PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI 1
OLEH : KELOMPOK 3
1.Alan Dwi Saputra (PO713203181005)
2. Amril (PO713203181007)
3. Arianto (PO713203181011)
4. Nur Ali Zainuddin Patty (PO713203181026)
1i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Bakteriologi I. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah “Praktikum bakteri I” . Dengan
selesainya laporan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing praktikum bakteriologi, yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan sehingga dapat terselesainya laporan ini.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bakteri dalam kehidupan kita. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu , kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat dimasa yang akan dating.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapar berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
2. Amril (PO713203181007)
3. Arianto (PO713203181011)
Kelompok : 9 (Sembilan)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti final pada praktikum mata kuliah
praktikum bakteriologi I.
Pembimbing I Pembimbing II
Arwin,S.ST Rafika,S.Si.,M.Si
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………. i
Daftar isi………………………………………………………………….. iv
Lembar Penilaian…………………………………………………………. v
Pewarnaan Sederhana…………………………………………………….. 1
Pewarnaan Gram…………………………………………………………. 20
Pewarnaan BTA………………………………………………………….. 36
Pewarnaan Spora…………………………………………………………. 47
Pewarnaan Negatif……………………………………………………….. 60
Pewarnaan Kapsul……………………………………………………….. 72
iv
LEMBAR PENILAIAN
Kelompok 9
Amril PO713203181007
Arianto PO713203181011
v
LEMBAR PENGESAHAN
2. Amril (PO713203181007)
3. Arianto (PO713203181011)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti final pada praktikum mata kuliah
praktikum bakteriologi I.
Pembimbing I Pembimbing II
Arwin,S.ST Rafika,S.Si.,M.Si
vi
LAPORAN 1
PEWARNAAN SEDERHANA
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,
karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel
bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya
ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari
pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan
listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan
adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku. Oleh karena
itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-
bagian bakteri.
A. Maksud
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
melakukan pewarnaan sederhana pada bakteri. Selain itu, praktikum juga
dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk bakteri.
B. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Antoni Van Leuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di
dunia pada tahun 1676. Banyak species bakteri yang bergerak menggunakan flagel.
Bskteri yang tidsk memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media
pertumbuhan atau lingkungan tempat bakteri tersebut berada . Sama seperti srtuktur
kapsul , flagel juga dapat menjadi agen penyebabpenyakit pada beberapa sepsis
bakteri . Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki , bakteri dibagi mejadi
atrik , monotrik , lofotrik ,amfitrik , dan peritrik.
B. Defenisi
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui
morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa
pasda umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan
safranin. Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna
untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarnaan- pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka
dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya
bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan
rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan
sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana
pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.
4
C. Morfologi dan Identifikasi
- Jenis Bakteri : E. coli,
-Nama Bakteri : Escherichia coli
- Bentuk : Batang (tebal maupun tipis, rantai maupun tunggal)
Bakteri E. coli yang dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40x.
Berwarna Ungu . Bentuk E. coli tampak seperti batang (basil) pendek yang
membentuk koloni yang tersusun seperti rantai yang memanjang.
Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa
pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel
bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri.Zat warna dapat
mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan.Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada
zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor
dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang
berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih
banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel.
Contoh zat warna asam antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base
Fuchsin, Malachite Green, dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo
Red dll
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromotofiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan
bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan
penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat
juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri
tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies.
5
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat Bahan
4. Mikroskop 4. Tustel
5. Bunsen 5. Alkohol
Cara kerja :
6
8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x,
apabila ingin diamati dengan pembesaran 100x maka preparat
ditetesi minyak oil imersi.
BAB IV
A. Hasil
7
B. Pembahasan
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna
tunggal. Pewarna tunggal yang biasanya digunakan dalam pewarnaan sederhana
adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan Crystal Violet . Semua pewarna
tersebut dapat bekerja dengan baik pada bakteri karena bersifat basa dan alkalin
(kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat
basofilik (suka terhadap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara komponen
kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri
dapat menyerap pewarna dengan baik. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk
memberikan kontras antara bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana
dilakukan ketika kita ingin mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel
bakteri. Gambar pewarnaan sederhana dapat dilihat dibawah mikroskop.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat terjadi karena bila
senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding
sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan
negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Contoh dari
pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lain-lain. Teknik
pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa pewarna, teknik
ini disebut pewarna sederhana.
Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik
bentuknya maupun susunan sel. Bentuk bakteri yang dikenal saat ini ada 3 yaitu :
coccus, basil, dan spiral. Adapun susunan bakteri yang diketahui yaitu:
a) Bakteri Basilberbentuk bulat yang dikenal sebagai basil. Kata basil berarti
dari bacillus yang berarti batang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
1. Basil tunggal adalah bakteri yang hanya berbentuk satu batang,
misalnya Salmonella typh i, penyebab penyakit tipus.
2. Diplobasil yaitu bakteri yang berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.
8
3. Streptobasil adalah bakteri yang membentuk batang yang bergandengan
memanjang membentuk rantai misalnya Bacillus anthracis penyebab
penyakit antraks.
b) Bakteri Coccus
Bakteri berbentuk bola yang dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat
dibedakan atas:
1. Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria
gonorrhoeae,penyebab penyakit kencing nanah.
2. Diplokokus, yaitu bakeri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua,
misalnya Diplococcus pneumonia penyebab penyakit pneumonia atau radang
paru-paru.
3. Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empatbari-empat
sehngga bentuknya mirip kubus.
4. Streptokokus, yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang
membentuk rantai.
5. Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk
sekelopok sel tidak teratur sehingga membentuknya mirip buah anggur
dompolan.
9
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAPORAN 2
PERGERAKAN BAKTERI
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tetapi adapula yang tidak bergerak karena tidak mempunyai flagel. Flagel
merupakan filament protein helix dengan panjang dan diameter yang sma,
dimilii oleh bakteri pathogen untuk bergerak bebas dan cepat (pergerakan
berenang). Flagel disusun oleh tiga bagian , filament, hook (sudut), dan basal
pembungkus sel.
Pada bakteri yang memiliki flagel atau lofotrik pergerakannya hanya searah
(berputar dalam satu arah) gerakan yang dihasilkan biasanya tergolong cepat,
dihasilkan biasanya lurus dan lambat, pergeraka flagella adalah dengan cara
pergerakan atau flagel. Gerakan yang dihasilkan terjadi dengan cara meluncur
13
permukaan padat.organisme ini tidak akan bergerak jika terdapat dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
menggunakan flagel. Bskteri yang tidsk memiliki alat gerak biasanya hanya
tersebut berada . Sama seperti srtuktur kapsul , flagel juga dapat menjadi agen
jumlah flagel yang dimiliki , bakteri dibagi mejadi atrik , monotrik , lofotrik
14
B. Definisi
tabung cambuk dan protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan
1. Monotrik yaitu mempunyai satu flagel yang berada di salah satu ujung sel
3. Lofotrik yaitu mempunyai flagel pada salah satu ujung bakteri dengan
4. Amfitrik yaitu memiliki flagel pada kedua kutubnya dengan jumlah lebih
dari satu
15
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
a) Alat
1. Objek glass
2. Lampu spiritus
3. Oce
4. Tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Deck glass
8. Mikroskop
9. Masker
10. Hadscoon
b) Bahan praktikum
1. Biakan bakteri
2. Oil mercy
1. Nacl
2. Air kran
16
B. Cara Kerja
4. Diambil 1-2 mata oce media cair (suspense) tersebut diatas objek glass
100x
BAB IV
A. Hasil
Keterangan :
Pergerakan brown
17
A. Pembahasan
Metode ini bertujuan untuk mengamati gerak bakteri yang bergera. Pada alat
tabung reaksi yang sudah terisi media dan tabung reaksi dapat dilihat
Gerak bakteri yang bersifat motil diakibatkan oleh adanya struktur atau
organ sel bakteri yang berbentuk benang yang flagelia. Flagella panjang dan
ramping. Pada umumnya memiliki panjang sekitar 12-30 mm. Untuk bisa
(daya gerak). Hamper semua selbakteri spiral dan sebagian dari sel bakteri
bergerak (motil).
diamati adalah bentuk basil. Pergerakan pada bakteri yang bersifat motil
(bukan gerak grown) sedangkan gerak pada bakteri yang bersifat tidak motil
akan bergerak maju mundur secara zigzag yang disebut dengan gerak brown.
Gerak brown adalah gerak partikel koloid yang bergerak dengan arah zigzag,
18
dengan molekul koloid. Flagel padabakteri selalu berlekuk apalagi jika
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Volk & Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
19
LAPORAN 3
PEWARNAAN GRAM
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mikroskopik, bakteri juga hamper tidak berwarna atau transparan dan kontras
dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup
sangat sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik
pewarnaan sel bakteri. Ini merupakan salah stu cara yang paling utama dalam
identifikasi bakteri.
pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri
berwarna merah. Hal ini bertujuan untuk memberikan waran pada bakteri pada
akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospore yang bisa
diwarnai. Endospore adalah organisme yang dibentuk dalam kondisis yang stress
21
tandingan lain yang sesuai. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini
dibagi menjadi dua kelompok. Salah satu diantaranya, bakteri gram positif,
kehilangan ungu Kristal ketika dicuci dengan alcohol, dan sewaktu diberi
dinding sel.
• Waktu :
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Ketika bekerja dengan jaringan paru-paru yang terinfeksi dari mayat, ahli
patologi Denmark menemukan sebuah teknik yang luar biasa yang masih
digunakan secara umum hingga lebih dari 100 tahun kemudian. Bagaimana ini
bisa terjadi? Hans Christian Gram (lahir pada tahun 1853) belajar botani di
Pada tahun 1883, ia lulus dari sekolah kedokteran dan setelah merantau
darah merah manusia. Dia adalah orang yang pertama mengakui bahwa makrosit
Pada tahun 1884, sambil memeriksa jarigan paru-paru dari pasien yang
istimewa diambil dan disimpan oleh sel bakteri. Pada langkah pertama, ia
dikeringkan cairan smear pada kaca preparat di atas api kompor dan
air, ditambahkan larutan lugol sampai larutan triodida kalium yang bertindak
23
mempertahankan warna (gram positif), sementara spesies lain menjadi hiilang
pneumonia.
berkomentar, “Karena itu saya telah menerbitkan metode, meskipun saya sadar
bahwa belum sempurna, samgat cacat dan tidak sempurna, tetapi metode
Beberapa tahun kemudia, bahwa ahli patologi Jerman Carl Weigert (1845-1904)
1912, dan Glden Medal of Merit pada tahun 1924. Dia pension pada tahun 1923
paling penting untuk membedakan antara dua kelas utama dari bakteri.
24
mikrobiologi klinis. Waktu itu saat piring petri diciptakan (1887), agar
ditemukan (1881), dan Pasteur dan Koch berada di puncak kinerjanya, dan
penemuan agen etiologi dari banyak penyakit yang ganas dan menjengkelkan
saat itu. Terlepas dari ksederhanaan dan keraguan keberhasilannnya, teknik ini,
B. Definisi
Pewarnaan Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang penting untuk
pewarnaan bertingkat yang menggunakan lebih dari satu jenis pewarna. Mula-
mula apusan sel bakteri yang telah difiksasi dengan panas diberi pewarna kristal
violet, kemudian ditambahkan iodin yang berfungsi sebagai mordant (zat kimia
25
bakteri Gram-negatif. Dari gambar di samping dapat dilihat bakteri berbentuk
Gram-positif.
kedua jenis bakteri tersebut. Dinding sel bakteri Gram-positif hanya terdiri dari
satu lapisan tebal yang tersusun dari satu jenis molekul saja. Sementara itu
Gram-negatif memiliki dua lapis dinding sel, yaitu lapisan peptidoglikan yang
relatif lebih tipis dan membran luar. Dinding sel Gram-positif 90 % nya
dan protein yang menyusun membran luar. Oleh karena itu membran luar
- Gram : Positif
26
bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat
warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan
basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna
tersebut disebut pewarna basa. Prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna
basa seperti seperti crystal violet, biru metilen, safranin atau hijau malakit serta
bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut
disebut pewarna asam. Contoh dari zat pewarna asam yaitu tinta cina, larutan
Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain.. Hal ini sesuai dengan Fitriani (2016)
yang menyatakan bahwa zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa.
Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut
kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam
bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat
warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak
ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna basa antara lain Crystal
Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dan lain-lain.
Sedangkan zat warna asam antara lain Eosin, Congo Red dan lain-lain.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
- ose
- Bunsen
- Objek glass
- Mikroskop
- Pipet tetes
- Bak pewarnaan
- Biakan bakteri
- Lugol
- Safranin 0,25 %
- Alkohol 95%
- Aquadest
- Lugol
- Alkohol 95 %
28
- Safranin 0,25 %
B. Cara Kerja
pembesaran 100X
29
BAB IV
A. Hasil
B. Pembahasan
didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptodoglikan dinding sel dan
banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis nakteri
30
berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan gram negatif
pada bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal berupa peptidoglikan
dan berlapis tunggal atau monolayer sehingga pada bakteri gram positif tetap
dinding sel tpis dan berlapis tiga atau multilayer dengan kandungan lemak yang
luarnya saja sehingga pada bakteri gram negatif tidak mempertahankan warna
pewarnaan gram dan memahami reaksi- reaksi kimiawi yang terlibat. Adapun
prinsip praktikum adalah pada saat bekteri diwarnai dengan zat warna primer
(kristal violet), bakteri gram positif akan menyerap zat warna tersebut sehingga
berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negatif akan melepaskan zat warna
(kristal violet) setelah dicuci dengan alkohol dan akan kemudian akan menyerap
zat warna terakhir yang diberikan yaitu safranin atau karbon fuchsin sehingga
berwarna merah.
merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu
31
anggur. Hal pertama yang dilakukan yaitu membersihkan kaca preparat supaya
terbebas dari kontaminasi oleh jenis bakteri lain. Selanjutnya diambil biakan
bakteri pada tabung reaksi dan digoreskan pada kaca preparat yang telah bersih.
Setelah itu digoreskan dengan baik pada kaca preparat maka dilakukan fiksasi.
Fiksasi berfungsi untuk melekatkan sel bakteri pada kaca preparat. Selanjutnya
violet adalah untuk memberikan warna ungu pada bakteri gram positif.
menggunakan aquades atau air mengalir. Pencucian dengan aquades atau air
mengalir berfungsi untuk membersihkan sisa- sisa zat warna yang tidak di
butuhkan lagi. Setelah itu dikeringkan dan selanjutnya diteteskan dengan larutan
pengikatan zat warna kristal violet oleh bakteri sehingga peningkatan zat warna
bakteri menjadi lebih kuat. Setelah 1 menit dicuci dengan aquades atau air
pemucat atau alkohol 96% diatas permukaan kaca preparat selama 30 detik.
Fungsi larutan alkohol adalah sebagai larutan pemucat atau pembersih. Setelah
itu dicuci dengan aquades yang kemudian dikeringkan lagi. Setelah kering
kemudian diteteskan air fuchsin kurang lebih 1 menit. Air fuchsin berfungsi
memberikan warna terakhir pada bakteri karena larutan kristal violet dan larutan
lugol telah larut, selanjutnya dibilas dengan aquades. Kemudian dikeringkan dan
32
pada saat dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Setelah diteteskan minyak
bakteri gram positif yang berbentuk Staphylacoccus seperti buah anggur dan
berwarna ungu dari kristal violet. Hal ini sesuai dengan teori karena pada bakteri
Staphylococcus serta akan mengikat warna pertama yang diberikan yaitu kristal
violet dan pada saat dibilas dengan alkohol maka pori- pori dinding sel akan
hingga mengakibatkan bakteri menjadi ungu atau mrah adalah pada saat
dilakukan proses fiksasi dinding sel bakteri atau pori- pori sel bakteri akan
membesar atau melebar sehingga nanti pada saat diberi dengan zat warna (kristal
violet) zat warna tersebut akan terserat masuk kedalamnya dan diikat dengan
dinding peptidoglikan yang ada. Pada saat dibilas dengan alkohol maka pori-
zat warna yang telah diberikan sedangkan pada bakteri gram negatif memiliki
dinding peptidoglikan yang tipis dengan lapisan lipid atau lemak yang lebih
banyak sehingga pada saat proses pembilasan dengan alkohol maka pori- pori
dinding sel melebar dan bakteri tidak dapat mempertahankan zat warna ungu
(kristal violet) sehingga bakteri selanjutnaya akan menyerap zat warna terakhir
33
yaitu air fuchsin sehingga pada saat diamati bakteri tersebut berwarna merah
adalah kaca preparat yang digunkan tidak bersih sehingga pada saat melakukan
telalu lama, pemberian alkohol terlalu lama sehingga struktur bakteri ikut luntur
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Staphylococcus atau berbentuk buah anggur dan berwarna ungu yang artinya
dalam praktikum selanjutnya yaitu memperhatikan prosedur kerja atau cara kerja
yang ada sebelum melakukan praktikum, memperhatikan zat warna yang akan
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAPORAN 4
36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dansifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup
dinding sel yangtebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat,
lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang
37
mempertahankan zatwarna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan
sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat
mempunyai lapisan lilin dan lemak yangsukar ditembus cat. Oleh karena
pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat
ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucianlapisan lilin dan lemak
warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteritidak tahan asam akan
luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.Sebagai tenaga analis
warna yang transparan maka dari itu diperlukan pewarnaan bakteri agar
bentuk dan struktur bakteri dapat terlihat lebih jelas jika diamati dengan
bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam .
38
C. Waktu dan Lokasi
Waktu : Selasa ,
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Basil tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat
dan impermeable terhadap pewarnaa dan bahan kimia lain pada cairan atau
larutan encer. Ketika proses pewarnaan , basil tahan asam ini melawn
B. Definisi
Pewarnaan basil tahan asam adalah tipe pewarnaan diferensial lebih dari
satu warna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan kandungan
dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid kompleks yang
tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohom asam.
39
Tehnik pewarnaan Ziehl-Neelsen yaitu dengan menggunaka zat warna
carbol fuchsin 0,3 % , asam alcohol 3% , dan methylen blue 0,3% . Pada
pemberian warna pertama , yaitu carbol fuchsin , BTA bersifat
mempertahankannya . Carbol fuchsin merupakan fuchsin basa yang
dilarutkan dalam larutan fenol 5% . Larutan ini memberikan warna merah
pada sediaan dahak . Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu
pemasukan zat warna ke dalam sel bakreti sewaktu pemanasan . Fungsi
pemanasan untuk melebarkan pori- pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin
dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat , yaitu asam
alcohol , maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan . Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori an
menghentikan pemucatan . BTA akan terlihat berwarna merah , sedangkan
bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dngan cepat
sehingga sel bakteri tidak berwarna . Setelah penambahan zat warna kedua
yaitu methylene blue , bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
40
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
b) Bahan
1. Dahak
2. Oil mersy
3. Tissue
A. Reagen untuk pewarnaan BTA
1. Zat warna carbol fuchsin 1%
2. Asam alcohol 5%
3. Methylene blue / asam pikrat
4. Air kran
B. Cara Kerja
41
3. Teteskan carbol fuchsin pada sediaan yang diletakkan di bak pewarnaan
dan yang telah difiksasi
4. Kemudian dipanaskan sampai menguan (jangan sampai mendidih)
selama 10 menit
5. Kemudian zat warna dibuang dan dilunturkan degan asam alcohol
selama 1-2 detik sampai warna berubah
6. Bilas dengan air kran
7. Kemudian ditetesi dengan methylene blue selama 1 menit
8. Lalu dibilas dengan air kran,kemudian dikeringkan lalu di periksa
dibawah mikroskop pembesar objektif 100x
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Keterangan:
2. berbentuk basil
42
bakteri berbentuk basil yang kebanyakan memiliki susunan streptococcus(rantai)
dan bakteri di latarbelakangi zat methylen blue sehingga latar belakang tampak
berwarna biru.
B. Pembahasan
Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri
yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap
zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbol
fukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan
tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun
seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam
(BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa
keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium
tuberculosis .
Dari pewarnaan BTA dapat dibedakan 2, yaitu golongan bakteri tahan
asam yang akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan
tidak akan dilepas pada pencucian alkohol asam, serta tidak akan mengikat
zat warna sekunder (methylen blue), sedangkan bakteri tidak tahan asam
akan melepaskan zat warna primer pada pencucian alcohol asam dan akan
mengikat zat warna sekunder. Pewarnaan ini adalah segolongan bakteri
yang sulit diwarnai, tetapi sekali diwarnai sulit dihapus. Dinding sel bakteri
tahan asam terdiri dari peptidogikan, arabinogalaktan, dan lipid, dimana 50%
dari lipid ini terdiri dari asam nikolat. Bakteri ini dimasukkan kedalam
golongan mikrobacterium yang sebagian besar bersifat satprofit, dikenal juga
golongan atipik , sebagian kecil pathogen bagi manusia yaitu
Mycrobaterrium tuberculosis dan Mycrobacterium leprae.
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat
warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat
43
(alkohol asam).Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada
bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan
melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri
tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan
prosedur pewarnaan Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna
carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen blue.
Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu positif 1 dan positif 2 yang
dilaporkan secara kuantitatif menurut IUAT, yaitu:
Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.
Positif: apabila terdapat 1–9 BTA/100 lapang pandang.
Positi1: apabila terdapat 10–90 BT/100 lapang pandang.
Positif2:apabila terdapat 1–9 BTA/1 lapang pandang.
Positif3:apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.
Dari hasil praktikum yang dilakukan, pada metode Ziehl-Neelsen
ditemukan bakteri yang berbentuk basil dan berwarna merah karena
menyerap zat warna pertama yaitu Carbol Fuchsin.Sedangkan pada metode
Kinyoun- Gabbet ditemukan bakteri yang bebentuk basil dan berwarna
merah karena menyerap zat warna pertama yaitu Kinyoun.
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang diamati ditemukan bakteri BTA (+) yang
berbentuk basil.
praktikum.
larutan.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
LAPORAN 5
PEWARNAAN SPORA
NAMA : ARIANTO
47
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang. Hal ini
tergantung oleh spesisesnya endospora ada yang lebih kecil ada pula yang
lebih besar dari pada diameter sel induk. Letak sel di dalam sel serta
ukurannya dalam pembentukanya tidaklah sama bagai semua spesies.
Sebagai contoh beberapa spora adalah sental yang dibentuk ditengah-tengah
48
sel, yang kedua adalah terminal yang dibentuk diujung, ketiga yaitu
subterminal yang dibentuk di dekat ujung. Pada umumnya sporulasi itu
mudah terjadi jika keadaan medium memburuk dan zat-zat yang timbul
sebagai zat-zat pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor luar
lainya merugikan tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk spora
meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat di cegah, jika
selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru, beberapa spesies
bakteri dapat kehilangan kemampuanya untuk membentuk spora-spora
dapat tumbuh lagi menjadi bakteri apabila keadaan di luar menguntungkan.
Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan
kulit spora menjadi retak karenanya keretakan ini dapat terjadi pada salah
satu ujung. Tetapi juga dapat terjadi di tengah-tengah spora. Hal ini
merupakan cirri khas bagi beberapa spesies bacillus, jika kulit spora pecah
di tengah-tengah maka masing-masing pecahan akan merupakan suatu tutup
pada kedua ujung bakteri.
49
counterstain yang digunakan untuk melumuri bagian warna dari sel yang
lain daripada endospora. Kemudian dibilas kembali denan aquades atau air
mengalir agar warna safranin luntur dan dikerigkan agar warna cepat kering
dan terlihat. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran
1000x dan memakai minyak imersi.
Jamur dan fungi tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan gram dan
biasanya diidentifikasi dengan pewarnaan jaringan yang terinfeksi untuk
melihat struktur tipikal. Kultur murni dapat diwarnai dengan metilen biru
atau malasit hijau untuk menunjukkan struktur reproduksinya.
A. Maksud
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
melakukan pewarnaan sederhana pada bakteri. Selain itu, praktikum juga
dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk bakteri.
B. Tujuan
50
• Waktu :
• Lokasi : Laboratorium Bakteriologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Sarjana yang dikenal berjasa dalam membuktikan penyebab penyakit yang
disebabkan kuman – kuman ialah Robert Koch. Dia adalah orang Jerman yang
pada tahun 1876 membuktikan dan menemukan penyakit anthrax yang
disebabkan oleh Bacillus anthracis, dapat menimbulkan sakit pada binatang dan
juga manusia. Demikian pula Robert Koch menemukan pula terjadinya
keracunan darah (septicaemia) karena adanya serangan bakteri terhadap tubuh
manusia.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan
pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari
pewarnaan yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan
penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative
ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati,
bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat
diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di
dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora
dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat
warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri, namun
menurut Dwijoseputro (1979) beberapa bakteri mampu membentuk spora
meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi.
51
Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan
pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi
B. Defenisi
52
Pada praktikum Pewarnaan Spora digunakan suspensi dari bakteri Bacillus
subtilis. Spora bakteri merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Setelah keadaan luar
membaik bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri.
Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel.
Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri
biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu
diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Spora bakteri mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan
agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-
pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas
walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna
fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue.
53
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
b) Bahan
1. Alkohol 95%
2. Aquadest
3. Desinfektan
4. Carbol fuchsin
5. NaCl fisiologis
6. H2SO4 1%
7. Minyak Emersi
8. Sampel B. Subtilis
9. Methylen blue
54
B. Cara kerja :
1. Dibuat suspense bakteri yang terdiri dari biakan bakteri dan NaCl
kaca obyek yang bersih dan baat olesan dari campuran tersebut.
6. Setelah kering tetesi preparat dengan oil imersi dan amati dibawah
55
BAB IV
A. Hasil
Keterangan :
1. Bacillus subtilis
(Streptobasil)
56
B. Pembahasan
Pewarnaan spora merupakan pewarnaan yang tidak dapat di warnai dengan
pewarnaan biasa, diperlukan tekhnik pewarnaan khusus. Endospora tidak mudah
diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali diwarnai, zat warna
tersebut akan sulit hilang. Pewarnaan yang dilakukan dalam praktikum ini dengan
menggunakan pewarnaan Klein. Pewarnaan Klein merupakan pewarnaan spora
yang paling banyak digunakan. Spora bakteri sangat sulit sekali bila diwarnai
dengan pewarnaan gram. Untuk pewarnaan spora, perlu dilakukan pemanasan
supaya pewarna bisa masuk kedalam spora, seperti pada pewarnaan tahan asam
dimana pewarna karbol fuksin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan
lilin asam Mycolic dari Mycobacterium.
Metode pewarnaan spora berfungsi untuk mempermudah pengamatan agar
peneliti atau pengamat mampu melihat spora, membedakan dengan sel vegetative
ataupun mengamati bentuknya. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat
pewarna pada umumnya. Hal tersebut yang menjadi dasar dari metode pengecatan
endospora dengan larutan hijau malasit. Metode Shaeffor, foton endospora
diwarnai pertama dengan larutan hijau malasit. Pengecatan tersebut sifatnya kuat
karena dapat berpenetrasi ke dalam endospora dengan perlakuan.
Dari hasil pewarnaan spora terlihat bakteri berwarna ungu ada titik merah,
dengan bentuk basil. Letak sporanya berada pada subterminal. Letak endospora
berbeda dengan spesies bakteri yang lain. Tipenya ada yang central yaitu lokasi
dari sel vegetatifnya di tengah, terminal letak sel vegetatifnya berada di ujung atau
pinggir dan tipe subterminal berarti lokasi endosporanya berada di antara tengah
dan pinggir dari sel vegetatif. Bakteri yang berbentuk basil memiliki endospora
yang terletak di subterminal.Sebenarnya jenis letak spora ada 3 buah: sentral,
yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel; terminal, yaitu letak spora ada
diujung sel; sub terminal, yaitu letak spora diantara ujung dan di tengah-tengah
sel. Akan tetapi pada pengamatan ini hanya ada spora terminalis.Warna sporanya
merah sedangkan dan warna badan vegetatif adalah biru. Bakteri Bacillus subtilis
merupakan bakteri dengan famili Bacillaceae. Bakteri yang dapat menghasilkan
57
spora diantaranya ialah bakteri berasal dari famili Bacillaceae, genus Bacillus,
Clostridium, dan Sporosarcina.
Pewarnaan spora ini bertujuan untuk membedakan antara spora bakteri
dengan sel vegetative bakteri, serta untuk mengetahui letak spora di dalam sel
bakteri. Berdasarkan pengamatan dari bakteri Bacillus subtilis diperoleh spora
dengan letak spora yang terminal, dimana letak sporanya ada diujung sel.
Sebenarnya struktur dan rangkaian endospora bakteri ada 7 jenis :oval, terminal
yaitu bentuk spora oval dan berada di ujung, rectangular, terminal; rectangular,
subterminal; rectangular, central; sikular, terminal; sirkular, central; terminal
bentuk klub (club-shaped). Akan tetapi pada pengamatan ini diperoleh spora
bentuk bacil, warna sel bakteri biru sedangkan warna dan bentuk spora adalah
merah ; rectangular, zat warna yang digunakan adalah karbol fuchsin ( primer
metylen blue) dan letak sporanya adalah terminal.
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
58
DAFTAR PUSTAKA
59
LAPORAN 6
PEWARNAAN NEGATIF
OLEH : KELOMPOK 3
NAMA : AMRIL
60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pewarnaan bakteri. Akan tetapi teknik ini bukan untuk mewarnai sel bakteri,
hanya mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Zat warna yang
digunakan tidak akan mewarnai sel, tetapi mewarnai lingkungan sekitar sehingga
sel bakteri tampak transparan. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel
bakteri cenderung bermuatan negatif dan senyawa pewarna juga bermuatan yang
sama sehingga akan ditolak oleh dinding sel. Pewarna yang biasa digunakan
antara lain nigrosin, eosin, dan asam pikrat. Tetapi kini nigrosin sudah tidak
cairan disebar dalam preparat kaca yang dicampur dengan pewarna negatif dan
dibiarkan kering. Ketika diamati dengan mikroskop, bakteri atau sporanya terlihat
61
Pewarnaan negatif atau pewarna asam dapat terjadi karena senyawa pewarna
akan ditolak oleh dinding sel. Oleh karena itu sel menjadi tidak berwarna. Contoh
pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, dan
dengan zat pewarna. Ambil kaca objek yang lain dan dorong apusan sejajar
dengan kaca hingga menghasilkan olesan yang tipis. Biarkan hingga kering
kemudian lihat sel bakteri pada mikroskop. Bakteri yang dapat digunakan dalam
Tujuan :
62
4. Mengamati Morfologi Bakteri yang terdapat pada preparat
- Waktu :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap, zat warna tidak akan mewarnai
transparan dengan latar belakang hitam. Pewarnaan negatif, metode ini bukan
untuk mewarnai bakteri tetapi latar belakngnya menjadi hitam gelap. Pada
berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan
kimia, maka terjadi penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga
penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat
nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan negatif atau pewarnaan asam dapat terjadi
dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang
63
bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel bakteri. Oleh karena itu dinding
sel menjadi tidak berwarna. Contoh pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta
cina, larutan nigrosin, asam pikrat dan eosin. Teknik ini berguna untuk
menentukan moffologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak
maka terjadi penyusutan dan salah satu bentuk agar penentuan sel dapat diperoleh
denagan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.
pewarna yang digunakan adalah nigrosin atau tinta cina yang memiliki warna
dasar hitam. Hal ini telah sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa zat
pewarna asam membawa suatu muatan negatif, maka pada sel yang
permukaannya juga negatif akan ditolak oleh sitoplasma sel sehingga zat warna
ini akan berkaitan dengan lingkungan yang mengelilingi sel dan bagian dalam sel
akan tetap berwarna bening .Selaini itu, disebutkan juga pustaka bahwa bakteri
negatif, zat warna (nigrosin) yang bermuatan negatif tidak akan mewarnai sel
B. Definisi
asam seperti eosin atau negrosin. Pewarna asam memiliki negatif charge
64
kromogen, tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative
charge pada permukaan bakteri. Oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat
dengan latar belakang berwarna. Bahan pulas dipakai tinta-cina, karena itu sering
mewarnai latar belakang dari bakteri tersebut, sedangkan bakterinya sendiri tidak
mengambil zat-zat warna. Pada negatif staining pada umumnya tidak dilakukan
bakteri. Pada pewarnaan bakteri ini sel-sel kuman kelihatan ”transparan” (terang
Pewarnaan negatif atau peawarna asam dapat terjadi karena senyawa pewarna
akan ditolak oleh dinding sel. Oleh karena itu sel menjadi tidak berwarna.
65
C. Morfologi dan Identifikasi
yang diwarnai, terdapat bakteri pada kotoran tesebut berbentuk coccus. Adapun
ini dilakukan dengan menggunakan pewarna yang bersifat asam seperti nigrosin,
tinta india atau eorsin. Pewarna dicampur dengan bakteri dan kemudian
campurannya disebar diatas cover glass. Pewarna ini tidak akan menembus atau
berikatan dengan dinding sel bakteri karena daya tolak menolak antara muatan
negatif pewarna dan muatan negatif dinding sel bakteri. Pewarna akan membentuk
deposit di sekitar bakteri atau menghasilkan latar belakang hitam sehingga bakteri
negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana
seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada
latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat
terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna
asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga
dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau
berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan sel
bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus
pandang).
66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat
- Objek glass
- Lampu spiritus
- Jarum oce
- Mikroskop
B. Bahan
- Biakan bakteri
- Tinta cina
- Oil emersi
- NaCl
C. Reagen
D. Cara kerja
glass.
4. Ambil biakan murni lalu gunakan jarum oce dan scampurkan dengan
tinta cina
67
5. Objek gelas kedua digunakan untuk menghomogenkan, kemudian buat
apusan.
BAB IV
A. Hasil pengamatan
68
B. Pembahasan
bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap, zat warna tidak akan
tampak transparan dengan latar belakang hitam. Pewarnaan negatif, metode ini
bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam
pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada
pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras
dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk
agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode
ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.Pewarnaan negative atau pewarnaan
asam dapat trejadi karena senyawa pewarna bermuatan negative. Dalam kondisi
pewarna asam yang bermuatan negative akan ditolak oleh dinding sel bakteri.
Oleh karena itu, dinding sel menjadi tidak berwarna. Contoh pewarna yang biasa
digunakan yaitu tinta cina,larutan nigrosin, asam pikrat dan eosin. Teknik ini
berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan iini olesan
tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan –bahan
kimia, maka terjadi penyusutan dan salah satubentuk agar penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina
( Hadiotomo, 1990).
69
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai
morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta
cina.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa pada sampel tersebut ditemukan bakteri berbentuk basil dengan latar hitam.
70
DAFTAR PUSTAKA
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo.
71
LAPORAN 7
PEWARNAAN KAPSUL
72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan menempelnya pada sel
kurang erat maka disebut selaput lendir. Kapsul dan lendir tidaklah
kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul
73
pewarnaan negatif atau modifikasi dari cara itu. Salah satu pewarnaan
tembaga sulfat.
Garam tembaga memberi pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan
latar belakang akan tampak biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih
muda.
yang melapisi dinding sel. Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak
merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan pewarna yang tidak
74
menembus kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan
sel. Jika lapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka
lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika polimer atau polisakarida ini tidak
berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut lender. Baik
kehidupan sel bakteri. Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat
Hal yang serupa juga dijelaskan bahwa lapisan lendir terdiri atas
mengandung unsur N atau P. Lendir bukan suatu bagian integral dari sel,
75
berkapsula juga menyebabkan adanya gangguan lendir dalam proses
hanya satu per sekian diameter selnya, namun dalam kasus-kasus lainya
gentian violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi cara untuk perwarnaan
tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan terang yang tembus dengan
bentuk dari pewarnaan kapsul. Tujuannya yaitu untuk melihat kapsul pada
bakteri.
76
Waktu : Selasa,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
sel. Clifton menyatakan bahwa lapisan lendir ini disusun oleh karbohidrat
yang disimpan di sekeliling dinding sel. Bila lapisan ini cukup tebal dan
77
B. Definsi
suatu selubung yang mengelilingi dinding sel, memiliki fungsi lain yakni
atau substrat.
cadangan makanan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
78
A. Alat
- Mikroskop
- Objeck glass
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Bunsen
- Korek api
- Ose
- Bak pewarnaan
- Jembatan pewarnaan
- Pipet tetes
B. Bahan:
- biakan bakteri
- tissue
- Oil immerse
C. Reagen
- Tinta Cina
- safranin
- Aquadest/ Air
- Nacl
D. Cara kerja
79
2. Dibuat suspensi bakteri dengan cara diambil biakan bakteri
tetes.
13. Preparat kemudian ditetesi dengan oil immerse lalu diamati di bawah
BAB IV
80
A. Hasil
Keterangan :
B. PEMBAHASAN
Kapsul adalah lapisan polimer yang terdapat di luar dinding sel. Kapsul
pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik pewarnaan, baik
kapsul, maka dalam pengamatan sel bakteri akan tampak transparan dan
81
adanya tolak menolak antara kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
bakteri berwarna transparan dan yang nampak hanya warna latar belakangnya
yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel bakteri tidak
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
(APD).
DAFTAR PUSTAKA
82
Hadioetomo, R.S. 1985.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.Jakarta :PT.
Gramedia.
83