KIMIA KOORDINASI
ACARA 3
DISUSUN OLEH :
NIM : K1A018208
KELAS :B
PURWOKERTO
2020
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
I. TUJUAN
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya adalah
reaksi netralisasi. Sejumlah asam dan basa murni ekivalen yang dicampur dan
larutannya diuapkan, maka akan terdapat zat kristalin yang tertinggal disebut
dengan garam. Garam tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa, garam
terdiri dari anion dan kation. Kation dan anion tersebur ada yang merupakan ion
kompleks, sehingga membentuk senyawa kompleks. Garam-garam yang
mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks (Day dan Selbin, 1993).
Garam merupakan senyawa yang umumnya adalah hasil reaksi asam dan
basa yang dapat bersifat asam, basa maupun netral. Larutan garam dapat
menghantarkan listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik
yang tinggi daripada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida
dari logam alkali dan atau alkali tanah. Garam-garam lemah merupakan klorida
dari aluminium, raksa, kadmium, dan berilium (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Menurut Day and Underwood (2002), garam merupakan salah satu contoh
zat padat kristal. Garam adalah produk lain diluar air yang terbentuk ketika
sebuah asam bereaksi dengan sebuah basa. Ketika jumlah setara garam tertentu
dicampur dalam larutan berair dan larutan tersebut diuapkan, garam memiliki
dua anion dan kation yang berbeda atau mungkn terbentuk. Contohnya adalah
FeSO4, (NH4)2SO4.6H2O di larutan garam berperilaku sebagai campuran dari
dua spesi. Garam-garam ini sering disebut dengan garam ganda atau garam
rangkap (Daintith, 2004).
Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Beberapa kejadian
dimungkinkan memisahkan garam kompleks dari larutan. Beberapa percobaan
pemisahan tidak memberikan hasil yang baik dan senyawa kompleks didapatkan
hanya stabil dalam keadaan larutan. Suatu garam kompleks harus dibedakan dari
garam rangkap. Terbentuknya satu kristal tunggal menandakan dua molekul
telah bergabung membentuk satu molekul tunggal. Pembentukan ion kompleks
membedakan suatu sifat fisika dan kimia yang baru terhadap zat. Kejadian garam
rangkap merupakan penguraian menjadi ion mula-mula hampir sempurna terjadi
karena itulah sifat kimia tidak mengalami perubahan (Syahrul, 2010).
Tembaga adalah suatu unsur berwarna merah mudah, lunak, dapat ditempa
dan bersifat liat. Kebanyakan garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan
perilakunya mirip perilaku perak (I). Garam tembaga (I) mudah dioksidasi
menjadi senyawa tembaga (II). Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna
biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air.
Tembaga murni memiliki karakteristik lembut dan lunak, permukaan baru
terkena memiliki warna kemerahan-oranye (Svehla, 1990).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan pembuatan garam
kompleks dan garam rangkap adalah tabung reaksi, gelas beaker, penangas
air, pipet tetes, kaca arloji, batang pengaduk, dan pemanas.
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses ini disebut
reaksi netralisasi. Garam adalah wujud padat yang dibangun oleh ion-ion
yang tersusun di dalam pola yang teratur dalam kisi kristalnya (Svehla,
1990). Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-
sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam ini memiliki struktur
tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya
(Sukardjo, 1985). Garam yang mengandung ion kompleks disebut dengan
garam kompleks. Percobaan ini dilakukan melalui tiga percobaan, yaitu
pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat, pembuatan garam
kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat dan perbandingan sifat garam
tunggal, garam rangkap dan garam kompleks.
1. Pengadukan
Semakin lama larutan diaduk, maka akan semakin banyak zat
terlarut yang ada dalam larutan menyebabkan endapan yang
dihasilkan semakin sedikit dan rendemen semakin kecil.
2. Pemanasan
Kelarutan akan semakin meningkat dengan naiknya suhu,
maka meningkatnya suhu akan menghasilkan pembentukan
endapan yang sedikit dan rendemen akan kecil.
3. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan
pelarut organik.
(Khopkar, 2003).
1. Temperatur
Ketika temperatur meningkat, maka akan sulit dalam
pembentukkan kristal.
2. Konsentrasi
Konsentrasi suatu larutan berbanding terbalik dengan
kemampuan untuk membentuk kristal.
3. Ion sejenis
Kelarutan akan meningkat dengan adanya ion sejenis, sehingga
kristal akan sulit terbentuk.
(Rivai, 1995).
C2H5OH
[Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O [Cu(NH3)4]SO4.H2O + 4H2O
(Svehla, 1990).
Endapan yang dihasilkan berwarna biru tua. Endapan disaring
dengan kertas saring dan kemudian dicuci dengan 5 mL ammonia dan 5
mL etil alkohol. Tujuan dari pencucian ini adalah agar endapan terbebas
dari kontaminan (Khopkar, 2003). Tujuan lain adalah untuk
menghilangkan sisa ammonia yang tidak terpakai dan mencegah
terjadinya peptisasi atau keadaan dimana endapan yang tidak larut menjadi
larut yakni amonia dalam campuran berfungsi memantapkan ligan pada
garam kompleks yang terbentuk. Endapan dicuci dengan etanol tujuannya
adalah untuk mengikat sisa air pada endapan. Endapan selanjutnya
dikeringkan dalam oven. Tujuannya adalah untuk mendapatkan endapan
yang benar-benar kering dengan cara menguapkan air dan etanol yang
masih terkandung dalam endapan (Khopkar, 2003). Endapan yang telah
kering kemudian ditimbang dan mol amonia yang bereaksi pada
percobaan ini dihitung.
-H2O
Cu(NH4)2(SO4)2 Cu2+ + 2NH4+ + 2SO42- (Svehla, 1990).
Larutan garam B berupa garam kompleks yang jika dilarutkan dalam air
akan membentuk ion-ion kompleks dan akan menimbulkan perubahan
warna yang disebabkan karena adanya eksitasi elektron akibat pemanasan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Arsyad, M. Natsir. (2001). Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka.
Daintith, J. (2004). The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry. New York :
Market House Book ltd.
Day, J.R., dan J. Selbin. (1993). Kimia Anorganik Teori. Yogyakarta : UGM Press.
Day, R.A, dan Underwood, A.L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi Keenam).
Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik (Edisi Pertama). Jakarta : UI Press.
Petrucci, Ralph H. (1989). Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.
Svehla. (1990). Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT
Kalman Media Pustaka.
Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
SKEMA KERJA