Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KOORDINASI

ACARA 3

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDHIKA RAMADHAN

NIM : K1A018208

KELAS :B

ASISTEN : ALIN LUTPIANI

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2020
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

I. TUJUAN

Mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium


sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.

II. LATAR BELAKANG

Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya adalah
reaksi netralisasi. Sejumlah asam dan basa murni ekivalen yang dicampur dan
larutannya diuapkan, maka akan terdapat zat kristalin yang tertinggal disebut
dengan garam. Garam tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau basa, garam
terdiri dari anion dan kation. Kation dan anion tersebur ada yang merupakan ion
kompleks, sehingga membentuk senyawa kompleks. Garam-garam yang
mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks (Day dan Selbin, 1993).

III. DASAR TEORI

Garam merupakan senyawa yang umumnya adalah hasil reaksi asam dan
basa yang dapat bersifat asam, basa maupun netral. Larutan garam dapat
menghantarkan listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik
yang tinggi daripada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan klorida
dari logam alkali dan atau alkali tanah. Garam-garam lemah merupakan klorida
dari aluminium, raksa, kadmium, dan berilium (Cotton dan Wilkinson, 1989).

Menurut Day and Underwood (2002), garam merupakan salah satu contoh
zat padat kristal. Garam adalah produk lain diluar air yang terbentuk ketika
sebuah asam bereaksi dengan sebuah basa. Ketika jumlah setara garam tertentu
dicampur dalam larutan berair dan larutan tersebut diuapkan, garam memiliki
dua anion dan kation yang berbeda atau mungkn terbentuk. Contohnya adalah
FeSO4, (NH4)2SO4.6H2O di larutan garam berperilaku sebagai campuran dari
dua spesi. Garam-garam ini sering disebut dengan garam ganda atau garam
rangkap (Daintith, 2004).
Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Beberapa kejadian
dimungkinkan memisahkan garam kompleks dari larutan. Beberapa percobaan
pemisahan tidak memberikan hasil yang baik dan senyawa kompleks didapatkan
hanya stabil dalam keadaan larutan. Suatu garam kompleks harus dibedakan dari
garam rangkap. Terbentuknya satu kristal tunggal menandakan dua molekul
telah bergabung membentuk satu molekul tunggal. Pembentukan ion kompleks
membedakan suatu sifat fisika dan kimia yang baru terhadap zat. Kejadian garam
rangkap merupakan penguraian menjadi ion mula-mula hampir sempurna terjadi
karena itulah sifat kimia tidak mengalami perubahan (Syahrul, 2010).

Garam kompleks adalah garam yang mengandung ion-ion kompleks.


Garam rangkap merupakan garam atau senyawa yang terdiri dari dua atau lebih
garam yang mengkristal dengan perbandingan mol tertentu. Garam kompleks
apabila dilarutkan dalam air akan membentuk ion kompleks. Contoh dari garam
kompleks adalah [Co(NH3).]Cl3 dalam larutan menjadi ion [Co(NH3)6]3+ dan
3Cl- yang ada dan mudah diendapkan dengan larutan perat nitrat. Pembentukan
garam kompleks dalam analisis anorganik kualitatif ang sering terjadi dan
terlihan dalam pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling
umum adalah adanya perubahan warna larutan (Sukardjo, 1985).

Tembaga adalah suatu unsur berwarna merah mudah, lunak, dapat ditempa
dan bersifat liat. Kebanyakan garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan
perilakunya mirip perilaku perak (I). Garam tembaga (I) mudah dioksidasi
menjadi senyawa tembaga (II). Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna
biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air.
Tembaga murni memiliki karakteristik lembut dan lunak, permukaan baru
terkena memiliki warna kemerahan-oranye (Svehla, 1990).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1 ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan pembuatan garam
kompleks dan garam rangkap adalah tabung reaksi, gelas beaker, penangas
air, pipet tetes, kaca arloji, batang pengaduk, dan pemanas.

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan garam


kompleks dan garam rangkap adalah serbuk CuSO4.5H2O, ammonium
sulfat, etil alkohol, dan ammonia pekat.

4.2 CARA KERJA


A. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
1. Sebanyak 2,5 gram CuSO4 dan ammonium sulfat 1 gram dilarutkan
dalam 10 mL aquades, dipanaskan pelan-pelan sampai semua garam
larut.
2. Larutan didinginkan sampai terbentuk endapan dalam penangas es
dan didiamkan satu malam.
3. Endapan dipisahkan dan dikeringkan, kemudian ditimbang
4. Rendemen yang diperoleh dihitung.
B. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
1. Sebanyak 2,5 gram CuSO4.H2O dilarutkan ke dalam 5 mL ammonia
pekat.
2. Sebanyak 8 mL etil alkohol ditambahkan secara perlahan-lahan
melalui dinding gelas sehingga larutan tertutupi oleh alkohol.
Jangan diaduk atau digoyang, ditutup dengan kaca arloji dan
dibiarkan satu malam sampai endapan terbentuk.
3. Endapan yang terbentuk dipisahkan, dicuci dengan campuran
larutan ammonia dengan etil alkohol (1:1).
4. Endapan dicuci dengan etil alkohol.
5. Endapan dikeringkan dan ditimbang.
6. Mol ammonia yang bereaksi dihitung.
C. Perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks
1. Sedikit CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 5 mL aquades, warna larutan yang terbentuk diamati.
2. Sedikit garam pada percobaan (A) dilarutkan dalam 5 mL aquades,
demikian juga garam pada percobaan (B). Warna larutan yang
dihasilkan diamati.
3. Garam (A) dan garam (B) dipanaskan dan diamati yang terjadi
4.3 SKEMA KERJA
(Terlampir).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 DATA PENGAMATAN
A. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
No. Perlakuan Pengamatan
1. Sebanyak 2,5 gram CuSO4 dan 1 Larutan berwarna biru dan
gram ammonium sulfat dilarutkan garam larut
dalam 10 mL aquades, dipanaskan
sampai semua garam larut
2. Larutan didinginkan sampai Larutan berwarna biru
terbentuk endapan dalam penangas
es, didiamkan satu malam
3. Endapan dipisahkan dan Endapan berwarna biru
dikeringkan, kemudian ditimbang
4. Rendemen yang diperoleh
dihitung

B. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat

No. Perlakuan Pengamatan


1. Sebanyak 2,5 gram CuSO4.H2O
dilarutkan dalam 5 mL ammonia
pekat
2. Sebanyak 8 mL etil alkohol Larutan berwarna biru tua
ditambahkan secara perlahan
3. Larutan dibiarkan satu malam
sampai endapan terbentuk
4. Endapan yang terbentuk Endapan berwarna biru tua
dipisahkan dan dicuci dengan
campuran larutan ammonia
dengan etil alkohol (1:1)
5. Endapan dicuci dengan etil alkohol
6. Endapan yang terbentuk Endapan yang diperoleh
dikeringkan dan ditimbang berwarna biru tua
7. Mol amonia yang bereaksi
dihitung

C. Perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks

No. Perlakuan Pengamatan


1. Sedikit CuSO4 dimasukkan ke Larutan berwarna biru muda
dalam tabung reaksi dan (+)
ditambahkan 5 mL aquades.
Warna larutan yang dihasilkan
diamati
2. Larutkan sedikit garam (A) dalam Larutan berwarna biru muda
5 mL aquades dan juga untuk (++) untuk garam A dan
garam (B). Warna larutan yang larutan berwarna biru tua
dihasilkan diamati dan untuk garam B. (warna
dibandingkan larutan semakin meningkat
birunya dari tabung 1 ke
tabung 3)

3. Garam (A) dan garam (B)


dipanaskan dan diamati
5.2 PEMBAHASAN

Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses ini disebut
reaksi netralisasi. Garam adalah wujud padat yang dibangun oleh ion-ion
yang tersusun di dalam pola yang teratur dalam kisi kristalnya (Svehla,
1990). Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-
sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam ini memiliki struktur
tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya
(Sukardjo, 1985). Garam yang mengandung ion kompleks disebut dengan
garam kompleks. Percobaan ini dilakukan melalui tiga percobaan, yaitu
pembuatan garam rangkap kupri amonium sulfat, pembuatan garam
kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat dan perbandingan sifat garam
tunggal, garam rangkap dan garam kompleks.

A. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat

Garam rangkap adalah suatu garam yang terbentuk melalui


kristalisasi larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam
tertentu (Arsyad, 2001). Percobaan dilakukan dengan melarutkan 2,5 gram
CuSO4 dalam 5 mL aquades serta 1 gram ammonium sulfat dalam 5 mL
aquades, kemudian kedua larutan dicampurkan. CuSO4 dalam percobaan
ini berfungsi sebagai atom pusat, sementara ammonium sulfat sebagai
ligan. Larutan garam yang dihasilkan berwarna biru. Campuran
selanjutnya dipanaskan untuk mempercepat reaksi dan untuk melarutkan
garam dari CuSO4 maupun ammonium sulfat yang belum larut.

Tembaga membentuk senyawa dengan bilangan oksidasi +1 dan


+2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan
air. Tembaga (II) dalam larutan air hampir semuanya berwarna biru yang
merupakan karakteristik dari warna ion kompleks berkoordinasi 6,
[Cu(H2O)6]2+ (Sugiyarto, 2010). Garam-garam tembaga (II) umumnya
berwarna biru baik dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air.
Warna biru disebabkan adanya ion tetra aqua tembaga (II) (Vogel, 1990).
Reaksi yang terjadi pada pelarutan garam ammonium sulfat dan garam
CuSO4 adalah sebagai berikut :

CuSO4.5H2O + (NH4)2 SO4 Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O (Svehla, 1990).

Larutan yang dihasilkan berwarna biru, kemudian didinginkan


dalam lemari pendingin selama satu malam. Hal itu bertujuan untuk
mempercepat proses pembentukan endapan dan untuk menghasilkan
endapan yang sempurna. Endapan yang dihasilkan selanjutnya disaring
dan dikeringkan di dalam oven. Pengeringan bertujuan untuk memperoleh
endapan yang murni dan bebas dari air dan pengotor, dimana sebelumnya
endapan mengandung air akibat absorbsi, okulasi dan penyerapan serta
hidrasi (Khopkar, 2003). Endapan yang telah kering kemudian ditimbang
dan diperoleh berat endapan. Setelah itu, rendemen dihitung. Nilai
rendemen yang baik adalah nilai yang mendekati 100% karena
menunjukkan endapan yang diperoleh sempurna dan murni (Rivai, 1995).

Gambar 5.2.1 Kristal garam rangkap kupri ammonium sulfat

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen, antara lain sebagai


berikut :

1. Pengadukan
Semakin lama larutan diaduk, maka akan semakin banyak zat
terlarut yang ada dalam larutan menyebabkan endapan yang
dihasilkan semakin sedikit dan rendemen semakin kecil.
2. Pemanasan
Kelarutan akan semakin meningkat dengan naiknya suhu,
maka meningkatnya suhu akan menghasilkan pembentukan
endapan yang sedikit dan rendemen akan kecil.
3. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan
pelarut organik.
(Khopkar, 2003).

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses


pembentukkan kristal, antara lain sebagai berikut :

1. Temperatur
Ketika temperatur meningkat, maka akan sulit dalam
pembentukkan kristal.
2. Konsentrasi
Konsentrasi suatu larutan berbanding terbalik dengan
kemampuan untuk membentuk kristal.
3. Ion sejenis
Kelarutan akan meningkat dengan adanya ion sejenis, sehingga
kristal akan sulit terbentuk.
(Rivai, 1995).

Garam ammonium merupakan garam kristal stabil dari ion NH4+


tetrahedral yang kebanyakan dapat larut dalam air. Garam dari asam kuat
terionisasi seluruhnya dan larutan yang terbentuk yaitu Cu(NH4)4(SO4)3
berwarna biru. Warna yang dihasilkan disebabkan karena senyawa
tersebut menyerap cahaya di daerah sinar tampak yaitu pada panjang
gelombang 5800 – 5900 Å. Menurut teori medan ligan, warna pada
senyawa kompleks disebabkan energi sinar di daerah tampak cocok untuk
promosi elektron yang ada di orbital d. Jika zat menyerap warna atau
panjang gelombang tertentu, zat tersebut akan meneruskan warna
komplementernya yang tampak pada maka sebagai warna (Day and
Underwood, 2002). Struktur garam rangkap Cu(NH4)4(SO4)3 adalah
square planar yang dapat ditentukan melalui teori werner dan teori ikatan
valensi (Sukardjo, 1985).

B. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat

Garam kompleks merupakan garam yang apabila dilarutkan dalam


air akan terionisasi menjadi ion kompleks dan counter ion. Percobaan
dilakukan dengan melarutkan 2,5 gram CuSO4.5H2O dalam 5 mL
ammonia pekat. Selanjutnya, larutan ditambahkan 8 mL etil alkohol.
Larutan dalam gelas beaker kemudian ditutup dengan kaca arloji dan
didiamkan selama satu malam. CuSO4.5H2O dalam percobaan bertindak
sebagai atom pusat. Sementara ammonia pekat bertindak sebagai ligan,
dimana NH3 pekat akan terikat kuat pada atom pusat Cu.

Menurut Arsyad (2001), Cu2+ dapat didefinisikan melalui


terbentuknya ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ berwarna biru gelap yang
terbentuk karena ammonia berlebih. Penambahan etil alkohol bertujuan
untuk menutupi permukaan garam kompleks yang terbentuk dan sebagai
perangkap dari NH3 sehingga garam kompleks NH3 tidak akan menguap
karena etil alkohol akan menyerap terlebih dahulu (Mulyono, 2005).
Larutan didiamkan tidak boleh terjadi goncangan bertujuan agar kristal
garam yang terbentuk sempurna, karena apabila terjadi goncangan maka
garam akan larut kembali. Larutan ditutup dengan kaca arloji agar larutan
tidak menguap. Pendiaman larutan selama satu malam bertujuan untuk
menghasilkan endapan yang sempurna (Khopkar, 2003). Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

CuSO4.5H2O + 4NH3 [Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O

C2H5OH
[Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O [Cu(NH3)4]SO4.H2O + 4H2O

Kristal biru tua

(Svehla, 1990).
Endapan yang dihasilkan berwarna biru tua. Endapan disaring
dengan kertas saring dan kemudian dicuci dengan 5 mL ammonia dan 5
mL etil alkohol. Tujuan dari pencucian ini adalah agar endapan terbebas
dari kontaminan (Khopkar, 2003). Tujuan lain adalah untuk
menghilangkan sisa ammonia yang tidak terpakai dan mencegah
terjadinya peptisasi atau keadaan dimana endapan yang tidak larut menjadi
larut yakni amonia dalam campuran berfungsi memantapkan ligan pada
garam kompleks yang terbentuk. Endapan dicuci dengan etanol tujuannya
adalah untuk mengikat sisa air pada endapan. Endapan selanjutnya
dikeringkan dalam oven. Tujuannya adalah untuk mendapatkan endapan
yang benar-benar kering dengan cara menguapkan air dan etanol yang
masih terkandung dalam endapan (Khopkar, 2003). Endapan yang telah
kering kemudian ditimbang dan mol amonia yang bereaksi pada
percobaan ini dihitung.

Gambar 5.2.2 Kristal garam kompleks tetraamin tembaga (II)


sulfat

Hidrat CuSO4.5H2O memiliki empat molekul H2O yang


berhubungan dengan tembaga pada ion kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan yang
kelima dengan anion SO22- melalui ikatan hidrogen. Pembentukan hidrat
juga dapat terjadi melalui kemungkinan bahwa molekul air dapat
bergabung dalam posisi tertentu pada kristal padat namun tidak
berhubungan dengan kation dan anion tersebut (Cotton dan Wilkinson,
1989). Warna biru tua yang dihasilkan oleh endapan disebabkan adanya
pergantian ligan ini akan menghasilkan pemecahan orbital d yang semakin
besar. Semakin besar energi eksitasi maka semakin pendek panjang
gelombang sinar yang diserap (Petrucci, 1989). Urutan tingkatan warna
untuk kompleks Cu2+ sesuai dengan perubahan ligan yang semakin kuat.
CuSO4.5H2O berwarna biru karena menyerap warna kuning. Sedangkan,
[Cu(NH3)4]2+ berwarna biru tua karena menyerap warna hijau kekuningan
yang panjang gelombangnya lebih pendek dari warna kuning (Sukardjo,
1985).

C. Perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam


kompleks

Percobaan terakhir di dalam pembuatan garam kompleks dan


garam rangkap adalah perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap
dan garam kompleks. Percobaan ini dilakukan dengan menyiapkan 3 buah
tabung reaksi. tabung reaksi 1 diisi dengan CuSO4, tabung 2 diisi dengan
sedikit garam pada percobaan A dan tabung 3 diisi dengan sedikit garam
B. Masing-masing tabung ditambahkan 5 mL aquades. CuSO4 digunakan
sebagai garam tunggal dalam percobaan ini. Hasil percobaan
menunjukkan larutan pada tabung 1 dan 2 berwarna biru muda dan pada
tabung 3 larutan berwarna biru tua.

Tabung 2 dan 3 dipanaskan untuk mengetahui perubahan yang


mungkin terjadi. Larutan garam A yang berupa garam rangkap yang ketika
dipanaskan dan dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi dan akan
terbentuk ion-ion penyusunnya, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

-H2O
Cu(NH4)2(SO4)2 Cu2+ + 2NH4+ + 2SO42- (Svehla, 1990).

Larutan garam B berupa garam kompleks yang jika dilarutkan dalam air
akan membentuk ion-ion kompleks dan akan menimbulkan perubahan
warna yang disebabkan karena adanya eksitasi elektron akibat pemanasan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

[Cu(NH3)4].H2O [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ + SO42- (Svehla, 1990).

Urutan tingkat warna kompleks Cu(II) adalah :


CuSO4 < Cu(H2O)4 < [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ (Sukardjo, 1985).

Gambar 5.2.3 Hasil larutan garam tunggal, garam A dan garam B

Larutan garam A dan garam B kemudian dipanaskan yang akan


menghasilkan perubahan warna pada larutan garam B. Menurut Sukardjo
(1985), Perubahan warna tersebut dapat disebabkan karena adanya reaksi
oksidasi pada garam kompleks akibat pemanasan, dimana tembaga (II)
menjadi tembaga (III) sehingga warna larutan yang dihasilkan menjadi
lebih gelap. Garam rangkap tidak akan mengalami perubahan warna
dikarenakan pemanasan akan menaikkan energi level pada splitting dari
orbital d pada logam Cu sehingga jarak dari orbital t2g k eg menjadi lebih
jauh dan eksitasi elektron menjadi sulit serta tidak terjadi perubahan warna
yang berarti. Hal tersebut yang membedakan garam rangkap dan garam
kompleks, dimana garam kompleks yang dilarutkan dalam air membentuk
ion kompleks, sedangkan garam rangkap akan menghasilkan ion-ion
penyusunnya saat dilarutkan dalam air (Sukardjo, 1985).

Gambar 5.2.4 Gambar 5.2.5


Proses pemanasan larutan garam A Proses pemanasan larutan garam B
VI. KESIMPULAN

Garam rangkap kupri ammonium sulfat dibuat dengan melarutkan CuSO4


dan ammonium sulfat dalam aquades. Sedangkan, garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat diperoleh dengan melarutkan CuSO4.5H2O dalam ammonia
pekat dan etanol. Garam rangkap kupri ammonium sulfat membentuk ion-ion
penyusunnya saat dilarutkan dalam air, yaitu Cu2+, 4NH4+ dan 3SO42-. Sedangkan,
garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat membentuk ion kompleksnya saat
dilarutkan dalam air.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. (2001). Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka.

Cotton dan Wilkinson. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.

Daintith, J. (2004). The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry. New York :
Market House Book ltd.

Day, J.R., dan J. Selbin. (1993). Kimia Anorganik Teori. Yogyakarta : UGM Press.

Day, R.A, dan Underwood, A.L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi Keenam).
Jakarta : Erlangga.

Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik (Edisi Pertama). Jakarta : UI Press.

Mulyono. (2005). Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara.

Petrucci, Ralph H. (1989). Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta :
Erlangga.

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press.

Sugiyarto, K.H. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sukardjo. (1985). Kimia Koordinasi. Jakarta : Rineka Cipta.

Svehla. (1990). Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT
Kalman Media Pustaka.

Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka
LAMPIRAN

JAWABAN PERTANYAAN

1. a. Cu(NH4)4(SO4)3 Cu2+ + 4NH4+ + 3SO42-


b. [Cu(NH3)4]SO4 [Cu(NH3)4]2+ + SO42-
2. - Garam rangkap apabila dipanaskan tidak mengalami perubahan warna
- Garam kompleks akan mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap apabila
dipanaskan
LAMPIRAN

SKEMA KERJA

A. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat

2,5 gram CuSO4 + 1 gram


ammonium sulfat
- Dilarutkan dalam 10 mL aquades
- Dipanaskan
- Didinginkan sampai terbentuk endapan dalam penangas es
- Didiamkan selama satu malam
- Dipisahkan endapan
- Dikeringkan endapan dan ditimbang
- Dihitung rendemen yang diperoleh

Kristal garam rangkap

B. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat

2,5 gram CuSO4.5H2O

- Ditimbang dan dilarutkan dalam 5 mL ammonia pekat


- Ditambahkan 8 mL etil alkohol melalui dinding gelas
- Ditutup dengan kaca arloji
- Dibiarkan selama satu malam
- Dipisahkan endapan
- Dicuci endapan dengan campuran ammonia dan etil alkohol
(1:1)
- Dicuci dengan etil alkohol
- Dikeringkan endapan dan ditimbang
- Dihitung mol amonia yang bereaksi

Kristal garam kompleks


C. Perbandingan sifat garam tunggal, garam rangkap dan garam kompleks

CuSO4 Garam A Garam B

- Dimasukkan sedikit - Dilarutkan dalam - Dilarutkan dalam


dalam tabung reaksi 5 mL aquades 5 mL aqudes
- Ditambahkan 5 mL
Aquades
- Diamati warna larutan - Dibandingkan warna larutan
- Dipanaskan
- Diamati yang terjadi

Sifat garam tunggal, garam


rangkap dan garam kompleks
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai