Semarang,
Mengetahui,
Dosen Pengampu
ii
RINGKASAN
Asam asetat adalah senyawa organic yang termasuk dalam golongan carboxylic
acid dengan gugus fungsinya (RCOOH) dan rumus kimia (CH 3COOH). Asam asetat dapat
dibuat dari substrat yang mengandung alkohol. Asam asetat merupakan sumber utama
dalam pembuatan garam derivate, dan ester asam asetat. Tujuan percobaan ini adalah
membuat asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari buah jeruk busuk dan
sari buah jeruk segar dan menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat.
Karakteristik asam asetat adalah bentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau
menyengat, pH asam, dll. Asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman dalam
industri makanan. Asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air di rumah
tangga.Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintesis
atau khemis dan secar mikrobiologis atau fermentasi. Faktor-faktor yang diperhatikan
dalam pembuatan asam asetat adalah pemilihan mikroba, kualitas bahan dasar, fermentasi
oleh yeast, keasaman, bahan penyangga, dan suhu.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sari buah melon dan sirsak,
air legen, glukosa anhidris, alcohol (etanol), indicator PP, NaOH, sukrosa, ragi roti. Dan
alat yang digunakan adalah erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, buret, statif, klem, dan
lain-lain. Prosedur percobaan dilakukan dengan pembuatan starter, persiapan bahan, dan
pembuatan asam asetat.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil semakin lama waktu
fermentasi , densitasnya semakin meningkat, pH semakin menurun dan volume total
semakin berkurang. Kadar asam asetat tertinggi didapatkan saat penambahan starter
10%. Buah sirsak lebih efektif dalam menghasilkan asam asetat dibandingkan buah melon.
Saran agar praktikum dapat berjalan dengan baik yaitu pastikaan aerasi setiap
harinya berjalan lancar, sebaiknya tempat aerasi diperluas, dan sterilisasi alat sebelum
memulai praktikum.
iii
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-
Nya, Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri yang berjudul “Asam Asetat” dapat
diselesaikan dengan lancar.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini terima kasih disampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Ing Silviana, S.T., M.T. selaku penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi
Industri
2. Bapak Ir. Indro Sumantri, M.Eng. selaku dosen pembimbing materi asam asetat
3. Ibu Jufriyah, ST selaku Laboran Mikrobiologi Industri
4. Diny Dwi Anugrainy selaku koordinator asisten Laboratorium Mikrobiologi
Industri.
5. Qoyyimah selaku asisten pengampu materi asam asetat.
6. Orang tua yang tela memberikan dukungan materil maupun spiritual.
7. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Laporan ini disadari masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari
berbagai pihak diharapkan untuk menuju kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... ii
RINGKASAN..................................................................................................................... iii
PRAKATA......................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Asam Asetat................................................................................................ 3
2.2 Karakteristik Asam Asetat........................................................................................ 3
2.3 Kegunaan Asam Asetat............................................................................................. 4
2.4 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Asetat........................................................ 4
2.5 Faktor-faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat........................... 5
2.6 Pembuatan Asam Asetat Secara Sintetis dan Fermentasi......................................... 6
2.7 Starter Asam Asetat.................................................................................................. 8
2.8 Kandungan Pada Sari Buah Melon, Sirsak, dan Air Legen...................................... 8
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan Praktikum............................................................................................... 10
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan.............................................................................. 10
3.3 Gambar Rangkaian Alat ...........................................................................................11
3.4 Prosedur Praktikum................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Fenomena Perubahan Densitas terhadap Fermentasi Asam Asetat ..........................13
4.2 Fenomena Perubahan Volume Total terhadap Fermentasi Asam Asetat .................14
4.3 Fenomena Perubahan Ph terhadap Fermentasi Asam Asetat ...................................16
4.4 Pengaruh Konsentrasi Starter terhadap Konsentrasi Asam Asetat ...........................17
4.5 Pengaruh Jenis Bahan Baku terhadap Kadar Asam Asetat ......................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................................22
5.2 Saran .........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA….....................................................................................................23
v
LEMBAR ASISTENSI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara kadar asam asetat vs waktu fementasi dengan starter
10% ..........................................................................................................21
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar asam asetat vs waktu fementasi dengan starter
15% ..........................................................................................................22
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara kadar asam asetat vs waktu fementasi dengan starter
20% ..........................................................................................................22
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
jeruk mempunyai kualitas yang tinggi, namun jeruk busuk mempunyai kadar lebih tinggi
dibandingkan dengan jeruk segar. Tujuan praktikum ini adalah untuk membuat asam
asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari buah jeruk busuk dan sari buah jeruk
segar dan untuk menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asetat
1. Membuat asam asetat dengan fermentasi aerob menggunakan sari buah melon dan sirsak.
2. Menentukan kondisi operasi untuk pembuatan asam asetat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glacial. Asam asetat glasial mempunyai
ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan titik didih 118°C) dengan bau
menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik. Dalam bentuk cair atau
uap, asam asetat glacial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain suatu molekul asam
asetat mengandung gugus – OH dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan air. Karena adanya ikatan hidrogen ini, maka asam asetat yang mengandung atom
karbon satu sampai empat dan dapat bercampur dengan air (Hewitt, 2003).
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa konjugasinya adalah asetat
(CH3COO−). Asam asetat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
3
etanol. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya
seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia dan laboratorium (Hart,
2003).
Asam asetat digunakan untuk rumah tangga, industri dan kesehatan yaitu sebagai
berikut :
a. Bahan penyedap rasa pada makanan
b. Bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan merupakan pengawet makanan
secara tradisional. Daya pengawet disebabkan karena kandungan asam asetatnya
sebanyak 0,1 % asam asetat dapat menghambat pertumbuhan bakteri spora penyebab
keracunan makanan.
c. Pembuatan obat-obatan (Aspirin).
d. Bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting diperlukan untuk
asetilasi terutama di dalam pembuatan selulosa asetat.
e. Bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan lain seperti asetil klorida.
f. Di bidang industri karet (menggumpalkan karet). g. 0,3 % asam asetat dapat mencegah
pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin (Tjokroadikoesoemo, 1986).
4
interaksinya terhadap pembentukan asan asetat. Kolom biooksidasi diisi dengan kerikil atau
partikel yang dapat menyangga kehidupan mikrobia. Udara masuk dari dasar fermentor
sehingga mikrobia dapat menggunakan substrat secara effisien. Untuk mendapatkan hasil
(kadar asam asetat) yang kenaikannya relatif konstan, maka digunakan sistem kontinyu.
Bertujuan untuk mengetahui kondisi yang optimum produksi asam asetat dari air kelapa
secara fermentasi kontinyu dengan menggunakan kolom biooksidasi. Asam Asetat dengan
oksidasi alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri asetobacter dan dibuat dengan bantuan
udara pada suhu 35 oC. Reaksinya :
Acetobacter (35o C)
C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O
Alkohol Asam Asetat
Pada proses fermentasi alkohol ini, asam asetat didapat dari bahan yang kaya gula
seperti anggur, apel, malt, gula, dan sebagainya.
d. Keasaman
Kadar alkohol terbaik dan dapat segera difermrntasikan 10-13%. Bila kadar alkohol
14% atau lebih maka oksidasi alkohol menjadi asam cuka tidak atau kurang sempurna
sebab perkembangan bakteri asam cuka terhambat. Sedang bila kadar alkohol rendah
mungkin akan banyak vinegar yang hilang bahkan pada konsentrasi alkohol 1-2% ester
dan asam cuka akan dioksidasi yang mengakibatkan hilangnya aroma dan flavor(aroma
dan flavor menjadi jelek).
5
Bahan penyagga ini dimaksudkan untuk memperluas permukaan yang berhubungan
dengan udara serta tempat melekatnya koloni bakteri bakteri asam cuka sehingga proses
fermentasinya menjadi lebih cepat. Sebagai bahan penyangga dapat dipakai chips/
pasahan/ tatal kayu, arang, ranting anggur, tongkol jagung, dan sebagainya. Bahan
penyangga tersebut tidak boleh bersifat racun, serta tidak boleh mengandung besi,
tembaga, sulfur, atau ion ion lainnya yang mempengaruhi vinegar.
f. Suhu
Suhu selama fermentasi mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri asam cuka. Bila
suhu :
12-15˚C : pertumbuhan bakteri lambat, sel selnya menjadi gemuk, pendek.
42-45˚C : sel bakteri akan memanjang membentuk semacam mycelium yang tidak
bersekat
15-34˚C : pertumbuhan sel normal dan cepat Untuk fermentasi asam cuka suhu yang
paling sesuai 26,7-29,4˚C, sebab bila suhu rendah fermentasi akan berjalan lambat
sedang bila suhu tinggi akan banyak alkohol yang menguap bersama-sama dengan bahan
bahan volatile yang membentuk flavor dan aroma dari asam cuka sehingga asam cuka
yang dihasilkan akan mempunyai flavor ataupu aroma yang kurang sedap/ enak.
Setelah metil iodide telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodide ke dalam [Rh(CO)2I2]-
6
berikatan dengan CH3 membentuk kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon
monoksida, dimana gas CO berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi
rhodium-alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III). Dengan
terbentuknya kompleks maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian
direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini
bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30-60 atm. Asetil iodida yang terbentuk
kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI. Dimana HI yang
terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi metanol menjadi MeI yang akan
masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus. Sedangkan asam asetat yang
dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian untuk dipisahkan dari pengotor yang mungkin
ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi (Roth, 2009).
Oksidasi
CH3CH2OH + 1 O2CH3CHO+H2O
2 Hidrasi
1 Oksidasi
CH3CH(OH)2 + O CH3COOH+H2O
2 2
7
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Nira Siwalan (tiap 100 g bahan)
Komposisi Nira Siwalan (legen)
Sukrosa 13,9-14,9%
Abu 0.04%
Protein 0,2%
Lemak 0,02%
Sumber : Pontoh dkk. (2011)
Total gula pada buah-buahan selalu meningkat karena terjadinya degradasi dari
karbohidrat dan menurun pada hari tertentu karena gula digunakan untuk proses respirasi
akan diubah menjadi senyawa lainnya. Total gula tersebut selanjutnya digunakan untuk
melakukan aktivitas seluruh sisa hidup dari buah tersebut (Winarno, et al., 1980). Buah
melon bersifat cepat matang dan mudah masak, sehingga teknik penyimapanan yang baik
adalah diruang dingin, baik berupa cold storage maupun lemari pendingin. Suhu pada ruang
8
dingin biasanya mendekati ± 00 C, sehingga dapat mempertahankan kesegaran buah melon
(Rukmana, 1994).
Buah sirsak mengandung vitamin dan serat. Vitamin yang terdapat di dalamnya
berupa vitamin A, B dan C. selain itu, buah sirsak juga mempunyai beberapa bagian
didalamnya yaitu 68% daging buah yang dapat dimakan, sisanya berupa kulit sebanyak
20%, biji 8,5%, dan empulur 4% (bagian tengah pada buah sirsak sebagai tempat
melekatnya daging buah). Kandungan air pada buah sirsak cukup tinggi yakni sekitar 82%.
Beberapa produk olahan yang bisa dibuat dari buah sirsak adalah sari buah, juice, manisan,
selai buah sirsak dan lain-lain. Buah sirsak juga mengandung zat yang sangat potensial
yakni berupa antioksidan. Zat tersebut memiliki peran yang penting dalam tubuh, sebab
mampu menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas. Selain antioksidan,
buah sirsak juga kaya akan vitamin C dan polifenol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Prasetyorini (2014) dalam 100 gram sari buah sirsak mengandung polifenol sebesar
98,18 mg, 0,77 persen vitamin C dan 282,61 ppm untuk antioksidan. Penelitian Sudaryati
dkk., (2013) juga menyebutkan bahwa buah sirsak bukan hanya dijadikan makanan segar,
namun telah dimanfaatkan sebagai bahan industri seperti sirup, manisan, selai, juice, permen
jelly, dan campuran kue lainnya yang memiliki nilai tambah.
Tabel 2.3. Kandungan gizi pada setiap 100 gram buah sirsak
Komposisi Kandungan
Air (g) 81,6
Energi (kal) 73
Protein (gr) 1,0
Lemak (gr) 0,30
Karbohidrat (gr) 16,5
Mineral (gr) 0,7
Kalsium (gr) 14,0
Besi (mg) 0,6
Fosfor (mg) 27
Thiamin (SI) 0,07
Asam askorbat (cal) 20
Bdd (%) 68,0
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
Pembuatan
Sterilisasi Aerasi 7 hari
starter
10
3.3 Gambar Rangkaian Alat
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.01
1
Densitas (gr/ml)
0.99
0.98 Starter 5%
Starter 10%
0.97 Starter 15%
Starter 20%
0.96
0.95
0.94
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.1 Grafik hubungan densitas (ρ) terhadap waktu fermentasi pada sari buah melon
dengan starter air legen
1.03
1.02
1.01
1
Densitas (gr/ml)
0.99
Starter 5%
0.98 Starter 10%
Starter 15%
0.97 Starter 20%
0.96
0.95
0.94
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.2 Grafik hubungan densitas (ρ) terhadap waktu fermentasi pada sari buah sirsak
dengan starter air legen
Pada gambar 4.1 dan 4.2 diatas merupakan grafik pengaruh densitas terhadap waktu
fermentasi pada sari buah melon dan sari buah sirsak dengan menggunakan starter air legen.
Fenomena yang terjadi bahwa terlihat pada sampel yang menggunakan sari buah melon
cenderung mengalami peningkatan densitas. Walaupun pada hari ke-3 untuk variabel III dan
IV mengalami penurunan densitas dan mengalami kenaikan pada hari ke-4. Sedangkan
13
pada hari ke-5 semua variabel mengalami sedikit penurunan. Lalu fenomena pada sampel
yang menggunakan sari buah sirsak mengalami penurunan densitas pada hari ke-3 kecuali
pada variabel VI yang baru mengalami penurunan pada hari ke-4. Pada variabel V dan VII
di hari ke-5 kembali mengalami penurunan densitas.
Wusnah dkk. (2018) mwnyatakan bahwa densitas terus menigkat sedikit demi
sedikit seiring lamanya waktu fermentasi. Banyaknya jumlah bakteri yang ditambahkan juga
mempengaruhi hasil densitas pada asam asetat, dimana semakin banyak jumlah bakteri yang
digunakan maka denitas yang diperoleh semakin menigkat. Semakin banyak bakteri, maka
semakin baik reaksi pembentukan asam asetat yang terjadi selama nutrien yang digunakan
masih mencukupi sehingga dnsitas yang diperoleh terus meningkat.
Pada grafik 4.1 dan 4.2 terlihat densitas hari ke 3,4, dan 5 tidak sesuai dengan teori
diatas karena terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan pada pertumbuhan mikroba terjadi fase
lag pada hari 2, 3, dan 4, dimana fase lag ada fase penyesuaian sel dengan lingkungan
sehingga belum terjadi perkembang biakan pada mikroba. Sehingga densitas tidak
mengalami kenaikan secara signifikan (Januaresti dkk., 2016). Setelah terjadi penurunan
densitas kembali mengalami kenaikan pada hari ke-4 pada variabel III, IV, V, dan VII.
Sedangkan yang mennglami knaikan densitas pada hari ke-5 adalah variabel VI dan VIII.
Hal ini disebabkan oleh sifat etinol yang dapat meningkat permeabilitas membran bakteri
gram negatif, sehingga difusi etanol ke dalam sel meningkat. Peningkatan difusi etanol
mengakibatkan kenaikan asam asetat (Ingram, 1990 dalam Luwihana dkk., 2010).
150 Starter 5%
Starter 10%
130
Starter 15%
110 Starter 20%
90
70
50
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah
melon
14
250
230
210
190
170
Volume (ml)
150 Starter 5%
Starter 10%
130 Starter 15%
Starter 20%
110
90
70
50
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah
sirsak
Gambar 4.3 menunjukkan grafik perubahan volume total pada sari buah melon
dengan berbagai variabel penambahan starter air legen. Gambar 4.4 menunjukkan grafik
perubahan volume total pada sari buah sirsak dengan berbgai variabel penambahan starter
air legen. Kedua grafik menggambarkan fenomena yang sama dimana semakin lama waktu
fermentasi maka volume total dari setiap variabel akan berkurang namun pada variabel V di
hari ke-4 mengalami kenaikan volume total.
Menurut teori yang didapat, pengaruh dari waktu terhadap volume total dapat
disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah akibat pengaruh keutuhan nutrisi dari
bakteri Acetobacter aceti. Berkurangnya volume total tersebut akibat dari proses fermentasi
yang membutuhkan energi untuk dapat memproduksi asam asetat, dan salah satu sumber
energi tersebut adalah pada sari buah, hal ini mengakibatkan sari buah yang tersedia dari
tiap variabel akan semakin berkurang dari tiap waktu (Hassan, 2012).
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut terlihat pada hampir setiap variabel terjadi
penurunan jumlah volume, sehingga dapat sesuai dengan teori yang didapatkan. Namun
pada variabel V pada hari ke-4. Hal ini dapat terjadi salah satunya diakibatkan produksi
asam asetat sesuai reaksi :
Acetobacter aceti
C2H5OH(l) + O2(g) CH3COOH(l) + H2O(l)
Berdasarkan reaksi tersebut terlihat bahwa dalam
reaksi tersebut bakteri Acetobacter aceti dalam melakukan dalam melakukan fermentasi
dapat mengubah etanol fasa cair dan oksigen dalam fasa gas menjadi asam asetat dan air
yang keduanya merupakan fasa cair, penambahan dua fasa cair dari awalnya satu fasa cair
ini mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah volume pada variabel tersebut sehingga
memungkinkan untuk terjadinya peningkatan jumlah volume pada variabel. (Jenny, 2012).
15
4.3 Fenomena Perubahan Ph terhadap Fermentasi Asam Asetat
Berikut ini adalah grafik hasil percobaan yang menggambarkan hubungan antara pH
sari buah melon dan sirsak dengan penambahan starter air legen.
11
10
7 Starter 5%
PH
Starter 10%
6 Starter 15%
Starter 20%
5
3
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara pH terhadap waktu fermentasi sari buah melon dengan
starter air legen
11
10
7 Starter 5%
PH
Starter 10%
6 Starter 15%
Starter 20%
5
3
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.6 Grafik hubungan pH terhadap waktu fermentasi sari buah sirsak dengan starter
air legen
Berdasarkan gamber 4.5 dan 4.6 dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan
peningkaatan pH hampir diseluruh variabel baik pada sari buah melon dan sari buah sirsak.
Ada juga yang mengalami penurunan pH pada hari ke-2, 3, dan 5. Pada variabel VII terjadi
penurunan pada hari ke-2 menjadi 4 dan konstan sampai hari ke-5.
Menurut teori yang didapat , penurunan pH disebabkan karena semakin lama
fermentasi akan dihasilkan asam-asam organik. Asam-asam organik yang terlarut akan
melepaskan proton (H+) sehingga menurunkan pH. Selama proses fermentasi,
16
Saccharomyces cerevisiae melakukan metabolisme terhadap sukrosa dan menghasilkan
sejumlah asam-asam organik seperti asam asetat dan asam glukonat, oleh karena itu terjadi
peningkatan kadar asam dan terjadi penurunan pH (Sreeramulu, 2000 dalam Yumas, 2014).
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, terlihat pada hampir setiap variabel
mengalami kecenderungan penambahan pH, sehingga dikatakan tidak sesuai dengan teori
yang didapatkan. Hal ini disebabkan oleh yeast mengalami fase pertumbuhan yang cepat,
sehingga proses perombakan gula menjadi etanol semakin cepat. Dampak yang ditimbulkan
dari fase pertumbuhan yang cepat ini adalah dapat meningkatkan gugus OH sehingga pH
sistem mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan teori Sarmidi (1993), bahwa selama
fementasi, derajat keasaman (pH) mula-mula menurun sampai hari ke tiga, dan selanjutnya
meningkat sedikit demi sedikit sampai hari ke lima. Hal i ni juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gozan dkk. (2007), bahwa pada tahap fermentasi 3 hari ,
yeast belum berda pada fase eksponensial (log phase) yaitu fase dimana yeast menyesuaikan
diri dengan lingkungan agar dapat hidup.
1
Kadar Asam Asetat (%)
0.8
0.6 Starter 5%
Starter 10%
Starter 15%
0.4 Starter 20%
0.2
0
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.7 Grafik hubungan konsentrasi starter vs konsentrasi asam asetat pada sari
buah melon
17
1.2
0.6 Starter 5%
Starter 10%
Starter 15%
0.4 Starter 20%
0.2
0
1 2 3 4 5
Waktu (Hari)
Gambar 4.8 Grafik hubungan konsentrasi starter vs konsentrasi asam asetat pada sari
buah sirsak
Dilihat dari gambar 4.7 dan 4.8 penambahan starter berpengaruh terhadap kadar
asam asetat yang dihasilkan dari fermentasi sari buah melon dan sirsak.jumlah
penambahan starter yang berbeda akan menghasilka kadar asama setat yang berbeda pula.
Kadar asam asetat cenderung turun pada hari ke dua dan ke empat dan disusul dengan
kenaikan pada hari-hari setelahnya. Penambahan starter 10% mempunyai rata-rata kadar
asam tertinggi dibanding % starter lainnya.
Starter merupakan media tumbuh bagi mikroorganisme asam asetat yang didalamnya
terkandung sumber glukosa yang dijadikan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang
serta dapat mengkonversi alkohol menjadi asam asetat yang ditandai dengan bau masam
pada sampel dan menurunkan konsentrasi etanol yang ada pada sampel ( Yumas, 2014 ).
Sehingga dapatdisimpulkan bahwa semakin banyak stater yang ditambahkan makasemakin
banyak pula asam asetat yang dihasilkan.
Dari hasil praktikum yang didapat, kadar asam asetat tertinggi adalah saat
penambahan starter 10%. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut Pingkan (2003),
penambahan inokulum 10% menghasilkan asam asetat tertinggi dibandingkan dengan
penambahan konsentrasi inokulum 5% dan 15%. Hal ini disebabkan karena pada
konsentrasi inokulum 5%, enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang berperan aktif
dalam fermentasi jumlahnya tidak mencukupi untuk mengubah substrat yang ada, sehingga
laju pertumbuhan asam asetat rendah. Sedangkan pada konsentrasi 15% laju pembentukan
asam asetatnya pun rendah, karena terjadi kompetisi antara mikroorganisme dalam
memanfaatkan nutrisi (substrat) yang ada Selain itu, dapat dilihat pula pada gambar 4.7 dan
4.8 bahwa terjadi penurunan kadar asama setat dalam sampel pada hari ke-2, 4, dan 5. Hal
ini terjadi karena pertumbuhan mikroba masih dalam fase lag, dimana fase lag adalah fase
18
penyeuaian sel dengan lingkungan sehingga belum terjadi perkembangbiakan yang
signifikan pada mikroba. Jika bakteri sedikit, maka pmbentukan asam asetat akan lambat
yang menyebabkan kadar asam asetat yang terukur kecil (Januaresti dkk., 2016).
0.30%
0.25%
Konsentrasi
0.20%
0.15% Melon
Sirsak
0.10%
0.05%
0.00%
1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara kadar asam asetat vs waktu fementasi dengan starter
5%
0.35%
0.30%
0.25%
Konsentrasi
0.20%
0.15% Melon
Sirsak
0.10%
0.05%
0.00%
1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara kadar asama setat vs waktu fermentasi dengan starter
10%
19
0.35%
0.30%
0.25%
Konsentrasi
0.20%
0.15% Melon
Sirsak
0.10%
0.05%
0.00%
1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Grafik 4.11 Grafik hubungan antara kadar asam asetat vs waktu fermentasi dengan starter
15%
0.25%
0.20%
0.15%
Konsentrasi
Melon
0.10%
Sirsak
0.05%
0.00%
1 2 3 4 5
Waktu (hari)
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara kadar asam asetat vs waktu fermentasi dengan starter
20%
Gambar 4.10 menggambarkan pengaruh jenis bahan baku sari buah melo dan sirsak
terhadap kadar asam asetat. Pada gambar 4.10 dapat dilihat bahwa kadar asam asetat yang
dihasilkan menggunakan bahan baku sari buah sirsak lebih tinggi dibandingkan dengan
yang menggunakan sari buah melon.
Kadar etanol yang dihasilkan pada fermentasi dipengaruhi oleh kadar gula. Semakin
tinggi kadar kadar gula maka semkin banyak etanol yang dihasilkan sebagai substrat untuk
fermentasi asam asetat (Silfia dan Sri Agustini, 2014). Semkin banyak alkohol yang
dihasilkan, keasaman bahan tersebut meningkat. Pada saat keasaman meningkat, maka
bakteri Acetobacter aceti akan lebih aktif untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat
sehingga kadar asama setat semakin besar (Syarief, 2009 dalam Leasa dkk., 2015).
20
Buah sirsak memiliki kadar gula sebesar 81,9%. Sedangkan melon memilliki kadar
gula sebesar 6,1%. Berdasarkan teori diatas semakin besar kadar gula, kadar asam asetatnya
semakin besar, karena banyaknya alkohol yang dihasilkan meningkatkan keasaman (Syarief,
2009 dalam Leasa dkk., 2015). Melon memiliki kandungan gula yang lebih rendah dari pada
buah sirsak. Oleh karena itu , dapat disimpulkan bahwa percobaan yang telah kami lakukan
sesuai dengan teori dimana semakin besar kandungan gula yang dimiliki akan menyebabkan
kadar asam asetatnya semakin meningkat.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sari buah melon dan sirsak dapat digunakan untuk proses pembuatan asam asetat dengan
fermentasi aerob.
2. Kondisi operasi optimum pada pembuatan asam asetat yaitu pada pH 5 dengan persen
starter sebesar 10%, seta pada persen alkohol 4%.
5.2 Saran
1. Pastikan proses aerasi setiap harinya berjalan dengan lancar karena udara dari aerator
mudah berhenti apabila selang aerator diubah posisinya
2. Sebaiknya tempat aerasi untuk percobaan asam asetat diperluas agar praktikan mudah
dalam mengawasi dan tidak terlalu jauh dalam menempatkan tiap variabel
3. Sterilisasi seluruh alat-alat percobaan sebelum memulai praktikum
22
DAFTAR PUSTAKA
Bitters, W.P. 1960. Physical characters and chemical composition as affected by scions and
rootstooks. Dalam Sinclair, W.B. (ed.). The orange, its biochemistry and physiology.
University of California,, Division of Agricultural Science : 80-83 .
Hardoyo, A.E.T. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan
Acetobacter aceti. Jakarta.
Hart, H dan Craine, L. 2003. Kimia Organik. Edisi II. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hewitt, P.G. 2003. Conseptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco: Pearson
Education, Inc.
Januaresti, Aldia, Ela Turmala Sutrisno, dan Yusman Taufik MP. 2016. Pengaruh
Konsentrasi Inokulum Acetobacter aceti dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik
Vinegar murbei (Morus alba). Skripsi, Fakultas Teknik Bandung: Universitas Pasundan.
Kefford, J.F., 1959. The chemical constituents of Citrus fruit. Dalam Chichester, C.V., Mrak,
E.M. and Stewart, G.F. (eds.) Advance in food research, volume 9. Academic Press, New
York and London : 310 – 312.
Leasa, Hesty dan M. Nur Matdoan. 2015. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Total Asam
Cuka Aren (Arenga pinnata Merr.) Biopendix, 1(2): 135-140.
Luwihana, Sri, Kapti Rahayu Kuswanto, Endang Sutriswati Rahayu, dan Slamet Sudarmadji.
2010. Fermentasi Asam Asetat dengan Sel Amobil Acetobacter pasteurianus Int-7
dengan Variasi pH Awal dan Kadar Etanol. Agritech, 30(2): 123-132.
M. Awad, Hassan, Richard Diaz, Roslinda A. Malek, dkk,. 2012. Efficient Production
Process for Food Grade Acetic Acid by Acetobacter aceti in Shake Flask and in
Bioreactor Cultures. Institute of Bioproduct Development (IBD) .
Pratama, Nofiyanto, Usman Pato, dan Yusmarini. 2015. Kajian Pembuatan Teh Kombucha
dari Kulit Buah Manggis (Garcinia Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015mangostana l.).
Setiawan, L. dan Irvani, A. 2007. Pembuatan Asam Asetat dengan Cara Murni. Jakarta.
Tjokroadikoesoemo, 1986. Penggunaan Asam Asetat. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Wusnah , Meriatna dan Rina Lestari. 2018. Pembuatan Asam Asetat dari Air Cucia Kopi
Robusta dan Arabica dengan P roses Fermentasi. Jurnal Teknologi Unimal, 7(1): 61-72
Yumas, Medan dan Rosniati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi
Pulp Kakao terhadap Konseentrasi Etanol. Biopropal Industri, 5(1): 13-22.
Pingkan Aditiwati. 2013. Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Mikroorganisme yang
Berperan dalam Fermentasi “Tea-Cider”. Departemen Biologi. FMIPA ITB. Bandung.
Silfia dan Sri Agustini. 2014. Pengaruh Penambahan Gula terhadap Kualitas Vinegar dari
Air Kelapa. Jurnal Dinamika Industri 25(2): 117-124.
23