier SF. Glial proinflammatory cytokines mediate exaggerated

pain states: implications for clinical pain. Adv Exp Med Biol. 2003;521:1–21. [PubMed]

[Google Scholar]
Zhang, J. M., & An, J. (2007). Cytokines, inflammation, and pain. International

Anesthesiology Clinics, 45(2), 27–37. https://doi.org/10.1097/AIA.0b013e318034194e

Anda mungkin juga menyukai