Anda di halaman 1dari 55

IMUNOLOGI

SITOKIN

DISUSUN OLEH :

Nurita Widjayanti (15330036)

Aslamiyah (15330040)

Fitria Haryani (15330042)

Yayu Wiranti (15330043)

Hendi Hermawan (15330053)

Dosen :

Melova Amir, Dr.Dra.M.Sc.

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
Imunologi “Sitokin” ini dapat tersusun hingga selesai .

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 25 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

2.1 Sifat Umum Sitokin...................................................................................3

2.2 Antagonis Sitokin......................................................................................4

2.3 Fungsi Sitokin............................................................................................5

2.4 Sitokin Pada Hematopoiesis......................................................................6

2.5 Peran Sitokin Dalam Imunitas Nonspesifik..............................................7

2.6 Peran Sitokin Dalam Imunitas Spesifik...................................................10

2.7 Penyakit Yang Berhubungan Dengan Sitokin.........................................11

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................13

3.1 Sifat Umum Sitokin.................................................................................13

3.2 Antagonis Sitokin....................................................................................15

3.3 Fungsi Sitokin..........................................................................................16

3.4 Sitokin Pada Hematopoiesis....................................................................17

3.5 Peran Sitokin Dalam Imunitas Nonspesifik............................................18

3.6 Peran Sitokin Dalam Imunitas Spesifik...................................................28

3.7 Penyakit Yang Berhubungan Dengan Sitokin.........................................45

BAB IV KESIMPULAN......................................................................................51

BAB V DAFTAR PUSTAKA..............................................................................52

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti diketahui hampir semua sistem biologi memerlukan komunikasi antar sel untuk
pertumbuhan dan pengaturannya. Pada sistem imun komunikasi antar sel umumnya
melibatkan sitokin. Mediator ini diperlukan untuk proliperasi dan diferensiasi sel-sel
hematopoitik dan untuk mengatur dan menentukan respon imun. Sitokin dalam menjalankan
fungsinya sebagai mediator saling berinteraksi antara sitokin sendiri dan interaksi ini dapat
berjalan sinergis atau antagonis. Oleh karena interaksi tersebut, konsep kerja sitokin sebagai
suatu “network”.

Sitokin merupakan protein atau glikoprotein yang diproduksi oleh leukosit dan sel-sel
berinti lainnya. Bekerja sebagai penghubung kimia antar sel dan tidak bertindak sebagai
molekul efektor. Sitokin mempunyai berbagai macam fungsi, namun pada umumnya sitokin
bertindak sebagai pengatur pertahanan tubuh untuk melawan hal-hal yang bersifat patogen
dan menimbulkan respons inflamasi. Hampir seluruh sitokin akan disekresi dan sebagian
dapat ditemukan pada membran sel, sisanya disimpan dalam matriks ekstraseluler.

Sitokin dibagi menjadi beberapa famili menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL-
4,- IL-6/IL-12, Interferon, TNF, IL-l, Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan
Kemokin. Pada umumnya sitokin merupakan faktor pembantu pertumbuhan dan
diferensiasi. Sebagian besar sitokin bekerja pada selsel dalam sistim Hemapoetik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud sitokin ?
2. Apa fungsi dari sitokin ?
3. Apa saja antagonis sintokin?
4. Apa saja fungsi sitokin?
5. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan sitokin?
6. Bagaimana pengobatan dalam sitokin?

4
1.3 Tujuan

Untuk memudahkan para pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi agar mengerti dan


memahami tentang apa itu sitokin, fungsi sitokin di dalam tubuh manusia, dan hubungan
kadar sitokin interleukin.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan protein yang
diproduksi limfosit B dan T yang diaktifkan. Sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast,
sel endotel, dan epitel juga memproduksi protein golongan tersebut. Oleh karena itu istilah
yang lebih tepat adalah sitokin. Sitokin merupakan protein sistem imun yang mengatur
interaksi antar sel dan memacu reaktivitas imun, baik pada imunitas nonspesifik maupun
spesifik.

2.1 Sifat Umum Sitokin

Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung. Sitokin yang berefek
langsung memiliki ciri :

 Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleiptropi)


 Autoregulasi (fungsi autokrin)
 Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)
Sedangkan Sitokin yang berefek tidak langsung mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin
lain dalam merangsang sel (sinergisme)
 Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)

Sitokin sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap rangsang


mikroba dan antigen lainnya dan antigen lainnya dan berperan sebagai mediator
pada reaksi imun dan inflamasi.
2) Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai molekul
preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis
sel yang menimbulkan berbagai efek) dan redundan (berbagai sitokin menunjukkan
efek yang sama). Oleh karena itu, efek antagonis satu sitokin tidak akan
menunjukkan hasil nyata karena ada kompensasi dari sitokin yang lain.
3) Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain.
4) Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.

6
5) Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap sitokin
6) Efek sitokin terjadi melalui ikatan dengan reseptornya pada membran sel sasaran
7) Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekpresi gen
terhadap sel sasaran yang menimbulkan ekspresi fungsi baru dan kadang proliferasi
sel sasaran.

Sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi, atau perantara dalam komunikasi
antarsel yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10 -10-10-15 mol/l dapat
merangsang sel sasaran). Reseptor yang diekspresikan dan afinitasnya merupakan faktor
kunci respons selular.

2.2 Antagonis Sitokin

Sejumlah protein mencegah aktivitas biologis sitokin. Sitokin tersebut berikatan direk
dengan reseptor sitokin tetapi tidak dapat mengaktifkan sel, atau berikatan direk dengan
sitokin yang mencegah aktivitasnya. Contoh yang menghambat adalah antagonis IL-1R (IL-
1Ra) yang berikatan IL-1R tetapi tidak memiliki aktivitas. Produksi IL-1Ra diduga berperan
dalam regulasi respons intensitas inflamasi. Inhibitor sitokin ditemukan dalam darah dan
cairan ekstraselular.

Beberapa virus dapat mengembangkan strategi untuk menghindari aktivitas sitokin.


Strategi antisitokin tersebut merupakan bukti biologis pentingnya sitokin dalam menimbulkan
respons imun yang efektif terhadap mikroba. Molekul yang diproduksi virus yang
menyerupai sitokin memungkinkan virus untuk memanipulasi respons imun yang membantu
masa hidup patogen.

Tabel 1. Kemiripan viruus dengan sitokin dan reseptor sitokinnya

VIRUS PRODUK
Leporipoksivirus (virus miksoma) Resptor IFN-γ larut
Beberapa poksvirus Reseptor IFN-γ larut
Vaksinia, virus varisela Reseptor IFN-β larut
EBV Homolog IL-10
Virus Herpes 8 Homolog iL-6, juga homolog kemokin MIPI
dan MIP II 3 reseptor kemokin homolog
Virus Sitomegalo yang berbeda, satu diantaranya mengikat tiga
kemokin larut yang berbeda (RANTES,

7
MCP-1 dan MIP-1α

2.3 Fungsi Sitokin

Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dan mengawali, mempengaruhi
dan meningkatkan respons imun nonspesifik.Pada imunitas nonspesifik, sitokin diproduksi
makrofag dan sel NK (natural killer), berperan pada inflamasi dini, merangsang poliferasi,
diferensiasi dan aktivasi sel efektor khusus seperti makrofag. Pada imunitas spesifik sitokin
yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-sel imun spesifik.

Ada dua macam respon imun yang terjadi apabila ada mikroba yang masuk ke dalam
tubuh, yaitu innate dan adaptif respon. Sel yang berperan dalam innate respon adalah sel
fagosit (netropil, monosit dan makrofag). Sel yang melepaskan mediator inflamasi (basofil,
sel mast dan eosinofil) serta sel natural killer. Komponen lain dalam innate response ini
adalah komplemen, acutephase protein dan sitokin seperti interferon 4. Adaptive response
meliputi proliferasi antigen-specific sel T dan sel B, yang terjadi apabila reseptor permukaan
sel ini berikatan dengan antigen. Sel khusus yang disebut dengan antigen-presenting cells
(APC) mempresentasikan antigen pada MHC dan berikatan dengan reseptor limfosit. Sel B
akan memproduksi imunoglobulin, yang merupakan antibodi yang spesifik terhadap antigen
yang dipresentasikan oleh sel APC.

Sedangkan sel T dapat melakukan eradikasi mikroba intraseluler dan membantu sel B
untuk memproduksi antibodi.17 Sel T CD4 merupakan cytokine-secreting helper cells,
sedangkan sel T CD8 merupakan cytotoxic killer cells. Sel T CD4 secaca umum dibagi
menjadi dua golongan yaitu T helper tipe 1 (Th-1) dan T helper tipe 2 (Th-2). Sitokin yang
disekresi oleh Th-1 adalah IL-2 dan IFN-y sedangkan sitokin yang disekresi Th-2 adalah IL-
4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Sitokin-sitokin ini juga mempunyai peranan dalam sistem kontrol.
Sekresi IFN-g akan menghambat sel Th-2 sedangkan sekresi IL-10 akan menghambat sel Th-
1.17,18 Sitokin mempunyai peranan yang penting untuk menentukan tipe respon imunitas
tubuh yang efektil untuk melawan agent infeksius. Sekresi IL-12 oleh APC akan
menyebabkan sekresi IFN- dari Th-1. Sitokin akan mengaktivasi makrofag dengan efisien
untuk membunuh kuman intraseluler, Secara sederhana digambarkan bahwa produksi sitokin
oleh Th-1 memfasilitasi CMI termasuk aktivasi makrofag dan T-cell-mediated
cytotoxicity17.

8
Ada tiga kategori fungsi sitokin dalam system imun yaitu:

a) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun alami


b) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun didapat
c) sitokin sebagai stimulator hematopoiesis.

Sitokin yang berperan sebagai mediator dan regulator respon imun alami dihasilkan
terutama fagosit mononuklear seperti makrofag dan sel dendrit dan sebagian kecil oleh
limfositT dan sel NK. Sitokin-sitokin tersebut diproduksi sebagai respon terhadap agen
molekul tertentu seperti LPS (Hpopoysaccharide), peptidoglykan monomers, teicoid acid dan
DNA double stranded. Beberapa sitokin yang penting adalah tumor necrosis factor (TNF),
IL-1, interferon gamma (IFN gamma), IL-6, IL-10,1L-12. Sitokin-sitokin yang berfungsi
sebagai mediator dan regulator respon imun didapat terutama diproduksi oleh limfosit T yang
telah mengenal suatu antigen spesifik untuk sel tersebut. Sitokine ini mengatur proliferasi dan
diferensiasi limfosit pada fase pengenalan antigen dan mengaktifkan sel efector. Bakteri atau
antigen yang berbeda akan merangsang sel T helper CD4+ untuk berdeferensiasi menjadi Th-
1 dan Th-2 yang mengahasilkan sitokin yang berbeda pula. Beberapa diantaranya yang
penting adalah : IL- 2, IL-4, IL-5, TGF (tranforming growth factor), IFN gamma, IL-13.
Sedangkan sitokin yang merangsang hematopoiesis yaitu sitokine diperlukan untuk mengatur
hematopoiesis dalam sumsum tulang. Beberapa sitokin yang diproduksi selama respon
imunitas alami dan didapat, merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel progenitor
sumsum tulang. CSF , IL-3, GM-CSF, G-CSF merupakan beberapa sitokin yang penting
untuk proses hemopoiesis.

2.4 Sitokin pada Hematopoiesis

Segolongan sitokin yang disebut CSF (cairan serebrospinal) berperan dalam


hematopoiesis pada manusia yaitu GM-CSF, G-CSF dan M-CSF. Sitokin golongan ini
berperan dalam perkembangan, diferensiasi dan ekspansi sel-sel mieloid. Pada dasarnya
sitokin tersebut merangsang diferensiasi sel progenitor dalam sumsum tilang menjadi sel
yang spesifik dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan inflamasi yang
memerlukan pengerahan leukosit akan juga memacu produksi sitokin.

2.5 Peran Sitokin dalam Imunitas nonspesifik

9
Respoms imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan bakteri berupa sekresi
sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel efektor. Interaksi antigen dan makrofag dan
yang menimbulkan aktivasi Th menimbulkan pelepasan sejumlah sitokin dan menimbulkan
jaring interaksi kompleks dalam respons imun.

SITOKIN Sumber Utama Sasaran Utama dan Efek Biologik


IL-1 Makrofag, endotel, beberapa sel Endotel : aktivasi (inflamasi,
epitel koagulasi)
Hipotalamus: panas
Hati : APP
IL-6 Makrofag, sel endotel, sel T Hati : sintesis APP
Sel B : proliferasi sel plasma
IL-10 Makrofag, Sel T terutama Th2 Makrofag, sel dendritik : mencegah
produksi IL-21 dan ekspresi
kostimulator dan MHC-II
IL-12 Makrofag, sel dendritik Sel T: diferensiasi Th1
Sel NK dan sel T : sintesis IFN-γ,
meningkatkan aktivitas sitolitik
IL-15 Makrofag, sel lain Sel NK : proliferasi
Sel T : proliferasi (sel memori
CD8+)
IL-18 Makrofag Sel NK dan sel T : sintesis IFN-γ
IFN-α, IFN-α : makrofag Semua sel : antivirus, peningkatan
IFN-β IFN-β : fibroblas ekspresi MHC-I
Sel NK : aktivasi
IFN-γ Th1 Aktivasi sel NK dan makrofag,
induksi MHC II
Kemokin Makrofag, sel endotel, sel T, Leukosit : kemotaksis, aktivasi,
fibroblas, trombosit migrasi ke jaringan
TNF Makrofag, sel T Sel endotel : aktivasi (inflamasi,
koagulasi)
Neutrofil : aktivasi
Hipotalamus : panas

10
Hati : sintesis APP
Otot, lemak : katabolisme
(kaheksia)
Banyak jenis sel : apoptosis

1) TNF (Tumor Necrosis Factor)


TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut terhadap bakteri
negatif-gram dan mikroba lain. Infeksi yang berat dapat memicu produksi TNF dalam
jumlah besar yang menimbulkan reaksi sistemik .
TNF disebut TNF-α atas dasar historis dan untuk membedakannya dari TNF-β
atau limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit mononuklear dan sel T yang
diaktifkan antigen, sel NK dan sel mast. Pada kadar rendah, TNF bekerja terhadap
leukosit dan endotel, menginduksi inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF berperan
dalam inflamasi sistemik. Pada kadar tinggi, TF menimbulkan kelainan patologik
syok septik.
2) IL-1
Fungsi utama IL-1 adalah sama dengan TNF, yaiu mediator inflamasi yang
merupakan respons terhadap infeksi dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan
pada imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1 juga sama dengan TNF yaitu fagosit
mononuklear yang diaktifkan.
3) Il-6
IL-6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi fagosit mononuklear,
sel endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons terhadap mikroba dan
sitokin lain. Dalam imunitas nonspesifik, IL-6 merangsang hepatosit untuk
memproduksi APP dan bersama CSF merangsang progenitor di sumsum tulang untuk
memproduksi neutrofil. Dalam imunitas spesifik, IL-6 merangsang pertumbuhan dan
diferensiasi sel B menjadi sel mast yang memproduksi antibodi.
4) IL-10
IL-10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendritik yang berperan dalam
mengontrol reaksi imun nonspesifik dan imun selular. IL-10 diproduksi terutama oleh
makrofag yang diaktifkan. IL-10 mencegah produksi IL-12 oleh makrofag dan sel
dendritik yang diaktifkan. IL-10 mencegah ekspresi kostimulatori molekul MHC-II
pada makrofag dan sel dendritik.

11
5) IL-12
IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini terhadap mikroba
intraselular dan merupakan induktor kunci dalam imunitas selular spesifik terhadap
mikroba. Sumber utama IL-12 adalah fagosit mono nuklear dan sel dendritik yang
diaktifkan.
6) IFN tipe I
IFN tipe I (IFN-α dan IFN-β) berperan dalam imunitas nonspesifik dini pada
infeksi virus. Nama interferon berasal dari kemampuannya dalam intervensi infeksi
virus. Efek IFN tipe I adalh proteksi terhadap infeksi virus dan meningkatkan
imunitas selular terhadap mikroba intraselular. IFN tipe I mencegah replikasi virus,
meningkatkan ekspresi molekul MHC-I, merangsang perkembangan Th1, mencegah
proliferasi banyak jenis sel antara lain limfosit in vitro.
IFN tipe I diproduksi oleh sel terinfeksi virus dan makrofag. Interferon adalah
sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel NK dan
berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus. IFN mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel sekitar sel
yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus.
7) IL-15
IL-15 diproduksi fagosit mononuklear dan mungkin jenis sel lain sebagai
respons terhadap infeksi virus, LPS dan sinyal lain yang memacu imunitas
nonspesifik. IL-15 merupakan faktor pertumbuhan dan faktor hidup terutama untuk
sel CD8+ yang hidup lama.
8) IL-18
IL-18 memiliki stuktur yang homolog dengan IL-1, namun mempunyai efek
yang berlainan. IL-18 diproduksi makrofag sebagai respons terhadap LPS dan produk
mikroba lain, merangsang sel NK dan sel T untuk memproduksi IFN-γ. Jadi IL-18
adalah induktor imunitas selular bersama IL-21.
9) IL-19, IL-20, IL-22, IL-23, IL-24
Beberapa sitokin lain telah dapat diidentifikasi dan diketahui sebagai homolog
dengan IL-10. Diduga sitokin-sitokin ini berperan pada inflamasi kulit. Fungsi IL-19
belum diketahui secara jelas. IL-21 homolog dengan IL-15, merangsang proliferasi sel
NK. IL-23 serupa dengan IL-12, dapat merangsang respons imun selular.
10) Sitokin lain

12
Interleukin lain seperti : IL-25, IL-26, IL-27, IL-28, IL-29, IL-30, IL-31, IL-
32, BCAF dan sebagainya dapat dilihat pada Apendiks B.

2.6 Peran Sitokin pada Imunitas Spesifik

Sitokin berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit setelah antigen


dikenal dalam fase aktivasi pada respons spesifik dan selanjutnya berperan dalam
aktivasi dan proliferasi sel efektor khusus.

1) IL-2
IL-2 adalah faktor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang antigen dan
berperan pada ekspansi klon sel T setelah antigen dikenal. IL-2 meningkatkan
proliferasi dan diferensiasi sel imun lain (sel NK, sel B). IL-2 meningkatkan
kematian apoptosis sel T yang diaktifkan antigen melalui Fas. Fas adalah golongan
reseptor TNF yang diekspresikan pada permukaan sel T.
IL-2 merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK. IL-2 juga
mencegah respons imun terhadap antigen sendiri melalui peningkatan apoptosis sel
T melalui Fas dan merangsang aktivitas sel T regulatori.
2) IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan Th2 dari sel
CD4+ naif. IL-4 merupakan sitokin petanda sel Th2. IL-4 merangsang sel B
meningkatkan produksi IgG dan IgE dan ekspresi MHC-II. IL-4 merangsang isotipe
sel B dalam pengalihan IgE, diferensiasi sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah
aktivasi makrofag yang diinduksi IFN-γ dan merupakan GF untuk sel mast terutama
dalam kombinasi dengan IL-3.
3) IL-5
IL-5 merupakan aktivator pematangan dan diferensiasi eosinofil utama dan
berperan dalam hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi eosinofil. IL-5
diproduksi subset sel Th2 (CD4+) dan sel mast yang diaktifkan. IL-5 mengaktifkan
eosinofil.
4) IFN-γ
IFN-γ yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama
MAC dan berperan terutama dalam imunitas nonspesifik dan spesifik selular. IFN-γ
adalah sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh fagosit. IFN-γ
merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN-γ

13
meningkatkan diferensiasi sel CD4+ naif ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi
sel Th2.
5) TGF-β
Efek utama TGF-β adalah mencegah proliferasi dan aktivasi limfosit dan
leukosit lain. TGF-β merangsang produksi IgA melalui induksi dan pengalihan sel
B.
6) Limfotoksin
LT diproduksi sel T yang diaktifkan dan sel lain. LT mengaktifkan sel endotel
dan neutrofil, merupakan mediator pada inflamasi akut dan menghubungkan sel T
dengan inflamasi. Efek ini sama dengan TNF.
7) IL-13
IL-13 memiliki struktur homolog dengan IL-4 yang diproduksi sel CD4 + Th2.
IL-13-R ditemukan terutama pada sel nonlimfoid seperti makrofag. Efek utamanya
adalah mencegah aktivasi dan sebagai antagonis IFN-γ. IL-13 merangsang produksi
mukus oleh sel epitel paru dan berperan pada asma.
8) IL-16
IL-16 diproduksi sel T yang berperan sebagai kemoatraktan spesifik eosinofil.
9) IL-17
IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi produksi
sitokin proinflamasi lain seperti TNF, IL-1 dan kemokin.
10) IL-25
IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan merangsang
produksi sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL-5 dan IL-13. IL-17 dan IL-25 diduga
berperan dalam meningkatkan reaksi inflamasi yang sel T dependen bentuk lain.

2.7 Penyakit yang berhubungan dengan Sitokin

1) Penyakit keseimbangan Th1-Th2


Subset sel Th1-Th2 saling berpengaruh dan diantara kedua subset ada regulasi
silang. Contohnya adalah mengenai adanya reaksi silang sitokin adalah lepra yang
disebabkan M.Lepra, patogen intraselular yang bertahan hidup dalam fagosom
makrofag.

2) Syok Septik

14
Gangguan dalam jaring regulator kompleks yang mengatur ekspersi sitokin dan
reseptornya dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti renjatan septik yang
sering ditemukan dan potensial menyebabkan kematian. Gejalanya berupa tekanan
darah menurun, demam, diare dan pembekuan darah yang luas di berbagai organ.
Renjatan diduga terjadi akibat endotoksin dinding bakteri yang berikatan dengan
TLR pada SD dan makrofag yang memacu produksi IL-1 dan TNF-α berlebihan dan
menimbulkan renjatan septik.
3) Sitokin pada Kanker Limfoid dan Mieloid
Kelainan pada produksi sitokin atau reseptornya berhubungan dengan beberapa jenis
kanker.

2.8 Sitokin dalam Pengobatan

Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang
imunokompromais atau untuk mengerahkan sel-sel yang diperlukan dalam
menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sel sistem imun dalam
respons terhadap tumor, infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Rekombinan anti-
sitokin telah diproduksi dan digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan
keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif/patologik seperti alergi.

Sitokin dapat digunakan bersamaan dengan imunoterapi. Limfosit dari penderita


dengan tumor dapat dibiakkan dalam lingkungan IL-2 untuk mengaktifkan LAK yang
sitotoksik terutama sel NK. Kemudian sel tersebut diinfuskan kembali ke penderita
dengan tumor tadi.

15
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sitokin

Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun1960 untuk golongan protein yang
diproduksi limfosit B dan T yang diaktifkan,. Ternyata sel-sel lain seperti makrofag,
eosinophil, sel mast, sel endotel dan epitel juga memproduksi protein golongan tersebut. Oleh
karena itu istilah yang lebih tepat adalah sitokin. Jadi sitokin merupakan protein sistem imun
yang mengatur interaksi antarsel dan memacu reaktivitas imun, baik pada imunitas
nonspesifik maupun spesifik. Pengetahuan mengenai IL terus berkembang dewasa ini sudah
diketahui sekitar 40 jenis IL dan 200 protein dengan sifat sitokin (lihat Apendiks Sitokin).

3.1 Sifat Umum Sitokin

.Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung (Gamabar 9.1).

16
Langsung

- Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleitropi)


- Autoregulasi (fungsi autokrin)
- Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)

Tidak langsung

- Menghindari ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin
lain dalam merangsang sel (sinergisme)
- Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)

Sitokin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Sitokin adalah polipeptida yang diprodksi sebagai respons terhadap rangsang mikroba
dan antigen lainnya dan berperan sebagai mediator pada reaksi imun dan inflamasi
 Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai molekul
preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis
sel yang menimbulkan berbagai efek) dan redundan (berbagai sitokin menunjukkan
efek yang sama. Oleh karena itu efek antagonis satu sitokin tidak akan menunjukkan
hasil nyata, karena ada kompensasi dari sitokin yang lain
 Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain
 Efek sitokin dapat lokal atau sistemik
 Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap sitokin
 Efek sitokin terjadi melalui ikatan dengan reseptornya pada membrane sel sasaran
 Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekspresi gen
terhadap sel sasaran yang menimbukan ekspresi fungsi baru dan kadang proliferasi sel
sasaran

Sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi, atau perantara dalam komunikasi
antar sel yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah ( 10−11−10−15mol/l dapat
merangsang sel sasaran). Reseptor yang diekspresikan dan afinitasnya merupakan faktor
kunci respons selular. Jadi sitokin berperan dalam aktivitas sel T, sel B, monosit, makrofag,
inflamasi dan induksi sitotoksitas. Beberapa sitokin juga mempunyai efek anti-neoplastik dan
fungsi dalam hematopoiesis.

17
Sitokin yang berperan pada imunitas nonspesifik dan spesifik umumnya diproduksi oleh
berbagai sel dan berkerja terhadap sel sasaran yang berbeda, meskipun tidak mutlak. Hal
tersebut disebabkan karena sitokin yang sama dapat diinduksi selama reaksi imun nonspesifik
dan spesifik. Berbagai sitokin yang diproduksi dapat menunjukkan reaksi yang tumpuk tindih
(Gambar 9.2).

3.2 Antagonis Sitokin

Sejumlah protein mencegah aktivitas biologis sitokin. Protein tersebut berikatan dangan
reseptor sitokin tetapi tidak dapat mengaktifkan sel, atau berikatan direk dengan sitokin yang
mencegah aktivitasnya. Contoh yang menghambat adala antagonis IL-1R (IL-1Ra) yang
berikatan IL-1R tetapi tidak memiliki aktivitas. Produksi IL-1Ra diduga berperan dalam
regulasi respons intensitas inflamasi. Inhibitor sitokin ditemukan dalam darah dan cairan
ekstraselular.

18
Beberapa virus dapat mengembangkan strategi untuk menghindari aktivitas sitokin.
Strategi antisitokin tersebut merupakan bukti biologis pentingnya sitokin dalam menimbulkan
respons imun yang efektif terhadap mikroba. EBV memproduksi molekul serupa IL-10 (vIL-
10) yang mengikat reseptor IL-10R dan seperti IL-10 selular menekan respons Th1 yang
efektif terhadap parasite intraselular dan virus. Molekul yang diproduksi virus yang
menyerupai sitokin memungkinkan virus untuk memanipulasi respons imun yang membantu
masa hidup patogen. EBV juga memproduksi IL-1Ra. Sejumlah produk virus dapat
mencegah sitokin dan aktivitasnya.

3.3 Fungsi Sitokin

Berperan dalam imunitas nonspesifik spesifik dan mengawali, mempengaruhi


meningkatkan respons imun nonspesifik (Gambar 9.3).

Makrofag dirangsang oleh TNF-α dan IL-1 disamping juga induksi sitokin-sitokin tersebut.
IL-1, dan TNF-α merupakan sitokin produksi dan inflamasi spesifik. Di samping sitokin-
sitokin yang berfungsi diferensiasi dan fungsi serta sel imun dan jaringan.

19
3.4 Efek biologis sitokin

Efek biologis timbul setelah diikat reseptor spesifiknya yang diekspresikan pada
membaran sel organ sasaran. Jenis sel mengekspresikan resptor tersebut yang rentan terhadap
sitokin. Dewasa ini sudah dilakukan cloning dari gen sitokin reseptor tersebut sehingga
dilakukan identifikasi untuk mengetahui ciri-ciri reseptor-reseptor tersebut.

Struktur reseptor berbagai sitokin sangat berbeda, tetapi hasil cloning menunjukkan
tergolong pada 5 famili yaitu :

 Superfamili imunoglobulin
 Famili reseptor kelas I yang juga disebut famili reseptor hematopoietin
 Famili reseptor kelas II yang juga diketahui sebagai famili reseptor interferon
 Famili reseptor TNF
 Famili reseptor kemokin

B. Sitokin pada hematopoiesis

Penggolongan sitokin yang disebut CSF berperan dalam hematopoiesis pada manusia
yaitu GM-CSF, G-CSF dan M-CSF. Sitokin golongan ini berperan dalam perkembangan,
diferensiasi dan ekspansi sel-sel mieloid. Pada dasarnya sitokin tersebut (Gambar 9.4)

20
merangsang diferensiasi sel progenitor dalam sumsum tulang menjadi sel yang spesifik dan
berperan pada pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan inflamasi yang memerlukan
pengerahan leukosit akan juga memacu produksi sitokin.

Pada imunitas nonspesifik, sitokin diproduksi makrofag dan sel NK, berperan dalam
inflamasi dini, merangsang proliferasi, diferensiasi dan aktivitas sel efektor khusus seperti
makrofag. Pada manusia spesifik sitokin yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-sel imun
spesifik.

C. Sitokin pada imunitas spesifik

Respons imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan bakteri berupa sekresi
sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel efektor (Gambar 9.5).

21
1. TNF

TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut terhadap bakteri negatif-Gram
dan mikroba lainnya. Infeksi yang berat dapat memicu produksi TNF dalam jumlah besar
yang menimbulkan reaksi sistemik. TNF disebut TNF-α atas dasar historis dan untuk
membedakannya dari TNF- β atau limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit
mononuklear dan sel T yang diaktifkan antigen, sel NK dan sel mast. LPS merupakan
rangsangan poten terhadap makrofag untuk mensekresi TNF. IFN- γ yang diproduksi sel T
dan sel NK juga merangsang makrofag antara lain meningkatkan sintesi TNF (Gambar 9.6).

22
Pada kadar rendah, TNF bekerja terhadap leukosit dan endotel, menginduksi inflamasi
akut. Pada kadar sedang, TNF berperan dalam inflamasi sistemik. Pada kadar tinggi, TNF
menimbulkan kelainan patologik syok septik.

TNF memiliki efek biologis sebagai berikut :

 Pengerahan neutrofil dan monosit ke tempat infeksi serta mengaktifkan sel-sel


tersebut untuk menyingkirkan mikroba
 Memacu ekspresi molekuk adhesi sel endotel vascular untuk leukosit. Molekul adhesi
terpenting adalah selektin dan ligan untuk integrin leukosit.
 Merangsang makrofag mensekresi kemokin dan menginduksi kemotaksis dan
pengerahan leukosit
 Merangsang fagosit mononuklear untuk mensekresi IL-1 dengan efek seperti TNF
 Menginduksi apoptosis sel inflamasi yang sama
 Merangsang hipotalamus yang menginduksi panas dan oleh karena itu disebut pirogen
endogen. Panas ditimbulkan atas pengaruh prostaglandin yang diproduksi sel
hipotalamus yang dirangsang TNF dan IL-1. Inhibitor sintesis prostaglandin seperti

23
aspirin, menurunkan panas. TNF seperti halnya dengan IL-1 dan IL-6 meningkatkan
sintesis protein serum tertentu seperti amyloid A protein dan fibrinogen oleh
hepatosit.
 Produksi TNF dalam jumlah besar dapat mencegah kontraktilitas miokard dan tonus
otot polos vaskular yang menurunkan tekanan darah atau syok dan sel lemak yang
dapat menimbulkan kaheksia, gangguan metabolisme berat seperti gula darah turun
sampai kadar darah yang tidak memungkinkan untuk hidup. Hal ini disebabkan
karena penggunaan glukosa yang berlebihan oleh otot dan hati dan gagal untuk
menggantikannya.
 Komplikasi sindrom sepsis yang di timbulkan bakteri negatif-Gram ( atau syok
endotoksin)yang di tandai dengan kolaps vaskular.
 DIC dan gangguan metabolik disebabkan produksi TNF yang di rangsang LPS, dan
sitokin lain seperti IL-12, IFN-γ dan IL-1. Kadar TNF darah mempunyai nilai prediksi
yang akan terjadi akibat infeksi bakteri negatif-Gram yang berat.
 TNF menimbulkan trombosis intravaskular, terutama akibat hilangnya sifat
antikoagulan normal endotel. TNF merangsang ekspresi tissue factor oleh endotel
yang merupakan aktivator kuat koagulasi dan mencegah ekspresi trombomodulin
yang merupakan inhibitor koagulasi. Eksaserbasi perubahan endosel diaktifkan
neutrofil yang menimbulkan sumbatan vaskular. Efek biologis utama TNF terlihat
pada gambar 9.7.

2. IL-1

Fungsi utama IL-1 adalah sama dengan TNF, yaitu mediator inflamasi yang merupakan
respons terhadap infeksi dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan pada imunitas
nonspesifik. Sumber utama IL-1 juga sama dengan TNF yaitu fagosit mononuklear yang
diaktifkan. Efek biologis IL-1 sama seperti TNF yang tergantung dari jumlah yang diproduksi
(tabel 9.5).

3. IL-6

IL-6 berfungsi dalam imunitas non-spesifik dan spesifik, diproduksi fagosit mononuklear, sel
endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons terhadap mikroba dan sitokin lain. IL-
6 mempunyai berbagai fungsi. Dalam imunitas nonspesifik, IL-6 merangsang hepatosit untuk
memproduksi APP dan bersama CSF merangsang progenitor di sumsum tulang untuk

24
memproduksi neutrofil. Dalam tumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel mast yang
memproduksi antibodi. IL-6 juga merupakan GF sel plasma neoplastik (mieloma) (gambar
9.8).

4. IL-10

IL-10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendritik yang berperan dalam mengontrol
reaksi imun nonspesifik dan imun selular. IL-10 diproduksi terutama oleh makrofag yang
diaktifkan. Hal tersebut merupakan contoh dari regulator feedback negatif. IL-10 mencegah
produksi IL-12 oleh makrofag dan sel dendritik yang di aktifkan. IL-10 mencegah ekspresi
kostimulatori molekul MHC-II pada makrofag dan sel dendritik.

Gambar 9.7 Efek biologik TNF

Dalam kadar yang sedikit, TNF bekerja terhadap leukosit dan endotel yang menginduksi
inflamasi akut, dalam kadar sedang, TNF bekerja terhadap efek sistemik inflamasi dan dalam
kadar tinggi, TNF menimbulkan kelainan patologis syok septik.

5. IL-12

IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini terhadap mikroba intraselular
dan merupakan induktor kunci dalam imunitas selular spesifik terhadap mikroba. Sumber
utama IL-12 adalah fagosit mononuklear dan sel dendritik yang diaktifkan, Efek biologis IL-
12 adalah merangsang produksi IFN-γ oleh sel NK dan sel T, diferensiasi sel T CD4₊

25
menjadi sel Th1 yang memproduksi IFN-γ. IL-12 juga meningkatkan fungsi sitolitik sel NK
dan sel CD8₊/CTL (gambar 9.9 dan 9.10).

Gambar 9.9 Efek biologis IL-12

26
IL-12 diproduksi makrofag dan sel dendritik sebagai respons terhadap mikroba atau terhadap
sinyal sel T seperti ligan CD40 yang mengikat CD40, IL-12 bekerja terhadap limfosit dan sel
NK untuk merangsang produksi IFN-γ dan aktivitas sitolik untuk menyingkirkan mikroba
intraselular.

6. IFN tipe I

IFN tipe I (IFN-β) berperan dalam imunitas nonspesifik dini pada infeksi virus. Nama
interferon berasal dari kemampuan dalam intervensi infeksi virus. Efek IFN Tipe I adalah
proteksi terhadap infeksi virus dan meningkatkan imunitas selular terhadap mikroba
intraselular. IFN tipe I mencegah replikasi virus, meningkatkan ekspresi molekul MHC-I ,
merangsang perkembangan Th1, mencegah proliferasi banyak jenis sel antara lain limfosit in
vitro ( Gambar 9.11).

27
IFN tipe I diproduksi oleh sel terinfeksi virus dan makrofag (tidak tergambar). IFN
Tipe I mencegah infeksi virus dan meningkatkan aktivitas CTL terhadap sel yang terinfeksi
virus. Interveron menginduksi ekspresi MHC-II di sel jaringan, meningkatkan ekspresi Fc-R
pada makrofag dan aktivitas sel NK (Gambar 9.12).

Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang


diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai
respons terhadap infeksi virus IFN mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel
sekitar sel yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus. Di samping itu, IFN juga
dapat mengaktifkan sel NK. Sel yang di infeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan
perubahan pada permukaannya yang akan dikenal dan dihancurkan sel NK. Dengan demikian
penyebaran virus dapat dicegah.

Produksi IFN diinduksi oleh infeksi virus atau suntikan polinukleotida sintetik IFN
dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu, Tip I dan Tipe II. Tipe I terdiri atas IFN-α yang disekresi
makrofag dan leukosit lain serta IFN-β disekresi oleh fibroblas. IFN Tipe II adalah IFN-γ
yang juga disebut IFN imun, disekresi sel T setelah dirangsang oleh antigen spesifik. Efek
proteksi IFN terjadi melalui reseptor di membran sel dan mengaktifkan gen yang
menginduksi sel untuk memproduksi protein antivirus yang mencegah translasi mRNA virus.
IFN juga menigkatkan aktivitas sel T, makrofag, ekspresi MHC dan efek sitotoksik sel NK.
MHC berfungsi untuk mengikat peptida dalam presentasi ke sel T.

28
7. IL-15

IL-15 diproduksi fagosit mononuklear dan mungkin jenis sel lain sebagai respons terhadap
infeksi virus, LPS dan sinyal lain yang memacu imunitas nonspesifik. IL-15 yang disintesis
fagosit pada infeksi virus, merangsang ekspansi sel NK dalam beberapa hari pasca infeksi.
IL-15 dapat dianggap ekuivalen dengan IL-2. IL-15 berperan pada imunitas nonspesifik dini
dan IL-2 pada imunitas spesifik dini. IL-15 juga merupakan faktor pertumbuhan dan faktor
hidup terutama untuk sel CD8+ yang hidup lama.

8. IL-18

IL-18 memiliki struktur yang homolog dengan IL-1, namun mempunyai efek yang berlainan.
IL-18 diproduksi makrofag sebagai respons terhadap LPS dan produk mikroba lain,
merangsang sel NK dan sel T untuk memproduksi IFN-γ jadi IL-18 adalah induktor imunitas
selular bersama IL-21 (Gambar 9.13).

9. IL-33

IL-33 digambarkan sebagai superfamili IL-1 dan juga diketahui berperan sebagai komponen
yang mengatur respons imun alamiah terutama aktivasi sel mast ( Gambar 9.14).

Gambar 9.12 peran IFN tipe I pada respons imun nonspesifik terhadap infeksi virus

A. Tanpa IFN (atas) virus dapat menginfeksi sel pejamu dan berepliksi di dalam sel
membentuk asam nukleat dan protein baru, virus menyebar pirogeni virus dari sel
terinfeksi ke sel pejamu lain. Bila IFN-1 diproduksi sebagai respons terhadap infeksi

29
(bawah), IFN berikatan dengan reseptor pada permukaan sel pejamu dan
menghentikan sintesis protein, Hal ini mencegah virus baru atau replikasi virus.
B. IFN bekerja melalui induksi sintesis protein DAI (kiri). DAI diinaktifkan bila
berkaitan dengan dsRNA yang sering ditemukan dalam genom banyak virus. DAI
aktif menimbulkan fosforilase dan inaktivasi inhibitor factor 2 eukariosit (kanan).
Beberapa virus seperti virus adeno dan epstein barr mampu mencegah aktivitaas DAI.

D. Sitokin pada imunitas spesifik

Sitokin berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit setelah antigen dikenal dalam fase
aktivasi pada respon spesifik dan selanjutnya berperan dalam aktivasi dan proliferasi sel
efektor khusus (Tabel 9.6).

1.IL-2

IL-2 adalah faktor pertumbuhan untuk sel T yang di rangsang antigen dan berperan pada
ekspansi reseptor IL-2 ditingkatkan oleh rangsangan antigen, oleh karena itu sel T yang
mengenal entigen merupakan sel utama yang berpoliferasi pada respons imun spesifik. IL-2
meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel imun.

30
IL-2 meningkatkan kematian apoptosis sel T yang diaktifkan antigen melalui Fas. Fas adalah
golongan reseptor TNF yang diekspresikan pada permukaan sel T. Banyak sel lain menginisiasi

31
kaskade sinyal dalam apoptosis. Kematian sel terjadi akibat ikatan Fas dengan ligannya yang
diekspresikan oleh sel T yang diaktifkan. Kematian sel T tersebut merupakan hal yang penting dalam
mempertahankan toleransi self. Mutasi dalam gen Fas dapat menimbulkan penyakit autoimun
sistemik.

IL-2 merangsang poliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK. IL-2 juga mencegah respons imun
terhadap antigen sendiri melalui peningkatan apoptosis sel T melalui Fas dan merangsang aktivitas sel
T regulatori.

2. IL-4

IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan Th2 dari sel CD4 + naïf. IL-4
merupakan sitokin petanda sel Th2. IL-4 merangsang sel B meningkatkan produksi IgG dan IgE dan
ekspresi MHC-II (Gambar 9.16 dan 9.17). IL-4 merangsang isotope sel B dalam pengalihan IgE,
diferensiasi sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah aktivasi makrofag yang diinduksi IFN- γ dan
merupakan GF untuk sel mast terutama dalam kombinasi dengan IL-3.

32
3. IL-5

IL-5 merupakan aktivator pematangan dan diferensiasi eosinofil utama dan berperan dalam
hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi eosinofil. IL-5 diproduksi subset set Th2 (CD4 +) dan sel
mast yang diaktifkan (Gambar 9.18).

Sel CD4+ yang berdiferensiasi menjadi sel Th2 melepas IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang sel B
untuk memproduksi IgE yang diikat sel mast. IL-4 juga bersifat autokrin dan merupakan sitokin yang
berperan dalam diferensiasi sel Th2. IL-5 mengaktifkan eosinofil. Sitokin asal Th2 merupakan
antagonis efek aktivasi makrofag atas pengaruh sitokin sel Th1.

33
4. IFN- γ

IFN- γ yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama MAC dan berperan
terutama dalam imunitas nonspesifik dan spesifik selular. IFN- γ adalah sitokin yang mengaktifkan
makrofag untuk membunuh fagosit. IFN- γ merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan
kostimulator APC. IFN- γ meningkatkan diferensiasi sel CD4 + naïf ke subset sel Th1 dan mencegah
proliferasi sel Th2. IFN- γ bekerja terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang mengikat Fc γ -
R pada fagosit dan mengaktifkan komplemen. Kedua proses tersebut meningkatkan fagositosis
mikroba yang diopsonisasi, IFN- γ dapat mengalihkan Ig yang berpartisipasi dalam eliminasi mikroba.
IFN- γ mengaktifkan neutrofil dan merangsang efek sitolitik sel NK (Gambar 9.19).

IFN- γ mengaktifkan fagosit dan APC dan induksi pengalihan sel B (isotip antibodi yang
dapat mengikat komplemen dan Fc-R pada fagosit, yang berbeda dengan isotip yang diinduksi IL-4),
menginduksi tidak langsung efek Th1 atas peran peningkatan produksi IL-12 dan ekspresi reseptor.

34
5. TGF- β

Efek utama TGF- β adalah mencegah proliferasi dan aktivasi limfosit dan leukosit lain. TGF- β
merangsang produksi IgA melalui induksi dan pengalihan sel B.

6. Limfotoksin

LT diproduksi sel T yang diaktifkan dan sel lain. LT mengaktifkan sel endotel dan neutrofil,
merupakan mediator pada inflamasi akut dan menghubungkan sel T dengan inflamasi. Efek ini sama
dengan TNF.

7. IL-13

IL-13 memiliki struktur homolog dengan IL-4 yang diproduksi sel CD4 + Th2. IL-13-R ditemukan
terutama pada sel nonlimfoid seperti makrofag. Efek utamanya adalah mencegah aktivasi dan sebagai
antagonis IFN- γ . IL-13 merangsang produksi mucus oleh sel epitel paru dan berperan pada asma.
Fungsi IL-13 terlihat pada Gambar 9.20

35
8. IL-16

IL-16 diproduksi berbagai sel dengan fungsi multiple.

9. IL-17

IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi produksi sitokin proinflamasi lain
seperti TNF, IL-1 dan kemokin. (Lihat pembahasan Th17 Bab V)

10. IL-23

Merangsang perkembangan sel T CD4 untuk memproduksi IL-17

11. IL-25

IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan merangsang produksi sitokin Th2 lainnya
seperti IL-4, IL-5, dan IL-13, IL-17 dan IL-25 diduga berperan dalam meningkatkan reaksi inflamasi
yang sel T dependen bentuk lain. Perbandingan ciri-ciri sitokin yang berperan pada imunitas
nospesifik dan spesifik terlihat pada Tabel 9.7.

36
12. IL-31

IL-31 terutama diproduksi sel Th2 yang diaktifkan dan bekerja melalui IL-31R yang
diekpresikan pada sel monosit yang diaktifkan, epitel dan karatinosit. Ekspresi IL-31 berlebihan dapat
menimbulkan gatal, alopesia, lesi kulit, hipereaktivitas bronkus, dermatitis dan alergi.

13. IL-9

IL-9 yang diproduksi sel T pertama kali digambarkan sebagai sitokin serupa IL-4, IL-5, IL-13
yang diproduksi oleh Th2. Ternyata IL-9 diproduksi oleh Th9 yang merupakan subset Th lain.
Efeknya terlihat pada Gambar 9.21.

37
E. Sitokin Lain

Beberapa sitokin lain telah dapat diidentifikasi. Fungsi IL-19 belum diketahui dengan jelas.
IL-21 homolog dengan IL-15, merangsang proliferasi sel NK. IL-23 serupa dengan IL-12 dapat
merangsang respons imun selular (Lihat Apendiks B). Sitokin lain seperti: IL-26, IL-27, IL-28, IL-29,
IL-30, IL-32, BCAF juga dapat dilihat pada Apendiks B

F. Sinyal transduksi sitokin

Semua reseptor sitokin terdiri dari satu atau lebih protein transmembran yang berfungsi untuk
mengikat sitokin dan bagian sitoplasmanya berperan untuk mengawali jalur sinyal intraselular. Sinyal
transduksi dapat berupa produk mikroba dan reseptornya adalah PRR pada leukosit.
Mekanisme transduksi yang terjadi melalui sitokin terlihat pada Gambar 9.22 dan Tabel 9.8.
Sinyal transduksi dibahas pula dalam bab 5 Sel-sel Sistem Imun Spresifik dan Bab 13
Mekanisme Efektor Imun.

38
G. Sitokin Th1 dan Th2

Subkelas sel Th1 dan Th2 tidak dapat dibedakan secara morfologik, tetapi dapat
dibedakan dari perbedaan sitokin yang diproduksinta (tabel 9.9). sitokin-sitokin yang
diproduksi sel Th1 dan Th2 terlihat pada Gambar 9.23 dan 9.24.

Sitokin menginduksi reseptor bergerombol yang menimbulkan fosforilasi rantai reseptor atas
pengaruh Jak, ikatan dengan STAT inaktif, fosforilase STAT yang diikat (juga oleh Jak),
dimerisasi STAT dan migrasi ke nukleus, dan rangsangan transkripsi gen.

39
Tabel 9.8 Mekanisme Sinyal transduksi reseptor sitokin

Jalur sinyal transduksi Reseptor sitokin yang Mekanisme sinyal


menggunakan jalur ini
Jalur Jak-STAT Reseptor sitokin Tipe I dan Ikatan famili protein adaptor
II TRAF aktivasi faktor
transkripsi
Sinyal TNF-R oleh TRAF Famili TNF-R : TNF-RI, Ikatan domain protein
Fas adaptor kematian, aktivator
kaspase
Domain TIR/jalur IRAK I-1R dan IL-18R Ikatan kinase famili IRAK
dengan domain TIR, aktivasi
faktor transkripsi
Reseptor bertumbuhnya TGF-β-R. M-GFR, reseptor Aktivasi kinase instrinsik
dengan kinase sel induk dalam reseptor, aktivasi
faktor transkripsi
Sinyal protein G Reseptor kemokin Pertukaran GTP dan
disosiasi Ga-GTP asal Gbg,
Ga, GTP mengaktifkan
berbagai enzim selular.
Melalui sekresi sitokin seperti IFN-γ, TNF- β/LT dan IL-2, sel Th1 mengatur imunitas selular
melalui peningkatan aktivasi makrofag, neutrofil dan CTL. Selanjutnya sel Th1 dapat
meningkatkan efek selulae malaui sel B dengan memproduksi antibodi isotop yang
diperlukan dalan ADCC. Berbagai sitokin berperan terhadap produksi dan pengarahan isotip
antibodi oleh sel B. IL-2 dapat menginduksi produksi IgG-2α (pada tikus) dan IgG3 (pada
manusia). IFN- γ menunjukkan efek negatif terhadap produksi antibodi. IL-4 merangsang
produksi antibodi IgG. IgG1 dan IgE. IL-5 menginduksi IgM dan IgG1 tanpa efek terhadap
produksi IgE.

1. perkembangan subset t helper ditentukan lingkungan sitokin

lingkungan sitokin dari diferensiasi sel Th yang dipacu antigen, menentukan subset yang
diprosuksi. IL-4 adalah esensial untuk respons TH2 dan IFN-γ, IL-12 dan IL-18 penting
dalam fisologi dan perkembangan TH1. Perkembangan Th1 tergantung dari IFN- γ yang
menginduksi sejumlah perubahan termasuk upregulasi produksi IL-12 olrh makrofag dan SD

40
dan aktivasi IL-12R pada sel T yang diaktifkan yang disetai oleh peningkatan ekskresi rantai
β dariIL-12R. Pada awal respons imun, IFN-γ diproduksi oleh sel T yang dirangsang atau sel
NK.

Tabel 9.9 Perbedaan sifat-sifat sel Th1 dan Th2

Th0 Th1 Th2 Th3(Tr1)


Petanda sel CD4 CD4
Limfokim -
IFN- γ - +++ - -
IL-2 + +++ - -
TNF-β - +++ + -
TNF- α - ++ + -
GM-CSF - ++ ++ -
IL-3 - ++ +++ -
IL-4 - - +++ -
IL-5 - - +++ -
IL-6 - - +++ -
Lain-lain - IL-10, 13 IL-9, 10, 13,25 TGF- β, IL-10
Aktivasi makrofag - +++++ + -
Aktivasi sel T - ++ - -
Aktivasi sel B - - ++++ -
Salah satu mediator kunci diferensiasi Th1 adalah makrofag atau SD yang diaktifkan oleh
bakteri intraselular atau parasit intraselular lain atau produk bakteri seperti LPS. Sitokin lain
seperti IL-18, meningkatkan proliferasi dan produksi IFN- γ oleh sel Th1 yang sedang dan
telah berdiferensiasi dan sel NK. Jadi jaringan regulator sitokin secara positif mengontrol sel
Th1.

Dewasa ini telah diketahui sitokin famili IL-12, IL-23, dan IL-27 yang berperan dalam
perkembangan Th1. IL-23 dan IL-27 mempunyai peran sama dengan IL-12 yaitu pada
diferensiasisubswr Th1. Seperti halnya dengan Th1 yang memerlukan IL-12 dan IFN- γ,
perkembangan Th2 tergantung dari IL-4. Pajanan sel T naif dengan IL-4 pada awal respons
imun, menimbulkan diferensiasi menjadi sel Th2. Th2 lebih mudah berkembang dibanding
Th1, meskipun ada IFN- γ dan IL-12.

41
2. Profil sitokin T helper

Sitokin yang diproduksi subser Th1 dan Th2 memiliki dua efek tertahap perkembangan
subset sel Th. Pertama meningkatkan perkembangan subset yang memproduksinya.
Keduanya mencegah perkembangan dan aktivitas subset sebaliknya yang disebut regulasi
silang.

3. Kesimbangan Thelper menentukan penyakit

Progres beberapa penyakit tergantung dari keseimbangan subset Th1 dan Th2. Contoh
yang sudah dipelajari pada manusia adalah lepra yang ditimbulkan oleh M. Leprae, patogen
ekstraselular yang hidup dalam fagosom makrofag.

42
H. Fungsi berbagai sitokin penting

Disamping sejumlah fungsi fisiologik sitokin yang sudah diketahui, sitokin juga
diperlukan dalam induksi respons inflamasi, regulasi hematopoiesis, pengawasaan proliferasi,
diferensiasi selular dan humoral dan penyembuhan luka. Dewasa ini sudah diketahui lebih
dari 200 jenis protein dengan aktivitas seperti sitokin. Fungsi beberapa jenis sitokin penting
terlihat pada Tabel 9.10

1. Penyakit yang berhubungan dengan sitokin

Subset Th1 dan Th2 saling berpengaruh dan di antara kedua subset ada regulasi silang,
seperti terlihat pada gambar 9.25.

Contoh yang sudah banyak diteliti mengenai adanya reaksi silang sitokin adalah lepra
yang disebakan M. Lepra, patogen intraselular yang bertahap hidup dalam fagosom

43
makrofag. Lepra bukan merupakan satu sprektrum penyakit, tetapi menunjukkan dua bentuk
klinis utama, yaitu bentuk tuberkuloid dan lepromatus pada akhir spektrum. Pada bentuk
tuberkuloid, respons CMI berupa granuloma yang menghancurkan hampir semua
mikrobakteri sehingga hanya sebagian kecil mikroba tertinggal di jaringan. Meskipun kulit
dan saraf perifer rusak, lepra tuberkuloid menunjukkan perjalanan progesif perlahan dan
penderita biasanya tetap hidup. Pada bentuk lepomatus, respons CMI ditekan dan terjadi
respons humoral yang membentuk antibodi kadar tinggi (hipergamaglobulinemia). Bentuk ini
adalah progesif, infeksi menyebar ke tulang dan tulang rawan dengan luas, ke saraf dan
merusak jaringan.

Tabel 9.10 Fungsi beberapa sitokin penting*

Sitokin pada imunitas nonspesifik

sitokinˆ Asal sekresi# Sasaran dan dampak


IL-1 Monosit, makrofag, sel Vaskular (inflamasi), hipotalamus (demam), hati
endotel, sel epitel (induksi APP)
TNF-α Makrofag Vaskular (inflamasi), hati (induksi APP),
kehilangan otot, lemak tubuh (kaheksia),
didinduksi kematian berbagai jenis sel, aktivasi
neutrofil.
IL-12 Makrofag, SD Sel NK, mempengaruhi imunitas spesifik
(proliferasi dan sekresi antibodi jalur sel B)
IL-6 Makrofag, sel endotel Hati (induksi APP), mempengaruhi imunitas
spesifik (proliferasi dan sekresi antibodi jalur sel
B)
IFN-α Makrofag Induksi keadaan antiviral pada kebanyakan sel
dengan nukleus, peningkatan ekspresi MHC-I
aktivasi sel NK
IFN-β Fibroblas Induksi keadaan antiviral pada kebanyakn sel
dengan nukleus, peningkatan ekspresi MHC-I,
aktivasi sel NK.

44
Sitokin pada imunitas spesifik

sitokinˆ Asal sekresi# Sasaran dan dampak


IL-2 Sel T Proliferasi sel T, promosi AICD, aktivasi dan
Proliferasi sel NK, Proliferasi sel B
IL-4 Th2, sel mast Promosi diferensiasi Th2, pengalihan isotop ke
IgE
IL-5 Th2 Aktivasi dan pembentukan eosinofil
TGF-β Sel T, makrofag, jenis, Menghambat Proliferasi dan fungsi efektor sel
sel lainnya T, menghambat Proliferasi sel B, promosi
pengalihan isotip ke IgA, menghambat
makrofag
IFN-γ Th1, CD8+, sel NK Aktivasi makrofag, peningkatan ekspresi MHC-
I dan MHC-II, peningkatan presentasi antigen
*
kebanyakan sitokin memiliki lebih dari satu peran
ˆ
tertulis hanya jenis sel utama untuk aktivitas tertentu, jenis sel lainnya juga memiliki
kapasitas serupa
#
perhatikan bahwa sel yang diaktifkan umumnya mensekresi jumlah sitokin yang
lebioh banyak dibanding dengan sel yang tidak diaktifkan.

Perkemkembangan lepra tuberkuloid atau lepromatus tergantung dari keseimbangan Th1-


Th2. Pada bentuk tuberkuloid, respons imun adalah tipe Th1 dengan DTH dan profil sitokin
yang menunjukkan kadar tinggi IL-2, IFN-γ dan IFN-β. Pada bentuk lepromatus, ada respons
Th2 dengan kadar tinggi IL-4, IL-5, dan IL-10. Profil sitokin ini menerangkan menurunnya
imunitas selular dan peningkatan produksi antibodi serum.

Pada AIDS juga ada perubahan aktivitas subset sel Th. Pada penyakit dini, aktivitas sel Th1
tinggi, namun dengan progres penyakit, ditemukan respons serupa pengalihan dari Th1 ke
Th2. Patogen juga dapat mempengaruhi aktivitas subset Th1. Beberpa patogen lain juga dapat
mempengaruhi aktivitas subset sel Th. EBV memproduksi homolog IL-10 yang disebut Vil-
10 ayng diduga dapat menekan respons selular, sehingga memungkinkan virus lebih bertahan
hidup.

45
sel CD4*naif yang diaktifkan antigen berproliferasi dan memproduksi IL-2. Bila
proliferasinya didominasi oleh lingkungan IL-12 akan menghasilkan populasi Th1 yang
melepas sitokin dengan ciri-ciri khas termasuk IFN-γ. Lup umpan balik positif terjadi bila
IFN-γ yang diproduksi Th1 merangsang SD atau makrofag yang menghasilkan lebih banyak
IL-12. Bila lingkungan didominasi oleh IL-4, populasi Th2 akan memproduksi sitokin
dengan profil yang meningkatkan aktivasi eosinofil dan sintesis berbagai kelas Ab. Sitokin
utama yang diproduksi oleh setiap subset secara positif mengatur subset yang
memproduksinya dan mengatur secara negatif subset lainnya.

2. Syok septik

Gangguan dalam jaring regulator kompleks yang mengatur ekspresi sitokin dan
reseptornya dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti renjatan septik yang sering di

46
temukan dan potensial menyebabkan kematian. Meskipun antibiotik sudah banyak di
gunakan, infeksi bakteri merupakan sebab utama renjatan septik yang dapat berkembang
dalam beberapa jam pasca infeksi bakteri negatif-Gram tertentu seperti E.coli, K. Pnrumoni,
P.aeruginosa E.aerogenes dam N.meningitidis. Gejalanya berupa tekanan darah menurun,
demam, diare dan pembekuam darah yang luas di berbagai organ. Renjatan diduga terjadi
akibat endotoksin dinding bakteri yang berikatan dengan TLR pada SD dan makrofag yang
memacu produksi IL-1 dan TNF-a berlebihan dan menimbulkan renjatan septik. Peningkatan
TNF-a dan IL terjadi cepat pada sepsis dini sehingga netralisasi sitokin tersebut sangat
menguntungkan bila di lakukan dalam proses dini.

Sejumlah mikroorganisme memproduksi sejumlah toksin yang bekerja sebagai


superantigen. Super antigen diikat molekul MHC-II dan TCR yang mengaktifkan sel T.
Ikatan yang unik ini memungkinkan superantigen mangaktifkan sejumlah besar sel T.
Meskipun kurang dari 0.01% sel T memberikan respons terhadap antigen konvensional,
tetapi 5% atau lebih sel T dapat memberikan respons terhadap superantigen. Superantigen
bakteri berperam dalam berbagai penyakit seperti renjatan bakterial toksik dan keracunan
makanan.

3. Sitokin pada kanker limfoid dan mieloid

Kelainan pada produksi ditokin atau reseptornya berhubungan dengan beberapa jenis
kanker. Kadar IL-6 yang sangat tinggi di lepas oleh sel miksoma jantunh (tumor jinak
jantung), mieloma sel plasmasitoma, kanker serviks dan kandung kemih. Pada mieloma dan
plasmasitoma, IL-6 yang di tambahkan ke biakan sel mieloma in vitro akan mrnghambat
pertumbuhan sel. Sebaliknya tikud transgenik yang mengekspresikan IL-6 kadar tinggi
menunjukan poliferasi sel plasma masif yang di sebut plasmasitosis yang fatal. Meskipun sel
plasma tidak ganad, poliferasi sel plasma dengan kecepatan tinggi mungkin berperan pada
terjadinya kanker.

J. Sitokin dalam pengobatan

Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat di produksi dalam jumlah besar. Sesuai
dengan peranan biologisnya, maka sitokin dapat di gunakan sebagai pengganti komponen
sistem imun yang imunokompromaid atau untuk mengarahkan sel sel yang di perlukan dalam
menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sel sistem imun dalam
respons terhadap tumor, infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Rekombinan anti-sitokin

47
telah dapat di produksi dan di gunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan keadaan
dengan sistem imun yang terlalu aktif/patologik seperti alergi. Dewasa ini sudah dapat di
peroleh sitokin murni hasil klon, antibodi terhadap sitokin dan reseptor sitokon yang larut,
sehingga di mungkinkan untuk di gunakan dalam pengobatan spesifik dalam klinik.

IL-2, IFN-α dan IFN-Y dapat di gunakan terhadap tumor tertentu. G-CSF sangat
berguna pada pengobatan penderita dengan jumlah sel PMN yang rendah akibat kemotrapi
atai iridasi. Antibodi terhadap reseptor sitokin atau reseptornya yang larut di gunakan pada
pengobatan penyakit autoimun. Sitokin berperan dalam inflamasi kronis midalnya TNF-α
pada artritis reumatoid. Beberapa jenis sitokin yang telah digunakan dalam terapi terlihat
pada tabel 9.11

48
Imunostimulasi nonspesifik dapat menginduksi respons imun yanh mengaktifkan sel
efektor, tetapi hanya dengan kemampuan menghancurkan tumor yanh terbatas. Sitokin dapat
di gunakan bersamaan dengan imunoterapi. Limfosit dari penderita dengan tumor dapat di
biakkan dalam lingkunahn IL-2 untuk mengaktifkan LAK yang sitotoksik terutama sel NK.
kemudian sel tersebut di infuskan kembali ke penderita dengan tumor tadi (gambar 9.26)

TIL adalah sel CD8+ yang di isolasi dari penderita dengan tumor. Beberapa di antaranya
menunjukan reaksi dengan antigen tumor. Setelah di aktifkan dengan IL-2 in vitro, sel di
infuskan kembali ke penderita dengan atau tanpa IL-2. Seperti halnya dengan pemberian
LAK, di temukan efek toksik bila di berikan dalam dosis tinggi.

K. Kemokin

Kemokin adalah sitokin yang merupakan superfamili polioeptida kecil, terbanyak


mengandung 90-130 residu asam amino. Fungsinya mengontrol adhesi secara selektif,

49
kemotaksis dan aktivasi berbagai jenis leukosit dan subpopulasinya. Selanjutnya merupakan
regulator utama dari lintas leukosit. Beberapa kemokin terlibat primer dalam proses inflamasi

dan yang perkembangan sel. Beberapa sitokin yang berperan pada migrasi leukosit terlihat
pada tabel 9.12.

Kemokin memiliki sifat kemoaktraktan maupun sitokin. Kemokin di produksi di


organ dan jaringan limfoid atau di tempat nonlimfoid seperti kulit yang mengarahkan lintas
arud normal limfosit seperti pengarahan ke tujuan leukosit. Kemokin inflamasi khas di
induksi oleh respon terhadap infeksi. Kontak dengan patogen atau efek sitokin proinflamasi
seperti TNF-α meningkatkan ekspresi sitokin inflamasi di tempat terjadinya inflamasi.
Kemokin juga menggerakkan leukosit ke berbagai tempat di jaringan melalui induksi
adherens sel-sel ini ke endotel vaskular. Setelah migrasi ke jaringan, leukosit bergerak ke
tempat yang memiliki kadar kemokin yang meningkat sehingga menghasilkan pengerahan
fagosit dan emfosit efektor ke tempat imflamasi. Famili kemokin sedikitnya terdiri dari 43
anggota, yang terbagi dalam beberapa subgrup. Dua subgrub penting adalah kemokin
subgrub CC dan subgrub CXC.

Kemokin bekerja melalui reseptor yang merupakan anggota famili protein G. Bila
reseptor meningkat kemokin yang sesuai, sejumlah protein G di aktifkan, dan proses
transduksi sinyal di pacu. Dalam beberapa detik terjadi perubahan bentuk leukosit, adhesi
yang meningkat dengan dinding endotel. Reseptor kemokin hanya di temukan pada populasi

50
sel-sel tertentu, sehingga berbagai kemokin memiliki spesifisitas sendiri. IL-8 dan MCP-1
bekerja dengan mengikat dahulu molekul proteoglikan pada sel endotel atau matriks
ekstraseluler. Pada keadaan yang padat ini, sitokin akan dapat mengikat neutrofil atau
monosit, memperlambat jalannya sel-sel tersebut dalam sirkulasi dan mengarahkannya untuk
bermigrasi ke tempat kemokin di produksi.

Kemokin subfamili CC dan CXC di produksi leukosit dan beberapa jenis sel jaringan
seperti sel endotel, epitel dan fibroblas. Pada banyak sel tersebut, produksi kemokin dan

sitokin inflamasi terutama TNF dan IL-1 di induksi mikroba. Beberapa kemokin CC juga di
produksi sel T yang di aktifkan antigen (tabel 9.13).

Interaksi antara kemokin dan reseptornya sangat kuat dan spesifik. Kebanyakan
reseptor mengikat lebih dari satu kemokin. Reseptor yang mengikat lebih dari satu kemokin.
Reseptor yang mengikat kemokin yang benar mengawali proses sinyal transduksi yang
menghasilkan pembawa pesan kedua seperti AMP (cAMP), IP³, Ca2+, dan protein G ukuran
kecil. Sebenarnya kemokin tidak hanya mengerahkan sel sistem imun, tetapi juga ikut
mengaktifkan sel sel yang berperan pada infeksi dan kerusakan fisik jaringan.

IV. SIMPULAN EFEK SITOKIN DAN KEMOKIN

Sitokin di produksi berbagai sel terutama sel-sel sistem imun. Fagosit berperan
penting pada imunitas nonspesifik, menginisiasi respons imun serta menimbulkan gejala yang
berhubungan dengan infeksi dan penyakit inflanasi. Sel Th1 di tandai oleh produksi IFN-y

51
dan terutama berperan dalam imunitas seluler. Sel serupa Th2 di tandai oleh sitokin yang di
produksinya seperti IL-4, IL-5, IL-9 dan IL-13 yang berperan dalam proses humoral dan

alergi. Tr memiliki efek yang cenderung imunosupresif dan di tandai oleh IL-10 dan TGF-β
yang di produksinya (Gambar 9.27).

Sitokin berasal terutama dari fagosit mononuklear yang sangat penting dalam
imunitas nonspesifik dan spesifik. Gejala yang di timbulkannya berhubungan dengan
penyakit infeksi dan inflamasi. Fanotipe respons imun merupakan fungsi sitokin yang di
produksi sel Th yang bersangkutan. Sel Th1 di tandai oleh produksi IFN-y yang berperan

52
utama pada imunitas seluler. Sitokin Th2 di tandai oleh produksi IL-4, IL-5, IL-9, dan IL-13
dan berperan pada respons humoral dan alergi. Th3 memiliki kecenderungan imunosupresif
dan di tandai oleh produksi IL-10 dan TGF-β.

 Sitokin adalah protein dengan berat molekul kecil yang di produksi dan di lepas
berbagai jenis sel. Sitokin berperan utama dalam induksi dan regulasi interaksi seluler
yang melibatkan sel inflamasi imun dan sistrm hematopoietik
 Dewasa ini sudah di ketahui sekitar 40 jenis IL dan 200 protein dengan sifat sitokin
 Aktivitas biologis sitokin dapat berupa pleiotropik, redundancy, sinergi dan antagonis
 Sudah di ketahui lebih dari 200 jenis sitokin, terbanyak di golongkan dalam
suoerfamili reseptor imunologlobulin, reseptor kelas 1 dan kelas II, anggota reseptor
famili TNF dan reseptot kemokin
 Sitokin hanya bekerja terhadap sel yang mengekspresikan reseptor terhadapnya
 Aktivitas sitokin tertentu di arahkan terhadap sel spesifik melalui regulasi profil
reseptor sitokin sel
 Banyak sitokin di lepas sistem imun nonspesifik seperti interferon tipe I yang
memiliki efek antivirus dan TNF-α dan IFN-y yang menunjukan efek kuat terhadap
sel dan organ lain
 Stimulasi Th oleh antigen dengan kehadiran sitokin tertentu dapat mengacu
pembentukan subpopulasi Th seperti Th1 dan Th2. Setiap subset menunjukkan ciri
dan profil sekresi sitokin yanh berbeda
 Profil sitokin Th1 menunjang respons imun yang melibatkan fagositosis, CTL dan sel
NK untuk menyingkirkan patogen intraselular. Sel Th2 memproduksi sitokin yang
mendukung produksi isotip imunoglobulin khusus dan respons IgE.

53
BAB IV

KESIMPULAN

Sitokin adalah keluarga protein sebagai mediator dan regulator respon imun alami dan
didapat. Sitokin bekerja saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk konsep
"network ". Sitokin yang sama diproduksi oleh banyak sel. Dan sitokin tertentu bisa bekerja
pada banyak sel. Sitokine diproduksi sebagai respon terhadap inflamasi dan antigen, pada
umumnya bekerja seperti autokrin, parakrin dengan mengikat reseptor yang mempunyai
affinitas tinggi pada sel target. IL-2 merupakan sitokin yang penting untuk komunikasi antara
subset limfosit dan sel natural killer dan diduga bahwa fungsi Th-1 –mediated lebih sensitif
terhadap hemostasis besi di tubuh. Pada defisiensi besi terjadi gangguan imunitas sehiler dan
imunitas non-spesifik dan salah satu mekanismenya diduga melalui penurunan produksi
interleukin seperti IL-2.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. Imunologi Dasar Edisi ke-11 (Cetakan ke-2), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

55

Anda mungkin juga menyukai