1406557195
DEPARTEMEN KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 1406557195
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
Disusun Oleh:
1406557195
Meyetujui,
Suharta
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, kami diberikan nikmat dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktik di Central Laboratory Departemen PT Chandra Asri
Petrochemical dengan judul “ANALISIS DENSITY, BROMINE NUMBER,
DIENE NUMBER, DAN KANDUNGAN BTX DALAM PYROLISIS
GASOLINE”.
Kerja Praktik ini dilaksanakan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
iv
8. Mbak Fera selaku pihak HRD yang telah membimbing dan mengarahkan kami
anak PKL saat pertama kali kita berada di PT Chandra Asri Petrochemical.
9. Pak Budiawan selaku Ketua Program Studi S-1 Departemen Kimia FMIPA UI.
10. Babeh, selaku TU dari Departemen Kimia FMIPA UI yang telah membantu
saya dalam membuat surat Kerja Praktik.
11. Orang tua yang telah memberikan semangat kepada penulis.
12. Keluarga Lele selaku sahabat selama di kampus. Semoga kita bisa lulus
bersama tahun depan.
Kami berharap laporan ini dapat membantu para pembaca dalam memberikan
informasi yang diinginkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca. Kami
mohon maaf bila ada kekurangan penyampaian informasi dalam laporan ini dan
kami terbuka atas kritik dan saran. Terima kasih.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.1.2 Toluene ...................................................................................................... 25
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan didirikannya pabrik polyethylene di Indonesia diharapkan mampu
memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Usaha pendirian ini sempat terhenti pada tanggal 12 Oktober 1991 dengan
adanya peraturan pemerintah tentang pinjaman komersial luar negeri. Tanggal 14
Agustus 1992 pembangunan diteruskan kembali, dengan perubahan status menjadi
Penanaman Modal Asing (PMA). Akibat perubahan status tersebut menyebabkan
komposisi pemegang saham berubah yaitu: Siemen International Ltd. (65%), Stallion
2
Company Ltd. (10%) dan Japan Indonesia Petrochemical Investment Co. (25%) yang
menanamkan modalnya sebesar US$ 2 milyar sehingga menjadi industri swasta terbesar
yang dikelola Indonesia.
Suatu studi kelayakan yang independent saat itu menunjukkan bahwa proyek ini
memberikan keuntungan yang besar bagi Indonesia, khususnya dalam penghematan
devisa akan barang-barang impor, ekspor bahan baku dan tak kalah pentingnya adalah
menciptakan lapangan kerja melalui industri hilir petrokimia.
Start-up pertama perusahaan ini yaitu Ethylene Plant pada tanggal 4 Mei 1995,
dilanjutkan dengan Start-up LLDPE Plant pada tanggal 18 Juni 1995 dan HDPE Plant
pada tanggal 31 Juni 1995. Produksi olefin pertama dari PT Chandra Asri Petrochemical
pengoperasiannya oleh Presiden RI, Soeharto pada tanggal 16 September 1995. Saat ini
3
1.3. Proses Produksi
1.3.1. Bahan Baku yang digunakan
PT Chandra Asri Petrochemical memiliki tiga plant utama, yaitu Plant Ethylene,
Plant LLDPE, dan Plant HDPE. Bahan baku pada Plant Ethylene adalah naphta yang
didatangkan dari Arab. Pada Plant LLDPE dan Plant HDPE bahan baku berupa
ethylene. Sedangkan seperti nitrogen dibeli dari PT Air Liquid (Alindo) dan PT Praxi
Air. Katalis-katalis untuk polyethylene disamping dibuat sendiri (HDPE), sebagian
diimport dari Amerika (LLDPE).
PT Chandra Asri Petrochemical memiliki tiga plant utama yaitu Ethylene Plant,
HDPE dan LLDPE Plant yang menggunakan tiga lisensi teknologi masing-masing:
a) Lummus Crest Technology (LCT) dari United States of America (USA) untuk
Ethylene Plant.
b) lb. Showa Denko (SDK) Technology dari Jepang untuk HDPE Plant.
c) Union Carbide Corporation and Plastics Company (Unipol) Technology dari USA
untuk LLDPE Plant.
a) Hot Section
Umpan (Light Naphta, Heavy Naphta, C3-LPG, H-NGL) dalam fasa cair dan
bersuhu ± 60°C masuk ke cracking heater yang terdiri dari 8 buah furnace. Umpan
kemudian dipecah menjadi campuran gas hidrokarbon (C1-C4), hidrogen dan air dengan
suhu berkisar 820-835°C. Selanjutnya produk dari cracking heater ini dimasukkan ke
4
Transfer Line Exchanger (TLE) untuk didinginkan hingga suhu 385°C. dari TLE, gas
didinginkan lebih lanjut di dalam quench fitting secara kontak langsung dengan oil
hingga suhu berkisar 185-190°C. Arus-arus dari setiap quench fitting digabung dan
diumpankan ke Gasoline Fractionator (GF).
Dari GF ini diperoleh hasil bawah berupa Pyrolisis Fuel Oil (PFO) dan Pyrolisis
Gas Oil (PGO) yang selanjutnya dipisahkan dan dijual atau dimanfaatkan sendiri.
Sedangkan hasil atas berupa uap campuran Gasoline dan material ringan lainnya. Uap
hasil atas quench water diumpankan ke Charge Gas Compressor (CGC) sedangkan
hasil bawahnya yaitu gasoline yang terkondensasi dan telah terpisahkan dari
pecyrculating quench water, lalu dikembalikan ke GF sebagai refluk.
b) Cold Section
Proses cold section dimulai dari CGC, yang berfungsi untuk menaikan tekanan
charge gas hasil atas quench water. Charge gas dari CGC diumpankan ke dalam cold box
untuk didinginkan dan diumpankan untuk memisahkan H2 dan komponen yang lebih berat.
Hasil atas chiller yang berupa campuran uap H2 dan CH4 dipisahkan didalam H2-
CH4 separator. Sementara itu hasil bawah chiller yang berupa cairan diumpankan ke dalam
demethanizer untuk memisahkan metana dari komponen yang lebih berat. Produk atas
demethanizer berupa metana dan diumpankan sebagai fuel gas dan juga sebagai
refrigerant untuk mendinginkan charge gas sampai suhu -135,2°C di dalam chilling train.
Produk bawahnya yang berupa C2 dan hidrokarbon yang lebih berat diumpankan kedalam
deethanizer. Produk atas deethanizer berupa campuran C2 dan selanjutnya diumpankan ke
asitilen converter, sedangkan hasil bawahnya berupa C3 dan komponen yang lebih berat
diumpankan ke depropanizer-1 untuk memisahkan komponen-komponen C3 dari
komponen lebih berat. Hasil atas depropanizer-1, diumpankan ke depropanizer-2, hasil
atas depropanizer-2 setelah diembunkan, lalu direcycle ke depropanizer-1 sedangkan hasil
bawahnya diumpankan ke debuthanizer. Selanjutnya dari Propadiene Coverter
diumpankan ke Propylene Fractionator-2 untuk memisahkan Propylene dari propana.
Hasil bawah Propylene Fractionator-2 dimasukkan ke Propylene Fractionator-1 dan hasil
atas Propylene Fractionator-1 dikembalikan ke Propylene Fractionator-2, sedangkan hasil
bawahnya direcycle ke furnace. Produk Propylene dikeluarkan dari tray 9 Propylene
5
Fractionator-2 dan selanjutnya dikirim ke tanki penyimpanan. Hasil bawah Depropanizer-
2 diumpankan ke Debuthanizer untuk memisahkan komponen-komponen C4 dari
komponen-komponen yang lebih berat.
Hasil atas Debuthanizer yang merupakan campuran dari C4 dikirim ke tanki
penyimpanan C4C5 untuk selanjutnya di recycle ke furnace, kemudian ke reactor.
Sedangkan hasil bawahnya yang berupa gasoline dikirim ke unit hidrogenasi Pyrolisis
Gasoline. Unit ini berfungsi untuk menghidrogenasi komponen-komponen di olefin
pada Raw Pyrolisis Gasoline untuk mencegah terjadinya polimerisasi.
Secara garis besar proses yang terjadi di LLDPE Plant terbagi dalam beberapa
tahapan, yaitu : proses pemurnian bahan baku, proses reaksi, pross recovery dan proses
finishing
Polimerisasi yang menggunakan fasa gas sangat peka terhadap adanya pengotor
(impurities) yang terkandung di dalam bahan baku yang masuk ke reaktor. Pengotor ini
akan meracuni katalis, disamping itu juga dapat mengganggu proses secara keseluruhan.
Oleh karena itu pengotor tersebut harus dihilangkan dari bahan baku sebelum masuk
reactor. Proses pemurnian bahan baku, terdiri dari :
1) Purifikasi Ethylene, pengotor yang dihilangkan berupa oksigen, air, dan sebagian
kecil alkohol.
2) Purifikasi nitrogen, pemurnian nitrogen dilakukan untuk menghilangkan pengotor
berupa oksigen dan H2O.
6
3) Purifikasi Comonomer, pengotor comonomer berupa gas O2, CO2, CO dan H2O.
b. Proses Reaksi
Sistem reaksi pada LLDPE Plant terdiri dari sebuah Fluidized Bed Reactor,
Cycle Gas Compressor, Cycle Gas Cooler Catalyst Feeder dan Product Discharge
System.
2) Catalyst Feeder
Katalis dimasukkan secara terus-menerus/berlanjut ke dalam reaktor dengan
menggunakan Catalyst Feeder berupa Catalyst injection Tube. Medium pembawa
katalis ini adalah Deoigenasi-nitrogen bertekanan tinggi
7
Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan kembali gas-gas reaktan (Ethylene
dan hirogen), gas inert (nitrogen) dan cairan monomer. Gas yang terpisah akan
digunakan untuk Conveying Product Blow Tank, sedangkan cairan comonomer akan
dimasukkan kedalam sistem reaksi.
d. Proses Finishing
1) Proses Degassing
Product Purge Bin terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas berfungsi
menghilangkan gas hidrokarbon dan bagian bawah berfungsi untuk menghidrolisis
residu TEAL dalam resin.
2) Additive
Untuk meng-up grade sifa-sifat dari Pellet Polyethylene, maka resin Polyethylen
diberi zat additive, baik berupa padat maupun cair.
3) Pelleting
Lelehan polyethylene dari Continuous Mixer dialirkan dari Melt Pump menuju
Pelleter Chamber. Untuk menghasilkan Pellet Polyethylene, lelehan tersebut
didinginkan dengan Pelleting Cooling Water (PCW) bersuhu 70°C,dengan dipotong
dengan menggunakan pisau.
4) Bagging
berlangsungnya reaksi polimerisasi. Di HDPE Plant ini digunakan dua buah reaktor
8
terjadi reaksi polimerisasi yang berlangsung pada tekanan sedang dan suhu tetap,
dengan panas reaksi ditransfer keluar oleh pendingin yang mengalir dalam jaket reaktor.
Reaktor Showa Denko (SDK) Plant dapat dioperasikan dalam tiga mode yaitu
a. Mode 0, Diluent
Mode ini digunakan pada start-up atau pergantian grade, yang disirkulasikan hanya
Diluent.
b. Mode 1, Monomodal
Pada operasi monomodal, umpan reaktor-1 hanya berupa Diluent saja sehingga tidak
terjadi reaksi polimerisasi di reaktor-1.
c. Mode 2, Dimodal
Pada polimerisasi bimodal, reaksi dilakukan pada kedua reaktor secara seri, dimulai dari
reaktor pertama lalu dialirkan ke reaktor kedua.
Produk dari reaktor-2 dikeluarkan ke tanki bertekanan rendah (Flash Tank) sehingga
diluent-nya akan menguap. Diluent diambil kembali dari di recycle sedangkan polymer
Polyethylene dikeringkan dan diumpankan ke Continuous Mixer, dan selanjutnya ke
Pelletizer untuk pembentukan Pellet Polyethylene.
9
1.3.7. Laboratorium Perusahaan
1. Laboratorium Polimer
2. Laboratorium Monomer
Laboratorium Oil
Di Laboratorium Oil dilakukan uji terhadap kualitas Naptha dan produk dari proses
pengkretekan oil. Parameter yang sehari-hari dilakukan adalah analisis terhadap
10
kandungan py-gas, density, viskositas, flash point. Sedangkan kandungan py-gas yang
dianalisa meliputi kadar BTX, kadar Sulfur, density, Bromine Number, Diena Number.
Laboratorium Water
Di Laboratorium Water dilakukan analisis terhadap kualitas air, baik air yang
digunakan pada proses produksi ataupun air limbah buangan. Parameter yang diukur
terdiri dari beberapa pengukuran. Antara lain, pH, NH3, NO2-, T-PO4, COD, VSS,TSS,
Klorin bebas, Oil Content.
Laboratorium Gas
Kegiatan rutin yang dilakukan di Laboratorium Gas adalah menganalisis bahan baku
Naptha dan hasil pengkretekan dari Naptha itu sendiri. Analisis yang dilakukan
semuanya menggunakan alat GC dengan spesifikasi yang berbeda-beda tergantung
pada kandungan senyawa yang akan dianalisa. Paramater yang dianalisis antara lain
adalah pengotor dari ethylene dan propylene, komonomer, metanol, sulfur, benzena,
hidrogen, CO2, CO, dan juga analisis lain yang berhubungan dengan proses kontrol.
tenaga kerja, pihak manajemen PT Chandra Asri Petrochemical dalam hal ini Medical
Section, memberikan pelayanan kesehatan kepada semua tenaga kerja PT Chandra Asri
antara lain:
11
b. Tenaga Medis
PT Chandra Asri Petrochemical mempunyai tenaga medis yang terdiri dari seorang
dokter perusahaan yang telah bersertifikat Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang bekerja
daily dan empat perawat yang bekerja shift serta enam perawat bekerja daily. Dokter dan
enam perawat bekerja secara daily datang setiap hari Senin-Jumat pada pukul 07.30-16.30
WIB. Sedangkan empat perawat yang bekerja secara shift datang sesuai dengan jadwal.
Pelayanan dan obat-obatan yang disediakan antara lain alat bantu pernafasan, obat-
obatan dan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), cairan infus dan
perangkatnya, dan satu unit ambulance lengkap dengan tandu dan oksigennya.
c. Pelayanan umum mencakup antara lain: pemeriksaan dan pengobatan penyakit ringan,
tindakan penanggulangan luka, penanggulangan semua jenis kecelakaan, dan
penanggulangan keracunan, pencegahan penyakit akibat kerja dengan jalan penyuluhan
yang sejak berdiri sampai sekarang belum pernah ditemukan adanya penyakit akibat
kerja.
d. Untuk pasien yang membutuhkan istirahat, dokter akan memberikan surat
istirahat/ijin berdasarkan pertimbangan keadaan sakitnya saat itu dan bukan semata-
e. Pasien juga bisa mendapatkan rujukan ke seluruh rumah sakit di kawasan Banten
12
1.3.8.3. Sistem Rujukan
poliklinik perusahaan akan memberikan rujukan ke rumah sakit terdekat, yakni Rumah
1.3.9. Ergonomi
1.3.9.1. Jam Kerja
setiap hari. Begitu pula dengan PT Chandra Asri Petrochemical. Adapun jam kerja bagi
13
1.3.9.2. Sifat Kerja
Sikap kerja pada waktu bekerja untuk tenaga kerja bagian kantor dan
pada bagian produksi dengan duduk, pada bagian bagging dengan duduk dan
Equipment) pada seluruh tenaga kerja sesuai dengan jenis bahaya kerja yang
a. Pelindung Kepala
Berupa helmet yang dipakai semua orang selama bekerja atau berjalan di area
perusahaan. Untuk di PT Chandra Asri Petrochemical helmet yang digunakan
sesuai standar ANSI, warnanya dibedakan untuk tenaga kerja PT Chandra Asri
Petrochemical berwarna putih, untuk bagian fire berwarna merah,untuk bagian
safety & environment berwarna hijau, untuk kontraktor berwarna kuning dan
untuk tamu berwarna emas.
b. Pakaian Kerja
Pakaian kerja berupa baju lengan panjang, tidak boleh digulung selama
bekerja di daerah proses produksi dan untuk tenaga kerja bagian administrasi
lengan pendek.
c. Pelindung Kaki
Pelindung kaki berupa safety shoes yang harus dipakai pada saat bekerja di
area perusahaan. Safety shoes dilengkapi dengan baja pada bagian depan.
14
d. Pelindung Mata
yang harus dipakai pada saat melakukan tenaga kerjaan seperti menggerinda,
e. Pelindung Telinga
Pelindung telinga berupa ear plug dan ear muff yang dipakai ketika
bekerja pada area yang memiliki intensitas kebisingan tinggi diatas 85 dB.
Misalnya sarung tangan, sabuk pengaman, baju tahan panas dan lainnya
Adapun jenis ijin kerja (Work Permit) di PT Chandra Asri Petrochemical antara
lain: Master Work Permit, Hot Work Permit, Confined Space Entry Permit,
15
Ecavation Permit, Scaffolding Permit, Vehicle Entry Permit, dan Radiography
Permit.
3. Pengendalian Kebakaran
menggunakan bahan baku kimia yang mudah terbakar, meledak dan beracun
a. Fire Truck
b. Water Hydrant
d. Foam Hydrant
e. Water Deluge
sebagian besar telah memenuhi ketentuan yang ada misal jarak penempatan
Portable Fire Extinguiser yang satu dengan yang lain kurang dari 15 meter,
tersebut selalu diinspeksi secara rutin oleh personil dari Fire Section. Selain itu
juga dilaksanakan training pemadam kebakaran untuk seluruh tenaga kerja dan
16
4. Inspeksi Keselamatan Kerja
keselamatan kerja sebagai upaya untuk mendeteksi secara dini adanya potensi
kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe action).
b. Inspeksi personal,
c. Inspeksi sistem,
d. Inspeksi umum.
a. Emergency Level 1, yaitu apabila keadaan darurat yang terjadi tidak bisa
diatasi oleh satu departemen dan harus melibatkan departemen lain, atau
seluruh departemen.
b. Emergency Level II, yaitu apabila keadaan darurat yang terjadi tidak bisa
Respon Team).
17
PT Chandra Asri Petrochemical untuk mengatasi keadaan darurat telah
kebakaran dan dua unit mobil pemadam kebakaran yang diperlukan pada
PT Chandra Asri Petrochemical juga telah menjalin kerja sama dengan tim
6. Investigasi Kecelakaan
Kegiatan investigasi dilakukan setiap terjadi kecelakaan (accident) dan
kejadian agar kecelakaan atau kejadian yang sama tidak terulang kembali.
tercantum dalam Lembar Data Keselamatan Bahan atau Material Safety Data
18
1.3.11. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Kebijakan K3
seluruh perusahaan untuk menjadi perhatian bagi seluruh tenaga kerja dan
training K3, poster, safety sign, safety award, safety contest, gerakan
19
sehingga tidak terjadi kecelakan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
(DCR).
e. Rapat minimal satu bulan sekali yang dihadiri oleh semua kepala departemen.
Kerja (Depnaker).
20
1.3.12. Pengelolaan Lingkungan
lain :
6. Inspeksi lingkungan,
9. ISO 14001.
21
1.4. Rumusan Masalah
Pyrolisis Gasoline?
produk ekspor?
lainnya.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pyrolisis Gasoline atau Pygas adalah hasil produk sampingan dari Cracking
NAFTA pada suhu tinggi. Pygas memiliki kandungan aromatik yang tinggi (Rich
of Aromatics), senyawa organik C6-C8, Py-Gas dapat diperoleh lebih lanjut untuk
menghasilkan komponen bernilai tinggi seperti benzena, toluena dan xilena. selain
itu, Py-Gas dapat digunakan untuk bahan pencampur bensin untuk meningkatkan
nilai oktan.
23
2.1.1. Benzene
Salah satu pengunaan awal benzena ada pada abad ke 19 dan awal
abad 20. Selama periode ini, bau benzena dianggap menarik sehingga
digunakan untuk membilas setelah bercukur. Pada tahun 1903, Ludwig
Reselius, seorang pedagan kopi di Jerman, dia menggunakan benzena
sebagai bahan racikan untuk campuran kopi. Tentu saja sekarang kita tahu
bahwa benzena bersifat karsinogenik, sehingga penggunaan untuk
mencuci dan untuk racikan kopi adalah sesuatu hal yang tidak boleh
dilakukannya kembali.
24
2.1.2. Toluene
25
pelapis, pengharum sintetis, lem, tinta, dan agen-agen pembersih. Toluena
juga digunakan dalam produksi polimer yang digunakan untuk membuat
nilon, botolsoda plastik, dan poliuretan serta untuk obat-obatan, pewarna,
produk kosmetik kuku, dan sintesis kimia organik.
26
kemudian diberi gas hidrogen dan stirena, yang menghasilkan vinil benzena. Etil
benzena juga merupakan bahan dalam cat
Etil benzena sering disebut peniletana atau etil benzoate dengan rumus
molekul C6H5C2H5 adalah salah satu senyawa kimia berupa cairan tidak berwarna,
berbau khas, dan mudah mengiritasi kulit dengan titik didih 13°C yang
mempunyai peranan penting dalam industri kimia seperti dalam stiren monomer,
etilantraquinon, asam benzoate, dan industri pembuatan cat.
27
2.1.4. Xylene
28
Berikut adalah struktur 3 isomer dari Xylene.
2.1.5. Styrene
29
1. Gas Liquid Chromatography (GLC), fasa diamnya berwujud cair. Cairan
tersebut merupakan cairan yang tidak mudah menguap yang melekat pada
padatan pendukung yang inert berupa butiran halus. Prinsip pemisahannya
perbedaan partisi komponen-komponen dari suatu sampel di antara fasa diam
dan fasa gerak.
2. Gas Solid Chromatography (GSC), fasa diamnya berwujud padat. Padatan
yang digunakan misalnya karbon, zeolit dan silika gel. Prinsip pemisahannya
berdasarkan adsorpsi terhadap fasa diam.
30
Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut, gas dalam
silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisis fasa diam.
Cuplikan berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan,
disuntikan ke dalam aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas
pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan.
Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu persatu
meninggalkan kolom. Suatu detector diletakan di ujung kolom untuk mendeteksi
jenis maupun jumlah komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam dengan
recorder dan dinamakan kromatogram yang terdiri dari beberapa peak. Jumlah
peak yang dihasilkan menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang terdapat
dalam campuran. Sedangkan luas peak bergantung kepda kuantitas suatu
komponen dalam campuran. Karena peak-peak dalam kromatogram berupa
senyawa segitiga maka luasnya dapat dihitung berdasarkan tinggi dan lebar peak
tersebut.
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bias
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa yang
dapat ditentukan dengan kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasannya.
Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperature
31
pengujian, utamanya dari 50-300°C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau
tidak stabil pada temperature pengujian, maka senyawa tersebut biasa
diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas. (Tim Kimia Analitik
Instrumen. 2010 : 15)
a. Gas Pembawa
Gas yang dapat digunakan sebagai fasa gerak dalam kromatografi gas harus
bersifat inert (tidak bereaksi) dengan cuplikan maupun fasa diam. Gas-gas yang
biasa digunakan adalah gas helium, argon, nitrogen dan hidrogen. Karena gas
disimpan dalam slinder baja bertekanan tinggi karena gas tersebut akan
mengalirkan dengan sendirinya secara cepat sambil mengambil atau membawa
komponen-komponen campuran yang akan atau yang sudah dipisahkan. Dengan
demikian gas tersebut juga pembawa (carrier gas). Oleh karena gas pembawa
mengalir dengan cepat maka pemisahan denga teknik kromatografi gas hanya
memerlukan waktu beberapa menit saja. Karakteristik tiga jenis gas pembawa
hidrogen, helium, dan nitrogen diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Kotoran yang terdapat dalam gas pembawa dapat merusak kolom secara perlahan
karena fasa diam berekasi dengan kotoran tersebut. Oleh karena itu, gas berkualitas
tinggi harus digunakan untuk merawat kolom dari kerusakan. Untuk
32
menghilangkan kotoran dalam gas pembawa, biasanya gas dialirkan melalui
saringan yang disebut molecular seive untuk menghilangkan air dan hidrokarbon.
b. Pemasukan Cuplikan
33
Tempat pemasukan cuplikan cair ke dalam pak kolom biasanya terbuat
dari tabung gelas di dala blok logam panas. Cuplikan disuntikan dengan bantuan
alat untuk melalui karet septum kemudian diuapkan di dalam tabung gelas. Gas
pembawa meniup uap cuplikan melalui kolom koromataografi. Untuk kolom
analitik memerlukan antara 0,1-10 μL cuplikan cair sedangkan kolom analitik
preparatif memerlukan antara 20-1000μL. Cuplikan berbentuk gas dapat
dimasukan dengan bantuan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-
sampling value.
Jenis injeksi split tidak berguna untuk analisis renik karena kebanyakan
cuplikan dibuang. Untuk keperluan analisis kuantitatif yang baik dan untuk
analisis renik maka injeksi jenis splitless lebih cocok. Dalam hal ini, larutan encer
cuplikan dalam tempat pelarut yang mudah menguap disuntikan ke dalam tempat
pemasukan cuplikan dengan keadaan kran 1 dan kran 2 tertutup. Suhu kolom
mula-mula 20-25°C lebih rendah dari titik didih pelarut sehingga berkondensasi
34
pada permulaan kolom. Ketika solut terperangkap oleh kabut pelarut maka solut-
solut tersebut terkumpul pada permulaan kolom yang akan membentuk peak
tajam. Sebagian pelarut (dan cuplikan yang masih berbentuk uap dekat septum
akan menyebabkan tailing (pelebaran peak). Oleh karena itu, setelah 20-60 detik
kran 1 dibuka untuk mengeluarkan uap dekat septum. Dengan injeksi splitless,
kebanyakan cuplikan (sekitar 80%) masuk kepermulaan kolom disebut perangkap
dingin (cold trapping). Suhu kolom mula-mula 150°C lebih rendah dari titik didih
solut. Pelarut dan solut dengan titik didih rendah dielusi secara cepat tapi solut
dengan titik didih rendah dielusi sebagai kumpulan kabut. Pada pemanasan
kolom, pemisahaan solut-solut dengan titik didih tinggi terjadi.
c. Kolom
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas dengan garis tengah 3-6 mm
dan panjang 1-5 m. Kolom diisi dengan serbuk zat padat halus atau zat padat
sebagai zat pendukung yang dilapisi zat cair kental yang sukar menguap sebagai
fasa diam. Jenis kolom pak ini lebih disukai untuk tujuan preparatif karena dapat
menampung jumlah cuplikan yang banyak.
35
2. Kolom Terbuka (Open tubular coloumn)
Kolom terbuka (kolom kapiler) lebih kecil dan lebih panjang daripada kolom
pak. Diameter kolom terbuka berkisar antara 0,1-0,7 mm dan panjangnya berkisar
antara 15-100 m. Jenis kolom ini disebut juga kolom kapiler. Untuk
mempermudah penyimpanan, biasanya kolom terbuka dibentuk spiral dengan
garis tengah 18 cm.
Kolom terbuka terdiri dari tiga jenis yaitu untuk wall-coated open tubular
solumn (wcot), fasa diam cairan kental dilapiskan secara merata pada dinding
dalam kolom. Dengan rancangan support-cated open tubular column (acot),
partikel zat padat pendukung seperti silika atau alumunium ditempelkan pada
dinding dalam kolom. Partikel pendukung ini lebih dahulu dilapisi zat cair kental
sehingga fasa diam untuk meningkatkan luas permukaan. Pada rancangan ketiga,
porous-layer open tubular column (plot), partikel zat padat yang ditempatkan pada
dinding dalam kolom bertindak sebagai fasa diam.
36
Jenis kolom terbuka berupa pipa kapiler yang umumnya terbuat dari gelas yang
bahan dasarnya silika, SiO2 yang mempunyai sedikit gugus silamol (Si-O-H). Fufus
silanol ini dapat berikatan dengan solut menghasilkan peak tailing (peak yang
melebar ke belakang) terutama kalau fasa diamnya sudah mengalami erosi. Peak
tailing ini mengebabkan rendahnya efisiensi.
d. Detektor
37
satuan massa per satuan volume yaitu kg/m3 sementara besaran ini sendiri
dilambangkan dengan ρ, dimana densitas ini dirumuskan dengan:
Dengan m= massa
V= Volume
Densitas juga dapat menggambarkan suatu sifat benda, di mana zat dengan
nilai densitas yang lebih besar akan memiliki volume yang lebih kecil
dibandingkan dengan zat yang memiliki densitas lebih kecil. Besaran ini juga
menjadi prinsip dasar dari beberapa fenomena di kehidupan sehari– hari,
contohnya prinsip dasar kapal selam.
Fluida standar untuk zat cair adalah air dengan densitas 1 g/cm3 atau 1000
kg/m3 (densitas terbesar pada suhu 3,98°C). Sedangkan untuk gas, fluida
standarnya adalah udara dengan berat molekul 28,964 g/mol. Sebagaimana yang
tercantum dalam rumus specific gravity di atas, bahwa specific gravity merupakan
perbandingan densitas zat terhadap densitas zat standar. Densitas merupakan
perbandingan massa zat dengan volume zat. Volume zat sangat dipengaruhi oleh
suhu. Kenaikan suhu akan mengakibatkan pemuaian zat sehingga volumenya
38
bertambah. Dengan demikian densitas zat yang sama pada temperatur yang lebih
tinggi akan lebih rendah. Oleh karenanya besarnya specific gravity zat tersebut
pun berubah.
Diena terkonjugasi lebih stabil dari pada yang tidak terkonjugasi. Selain dapat
bisa beresonansi, perbedaan dalam hibridisasi menunjukkan diena terkonjugasi
lebih banyak memiliki karakter ‘s’ dan lebih banyak pi elektronnya yang
membuat ikatan tunggal lebih kuat dari pada ikatan alkana biasa (C-C).
Diena juga dapat mengalami reaksi adisi. Reaksi adisi yang terjadi pada
diena dapat menghasilkan dua buah kemungkinan yaitu terbentuknya adisi 1,2
dan adisi 1,4.
39
Reaksi adisi eletrofilik pada diena terkonjugasi bersifat regioselektif.
Dalam hal ini akan dihasilkan seperti gambar. Yaitu Reaksi 1,2-Addition Product
dan 1,4-Addition Product. Orientasi pembentukan produk adisi 1,2 dan adisi 1,4
ini dipengaruhi oleh temperatur reaksi. Pada temperatur rendah (-78°C untuk adisi
dengan HBr dan -15°C untuk adisi dengan Br2), reaksi dikontrol oleh kinetika
(laju dan kondisi irreversibel reaksi). Pada kondisi ini, produk adisi 1,2 yang akan
terbentuk lebih dominan (produk mayor). Hal ini dikarenakan intermediet
karbokation yang terbentuk (karbokation sekunder) bersifat lebih stabil secara
kinetik, meskipun produk alkena yang terbentuk memiliki energi yang lebih tinggi
(produk alkena 1,2 memiliki alkil tersubtitusi lebih sedikit). Pada temperatur yang
lebih tinggi (20-40°C), reaksi dikontrol termodinamika (kesetimbangan dan
kondisi reversible reaksi), sehingga produk adisi 1,4 yang akan terbentuk lebih
dominan. Hal ini dikarenakan produk alkena yang terbentuk memiliki energi lebih
rendah (distabilkan oleh lebih banyak alkil tersubtitusi), sehingga bersifat lebih
stabil secara termodinamik.
40
pada aliran pipa produksi sehingga jika terakumulasi dalam waktu yang cukup
lama dapat menghambat proses produksi.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Syringe
42
2. Mitsubishi CA-200 Coulometric Autotitrator
1. Larutan Sampel
2. 2ml 2-Butanol
1. Syringe
2. Gas Chromatography Shimadzu 14B ( Kolom Packing, Detektor TCD) --)
untuk analisis kadar BTX
3. Gas Chromatography Shimadzu 14B (Kolom Kapiler, Detektor FID) – Untuk
Hidrokarbon selain BTX
4. Data Recorder (Chromatopac CR-8A)
43
Gambar 2. Gas Chromatography Shimadzu 14B
44
3.2. Cara Kerja
3.2.1. Diene Number
1. Blanko
Cuci Erlenmeyer dengan 20ml dietil eter dan 20ml air sebanyak 2
kali (masukkan larutan ini ke dalam corong pemisah.
Kocok sampai terdapat 2 fasa dan gas yang didalam corong pisah
hilang.
Diena Number.
45
2. Sampel
Cuci Erlenmeyer dengan 20ml dietil eter dan 20ml air sebanyak 2
kali (masukkan larutan ini ke dalam corong pemisah).
Kocok sampai terdapat 2 fasa dan gas yang didalam corong pisah
hilang.
Diena Number.
46
3.2.2. Bromine Number
Masukkan 10µL sampel ke dalam syringe.
Injeksikan sampel ke Coulometric Autotitrator.
Masukkan bobot sampel (ρxV) di alat.
Print Out hasil (Bromine Number).
47
BAB IV
PEMBAHASAN
48
Tabung U berosilasi pada frekuensi yang mendasar, yang merupakan
fungsi dari sistem massa. Jika kita menganggap bahwa volume sampel di dalam
sel konstan, dapat dilihat bahwa frekuensi osilasi adalah karena fungsi kepadatan
sampel. τ periode osilasi, diberikan oleh:
didapatkan:
Selama osilasi tabung U, sampel menunjukkan efek redaman osilasi. Redaman ini
adalah fungsi sampel viskositas. Viskositas sampel juga akan memiliki efek
tampaknya sedikit bergerak osilasi node, sehingga meningkatkan volume jelas sel
Sel pengukuran berosilasi pada beberapa frekuensi dalam dua mode. Hal ini
memungkinkan redaman karena sampel akan diukur dan benar diperbaiki. Ketika
standar dikalibrasi, densitas adalah fungsi osilasi periode, τ dan redaman.
49
Perangkat lunak internal instrumen mencakup asumsi bahwa:
50
4.1.2. Analisis Kandungan BTX
51
Pada tanggal 6 Juni 2017 didapatkan Komponen BTX dalam Py-Gas yang di
analisis pada GC-1 sebagai berikut:
52
Gambar 6 dan 7. Chromatogram Komponen Hidrokarbon pada Py-Gas
53
Berikut adalah cara mencari konsentrasi hidrokarbon dengan cara Normalisasi
Area Internal Standar.
Component Area
Benzene 349232
Component Area
Toluene 145229
C5 75
E-Benzene 82478
C9 6653
P-M Xylene 26377
Styrene 254
O.Xylene 5168
IPA 69019
Total 821585
𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑥 100
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑟𝑒𝑎 − 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐼𝑃𝐴
75 82478
-C5 = 752566 𝑥 100 - E-Benzene = 752566 𝑥 100 = 10.95
= 9.9659x10-3
349232 26377
-Benzene = 752566 𝑥 100 - P-M Xylene = 752566 𝑥 100 = 3.50
= 46.40
145229 254
-Toluene = 𝑥 100 - Styrene = 𝑥 100 = 0.033
752566 752566
= 19.29
5168 6653
-O.Xylene = 752566 𝑥 100 - C9 = 752566 𝑥 100 = 0.884
= 0.686
54
Jadi,
Component Concentration
C5 9.9659x10-3
Benzene 46.40
Toluene 19.29
E-Benzene 10.95
P-M Xylene 3.50
O.Xylene 0.686
C9 0.884
Total BTX di GC-4 80.8883
2. Faktor
100 − 72.3816
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 =
100 − 80.8883
27.6184
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 =
19.1117
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 1.445
3. Concentration of Hidrokarbon
55
Jadi, Jumlah Hidrokarbon yang terdapat di Py-Gas pada tanggal 6 Juni 2017
sebagai berikut:
Hal yang pertama dilakukan adalah siapkan 2 labu erlenmeyer 250 ml.
Labu A tambah 10ml pygas ditambahkan 15ml benzene maleic dan tambahkan
indikator benzene iodine 1ml. Labu B diindikasikan sebagai blanko yang
ditambahkan 15ml benzene maleic dan 1ml indikator benzene iodine. Lalu 2 labu
tersebut tempatkan di penangas air pada suhu 80°C selama 30 menit. Setelah 30
menit, ke-2 labu ditambahkan 10ml aquades dari pipa kondensor bagian atas.
Setelah itu diamkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, dingingkan larutan
dengan memasukkan colling water ke dalam penangas air. Setelah larutan dingin,
tambahkan 5ml larutan dietil eter dan 20ml aquades melalui pipa kondensor.
Setelah ditambahkan etil eter dan aquades, pindahkan kedua larutan ke labu
erlenmeyer dan masukkan larutan tersebut ke labu ektraksi. Cuci ke-2 labu
erlenmeyer dengan 20ml etil eter dan 20ml aquades dan masukkan larutan
tersebut ke corong pemisah. Ekstraksi ke 2 larutan tersebut, setelah di ektraksi
56
terdapat 2 fasa, yaitu fasa air dan fasa hidrokarbon. Pindahkan fasa air ke labu
erlenmeyer dan titrasi menggunakan larutan NaOH for diene.
Asam Maleat yang tersisa kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH
dengan titik akhir titrasi yang ditandai perubahan warna larutan dari bening
menjadi merah muda.
Dari reaksi diatas menunjukkan bahwa diene number akan semakin kecil
nilainya apabila jumlah asam maleat yang bereaksi dengan NaOH semakin
banyak. Dan sebaliknya, apabila asam maleat yang bereaksi dengan NaOH
semakin sedikit, maka diene numbernya akan semakin kecil.
57
Karena reaksi membentuk produk siklik, melalui keadaan transisi siklik,
dapat juga digambarkan sebagai “cycloaddition”. Dimana mekanisme reaksinya
sebagai berikut:
Pada tanggal 6 Juni 2017 telah dianalisis kandungan diene number sebagai berikut:
- N NaOH : 0.5714N
- ρ ∶ 0.8318 g/cm3
58
(Blanko − Sampel)𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 6.346
𝐷𝑖𝑒𝑛𝑒 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 =
10 x ρ
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kandungan Diene yang terdapat pada Py-Gas pada
tanggal 6 Juni memenuhi standar yang ditetapkan oleh PT Chandra Asri
Petrochemical.
Bromine Number adalah Jumlah gram Bromine yang bereaksi mengadisi ikatan
rangkap pada hidrokarbon tak jenuh dalam 100g sampel sehingga satuan Bromine
Number adalah gr-Br/100gr. Analisis Bromine Number dibutuhkan untuk
mengetahui banyaknya tingkat ketidakjenuhan sampel.
Ketika melakukan analisis, hidrokarbon tak jenuh yang terkandung dalam py-gas
bereaksi dengan bromine. Sebagai ilustrasi, salah satu contoh hidrokarbon tak
jenuh misalnya senyawa 1-Heptena yang bereaksi dengan Bromine.
.........(Reaksi 2)
59
Kesetimbangan pada reaksi 1 akan terganggu ketika hidrokarbon tak jenuh
bereaksi dengan Bromine. Sehingga terjadi elektrolisis ion Bromida menjadi
Bromine sampai seluruh hidrokarbon tak jenuh dalam sampel teradisi sempurna
oleh Bromine.
W= e x i x t/96500
t= Waktu (s)
Hasil analisis py-gas pada tanggal 6 Juni 2017 didapatkan Bromine Number
sebesar 23.7920 Br-gr/100gr. Sedangkan spesifikasi maksimal nya adalah 35 Br-
gr/100gr. Sehingga dapat disimpulkan sampel py-gas tersebut masuk spesifikasi.
60
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil Analisis Density pada Pyrolisis Gasoline adalah 0.8318 g/cm3. Hal ini
menunjukkan densitas Py-Gas pada tanggal 6 Juni 2017 memenuhi
spesifikasi.
Pada Analisis Kadar BTX, didapatkan Kandungan Total BTX sebesar
72.3816 dan memenuhi standar perusahaan.
Pada Analisis Diene Number, didapatkan hasil 0.3 I-g/100gr dari spesifikasi
maksimal 2 I-g/100gr.
Pada Analisis Bromine Number, didapatkan hasil 23.7920 Br-g/100gr dari
spesifikasi maksimal 35 Br-g/100gr.
61
DAFTAR PUSTAKA
http://study.com/academy/lesson/what-is-benzene-uses-structure-formula.html
http://www.ch.ic.ac.uk/rzepa/mim/environmental/html/benzene.htm
(https://chem.libretexts.org/Core/Organic_Chemistry/Conjugation/Conjugated_Di
enes)
http://www.chem.ucalgary.ca/courses/350/Carey5th/Ch10/ch10-6-2.html
http://ogbus.ru/issues/3_2014/ogbus_3_2014_p292-309_KhasanovIR_en.pdf
62
LAMPIRAN
63
64