Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOPROSES

Materi :

Asam Asetat

Group :

3 - Senin

Anggota : 1. Alfian Anas Widyatmaka (NIM. 21030121140142)


2. Fatimah Mauludiyah (NIM. 21030121120019)
3. Zahra Firly Mareta (NIM. 21030121120005)

LABORATORIUM BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LABORATORIUM BIOPROSES
TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Laporan praktikum asam asetat yang disusun oleh:


Kelompok : 3 – Senin
Anggota : 1. Alfian Anas Widyatmaka NIM. 21030121140142
2. Fatimah Mauludiyah NIM. 21030121120019
3. Zahra Firly Mareta NIM. 21030121120005

Telah diterima dan disetujui oleh Dr. T. Ir. Indro Sumantri, M. Eng. selaku dosen
pengampu pada:
Hari :
Tanggal :

Semarang,
Mengetahui,
Dosen Pengampu

Dr. T. Ir. Indro Sumantri, M. Eng.


NIP. 196110221988031002

ii
RINGKASAN

Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang
tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosferik, titik
didihnya 118,1℃. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri
dan pangan. Di Indonesia, kebutuhan asam asetat masih harus diimpor sehingga perlu
diusahakan kemandirian dalam penyediaan bahan tersebut. Padahal asam asetat
merupakan salah satu senyawa yang memiliki peran penting bagi kehidupan. Bahan
dasar pembuatannya pun mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya
adalah buah-buahan.
Asam asetat merupakan asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Asam asetat yang bercampur dengan air akan berdisosiasi sebagian menjadi
H + dan CH3COO -. Asam asetat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia,
tidak hanya itu asam asetat juga berperan dalam perindustrian dan kesehatan. Asam
asetat dapat dibuat secara sintesis maupun fermentasi. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan asam asetat antara lain pemilihan mikroba,
penambahan alkohol, waktu fermentasi, suhu, dan keasaman.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sari buah belimbing wuluh,
buah apael, air kelapa , aquadest, alkohol, indikator PP, NaOH, gula pasir, ragi roti
dan glukosa anhidris. Alat-alat yang digunakan antara lain erlenmeyer, gelas ukur,
beaker glass, buret, statif, klem, aerator, pipet tetes, kompor listrik, pengaduk, dan
indikator pH. Prosedur percobaan meliputi pembuatan starter, persiapan bahan, dan
pembuatan asam asetat.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan kadar asam asetat pada setiap
variabel dari variabel 1 sampai dengan variabel secara berturut turut pada hari ke-3
0,119%, 0,090%, 0,060%, 0,030%, 0,240%, 0,119%, 0,239%, 0,210%. Hasil
percobaan menunjukkan semakin lama fermentasi maka semakin besar densitas,
semakin lama fermentasi maka semakin kecil nilai pH, semakin lama waktu fermentasi
maka semakin tinggi volume totalnya, kadar gula berbanding lurus dengan kadar
alkohol dan asam asetat, dan semakin besar konsentrasi starter maka semakin tinggi
kadar alcohol dan asam asetatnya. Berdasarkan hasil percobaan. Diperoleh kadar
asam asetat tertinggi pada variabel 5 sebesar 0,240% dengan bahan baku sari buah
apel dan penambahan etanol 6 ml dan starter 15%w. Kondisi optimum yang diperoleh
dari hasil percobaan ini adalah pada pH 4 dengan waktu fermentasi lebih dari 3 hari
karena apabila hanya dilakukan selama 3 hari, kadar asam asetat yang didapat masih
kurang tinggi sehingga perlu dilakukan proses fermentasi dengan waktu yang lebih
lama.

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat membuat sebuah laporan
praktikum materi asam asetat. Laporan yang kami susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Bioproses Tahun
Ajaran 2022/2023.
Dengan terselesaikannya laporan praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporam ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Dr. Aprilina Purbasari, S.T., M.T. selaku penanggung jawab Laboratorium
Bioproses Teknik Kimia Undip.
3. Dr. T. Ir. Indro Sumantri, M. Eng.selaku dosen pengampu materi asam asetat
4. Ayu Puspita Dewi selaku koordinator asisten Laboratorium Bioproses Teknik
Kimia Undip.
5. Gusda Khafiz Dhiya Ulhaq dan Farhanah Nabilah selaku asisten pengampu
materi asam asetat.
6. Asisten-asisten Laboratorium Bioproses Teknik Kimia Undip.
7. Orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.
8. Teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum
ini.
Demikian laporan resmi yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan bagi kami selaku praktikan.

Semarang, 13 September 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Asam Asetat ............................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Asam Asetat ......................................................................... 3
2.3 Pembuatan Asam Asetat............................................................................. 4
2.3.1. Pembuatan Asam Asetat secara Sintesis ....................................... 4
2.3.2. Pembuatan Asam Asetat secara Fermentasi .................................. 5
2.4 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Asetat ......................................... 5
2.5 Faktor – Faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat ......... 6
2.6 Kegunaan Asam Asetat di Industri............................................................. 8
2.7 Starter Asam Asetat dan Kandungannya ................................................... 9
2.8 Kandungan Sampel .................................................................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 13
3.1 Rancangan Percobaan .............................................................................. 13
3.1.1 Skema Rangkaian Praktikum ...................................................... 13
3.1.2 Bahan yang Digunakan................................................................ 14
3.1.3 Variabel Proses ............................................................................ 15
3.1.4 Pengolahan Data .......................................................................... 15
3.2 Alat yang Digunakan ............................................................................... 15
3.3 Prosedur Praktikum .................................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 18
4.1 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Densitas ............................. 18
4.2 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan pH .................... 20

v
4.3 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan Volume Total .. 21
4.4 Pengaruh Penambahan Etanol terhadap Kadar Asam Asetat ................... 23
4.5 Pengaruh Jenis Bahan terhadap Kadar Asam Asetat ............................... 24
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 28
5.2 Saran ......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan dalam air kelapa muda .............................................................. 9


Tabel 2.2 Kandungan gizi belimbing wuluh dalam setiap 100 gram ......................... 10
Tabel 2.3 Kandungan gizi buah apel dalam setiap 100 gram .................................... 11

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema pembuatan starter ..................................................................... 12


Gambar 3.2 Skema pesiapan bahan ......................................................................... 12
Gambar 3.3 Skema pembuatan asam asetat ............................................................. 12
Gambar 3.4 Rangkaian alat pembuatan starter ........................................................ 15
Gambar 3.5 Rangkaian alat persiapan bahan ........................................................... 15
Gambar 3.6 Rangkaian alat titrasi ............................................................................ 15
Gambar 4.1 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel sari
ibuah belimbing wuluh ................................................................................ 18
Gambar 4.2 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel sari
ibuah apel ...................................................................................................... 18
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam asetat
ipada sari belimbing wuluh ........................................................................ 20
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam asetat
pada sari buah apel ...................................................................................... 20
Gambar 4.5 Grafik hubungan penambahan volume total terhadap waktu fermentasi
pada sari belimbing wuluh ......................................................................... 22
Gambar 4.6 Grafik hubungan penambahan volume total terhadap waktu fermentasi
pada sari buah apel ...................................................................................... 22
Gambar 4.7 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam asetat pada
sari belimbing wuluh................................................................................... 23
Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam asetat pada
sari buah apel ............................................................................................... 23
Gambar 4.9 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 6 ml ............................................................................. 24
Gambar 4.10 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 8 ml ............................................................................. 25
Gambar 4.12 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 12 ml ........................................................................... 25

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA ..................................................................................... A-1


LEMBAR PERHITUNGAN ................................................................................... B-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ................................................................. C-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN ........................................................................ D-1
REFERENSI ............................................................................................................E-1
LEMBAR ASISTENSI ............................................................................................. F-1

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
atmosferik, titik didihnya 118,1℃. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat
luas di bidang industri dan pangan (Celanese, 2018). Total permintaan asam
asetat pada tahun 2020 diperhitungkan akan mencapai 16.155 ton (Karekar et al.,
2020). Asam asetat banyak dimanfaatkan di beberapa sektor kimia, seperti
makanan, farmasi, kimia, tekstil, polimer, obat-obatan, kosmetik, dll. (Desmukh
& Manyar, 2021).
Pembuatan asam asetat dapat dilakukan dengan dua acara, yaitu secara
sintesis dan secara mikrobiologis atau fermentasi. Secara sintesis, pembuatan
asam asetat dapat dilakukan melalui beberapa proses diantaranya yaitu, proses
karbonilasi metanol, proses oksidasi asetaldehid, dan proses oksidasi butana
(Samuel & Malau, 2019).
Proses pembuatan asam asetat secara fermentasi dapat dilakukan dengan
fermentasi alkohol dengan penambahan ragi roti dan fermentasi asam asetat
(Haumasse, 2009). Fermentasi akan dilakukan dengan menggunakan bakteri
spesies Acetobacter aceti dalam kondisi aerobik. Mekanisme pembentukan asam
asetat dengan fermentasi yaitu bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen
sebagai penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti
perpindahan hidrogen dari substrat etanol. Pembuatan asam asetat dengan
metode fermentasi dipilih karena tentunya memiliki beberapa keunggulan seperti
lebih praktis, lebih murah, serta risiko kegagalan yang cukup rendah. Sedangkan
kerugiannya adalah kemurnian yang dihasilkan relatif rendah, yakni sekitar 6%
(Hardoyo et al., 2007).
Pada praktikum ini digunakan sari buah apel dan belimbing wuluh. Buah
apel dan belimbing wuluh dipilih karena kandungan glukosa yang cukup tinggi.
Glukosa sendiri merupakan komponen utama dalam pembuatan asam asetat.
Selain itu, alasan memilih buah apel dan belimbing wuluh karena harganya yang
relative murah dan sangat mudah didapatkan disekitar kita.

1
1.2 Rumusan Masalah
Asam asetat merupakan salah satu senyawa yang memiliki peran penting
bagi kehidupan. Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak
dibutuhkan di Indonesia. Sebagai contoh industri karet, plastik, kayu bahkan
digunakan dalam pembuatan tinta dan juga sebagai pelarut. Akibat
penggunaannya yang luas tersebut maka perlu dilakukan pembuatan asam asetat
dengan mengetahui dua kondisi operasi dan jenis bahan yang dapat menghasilkan
asam asetat secara optimal. Karena kandungan nutrisi yang terdapat di dalam
daging buah apel dan belimbing wulug terutama glukosa adalah faktor penting
dalam proses pembuatan asam asetat ini, yang mana glukosa akan diubah menjadi
etanol, dan dari etanol akan diubah menjadi asam asetat dengan bantuan
Acetobacter aceti. Dalam pembuatan asam asetat, pemilihan starter juga perlu
diperhatikan. Air kelapa dipilih karena mengandung bakteri Acetobacter aceti
dan beberapa kandungan lain seperti kalsium dan glukosa yang membantu proses
pembuatan asam asetat. Kombinasi dari buah dengan starter air kelapa sangat
cocok digunakan untuk pembuatan asam asetat. Dengan begitu, permintaan asam
asetat di pasar yang terus meningkat dapat dipenuhi karena bahan dasar untuk
produksi asam asetat mudah didapatkan di sekitar kita, yakni sari buah apel dan
belimbing wuluh dengan bantuan starter air kelapa.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Membuat asam asetat dengan menggunakan bahan baku sari buah apel dan
sari buah belimbing wuluh melalui proses fermentasi.
2. Menentukan kondisi optimum yang diperoleh dalam pembuatan asam asetat
menggunakan variabel densitas, pH, volume total, % starter, dan jenis starter.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Menambah pengetahuan mengenai proses pembuatan asam asetat.
2. Dapat memanfaatkan sari buah-buahan sebagai bahan baku alami pembuatan
asam asetat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Asetat


Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
atmosferik, titik didihnya 118,1°C (Hardoyo, 2007). Asam asetat merupakan
asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Asam asetat yang
bercampur dengan air akan berdisosiasi sebagian menjadi H+ dan CH3COO-
(Samuel & Malau, 2019).
Salah satu jenis industri kimia yang amat besar pengaruhnya terhadap
industri kimia di Indonesia adalah Asam Asetat. Asam Asetat (Acetic Acid)
digunakan sebagai bahan penunjang pada banyak industri seperti industri
Cellulose Acetate, Vinyl Acetate, Acetic Anhydride, Purified Terephtalic Acid
(PTA), industri tekstil, food additive dan industri plastik. Selain itu, bahan ini
juga banyak diperlukan pada industri farmasi, insektisida, bahan kimia fotografi
dan lain- lain.
Penggunaan asam asetat sebagai bahan dasar pada industri kimia dasar,
pembuatan plastik, industri farmasi, pembuatan cat, insektisida, bahan kimia
untuk fotografi, koagulan latex serta pengasaman yang baik untuk minyak dan
lain-lain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur
keasaman.
.
2.2 Karakteristik Asam Asetat
2.2.1 Sifat Fisika
• Kadar : 99,5%
• Bentuk : Cairan tidak berwarna
• Berat molekul : 60kg/mol
• Titik didih : 117,87C
• Titik lebur : 16,6C
• Densitas : 1,049 kg/L
(Perry, 1997 dalam Harjanto, 2012)

3
2.2.2 Sifat Kimia
➢ Reaksi Penyabunan
Asam asetat bila direaksikan dengan caustic soda menghasilkan
Natrium asetat.
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Asam asetat Soda kaustik Natrium asetat air
➢ Esterifikasi
Asam asetat bila direaksikan dengan alcohol menghasilkan ester.
CH3COOH + C5H11OH CH3COOC5H11 + H2O
Asam asetat Amil alkohol Amil asetat air
(Kirk & Othmer, 1952 dalam Harjanto 2012)

2.3 Pembuatan Asam Asetat


2.3.1. Pembuatan Asam Asetat secara Sintesis
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik perusahaan
Monsanto di Texas City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan
pada tekanan yang rendah. Bahan dasar dari pembuatan asam asetat
menggunakan metode ini ialah metanol. Prinsip pembuatannya ialah
metanol direaksikan dengan gas CO menghasilkan asam asetat difasilitasi
katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF
dapat dilakukan dengan menggunakan katalis iodinepromoted kobalt,
namun kurang efektif dalam hal biaya karena katalis ini bekerja pada
tekanan tinggi yakni sekitar 7.500 lb/in2. Sedangkan katalis rhodium
bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in2. Katalis rhodium
menghasilkan asam asetat sampai 99% sedangkan katalis iodinepromoted
kobalt hanya sekitar 90% saja. Proses yang terjadi adalah pertama metanol
dimasukkan dalam tangki reaktor dan direaksikan dengan HI. Peran iodida
adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi metil
iodida:
MeOH + HI → MeI + H2O
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.
Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodide ke
dalam [Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]-.
Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk
kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas
CO berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-
alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III).

4
Dengan terbentuknya kompleks maka gugus CH3COI mudah lepas.
Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis
rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 150°C – 200°C dan
tekanan 30-60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis
dengan H2O menghasilkan CH3COOH dan HI. Dimana HI yang terbentuk
dapat digunakan lagi untuk mengkonversi metanol menjadi MeI yang akan
masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus. Sedangkan asam asetat
yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian untuk dipisahkan dari
pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan
dengan cara destilasi (Roth, 1975).
2.3.2. Pembuatan Asam Asetat secara Fermentasi
Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) atau
buah-buahan yang mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi
biologis yang menggunakan mikroorganisme. Etanol dioksidasikan
menjadi asetaldehid dan air. Asetaldehid dihidrasi yang kemudian
dioksidasi menjadi asam asetat dan air. Mekanisme pembentukan asam
asetat yaitu bakteri asam asetat dapat menggunakan oksigen sebagai
penerima elektron, urutan reaksi oksidasi biologis mengikuti pemindahan
hidrogen dari substrat etanol. Enzim etanol dehidrogenase dapat
melakukan reaksi ini karena mempunyai sistem sitokhrom yang menjadi
kofaktornya. Bakteri-bakteri asam asetat, khususnya dari genus
Acetobacter adalah mikroorganisme aerobik yang mempunyai enzim
intraselular yang berhubungan dengan sistem bioksidasi mempergunakan
sitokhrom sebagai katalisatornya (Roth, 1975).
Reaksi:
CH3CH2OH + 2O2 CH3CHO + H2O CH3CHO + H2O CH3CH(OH)2
CH3CH(OH)2 + 2O2 CH3COOH + H2O

2.4 Mekanisme Reaksi Pembentukan Asam Asetat


Produksi asam asetat dilakukan melalui proses biologis, salah satunya
adalah fermentasi dari bahan baku alkohol. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan bakteri dari genus Acetobacter dalam kondisi aerobik. Salah satu
spesies yang banyak digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah Acetobacter
aceti (Hardoyo, 2007 dalam Rachmawati et al., 2020). Dalam pengolahan asam
cuka, terjadi 2 kali fermentasi yaitu:

5
a) Fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces cerevisiae
Pada fermentasi ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas
CO2 dengan reaksi sebagai berikut:
C6H12O6 → 2CH3CH2OH + CO2
Reaksi yang terjadi anaerob. Etanol adalah hasil utama fermentasi di
samping asam laktat, asetaldehid, gliserol dan asam asetat (Rachmawati et
al., 2020).
b) Fermentasi perubahan alkohol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri
Acetobacter aceti
Reaksi pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut:
CH3CH2OH + O2 → CH3COOH + H2O
(Rachmawati et.al., 2020)

2.5 Faktor – faktor yang Diperhatikan dalam Pembuatan Asam Asetat


1. Suhu
Suhu optimum untuk perlumbuhan Acetobacter dan Gluconobacter adalah
25-30°C. Pada suhu 37°C Gluconobacter tidak dapat tumbuh. Untuk
fermentasi asam asetat suhu yang paling sesuai 26,7-29,4°C, sebab bila suhu
rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi Untuk
fermentasi asam asetat suhu yang paling sesuai 26,7-29,4°C, sebab bila suhu
rendah fermentasi akan berjalan lambat sedang bila suhu tinggi (Deppenmeier
et al., 2002).
2. Oksigen
Fermentasi untuk menghasilkan asam cuka berlangsung secara aerob obligatif
yaitu menggunakan oksigen untuk pertumbuhan A.aceti. A.aceti tidak akan
tumbuh jika tidak terdapat oksigen sehingga proses fermentasi tidak akan
berlangsung (Buckle et.al., 2010 dalam Surtiyani, 2015).
3. pH
Proses fermentasi etanol menjadi asam cuka dapat berjalan dengan baik pada
pH optimal antara 5,4-6,3. Pada pH yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
A.Aceti mengalami kerusakan sel dan pada pH rendah A.Aceti akan mengalami
inaktif sehingga fermentasi tidak akan berlangsung (Bergey’s, 1994 dalam
Surtiyani, 2015).
4. Jumlah Inokulum
Seleksi terhadap jenis dan jumlah inokulum yang akan ditambahkan
menentukan kualitas dan kuantitas hasil fermentasi. Kriteria penting bagi
kultur mikroba agar dapat digunakan sebagai inokulum yaitu sehat dan dalam

6
keadaan aktif, tersedia dalam jumlah yang cukup, berada dalam morfologi
yang sesuai, bebas dari kontaminan dan kemampuannya dalam membentuk
produk. jumlah inokulum Acetobacter aceti yang digunakan sebesar l5%
dengan kadar asam asetat yang dihasilkan sebesar 2,l3%. Sedangkan Chandra
(1990) dalam Fikri et al. (2012), jumlah inokulum sebesar 20% mampu
menghasilkan asam asetat sebesar 7,03%.
5. Lama Fermentasi
Salah satu faktor pengaruh fermentasi asam asetat yaitu waktu fermentasi.
Semakin lama waktu fermentasi, maka konsentrasi gula reduksi akan semakin
rendah, konsentrasi etanol yang dihasilkan akan semakin besar, dan semakin
besar pula konsentrasi asam asetat yang dihasilkan (Hardoyo, 2007).
6. Nutrisi
A.aceti membutuhkan nutrisi untuk fermentasi etanol menjadi asam cuka.
Nutrisi pada media fermentasi adalah zat-zat yang mengandung fosfor dan
nitrogen seperti: super phospat, ammonium phospat, urea, dan magnesium
sulfat. A.aceti membutuhkan unsur C, H, N, O, dan P maka A.aceti tidak akan
tumbuh dan berkembang biak dengan baik tanpa yeast, gula, dan etanol
(Dewanti, 2008 dalam Surtiyani, 2015).
7. Jumlah A.aceti
Jumlah A.aceti yang terlibat selama proses fermentasi etanol menjadi asam
cuka sangat berpengaruh terhadap kecepatan proses fermentasi. Jumlah
A.aceti yang digunakan dalam proses fermentasi ini antara berkisar 5-15%
dari jumlah media fermentasi (Surtiyani, 2015).
8. Penambahan Alkohol
Alkohol dalam konsentrasi tinggi akan memperlemah aktivitas, bahkan bisa
menjadi racun bagi bakteri Acetobacter aceti pada proses fermentasi asam
asetat. Adapun konsentrasi alkohol yang digunakan adalah antara 6% sampai
12%. Pada proses pembuatan asam asetat terdapat dua tahap pembentukan
yaitu pembentukan etanol dan asam asetat. Alkohol sangat berperan aktif
dalam pembentukan etanol sehingga tahap pembentukan etanol dapat lebih
cepat terjadi. Hal ini menyebabkan asam asetat yang terbentuk juga semakin
cepat (Hardoyo, 2007).

7
2.6 Kegunaan Asam Asetat di Industri
Berikut beberapa kegunaan asam asetat di industri:
1. Pembuatan Obat-obatan
Asam asetat dipakai sebagai fungisida dan solvent untuk bermacam-
macam senyawa organik. Asam asetat juga digunakan dalam pembuatan obat-
obatan, seperti aspirin (acetylsalicyl acid) didapat dari reaksi antara asam
asetat dan asam salisilat (Surhashiri, 2008).
2. Menghilangkan Kerak/ Deposit
Asam asetat juga dapat digunakan untuk menghilangkan kerak/deposit
mineral akibat air sadah pada pipa perlengkapan dan ceret teh. Karena sifatnya
asam, juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga asam asetat
dapat dipakai sebagai pengawet makanan seperti acar dan juga dapat menjadi
disinfektan ringan untuk membersihkan sesuatu. Selain itu rasa cuka yang
masam membuatnya populer sebagai penyedap makanan (Shakhashiri, 2008).
3. Pembuatan Cuka
Cuka dikenal dan dikonsumsi di seluruh dunia sebagai bumbu makanan
dan pengawet. Saat ini, umumnya cuka digunakan dalam acar, saus salad, dan
produk makanan lainnya. Cuka merupakan hasil fermentasi dua tahap.
Langkah pertama adalah fermentasi anaerob (fermentasi alkohol gula menjadi
etanol oleh ragi) dan langkah kedua adalah fermentasi aerob (oksidasi etanol
menjadi asam asetat oleh bakteri asam asetat). Saat ini, terdapat tiga metode
produksi cuka utama, yaitu fermentasi permukaan kultur lambat, proses
generator, dan proses terendam (Gomes et al., 2018).
4. Sintesis Asam Glukonat
Asam glukonat terdapat pada buah-buahan, tumbuhan, dan makanan
seperti anggur, cuka, dan madu. Berbagai macam bakteri mampu
mengoksidasi D-glukosa menjadi asam glukonat seperti Pseudomonas dan
Zymomonas. Bakteri asam asetat secara bersamaan menghasilkan asam
glukonat dan asam asetat selama fermentasi. Selain industri makanan, asam
glukonat juga digunakan dalam industri farmasi sebagai glukonat logam
divalent, seperti Ca2+, Mg2+, dan Fe2+, yang masing-masing berfungsi sebagai
suplemen untuk mengobati hipokalsemia, hipomagnesemia, dan anemia
(Gomes et al., 2018).
5. Pembuatan Kombucha
Kombucha adalah minuman tradisional yang diperoleh dengan cara
memfermentasikan teh manis dengan kultur simbiosis ragi acidofilik dan
bakteri asam asetat yang tertanam dalam lapisan selulosa mikroba. Ragi

8
mengubah gula menjadi asam organik, CO2, dan etanol. Etanol yang
dihasilkan kemudian dioksidasi oleh bakteri asam asetat menjadi asam asetat.
Bakteri asam asetat juga menggunakan D-glukosa untuk mensintesis selulosa
bakteri dan asam glukonat. Beberapa khasiat yang bermanfaat dari
mengkonsumsi kombucha antara lain meningkatkan kesehatan, pengobatan
gangguan saluran pencernaan, dan agar panjang umur (Gomes et al., 2018).

2.7 Starter Asam Asetat dan Kandungannya


Dalam proses fermentasi asetat memerlukan pembiakan murni Acetobacter
yang disebut juga dengan starter. Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah
dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan dengan biakan murni salah
satunya adalah bakteri asam asetat. Bakteri asam asetat diklasifikasikan menjadi
19 genera dalam famili Acetobacteriaceae (Gomes et al., 2018 dalam Vashisht
et al., 2019). Sebagian besar anggotanya adalah aerob obligat dan ditemukan di
lingkungan yang diperkaya gula dan alkohol (Mamlouk & Gullo, 2013 dalam
Vashisht et al., 2019). Mereka memiliki kemampuan tinggi untuk mengoksidasi
gula, alkohol, gula, dan etanol untuk menghasilkan asam asetat (Gomes et al.,
2018 dalam Vashisht et al., 2019). Anggota Acetobacter, Gluconobacter,
umumnya digunakan untuk produksi asam asetat pada skala industri (Chen et al.,
2016 dalam Vashisht et al., 2019).
Acetic acid bacteria (AAB) biasanya ditemukan pada tanaman, bunga, dan
buah-buahan. Lingkungan aerobik ini kaya akan karbohidrat, alkohol gula, dan
atau etanol. Hal ini memungkinkan AAB dengan cepat dan mengoksidasi secara
tidak sempurna substrat ini menjadi asam organik untuk produksi energi melalui
rantai pernapasan spesifik. Selain itu, mereka dapat memanfaatkan asam organik
yang terakumulasi nanti untuk lebih mempertahankan pertumbuhannya. Peran
fungsional AAB dalam produksi beragam makanan dan minuman yang
difermentasi seperti bir lambic, air, kefifir, kombucha, dan cocoa (Roos & Luck
de Vuyst, 2018). Bakteri asam asetat (AAB) adalah proteobakteria aerobik ketat,
dan mengoksidasi berbagai gula dan alkohol menjadi asam yang sesuai. Contoh
khas dari reaksi tersebut termasuk oksidasi etanol, atau produksi asam asetat
(Matsutani et al., 2013).
Pada pembuatan asam asetat ini dapat digunakan berbagai macam starter,
salah satunya adalah air kelapa. Air Kelapa adalah cairan endosperma dari buah
kelapa. Kelapa muda atau hujau yang dipanen pada umur 6-7 bulan merupakan
minuman yang steril, bergizi, dan menyegarkan. Komponen utama air kelapa
adalah air, gula, protein, dan komponen lain yang ditemukan dalam air kelapa

9
adalah gula alkohol, lipid, asam amino, senyawa nitrogen, asam organik, enzim,
vitamin, dan mikronutrien (Dharmasena, 2012).
Tabel 2.1 Kandungan dalam air kelapa muda
Komposisi Jumlah (mg/ 100 ml)
Vitamin C 8,59
Riboflavin 0,26
Vitamin B5 0,60
Inositol 2,30
Biotin 20,52
Piridoksin 0,03
Thiamin 0,02
N 43,00
P 13,17
K 14,11
Mg 9,11
Fe 0,25
Na 21,07
Zn 1,05
Ca 24,67
Sukrosa 4,89
(Lathifaina & Syahid, 2012)
2.8 Kandungan Sampel
1. Kandungan Sari Buah Belimbing Wuluh
Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) merupakan salah satu tanaman
asli Indonesia yang mengandung fenolik dan flavonoid yang menunjukkan
beberapa efek etnofarmakologi yaitu antidiabetes, anti mikroba, anti
inflamasi, sitotoksik, antioksidan, antifertilitas, dan aktivitas antibakteri
(Rahardian et al., 2019 ).
Hasil identifikasi Wong & Wong (1995) dalam Lathifah (2008)
menunjukkan bahwa 47,8% total senyawa volatil yang terdapat dalam buah
belimbing wuluh merupakan asam alifatik, asam heksadekanoat (20,4%),
dan asam yang paling dominan adalah (Z)-9-oktadekanoat. Sedangkan
senyawa ester yang dominan adalah butil nikotinat (1,6%) dan heksil
nikotinat (1,7%). Menurut Pino et al. (2004) dalam Lathifah (2008) dalam
buah belimbing wuluh terkandung sekitar 6 mg/kg total senyawa volatile.

10
Tabel 2.2 Kandungan gizi belimbing wuluh dalam setiap 100 gram
Kandungan Gizi Jumlah
Air 94,3 g
Protein 0,7 g
Lemak 0,2 g
Karbohidrat 4,5 g
Serat Kasar 1,5 g
Abu 0,3 g
Kalsium 8 mg
Fosfor 11 mg
Zat besi 0,4 mg
Beta Karoten 100 ug
Thiamin 0,01 ug
Vitamin A 17 ug
Riboflavin 0,3 mg
Niacin 0,3 mg
Vitamin C 26 mg
Energi 23 kkal
(Muhami et al., 2019)
2. Kandungan Buah Apel
Apel milik keluarga Rosaceae. Apel, pir, quince, medlar dan beberapa
spesies lainnya telah diklasifikasikan ke dalam subfamili Pomoideae. Apel
merupakan tanaman buah dunia keempat terpenting setelah semua jenis jeruk,
anggur, dan pisang. Apel diketahui memiliki antioksidan polifenol tinggi
(hanya kedua setelah buah cran) mewakili 20-25% dari total polifenol buah.
Senyawa fenolik utama yang dilaporkan dalam apel adalah asam klorogenat,
epi catechin, procyanidins, phloretin dan quercetins profilnya tergantung pada
varietas, kondisi lingkungan, praktik budaya, tahap kematangan dan waktu
penyimpanan (Musacchi & Serra, 2018).
Tabel 2.3 Kandungan gizi buah apel dalam setiap 100 gram
Kandungan Satuan Jumlah
Energi Kalori 58,00
Protein Gram 0,30
Lemak Gram 0,40
Karbohidrat Gram 14,90
Kalsium Miligram 6,00

11
Fosfor Miligram 10,00
Vitamin B1 Miligram 0,04
Vitamin B2 Miligram 0,03
Vitamin C Miligram 5,00
Vitamin A RE 24,00
Niacin Miligram 0,10
Besi Miligram 1,30
Serat Gram 0,70
(Musacchi & Serra, 2018)

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1. Skema Rangkaian Praktikum
A. Pembuatan Starter

Sterilisasi peralatan Panaskan air Penambahan


menggunakan kelapa muda glukosa anhidris
alkohol pada suhu60oC 10 gr dan etanol
selama 30menit 10 ml

Lakukan aerasi Masukkan ke


selama 7 hari dan dalam
jaga aerasi erlenmayer lalu
berjalan lancar tutup dengan
aluminium foil

Gambar 3.1 Skema pembuatan starter


B. Persiapan Bahan

Sterilisasi Panaskan sari Penambahan


peralatan buah pada suhu sukrosa 10 gr dan
menggunakan 60oC selama 30 pengaturan pH 4
alkohol menit menggunakan
HCl atau NaOH

Lakukan fermentasi Tambahkan yeast


anaerob selama 7 hari sebanyak 5,2 gr

Gambar 3.2 Skema pesiapan bahan

13
C. Pembuatan Asam Asetat
Mengukur volume Memasukkan Menambahkan
sari buah, alkohol, sari buah ke alkohol 6 ml, 8
dan starter sesuai dalam ml, 10 ml, dan
variabel erlenmeyer. 12 ml, ke sari
buah

Mengukur volume
awal, densitas awal Mencampurkan
serta kadar asam starter Mengatur pH4
awal dan pH

Lakukan Aerasi dan


ambil data selama 4 hari

Gambar 3.3 Skema pembuatan asam asetat

3.1.2. Bahan yang Digunakan


a. Bahan Utama
1. Sari buah belimbing wuluh 1000 mL
Buah belimbing diperoleh dari Pasar Langgar di Jalan
Karangturi, Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
2. Sari buah apel 1000 mL
Buah apel diperoleh dari Pasar Langgar di Jalan
Karangturi, Semarang Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah.
3. Air kelapa muda 600 ml
Air kelapa muda diperoleh dari Warung Kelapa Muda
Langgeng di Jalan Tegal Sari Barat No. 4, Candisari, Semarang,
Jawa Tengah.
4. Ragi roti 10,4 gram
Ragi roti fermipan diperoleh dari Superindo di Jalan
Ngesrep Timur V No. 102, Sumurboto, Banyumanik, Semarang,
Jawa Tengah.
b. Bahan Lainnya
1. Aquadest secukupnya
2. Glukosa anhidris 10 gr
3. Alkohol 80 mL
4. Indikator PP @ 3 tetes
5. NaOH 0,05N; 1 gr

14
6. Sukrosa (gula pasir) 20 gr
3.1.3. Variabel Proses
1. Variabel Kontrol :
a. Volume sari buah : 200ml
b. Volume starter : 20 ml
c. pH fermentasi :4
d. Waktu fermentasi : 4 hari
2. Variabel Bebas :
a. Sari buah : belimbing wuluh dan apel
b. Etanol : 6ml, 8ml, 10ml, dan 12ml
3 Variabel Terikat (Respon yang diamati)
a. pH larutan
b. Kadar asam asetat (%)
c. Volume total asam yang dihasilkan (ml)
d. Densitas larutan (g/cm3)
3.1.4. Pengolahan Data
Dari percobaan pembuatan asam asetat, didapatkan beberapa data
yakni pH, massa pikno+sampel, volume total, dan volume titran. Data
tersebut diolah sehingga didapatkan kadar asam asetat dan densitas.
Kedua hasil ini digunakan untuk mengamati fenomena perubahan pH
terhadap fermentasi asam asetat, hubungan densitas terhadap waktu
fermentasi asam asetat, hubungan volume total terhadap waktu
fermentasi asam asetat, pengaruh perbedaan sari buah terhadap kadar
asam asetat, dan pengaruh perbedaan pH awal terhadap kadar asam asetat
yang diamati pada ketiga sampel yakni sari buah belimbing wuluh dan
apel. Untuk mengetahui kondisi optimum dari variabel, maka data yang
telah didapatkan diolah menggunakan software Microsoft Excelsehingga
didapatkan grafik-grafik yang menunjukkan kondisi optimum dari
variabel praktikum.

3.2 Alat yang Digunakan


1. Alat yang Digunakan
1. Erlenmeyer 6. Pipet tetes
2. Gelas ukur 7. Kompor listrik
3. Beaker glass 8. Pengaduk
4. Buret, statif, klem 9. Indikator pH
5. Aerator

15
Gambar 3.4 Rangkaian alat pembuatan starter

Keterangan Gambar :
1. Erlenmeyer
2. Selang penghubung
3. Aerator
4. Air legen

Gambar 3.5 Rangkaian alat persiapan bahan


Keterangan Gambar :
1. Sari buah
2. Aluminium foil
3. Selang penghubung
4. Aquades
5. Botol

15
Gambar 3.6 Rangkaian alat titrasi
Keterangan Gambar :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer

3.3 Prosedur Praktikum


1. Pembuatan Starter
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan
alkohol.
b. Air kelapa 600 ml dipanaskan dalam gelas beaker pada suhu 60oC
selama 30 menit kemudian didinginkan hingga 30oC.
c. Tambahkan glukosa anhidris sebanyak 10 gram dan alkohol (etanol)
sebanyak 10 ml ke dalam, kemudian atur pH = 7 dengan menggunakan
HCl atau NaOH.
d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium
foil, pasang selang aerator.
e. Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi berjalan lancar.
2. Persiapan Bahan
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan
alkohol.
b. Sari buah apel dan belimbing wuluh dipanaskan dalam gelas beaker
pada suhu 60oC selama 30 menit, kemudian didinginkan hingga suhu
30oC
c. Tambahkan sukrosa 10 gram dan atur pH 4 dengan menggunakan HCl
atau NaOH.
d. Tambahkan yeast sebanyak 5,2 gram untuk sampel sari buah apel dan

16
5,07 gram untuk sampel blimbing wuluh.
e. Pindahkan sari buah ke botol lalu hubungkan dengan erlenmeyer berisi
aquadest dengan mengggunakan selang, tutup rapat dengan
menggunakan aluminium foil.
f. Lakukan fermentasi anaerob selama 7 hari.
3. Pembuatan Asam Asetat
a. Mengukur volume sari buah apel dan belimbing wuluh masing-
masing 200 ml, alkohol 10 ml, dan starter sebanyak 15% volume
untuk setiap sari buah.
b. Menambahkan alkohol 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml ke dalam sari
buah apel dan belimbing wuluh sebagai media fermentasi.
c. Mengatur pH fermentasi 4.
d. Mencampurkan starter ke dalam media sesuai variabel.
e. Mengukur volume awal, densitas awal serta kadar asam awal dengan
titrasi asam basa (catat volume titran) dan pH.
f. Lakukan aerasi dan ambil data selama empat hari.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Densitas


Percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 jenis sampel sari buah
belimbing wuluh dan sari buah apel. Berikut grafik hasil percobaan yang
menggambarkan hubungan antara perubahan densitas dengan waktu fermentasi
asam asetat pada berbagai variabel dengan bahan baku dua sari buah tersebut.

1,013

1,008
Densitas (gr/ml)

1,003 Etanol 6 ml
Etanol 8 ml
0,998 Etanol 10 ml
Etanol 12 ml
0,993

0,988
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)
Gambar 4.1 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel
sari buah belimbing wuluh

1,010

1,005
Densitas (gr/ml)

1,000 Etanol 6 ml
Etanol 8 ml
0,995 Etanol 10 ml
Etanol 12 ml
0,990

0,985
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)
Gambar 4.2 Grafik hubungan densitas terhadap waktu fermentasi pada sampel
sari buah apel
Gambar 4.1 menyatakan grafik hubungan antara perubahan densitas
terhadap waktu fermentasi asam asetat pada volume ethanol 6, 8, 10, dan 12 ml
pada sampel sari buah belimbing wuluh. Pada grafik tersebut untuk variabel 1

18
cenderung mengalami kenaikan sampai hari ke-2 lalu mengalami penurunan
pada hari ke-3. Pada variabel 2 dan 3 mengalami kenaikan sampai hari ke-1 dan
menurun pada hari ke-2 dan 3. Pada variabel 4 mengalami kenaikan sampai hari
ke-1 lalu mengalami sedikit penurunan di hari ke-2 dan meningkat kembali di
hari ke-3. Gambar 4.2 menyatakan grafik hubungan antara perubahan densitas
terhadap waktu fermentasi asam asetat pada volume etanol 6, 8, 10, dan 12 ml
pada sampel sari buah apel. Pada grafik tersebut pada variabel 1 mengalami
kenaikan pada hari ke-1 lalu menurun pada hari ke-2 dan meningkat kembali
pada hari ke-3. Pada variabel 3 grafik menunjukkan peningkatan sampai hari ke-
3, dan pada variabel 4 grafik mengalami kenaikan sampai hari ke-2 dan menurun
paa hari ke-3.
Berdasarkan rumus densitas yaitu ρ = 𝑚/v, dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin banyak massa yang diproduksi maka nilai densitas akan semakin
meningkat. Fermentasi bakteri asam asetat (AAB) adalah fermentasi oksidatif
yang dilakukan oleh AAB yang tumbuh pada substrat karbon dalam kondisi
aerobik (Gulo, 2016). Proses fermentasi substrat alkohol yang akan dirombak
menjadi asam asetat pada kondisi lingkungan diberi cukup oksigen. Kecepatan
pengubahan alkohol menjadi asam asetat bergantung pada aktivitas organisme,
jumlah alkohol, suhu, dan luas area permukaan per satuan volume, faktor
lingkungan nutrisi (sumber karbon) (Bath et al., 2014). Banyaknya jumlah
bakteri yang ditambahkan sangat memengaruhi hasil densitas pada asam asetat.
Semakin banyak jumlah bakteri yang digunakan maka densitas yang diperoleh
semakin meningkat (Andayani et al., 2019).
Teori di atas mengindikasikan bahwa hasil analisis data pada fenomena
perubahan densitas terhadap fermentasi asam asetat di atas sesuai dengan teori
yang ada, khususnya untuk variabel 2 dan 3 sari buah belimbing wuluh dan sari
buah apel. Seiring berjalannya waktu, jumlah bakteri asam asetat meningkat
sehingga densitas pun meningkat. Selain itu, banyaknya penambahan persentase
alkohol juga menyebabkan naiknya densitas. Akan tetapi, densitas sari buah
belimbing wuluh dan sari buah apel, menunjukkan penyimpangan teori. Densitas
mengalami fluktuasi. Menurut Andayani, et al. (2019), hal ini dapat terjadi
karena kurangnya ketersediaan oksigen yang dapat memengaruhi proses
fermentasi asam asetat sehingga densitasnya menurun.

19
4.2 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan pH
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 jenis sampel sari buah
belimbing wuluh dan sari buah apel. Berikut grafik hasil percobaan yang
menggambarkan hubungan antara perubahan pH dengan waktu fermentasi asam
asetat pada berbagai variabel dengan bahan baku dua sari buah tersebut.

4
Etanol 6 ml
3
Etanol 8 ml
pH

2 Etanol 10 ml

1 Etanol 12 ml

0
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam
asetat pada sari belimbing wuluh

3 Etanol 6 ml
pH

Etanol 8 ml
2
Etanol 10 ml
1 Etanol 12 ml

0
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.4 Grafik hubungan antara nilai pH dengan waktu fermentasi asam
asetat pada sari buah apel
Pada gambar 4.3, menunjukan hubungan pH dengan waktu fermentasi
asam asetat pada sari buah belimbing wuluh, pada variabel 1 pH seiring dengan
bertambahnya hari terjadi kenaikan pH sari buah nangka dihari ke-0 hingga ke-
1, kemudian pH menurun pada hari ke-2 dan naik dihari ke-3. Pada variabel 2
dan 3 , pH fermentasi mengalami kenaikan dari hari ke-0 sampai hari ke-3. Pada
variabel 4 pH fermentasi cenderung konstan sampai hari ke- 2 dan mengalami

20
kenaikan pada hari ke- 3. Pada gambar 4.4, menunjukan hubungan pH sari buah
apel dengan waktu fermentasi asam asetat yakni, pada variabel 1 pH fermentasi
cenderung stabil pada hari ke-0 hingga hari ke-1 dan mengalami penurunan pada
hari ke-2, pada hari ke-3 pH mengalami kenaikan. Pada variabel 2 pH fermentasi
mengalami penurunan pada hari ke-2 dan naik pada hari ke-3. Pada variabel 3
dan 4 pH fermentasi mengalami sedikit penurunan pada hari ke-2 dan kembali
stabil pada hari ke-3.
Dalam fermentasi asam asetat, parameter fisik penting yang mempengaruhi
pertumbuhan A. aceti adalah suhu dan pH (Ghosh et al., 2012). Semakin lama
waktu fermentasi akan mengakibatkan semakin berkurangnya pH (tingkat
keasaman), hal ini terjadi karena selama fermentasi ragi diolah hingga
menghasilkan gula menjadi etanol dan oleh bakteri asetat diubah menjadi asam
organik, seperti asam asetat, asam glukonat, dan beberapa konsentrasi asam
organik mengarah ke penurunan pH fermentasi sedang (Afifah, 2010 dalam
Nurikasari et al., 2017). Jumlah sel A. aceti menurun lebih cepat pada pH 3,4
daripada pada pH 3,8 dalam kondisi anaerobik yang ketat sedangkan pH
optimum untuk pertumbuhan A. aceti adalah 5,5-6,3 (Joyeux et al., 1984 dalam
Ghosh et al., 2012). Penurunan pH merupakan salah satu akibat dari proses
fermentasi yang terjadi karena adanya akumulasi asam. Akumulasi asam organik
yang terbentuk selama proses fermentasi juga akan mempengaruhi nilai pH
(Priasty et al., (2013). Semakin tinggi total asam yang terbentuk, semakin rendah
pula nilai pH, hal ini terjadi karena asam akan melepaskan proton (H+) sehingga
menjadi nilai pH menurun (Zubaidah, et al., 2019).
Teori diatas mengindikasikan bahwa beberapa data praktikum fermentasi
asam asetat telah sesuai dengan teori yang ada yakni selama proses fermentasi
asam asetat nilai pH larutan sampel mengalami penurunan, hal ini terjadi karena
selama fermentasi ragi diolah hingga menghasilkan gula menjadi etanol dan oleh
bakteri asetat diubah menjadi asam organik, seperti asam asetat, asam glukonat,
dan beberapa konsentrasi asam organik mengarah ke penurunan pH fermentasi.
Namun variabel 1, 4, dan 7 tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan
oleh adanya fase pertumbuhan yeast, maka terjadi peningkatan gugus OH- akibat
dari penguraian gula menjadi etanol sehingga pH meningkat (Azhar et al., 2017).

4.3 Pengaruh Fermentasi Asam Asetat terhadap Perubahan Volume Total


Berdasarkan data yang telah diperoleh, berikut disajikan dengan grafik
hubungan volume total terhadap waktu fermentasi pada sari buah apel dan sari
belimbing wuluh dengan variabel penambahan etanol.

21
240

220

Volume Total (mL)


200

180 Etanol 6 ml
160 Etanol 8 ml

140 Etanol 10 ml
Etanol 12 ml
120

100
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.5 Grafik hubungan perubahan volume total terhadap waktu


fermentasi pada sari belimbing wuluh

240

220
Volume Total (mL)

200

180 Etanol 6 ml
160 Etanol 8 ml

140 Etanol 10 ml
Etanol 12 ml
120

100
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.6 Grafik hubungan perubahan volume total terhadap waktu


fermentasi pada sari buah apel
Berdasarkan gambar 4.5 dan 4.6 di atas, dapat diamati bahwa dari hari ke-
0 sampai hari ke-3 terjadi penurunan volume total pada tiap penambahan etanol
pada sari buah apel dan sari belimbing wuluh.
Berkurangnya volume total tersebut diakibatkan dari proses fermentasi
yang membutuhkan energi untuk dapat memproduksi asam asetat, dan salah satu
sumber dari energi tersebut adalah pada sari buah, hal ini mengakibatkan jumlah
sari buah yang tersedia dari tiap variabel akan semakin berkurang dari tiap waktu
(Awad et al., 2012). Pernyataan ini sejalan dengan penjelasan bahwa dalam
proses pembuatan asam asetat keberadaan nutrien dalam larutan bagi bakteri
acetobacter akan mempengaruhi nilai konsentrasi asam asetat yang dihasilkan
(Bhat et al., 2014).

22
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi kesesuaian antara hasil
percobaan dengan teori yang ada, yaitu semakin lama waktu maka semakin
sedikit volume total karena akan meningkatkan volume asam asetat.

4.4 Pengaruh Penambahan Etanol terhadap Kadar Asam Asetat


Berdasarkan data yang telah diperoleh, didapatkan data hubungan
penambahan etanol 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml terhadap kadar asam asetat pada
sari buah apel dan sari belimbing wuluh dalam bentuk grafik, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
0,400
0,350
Kadar Asam Asetat %)

0,300
0,250 Etanol 6 ml
0,200 Etanol 8 ml
0,150
Etanol 10 ml
0,100
Etanol 12 ml
0,050
0,000
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.7 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam


asetat pada sari belimbing wuluh
0,400
0,350
Kadar Asam Asetat %)

0,300
0,250 Etanol 6 ml
0,200 Etanol 8 ml
0,150
Etanol 10 ml
0,100
Etanol 12 ml
0,050
0,000
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.8 Grafik pengaruh penambahan etanol terhadap kadar asam


asetat pada sari buah apel

Dari gambar diatas, pada seluruh variabel menunjukkan kadar asam


asetat yang cenderung menurun pada hari ke-1 dan meningkat pada hari ke-2
pada penambahan alkohol 6 ml, 8 ml, 10 ml, dan 12 ml seiring dengan

23
bertambahnya waktu fermentasi. Hal tersebut dialami oleh kedua sampel yaitu
pada sampel sari buah apel dan sari belimbing wuluh. Produk asam asetat yang
dihasilkan terbanyak terjadi pada penambahan etanol 6 ml pada hari ke-1 sari
belimbing wuluh, sedangkan hasil terendah terjadi pada penambahan etanol
sebesar 12 ml pada hari ke-3 sari belimbing wuluh. Dapat dilihat grafik tersebut
mengalami fluktuasi.
Penambahan alkohol dapat meningkatkan permeabilitas membran bakteri,
sehingga difusi etanol ke dalam sel meningkat dan peningkatan difusi etanol
mengakibatkan kenaikan produksi asam asetat (Ingram, 1990). Lu et al. (1999)
mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi alkohol pada medium untuk
fermentasi asam asetat maka jumlah asam asetat yang dihasilkan juga tinggi.
Jumlah asam asetat yang tinggi dapat terjadi akibat kegiatan bakteri sebelum,
selama, dan sesudah fermentasi. Dimana pada dasarnya produksi asam asetat
dipengaruhi oleh komposisi media seperti sumber karbohidrat, konsentrasi gula,
dan faktor pertumbuhan selama fermentasi. Maka, semakin lama waktu
fermentasi maka Acetobacter aceti akan lebih aktif untuk mengubah alkohol
menjadi asam asetat sehingga keasaman semakin tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, hasil percobaan yang didapat tidak sesuai
dengan teori yang ada dimana apabila semakin banyak nutrisi yang ada dalam
larutan fermentasi, maka akan semakin banyak pula kadar asam asetat yang
dihasilkan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh aerasi yang berlebih serta
penguapan etanol yang dapat menurunkan konversi rasionya (Rubio et al., 2004
dalam Song et al., 2022).

4.5 Pengaruh Jenis Bahan terhadap Kadar Asam Asetat


Berikut merupakan grafik hasil analisis data pengaruh perbedaan sari buah
terhadap kadar asam asetat yang dihasilkan berdasarkan penambahan etanol yang
ditambahkan saat proses fermentasi.

24
0,400
0,350

Kadar Asam Asetat %)


0,300
0,250
0,200 Belimbing Wuluh
0,150 Apel
0,100
0,050
0,000
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.9 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 6 ml

0,400
0,350
Kadar Asam Asetat %)

0,300
0,250
0,200 Belimbing Wuluh
0,150 Apel
0,100
0,050
0,000
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)
Gambar 4.10 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 8 ml

0,350
0,300
Kadar Asam Asetat %)

0,250
0,200
Belimbing Wuluh
0,150
Apel
0,100
0,050
0,000
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)
Gambar 4.11 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 10 ml

25
0,400
0,350

Kadar Asam Asetat %)


0,300
0,250
0,200 Belimbing Wuluh
0,150 Apel
0,100
0,050
0,000
0 1 2 3
Waktu fermentasi (hari)

Gambar 4.12 Grafik hubungan jenis bahan terhadap kadar asam asetat pada
penambahan etanol 12 ml
Grafik pada gambar 4.10, 4.11, dan 4.12 menunjukan kecenderungan sari
buah apel menghasilkan kadar asam asetat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sari belimbing wuluh. Sedangkan pada gambar 4.9 kecenderungan sari
belimbing wuluh menghasilkan kadar asam asetat yang lebih besar dibandingkan
sari buah apel.
Prinsip pembuatan asam asetat atau asam cuka adalah fermentasi alkohol
dan fermentasi asam asetat. Acetobacter Aceti dapat mengubah gula-gula
sederhana menjadi alkohol dalam kondisi anaerob. Pada praktikum kali ini
menggunakan perbandingan sari belimbing wuluh dan sari buah apel yang
dimana sari buah apel memiliki kadar glukosa yang lebih tinggi dibandingkan
sari belimbing wuluh. Kadar gula sari buah apel adalah 19,5 per 100 gram apel
(Gullón et al., 2007) sedangkan kadar gula dari sari belimbing wuluh adalah 2,91
per 100 gram belimbing wuluh (Narain et al., 2001). Selain dari kandungan
glukosa pada buah pengaruh starter juga meningkatkan kadar dari asam asetat.
Maka dari teori tersebut dapat diketahui bahwa Dari teori tersebut, dapat
diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi starter dan semakin tinggi
kandungan glukosa maka akan semakin tinggi kadar alkohol yang akan diubah
menjadi asam asetat.
Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa data praktikum yang didapat ada
beberapa data sesuai dengan teori, yaitu kenaikan konsentrasi starter dan
kandungan glukosa yang tinggi akan berbanding lurus dengan kenaikan kadar
alkohol dan kadar asam asetat. Namun, ada beberapa data juga yang tidak sesuai
dengan teori. Hal tersebut terjadi karena suhu ekstrem dan adanya residu pada
fermentasi dapat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme ragi

26
(Specht, 2003 dalam Malherbe et al., 2007). Selain itu, pH juga mempengaruhi
aktivitas anti-mikroba sulfit yang berpotensi mempengaruhi kelangsungan hidup
ragi. Acetobacter Aceti toleran terhadap fermentasi pH rendah (Malherbe et al.,
2007).

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan pembuatan asam asetat dengan metode fermentasi aerob
dengan menggunakan sari buah apel dan sari belimbing wuluh dengan starter
air kelapa muda. Diperoleh kadar asam asetat tertinggi pada variabel 5
dengan bahan baku sari buah apel dan penambahan etanol 6 ml dan starter
15%w.
2. Kondisi operasi optimum untuk memperoleh asam asetat adalah pada pH 4
dengan waktu fermentasi lebih dari 3 hari karena apabila hanya dilakukan
selama 3 hari, kadar asam asetat yang didapat masih kurang tinggi sehingga
perlu dilakukan proses fermentasi dengan waktu yang lebih lama.

5.2 Saran
1. Ketika proses aerasi berlangsung, pastikan gelembung udara dihasilkan dalam
larutan sari buah apel dan sari belimbinng wuluh.
2. Memastikan CO2 yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat dikeluarkan
dengan baik agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan.
3. Sterilisasi seluruh alat yang diperlukan sebelum memulai percobaan.
4. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh jenis mikroorganisme terhadap
konversi asam asetat yang dihasilkan.
5. Penambahan starter pada sampel dilakukan setelah penambahan nutrisi dan
pengaturan pH agar bakteri dapat dengan cepat beradaptasi dengan kondisi
operasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Awad, H. M., Diaz, R., Malek, R. A., Othman, N. Z., Aziz, R. A., & El Enshasy, H. A.
(2012). Efficient production process for food grade acetic acid by Acetobacter
aceti in shake flask and in bioreactor cultures. E-Journal of Chemistry, 9(4),
2275-2286.
Bhat, S. V., Akhtar, R., & Amin, T. (2014). An overview on the biological production
of vinegar. International journal of fermented foods, 3(2), 139-155.
Celanese Chemicals. (2018). Product Description of Acetic Acid, Glacial. Chemical
Abstracts Registry Number 64-19-7, Wiswesser Line Formula Chemical
Notation QV1.
Deppenmeier, U., Hoffmeister, M., & Prust, C. (2002). Biochemistry and
biotechnological applications of Gluconobacter strains. Applied Microbiology
and Biotechnology, 60(3), 233-242.
Dharmasena, M. P. (2012). Assessment of viability of probiotic bacteria in non dairy
food matrices under refrigeration storage (Doctoral dissertation, Clemson
University).
Gomes, R. J., Borges, M. D. F., Rosa, M. D. F., Castro-Gómez, R. J. H., & Spinosa,
W. A. (2018). Acetic acid bacteria in the food industry: systematics,
characteristics and applications. Food technology and biotechnology, 56(2), 139-
151.
Gullón, B., Falqué, E., Alonso, J. L., & Parajó, J. C. (2007). Evaluation of apple
pomace as a raw material for alternative applications in food industries. Food
Technology and Biotechnology, 45(4), 426-433.
Hardoyo, Tjahjono, A. E., Primarini, D., Hartono, dan Musa. (2007). Kondisi optimum
fermentasi asam asetat menggunakan Acetobacter aceti B166. Jurnal Sains
MIPA, 13(1): 17-20.
Ingram, L.O. (1990). Ethanol tolerance in bacteria. Critical Reviews in Biotechnology,
14, 75-77.
Karekar, S. C., Srinivas, K., & Ahring, B. K. (2020). Continuous in-situ extraction of
acetic acid produced by acetobacterium woodii during fermentation of hydrogen
and carbon dioxide using amberlite FPA53 ion exchange resins. Bioresource
Technology Reports, 12. https://doi.org/10.1016/j.biteb.2020.100568.
Kristina, N. N., & SYAHID, S. F. (2012). Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi
tunas in vitro, produksi rimpang, dan kandungan xanthorrhizol temulawak di
lapangan.

29
Lathifah, Q. A. (2008). Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Islam Negeri Malang, Malang.
Lu, S. F., Lee, F. L., & Chen, H. K. (1999). A thermotolerant and high acetic acid‐
producing bacterium Acetobacter sp. I14–2. Journal of Applied
Microbiology, 86(1), 55-62.
Malherbe, S., Bauer, F.F., dan Toit, M. D. S.T. (2007). Understanding problem
fermentations - a review. S. Afr. J. Enol. Vitic., 28 (2), 169-186.
Muhami, M., Sukmadi, I., & Damang, S. M. (2019). Analisis kelayakan usaha sirup
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Jurnal IPTEK, 3(2), 193-199.
Musacchi, S., & Serra, S. (2018). Apple fruit quality: Overview on pre-harvest
factors. Scientia Horticulturae, 234, 409-430.
Matsutani, M., Nishikura, M., Saichana, N., Hatano, T., Masud-Tippayasak, U.,
Theergool, G., Yakushi, T., dan Matsushita, K. (2013). Adaptive mutation of
Acetobacter pasteurianus SKU1108 enhances acetic acid fermentation ability at
high temperature. Journal of Biotechnology, 165, 109–119.
Narain, N., Bora, P. S., Holschuh, H. J., & Da S, M. V. (2001). Physical and chemical
composition of carambola fruit (Averrhoa carambola L.) at three stages of
maturity. Ciencia y Tecnología Alimentaria, 3(3), 144-148.
Rahardhian, M. R. R., Murti, B. T., Wigati, D., Suharsanti, R., & Putri, C. N. (2019).
Solvent concentration effect on total flavonoid and total phenolic contents of
Averrhoa bilimbi leaf extract. Pharmaciana, 9(1), 137-144.
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.
Song, J., Wang, J., Wang, X., Zhao, H., Hu, T., Feng, Z., Lei, Z., Li, W., Zheng, Y., &
Wang, M. (2022). Improving the acetic acid fermentation of acetobacter
pasteurianus by enhancing the energy metabolism. Frontiers in Bioengineering
and Biotechnology, 10, 1-12.
Surtiyani, Mei. 2015. Analisis Kadar Asam Cuka dari Fermentasi Menggunakan
Saccharomyces cereviciciae dan Acebactor aceti pada Bonggol Pisang (Musa
paradisiaca L.) Varietas Ambon Nangka, Ambon Bawen, Ambon Wulung yang
Hidup di Jalur Pantai Selatan Desa Tegal Kamulyan Cilacap. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Program Studi Pendidikan Biologi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto
Vashisht, A., Thakur, K., Kauldhar, B. S., Kumar, V., dan Yadav, S. K. (2019). Waste
Valorization: Identifification of an Ethanol Tolerant zbacterium Acetobacter
pasteurianus SKYAA25 for Acetic Acid Production from Apple Pomace. Science
of the Total Environment, 690, 956–964.

30
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Perhitungan Densitas (ρ)


a. t = 0
M piknometer kosong = 32,64 gram
M pikno + aquades = 82,31 gram
Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/ml
(Weast, 1971)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
V piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

49,67 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,9957 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
= 49,885 ml
• Variabel 1
Massa piknometer + sampel = 82,65 gram
Massa sampel = (Massa piknometer+sampel - Massa piknometer kosong)
= (82,65 – 32,64) gram
= 50,01 gram
𝑚 50,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
Densitas (ρ) sampel = = 49,885 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 = 1,002 gram/ml
𝑣

Variabel M pikno + sampel (gram) ρ sampel (gram/ml)


1 82, 65 1,003
2 82,62 1,002
3 82,54 1,000
4 82,50 1,000
5 82,27 0,995
6 82,10 0,991
7 82,12 0,992
8 82,05 0,990
b. t = 1
M piknometer kosong = 32,60 gram
M pikno + aquades = 82,27 gram
Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
V piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

49,67 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,9957 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
= 49,885 ml
• Variabel 1

B-1
Massa piknometer + sampel = 82,91 gram
Massa sampel = (Massa piknometer+sampel - Massa piknometer kosong)
= (82,91 – 32,60) gram
= 50,31 gram
𝑚 50,31 𝑔𝑟𝑎𝑚
Densitas (ρ) sampel = = 49,885 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 = 1,009 gram/ml
𝑣

Variabel M pikno + sampel (gram) ρ sampel (gram/ml)


1 82, 91 1,009
2 82,91 1,009
3 83,05 1,011
4 82,81 1,007
5 82,55 1,001
6 82,65 1,003
7 82,31 0,997
8 82,51 1,001
c. t = 2
M piknometer kosong = 32,67 gram
M pikno + aquades = 82,28 gram
Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
V piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

49,61 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,9957 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
= 49,824 ml
• Variabel 1
Massa piknometer + sampel = 83,00 gram
Massa sampel = (Massa piknometer+sampel - Massa piknometer kosong)
= (83,00 – 32,67) gram
= 50,33 gram
𝑚 50,33 𝑔𝑟𝑎𝑚
Densitas (ρ) sampel = = 49,824 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 = 1,010 gram/ml
𝑣

Variabel M pikno + sampel (gram) ρ sampel (gram/ml)


1 83,00 1,010
2 82,87 1,008
3 82,96 1,009
4 82,80 1,006
5 82,40 0,998
6 82,92 1,009

B-2
7 82,74 1,005
8 82,66 1,003
d. t = 3
M piknometer kosong = 32,80 gram
M pikno + aquades = 82,39 gram
Densitas aquades (30°C) = 0,9957 gram/ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
V piknometer = 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

49,59 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
0,9957 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
= 49,804 ml
• Variabel 1
Massa piknometer + sampel = 82,89 gram
Massa sampel = (Massa piknometer+sampel - Massa piknometer kosong)
= (82,89 – 32,80) gram
= 50,09 gram
𝑚 50,09 𝑔𝑟𝑎𝑚
Densitas (ρ) sampel = = 49,804 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙 = 1,006 gram/ml
𝑣

Variabel M pikno + sampel (gram) ρ sampel (gram/ml)


1 82, 89 1,006
2 82,80 1,004
3 82,99 1,008
4 83,11 1,010
5 82,69 1,002
6 82,88 1,006
7 82,91 1,006
8 82,67 1,001

2. Perhitungan Kadar Asam Asetat


Normalitas NaOH = 0,05 N
BM Asam Asetat = 60,05 gram/mol
Volume Titrasi = 10 ml
Faktor Pengenceran (fp) = 10
a. t = 0
• Variabel 1
Volume titran = 1 ml
Volune total = 230 ml
Densitas = 1,002 gram/ml

B-3
Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai:
(V × N)NaOH × BM Asam Asetat Vtotal
p= × × fp
1000 Vtitrasi
(1 ml × 0,05 N ) × 60,05gram/mol 230 ml
P = × × 10
1000 10 ml
P = 0,691 gram
Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai:
Q = ρ × Vtotal
Q = 1,002 gram/ml × 230 ml
= 230,579 gram
Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai:
P
% Asam Asetat = × 100%
Q
0,690gram
% Asam Asetat = × 100% = 0,299%
230,579 gram
Variabel V titran V total Massa Asam Massa Total Kadar Asam
(ml) (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%)
1 1 230 0,691 230,579 0,299
2 0,5 230 0,345 230,440 0,150
3 0,5 230 0,345 230,071 0,150
4 0,5 230 0,345 229,887 0,150
5 0,7 230 0,483 228,827 0,211
6 1,1 230 0,760 228,043 0,333
7 0,7 230 0,483 228,135 0,212
8 1,2 230 0,829 227,812 0.364
b. t = 1
• Variabel 1
Volume titran = 1,2 ml
Volune total = 208 ml
Densitas = 1,008 gram/ml
Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai:
(V × N)NaOH × BM Asam Asetat Vtotal
p= × × fp
1000 Vtitrasi
(1,2 ml × 0,05 N ) × 60,05gram/mol 208 ml
P = × × 10
1000 10 ml
P = 0,749 gram
Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai:
Q = ρ × Vtotal

B-4
Q = 1,008 gram/ml × 208 ml
= 209,774 gram
Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai:
P
% Asam Asetat = × 100%
Q
0,749 gram
% Asam Asetat = × 100% = 0,357%
209,774 gram
Variabel V titran V total Massa Asam Massa Total Kadar Asam
(ml) (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%)
1 1,2 208 0,749 209,774 0,357
2 0,9 208 0,562 209,774 0,268
3 0,5 196 0,294 198,222 0,148
4 0,6 221 0,398 222,442 0.179
5 0,9 207 0,559 207,272 0,270
6 1,2 195 0,703 195,647 0,359
7 1,1 230 0,760 229,195 0,331
8 0,7 203 0,427 203,104 0,210
c. t = 2
• Variabel 1
Volume titran = 0,4 ml
Volune total = 165 ml
Densitas = 1,010 gram/ml
Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai:
(V × N)NaOH × BM Asam Asetat Vtotal
p= × × fp
1000 Vtitrasi
(0,4 ml × 0,05 N ) × 60,05gram/mol 165 ml
P = × × 10
1000 10 ml
P = 0,198 gram
Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai:
Q = ρ × Vtotal
Q = 1,010 gram/ml × 165 ml
= 166,675 gram
Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai:
P
% Asam Asetat = × 100%
Q
0,198 gram
% Asam Asetat = × 100% = 0,119%
166,675 gram

B-5
Variabel V titran V total Massa Asam Massa Total Kadar Asam
(ml) (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%)
1 0,4 165 0,198 166,675 0,119
2 0,4 187 0,225 188,410 0,119
3 0,4 189 0,227 190.767 0,118
4 0,2 200 0,120 201,227 0,060
5 0,4 202 0,243 201,618 0,120
6 0,7 160 0,336 161,367 0,208
7 0,8 200 0,480 200,986 0,239
8 0,6 192 0,346 192,639 0,180
d. t = 3
• Variabel 1
Volume titran = 0,4 ml
Volune total = 143 ml
Densitas = 1,006 gram/ml
Massa asam asetat dapat didefinisikan sebagai:
(V × N)NaOH × BM Asam Asetat Vtotal
p= × × fp
1000 Vtitrasi
(0,4 ml × 0,05 N ) × 60,05gram/mol 143 ml
P = × × 10
1000 10 ml
P = 0,172 gram
Massa total sampel dapat didefinisikan sebagai:
Q = ρ × Vtotal
Q = 1,006 gram/ml × 143 ml
= 143,821 gram
Maka kadar asam asetat dapat diketahui sebagai:
P
% Asam Asetat = × 100%
Q
0,172gram
% Asam Asetat = × 100% = 0,119%
143,821 gram
Variabel V titran V total Massa Asam Massa Total Kadar Asam
(ml) (ml) Asetat (gr) Sampel (gr) Asetat (%)
1 0,4 143 0,172 143,821 0,119
2 0,3 187 0,168 187,735 0,090
3 0,2 180 0,108 181,394 0,060
4 0,1 164 0,049 165,666 0,030
5 0,8 181 0,435 181,312 0,240

B-6
6 0,4 122 0,147 122,676 0,119
7 0,8 182 0,437 183,118 0,239
8 0,7 184 0,387 184,243 0,210

B-7
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
INDUSTRI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

PRAKTIKUM KE 3
MATERI : Asam Asetat
HARI : Senin
TANGGAL : 19 September 2022
KELOMPOK : 3 Senin
NAMA : Alfian Anas W
Fatimah Mauludiyah
Zahra Firly M
ASISTEN : Farhanah Nabilah
KUANTITAS REAGEN

Persiapan Bahan Persiapan Starter


Sari buah belimbing wuluh 1L Air kelapa muda 600 ml
Sari buah apel 1L Etanol @ 10 ml
Gula pasir @10 g Glukosa anhidris @ 10 g
Ragi roti @ 0,5%w Kondisi : Aerob, pH 7, 7 hari
Kondisi : Anaerob, pH 4,7 hari

TUGAS TAMBAHAN:
Tulis tangan secara individu, resume (minimal 1 halaman polio bergaris)
yang berisi tentang:
- Perkembangan industri asam asetat
- Pemanfaatan asam asetat di dunia industri (satu saja selain industri
pangan)

Pembuatan asam asetat :

Var Sari Buah Etanol


(ml)
1,2,3,4 Belimbing 6,8,10,12
Wuluh
5,6,7,8 Apel 6,8,10,12
Volume sari buah = 200 ml
Semarang, 19 September 2022
pH =4 ASISTEN
Kondisi Aerob, 4 hari (analis)
Cek pH, V total, V titran, densitas
Metode titrasi : Ambil 1 ml, encerkan 10
ml, tambahkan 3 tetes PP, titrasi dengan
NaOH 0,05N

H Farhanah Nabilah
NIM 2103012012000

D-1
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Perhitungan Kebutuhan Ragi Roti (Yeast)


Massa piknometer + kosong = 32,66 gram
Masssa piknometer + aquades = 82,46 gram
Massa aquades = (Massa piknometer + aquades – Massa piknometer kosong)
= (82,46 – 32,66) gram
= 49,8 gram
Densitas air (30°) = 0,9957 gram/ ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 49,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
Volume piknometer = = = 50,01 𝑚𝑙
𝜌 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 0,9957𝑔𝑟𝑎𝑚

a. Perhitungan Densitas Sampel Sari Buah Apel


Massa piknometer + kosong = 32,66 gram
Masssa piknometer + sari buah apel = 84,75 gram
Massa aquades = (Massa piknometer + sari buah apel – Massa piknometer
kosong)

= (84,75 – 32,66) gram


= 52,09 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑝𝑒𝑙
Densitas (ρ) sari buah apel = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
52,09 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50,01 𝑚𝑙

= 1,041 𝑔𝑟/ 𝑚𝑙
b. Perhitungan Densitas Sampel Sari Belimbing Wuluh
Massa piknometer + kosong = 32,66 gram
Masssa piknometer+ belimbing wuluh = 83,38 gram
Massa aquades = (Massa piknometer + belimbing wuluh – Massa piknometer
kosong)

= (83,38 – 32,66) gram


= 52,72 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑖𝑚𝑏𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑢𝑙𝑢ℎ
Densitas (ρ) sari belimbing = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

50,72 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
50,01 𝑚𝑙
= 1,014 𝑔𝑟/ 𝑚𝑙
c. Perhitungan Kebutuhan Ragi Roti (Yeast)
1) Sari Buah Apel
Massa total sari buah apel = (volume × densitas) sari buah apel

C-1
= (1000 ml × 1,0410 gr/ml)sari buah apel
= 10410 gram
Kebutuhan ragi 0,5%w = 0,5% × massa total sari buah apel
= 0,5% × 10410 gram
= 5,205 gram
2) Sari Belimbing Wuluh
Massa total sari belimbing = (volume × densitas) sari belimbing wuluh
= (1000 ml × 1,014 gr/ml)sari belimbin
= 1014 gram
Kebutuhan ragi 0,5%w = 0,5% × massa total sari belimbing
= 0,5% × 1014 gram
= 5,07 gram
2. Perhitungan Kebutuhan NaOH
Normalitas NaOH = 0,05 N
BM NaOH = 40 gram/mol
Volume larutan Naoh = 500 ml
𝑔𝑟
𝑁 ×𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝑉 0,05 𝑁 ×40 ×500 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
Massa NaOH = = = 1 𝑔𝑟am
1000 1000

C-2
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 07/10/2022 P0 Asisten
2. 10/11/2022 P1 Asisten
3. 15/11/2022 P2 Asisten
4. 18/11/2022 P3 Asisten
5. 19/11/2022 P4 Asisten

F-1
F-2

Anda mungkin juga menyukai