Anda di halaman 1dari 12

KEANEKARAGAMAN HAYATI

SPESIES MANGROVE Bruguiera parviflora

DISUSUN OLEH :

Nurita Widjayanti (15330036)

KELAS A

Dosen :

Sister Sianturi, S.Si., M.Si.

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmatnya serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah “Spesies

Mangrove Bruguiera parviflora” ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan makalah ini saya berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka saya berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan
mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Jakarta, 13 Juli 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................2

1.2 Rumusan Masalah..................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4

2.1 Pengertian Hutan Mangrove.....................................................4

2.2 Klasifikasi Bruguiera parviflora................................................5

2.3 Morfologi...................................................................................6

2.4 Anatomi......................................................................................6

2.5 Struktur Luar Polen.................................................................6

2.6 Penyebaran dan Ekologi............................................................6

2.7 Manfaat atau Kegunaan............................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................8

3.1 Kesimpulan.................................................................................8

3.2 Saran...........................................................................................8

BAB IV DAFTAR PUSTAKA...........................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah tropis berbentuk kepulauan (17.500 pulau)
dengan garis pantai yang diperkirakan sepanjang 81.000 km merupakan kawasan
yang baik bagi pertumbuhan tanaman mangrove. Mangrove tumbuh tersebar
hampir di seluruh kawasan pesisir Indonesia terutama di wilayah pesisir timur
Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, dan Papua. Luas potensial hutan mangrove
Indonesia adalah 8,6 juta hektar yang terdiri dari 3,8 juta hektar di dalam kawasan
hutan dan 4,8 juta hektar berada di luar kawasan hutan (Noor, dkk. 1999). Sebagai
salah satu negara yang mempunyai luas hutan mangrove terbesar di dunia,
menempatkan Indonesia dalam posisi penting untuk memenuhi mandate
internasional untuk mengkonservasi sumberdaya hayati yang mempunyai manfaat
global ( Bengen, 2001).
Mangrove didefinisikan sebagai tumbuhan atau komunitas yang terdapat di
daerah pasang surut, juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral
yang khas di pantai daerah tropis dan subtropis yang terlindung. Vegetasi
mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Hal ini berkaitan erat
dengan tipe tanah, keterbukaan, dan salinitas serta pengaruh pasang surut. Kondisi
salinitas sangat berpengaruh terhadap komposisi mangrove. Beberapa jenis
mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara menghindari penyerapan garam
dari media tumbuhnya secara selektif, sementara beberapa jenis lainnya mampu
mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya. Mangrove memiliki
fungsi sebagai penangkap sedimen di daerah estuaria, penahan gelombang aberasi,
tempat asuhan dan meanvari makan berbagai jenis biota laut, sebagai sumber
bahan obat, racun ikan dan penyamak.
Tumbuhan mangrove yang terdapat di Indonesia berjumlah 43 jenis mangrove
sejati. Di seluruh dunia tercatat 60 jenis tumbuhan mangrove sejati dan dengan
demikian Indonesia memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan mangrove yang
cukup tinggi. Slah satu suku tumbuhan mangrove adalah kelompok

1
Rhizophoraceae yang memiliki karakteristik berupa akar tunjang akar papan
ataupun akar lutut. Selain itu memiliki hipokotil yang sudah berkecambah ketika
masih berada di pohon, sehingga suku ini relatif lebih mudah dikembangbiakkan
untuk revegetasi wilayah pesisir.

Luas hutan mangrove di seluruh Papua adalah 1,350 juta hektar dan jenisjenis
mangrove yang hadir di Papua diantaranya Bruguiera cunjugata, Bruguiera
carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera parviflora,Rhizophora
mucronata, Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus
moluccensis,Ceriops condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis,
Sonneratia alba dan Sonneratia acidu dengan penyebaran di daerah pantai utara
dan selatan pulau Papua ,diteluk Saireri, sepanjang sungai Mamberamo,diteluk
Homblot Jayapura, diteluk Wasoki, Ansus, di sebelah timur antara pulau Biak dan
Yapen,sedangkan di bagian selatan mangrove tumbuh di sepanjang pantai
Waigeo, sebelah utara pegunungan, di pantai Semenanjung Barai di sekitar Teluk
Bentuni. (Soehardjadi, 1962 dalam Silalahi, 1995). Jenis yang paling banyak
adalah family Rhizophoraceae sebanyak 6 spesis.
Waropen merupakan daerah yang berada dalam wilayah Papua dan merupakan
salah satu daerah penyebaran mangrove. Kawasan hutan mangrove Kampung
Sanggei Distrik Urei – Faisei Kabupaten Waropen dan kawasan ini terletak pada
daerah dataran rendah atau daerah pingiran sungai dan muara yang memiliki
potensi sumberdaya alam berupa flora dan fauna. Salah satu floranya adalah
mangrove yang hidup dan tumbuh bersama - sama dengan berbagai jenis
ekosistem yang berada di dalam kawasan tersebut. Kawasan hutan mangrove
tumbuh di bagian pesisir pantai Kabupaten Waropen. Secara geografi kawasan ini
terletak antara 02°11’LS - 02°18’LS dan 136°25’BT - 137°35’BT.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hutan mangrove?
2. Apa klasifikasi Bruguiera parviflora?
3. Apa itu Bruguiera parviflora?
4. Bagaimana morfologi dari Bruguiera parviflora?
5. Bagaimana anatomi dari Bruguiera parviflora?

2
6. Bagaimana struktur luar polen dari Bruguiera parviflora?
7. Bagaimana penyebaran dan ekologi dari Bruguiera parviflora?
8. Apa manfaat atau kegunaan dari Bruguiera parviflora?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui mengenai Bruguiera parviflora, yaitu


:

1. Mengetahui klasifikasi, morfologi, anatomi, struktur luar polen dari


Bruguiera parviflora.
2. Mengetahui penyebaran dan ekologi Bruguiera parviflora.
3. Mengetahui manfaat atau kegunaan dari Bruguiera parviflora

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hutan Mangrove


Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau dan hutan
pasang surut. Berdasarkan undang - undang No. 41 tahun 1999 tentang Ketentuan
Pokok Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan
menurut Steenis (1978) dalam Simbolon (1990) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara
garis pasang surut tetapi dapat tumbuh pada pantai karang yaitu pada karang koral
yang mati yang diantaranya tertimbun lapisan tipis pasir, ditimbuni lumpur atau
pantai berlumpur.

Ciri-ciri hutan mangrove menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) adalah


sebagai berikut :

 Tidak terpengaruhi iklim


 Terpengaruh pasang surut
 Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau berpasir terutama tanah liat
 Terdapat pada tanah rendah
 Tidak mempunyai stratum tajuk
 Tinggi pohon dapat mencapai tinggi 30m
 Jenis pohon menyebar mulai laut ke darat

Jenis - jenis mangrove yang termasuk dalam ciri tersebut adalah Rhizophora,
Avicennia, Sonneratia, Bruguiera, Xylocarpus, dan Lumnitzera.

4
2.2 Klasifikasi Bruguiera parviflora

Kingdom : Plantae

Ordo : Malpighiales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Bruguiera

Spesies : Bruguiera parviflora

Lenggadai (Bruguiera parviflora) adalah sejenis perdu atau pohon kecil


penghuni hutan bakau, anggota suku Rhizophoraceae. Pohon ini di Aceh dikenal
dengan nama langgade, di Bangka dan di Kalimantan Selatan sebagai lenggadai,
dan di Jawa dikenal tanjang.

Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang)
dapat mencapai 20 m. Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga, coklat tua,
bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal pohon. Akar lutut dapat
mencapai 30 cm tingginya.

5
2.3 Morfologi
Diameter ranting 0,3-1,5 cm. Daun: panjang tangkai daun 0,7-4,5 cm, jarak
antar tangkai daun 0,2-3 cm, tata susun letak daun tersebar, bentuk daun
menjorong, panjang 0,5-18 cm, lebar 3-7 cm, ujung melancip, pangkal menirus,
permukaan atas halus, permukaan bawah kasar, tepi mengutuh, pertulangan daun
menyirip, jumlah cabang tulang daun 38-54, derajat kemiringan cabang tulang
daun 45°-62°. Bunga : tipe bunga tunggal, jumlah kelopak bunga 7-12, warna
kelopak bungamerah menyala. Hipokotil: Permukaan bergerigi, diameter 0,3-1,5
cm, panjang 2,5-17,5 cm.

2.4 Anatomi
Bentuk stomata Anomositik, ukuran : 8,50-11,6 μm, kerapatan stomata :
107,00/ -142,67/ . Epidermis : bentuk permukaan atas : isodiametrik menyegi
lima, menyegi enam, menyegi tujuh (p : 7,8- 11,0 μm), bentuk permukaan bawah :
isodiametrik menyegi lima, menyegi enam, menyegi tujuh(p: 5,0-7,5 μm).

2.5 Struktur Luar Polen


Butir polen menyegi tiga. Ukuran butir 22X22- 23X23 μm. Apertur
trikolporus, termodifikasi berupa vestibulum, ujung apertur membundar. Eksin
tebal, terutama pada bagian apertur. Pada bagian interkolpium terjadi penipisan
eksin. Ornamentasi eksin reticulate. Bentuk menyegi tiga pada badan polen
terlihat lebih jelas.

2.6 Penyebaran dan Ekologi


Lenggadai menyebar luas mulai dari India dan Bangladesh di barat, melewati
Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara, hingga ke Australia utara, Samoa,
Kepulauan Solomon, dan Vanuatu di batas timurnya.

6
Pohon ini acap membentuk tegakan murni di wilayah mangrove yang jarang
tergenang pasang. Satu dua individu mungkin ditemukan di tepi-tepi saliran air
pasang atau di seputar tempat ikan. Sering pula didapati dengan jenis-jenis
Rhizophora di bagian perdalaman mangrove, di atas lumpur yang telah mantap.

Australia, lenggadai berbunga bulan Juni hingga September, dan berbuah


September hingga Desember. Bunganya diserbuki serangga siang, seperti halnya
kupu-kupu. Hipokotilnya yang ringan memudahkan terapung dan terbawa arus air
hingga ke lokasi yang cocok untuk tumbuh. Lenggadai agaknya menyukai
wilayah bekas tebangan, di mana ia acap mendominasi.

2.7 Manfaat atau Kegunaan


Lenggadai kayunya keras, kuat dan berat hingga amat berat, namun mudah
susut. Mudah dikerjakan dengan hasil baik, namun kurang awet jika tak
terlindung atau jika bersentuhan dengan tanah. Jarang yang berukuran besar,
sehingga kayu ini kurang dapat dimanfaatkan kecuali sebagai kayu bakar, arang
atau bubur kayu. Semainya kadang-kadang dimanfaatkan sebagai sayuran. Di
Sulawesi buahnya dimakan setelah direndam dan dididihkan. Buahnya digunakan
untuk mengobati penyakit herpes, akar serta daunnya digunakan untuk mengatasi
kulit terbakar.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang
surut tetapi dapat tumbuh pada pantai karang yaitu pada karang koral yang mati
yang diantaranya tertimbun lapisan tipis pasir, ditimbuni lumpur atau pantai
berlumpur.

Lenggadai (Bruguiera parviflora) adalah sejenis perdu atau pohon kecil


penghuni hutan bakau, anggota suku Rhizophoraceae. Pohon ini di Aceh dikenal
dengan nama langgade, di Bangka dan di Kalimantan Selatan sebagai lenggadai,
dan di Jawa dikenal tanjang.

Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang)
dapat mencapai 20 m. Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga, coklat tua,
bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal pohon. Akar lutut dapat
mencapai 30 cm tingginya.

Lenggadai digunakan untuk kayu bakar, mengobati penyakit dan luka bakar.
Serta dapat di konsumsi, digunakan sebagai sayuran.

3.2 Saran
Hutan mangrove harus dijaga kelestariannya karena mangrove dapat
mengatasi kadar salinitas dengan cara menghindari penyerapan garam dari media
tumbuhnya secara selektif, sementara beberapa jenis lainnya mampu
mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya. Mangrove memiliki
fungsi sebagai penangkap sedimen di daerah estuaria, penahan gelombang aberasi,
tempat asuhan dan meanvari makan berbagai jenis biota laut, sebagai sumber
bahan obat, racun ikan dan penyamak. Tumbuhan.

8
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Wonatorei, H. 2013. Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove di Kampung


Sanggei Distrik Urei – Faisei Kabupaten Waropen. Fakultas Kehutanan
Universitas Negeri Papua Monokwari.

Irawan, B. Muadz, M. Rosadi, A. 2013. Karakterisasi dan Kekerabatan Tumbuhan


Mangrove Rhizophoraceae Berdasarkan Morfologi, Anatomi dan Struktur Luar
Serbuk Sari. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Padjadjaran.

https://ikipedia.org/wiki/Lenggadai (di akses pada 8 Juli 2018 14:24).

www.wetlands.co.id/mangrove/mangrove_species.php?id=20 (di akses pada 8 Juli


2018 14:27).

Anda mungkin juga menyukai