Anda di halaman 1dari 9

A.

DEFINISI

Bioteknologi berasal dari istilah Latin, yaitu Bio (hidup), teknos (teknologi = penerapan), dan logos
(ilmu). Artinya, ilmu yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip biologi. Secara lengkap, bioteknologi
diartikan sebagai cabang biologi yang mempelajari penggunaan organisme dengan bantuan teknologi
untuk penyediaan barang dan pelayanan bagi kepentingan manusia. Contoh hasil penerapannya yaitu
tuak, tape , sake , anggur, yougurd dan tempe.

Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada
tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit
gula sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya sampai pada tahun 1970, bioteknologi selalu
berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering). Dari paduan dua kata tersebut
(bio dan teknologi) European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi
sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan
aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup dan analog mulekuler untuk
menghasilkan produk dan jasa.

Bioteknologi sebenarnya sudah dikerjakan manusia sejak ratusan tahun yang lalu, karena
manusia telah bertahun-tahun lamanya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur
ragi untuk membuat makanan bermanfaat seperti tempe, roti, anggur, keju, dan yoghurt. Namun
istilah bioteknologi baru berkembang setelah Pasteur menemukan proses fermentasi dalam
pembuatan anggur (Kuswanti, 2008:113).

Perkembangan yang pesat dalam bidang biologi sel dan biologi molekuler sejak tahun 1960-an
mendorong perkembangan bioteknologi secara cepat. Dewasa ini, manusia telah mampu
memanipulasi, mengubah, dan/atau menambahkan sifat tertentu pada suatu organisme
(Kuswanti, 2008:112).

B.Jenis-jenis Bioteknologi

1.Bioteknologi Konvensial

Bioteknologi konvensional adalah praktik bioteknologi yang dilakukan dengan cara dan
peralatan yang sederhana, tanpa adanya rekayasa genetika. Contoh produknya bir, wine, tuak,
keju, sake (berasal dari Jepang), yoghurt, roti, keju, tempe, dan lain sebagainya.
Bioteknologi konvensional adalah jenis bioteknologi yang untuk menghasilkan jasa dan barangnya
memakai bantuan mikroorganisme seperti bakteri-bakteri dan jamur agar bisa menciptakan enzim-enzim
tertentu. Contoh:

1.Keju

Keju merupakan tumpuan penerapan bioteknologi konvensional yang dilakukan melalui metode
pengawetan susu. Metode ini sudah dilakukan semenjak zaman Romawi dan Yunani kuno. Keju
dibentuk dengan menambahkan basil asam laktat pada susu. Bakteri asam laktat tersebut
misalnya Pripioni bacterium (untuk keju keras), Penicilium roqueforti (untuk keju setengah
lunak), dan Penicilium camemberti (untuk keju keras). Adapun bakteri-bakteri tersebut berfungsi
sebagai mikrobia yang sanggup mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat yang padat
dan menggumpal.
Mentega tumpuan produk bioteknologi konvensional yang dihasilkan dari fermentasi krim susu
memakai bakteri Streptococcus lactis. Bakteri ini sanggup memisahkan tetesan mentega yang
berlemak dengan cairan yang terkandung di dalamnya. Keju (dari bahasa Portugis, queijo) adalah
sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses
pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim
tertentu yang disebut rennet. Hasil dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan
diawetkan dengan berbagai macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi
produk keju.

Produk-produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode pengentalan, temperatur,
metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga proses pematangan keju dan pengawetan.
Umumnya, hewan yang dijadikan sumber air susu adalah sapi. Air susu unta, kambing, domba,
kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju lokal.

Keju merupakan makanan yang penuh dengan nutrisi. Keju memiliki banyak elemen yang sama
dengan susu, yaitu protein, lemak, kalsium dan vitamin. Satu pon keju memiliki protein dan
lemak yang sama jumlahnya dengan satu galon susu. Keju dengan tingkat kelembaban yang
tinggi memiliki konsentrasi nutrisi yang lebih rendah dibandingkan dengan keju yang tingkat
kelembabannya rendah.

2.Tapai/tape
Tapai atau tape dibuat melalui fermentasi ketan atau singkong memakai jamur Saccharoyces
cerevisiae. Jamur ini merubah glukosa pada materi menjadi asam asetat, energi, alkohol dan
karbondioksida. Tapai hasil fermentasi dengan ragi yang didominasi S. cerevisiae umumnya
berbentuk semi-cair, lunak, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur
lengket[1]. Produksi tapai biasanya dilakukan oleh industri kecil dan menengah.

Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan dimasak dan dikukus terlebih dahulu sebelum dibubuhi
ragi[2]. Campuran tersebut dilindungi dari udara terbuka dengan membungkusnya oleh daun dan
diinkubasi pada suhu 25-30 °C selama 2-4 hari. Daun yang digunakan bermacam-macam, tergantung dari
sumber daya yang tersedia, tetapi biasanya digunakan daun yang lebar dan permukaannya licin. Tapai
ketan yang siap dihidangkan biasanya mengandung alkohol dan teksturnya lebih lembut[2]. Daun yang
digunakan biasanya adalah daun pisang, tetapi di beberapa tempat daun lain juga digunakan, misalnya
daun jambu (Sizygium) atau karet para (Hevea brasiliensis).

Untuk membuat tapai singkong, kulit umbi singkong harus dibuang terlebih dahulu[1]. Umbi yang telah
dikupas lalu dicuci, dikukus, dan kemudian ditempatkan pada keranjang bambu yang dilapisi daun
pisang[1]. Ragi disebar pada singkong dan lapisan daun pisang yang digunakan sebagai alas dan
penutup[1]. Keranjang tersebut kemudian diperam pada suhu 28 – 30 °C selama 2 – 3 hari[1].

Selain rasanya yang manis dan aroma yang memikat, tapai juga dibuat dengan beberapa warna berbeda.
[1] Warna tersebut tidak berasal dari pewarna buatan yang berbahaya, melainkan berasal dari pewarna
alami.[1] Untuk membuat tapai ketan berwarna merah digunakan angkak, pigmen yang dihasilkan oleh
Monascus purpureus, sedangkan tapai ketan warna hijau dibuat menggunakan ekstrak daun pandan.[1]

Pembuatan tapai memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat
menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik[2]. Ragi adalah bibit jamur yang
digunakan untuk membuat tapai. Agar pembuatan tape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan
yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai
untuk mengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi.[2] Air yang digunakan juga harus
bersih[1]; menggunakan air hujan bisa mengakibatkan tapai tidak berhasil dibuat.

Keunggulan tapai Sunting

Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan Vitamin B1 (tiamina) hingga tiga kali lipat[3]. Vitamin
ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik.[3]
Karena mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan
sebagai sumber probiotik bagi tubuh.[4] Cairan tapai dan tapai ketan diketahui mengandung bakteri
asam laktat sebanyak ± satu juta per mililiter atau gramnya.[4] Produk fermentasi ini diyakini dapat
memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah
bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat.[4]

Kelebihan lain dari tapai adalah kemampuannya tapai mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh.
[4] Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus
flavus[4]. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi
tapai dalam batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin tersebut.[4]

Di beberapa negara tropis yang mengonsumsi singkong sebagai karbohidrat utama, penduduknya
rentan menderita anemia[4]. Hal ini dikarenakan singkong mengandung sianida yang bersifat toksik
dalam tubuh manusia.[4]. Konsumsi tapai dapat mencegah terjadinya anemia karena mikroorganisme
yang berperan dalam fermentasinya mampu menghasilkan vitamin B12[5]

C. Kimchi

b. Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern merupakan bioteknologiyang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa
DNA, selain memanfaatkan dasar mikrobiologi dan biokimia. Penerapan bioteknologi modern
juga mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ternak unggul hasil manipulasi genetik
(peternakan), buah tomat hasil manipulasi genetik yang tahan lama (pangan), tanaman jagung
dan kapas yang resisten terhadap serangan penyakit tertentu (pertanian), hormone insulin yang
dihasilkan oleh E.Coli (kedokteran dan farmasi).

1.Bayi tabung

bioteknologi modern bayi tabung tersebut merupakan proses pembuahan sel telur dan sperma
yang dilakukan secaar modern dan tentunya dilakakan di luar tubuh si ibu. Atau dengan kata lain
disebut juga dengan istilah in vitro vertilization ( in vitro dalam bahasa latinnya adalah “ dalam
gelas atau tabung “ dan vertilization artinya pembuahan ). Dalam proses bayi tabung itu sendiri,
maka sel telur matang akan diambil dari indung telur ibu dan akan dilakukan proses pembuahan
dengan sperma di dalam medium cairan. Dan setelah proses tersebut berhasil, maka embrio
kecil yang terjadi akan dimasukkan dalam rahim dan diharapkan akan berkembang menjadi
jabang bayi, yang akan nantinya berlanjut menjadi bayi yang lahir ke dunia ini.

Dalam menjalani proses bayi tabung ini, tentunya tidak mudah dan tidak semua orang yang bisa
atau berhasil melakukannya. Ada begitu banyak tahapan yang dibutuhkan dalam proses
bioteknologi modern bayi tabung tersebut.

2. Langkah Menjalani Proses Bayi Tabung

a.Seleksi Pasien

Yakni apakah suami dan istri layak mengikuti program bayi tabung tersebut.

b.Stimulasi

Stimulasi atau merangsang indung telur dilakukan untuk memastikan banyaknya sel telur. Secara
alami, sel telur memang hanya satu, namun untuk bayi tabung diperlukan lebih dari satu indung
telur untuk memperoleh embrio.
c. Pertumbuhan Folikel

Yakni cairan yang berisi sel telur di indung telur melalui ultrasonografi. Hal ini bertujuan untuk
melihat apakah sel telur sudah cukup matang untuk mengikuti proses selanjutnya.

d.Mematangkan Sel Telur

Pada proses ini, sel telur akan disuntikkan cairan khusus agar benar – benar menjadi matang. ciri
ciri hewan bertelur bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan.

e.Pengambilan Sel Telur

Setelah mennjadi matang atau menjadi embrio, maka akan dilanjutkan dengan proses
laboratorium. jaringan embrional pada manusia bisa anda pelajari lebih lanjut.

f.Pengambilan Sperma Suami

Pada hari yang sama, dan jika tidak ada masalah, maka pengambilan sperma tersebut akan
dilakukan dengan cara masturbasi, atau bisa juga langsung dari buah zakar melalui teknik
operasi. hormon reproduksi pria bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

g.Pembuahan

h.Transfer embrio ke rahim

i.Penunjang fase uteal

j.Proses simpan beku embrio

1. Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS)

Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) adalah kondisi ovarium yang menghasilkan sel telur lebih banyak
dari normalnya. Sekitar 2% wanita yang menjalani bayi tabung mengalami sindrom ini. Kondisi ini
biasanya terjadi sebagai efek samping obat penyubur yang diberikan saat menjalani proses bayi tabung.
Selain itu, wanita yang sangat kurus, obesitas, atau sedari awalnya memiliki jumlah sel telur yang sangat
banyak juga bisa mengalami sindrom OHSS.

Tanda dan gejala OHSS meliputi:


-Sakit perut ringan

-Perut kembung

-Mual dan muntah

-Diare

Pada beberapa kasus, sindrom OHSS juga dapat menyebabkan sesak napas dan peningkatan berat
badan. Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalaminya.

2. Kelahiran kembar

Selama ini, bayi tabung dipandang sebagai program hamil andalan untuk mendapatkan bayi kembar.
Namun begitu, cara pandang aji mumpung seperti ini sebenarnya salah dan perlu dikoreksi, ungkap dr.
Ivan Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG, selaku Sekretaris Jenderal Perkumpulan Fertilisasi In Vitro
Indonesia (PERFITRI) saat ditemui tim Hello Sehat di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (30/8) pada acara temu
media yang digawangi oleh Merck Indonesia.

Bayi tabung memang cukup banyak menghasilkan anak kembar. Sekitar 17% kasus kehamilan kembar
berasal dari program IVF. Namun, kehamilan kembar bukanlah “gol” utama yang diinginkan dari
program IVF.

Pasalnya, kehamilan kembar sangat berisiko tinggi untuk persalinan prematur serta berbagai komplikasi
lainnya. “Yang kita (dokter – red) inginkan (dari program IVF) adalah ibu itu bisa hamil sembilan bulan
dan anaknya lahir normal,” tutur dr. Ivan.

Selain prematur, risiko kehamilan kembar dari program bayi tabung juga bisa memicu masalah
kesehatan pada ibu, seperti:

-Keguguran.

-Preeklampsia.

-Diabetes gestasional.

-Anemia dan perdarahan hebat.


-Risiko operasi caesar lebih tinggi.

Jadi, bayi kembar seharusnya bukan menjadi tujuan utama bagi pasutri yang ingin memiliki anak. Yang
terpenting adalah memastikan bayi Anda lahir cukup bulan alias sembilan bulan, normal, dan sehat. Ini
bisa terjadi kalau kita mengurangi jumlah embrio yang ditanamkan saat proses bayi tabung, ujar dr. Ivan.

3. Hamil di luar kandungan (kehamilan ektopik)

Kehamilan ektopik adalah satu risiko bayi tabung yang sangat perlu diwaspadai oleh perempuan.
Komplikasi kehamilan ini terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain
rahim, umumnya di tuba falopi. Bisa juga terjadi pada rongga perut atau justru pada leher rahim. Ciri-ciri
utama dari kehamilan ektopik adalah sakit perut hebat di salah satu sisi, keputihan yang warnanya
cenderung keruh atau gelap, dan bercak darah ringan.

2.Tomat Ungu

Tomat ungu disebut juga sebagai super tomato atau indigo rose. Tomat Ungu atau Indigo Rose sendiri
merupakan hasil perkawinan antara Blueberry dan tomat merah. Tomat ungu juga memiliki gen dari
bunga snapdragon sehingga menghasilkan warna gelap dan memiliki banyak kandungan anthocyanin.
Anthocyanin adalah bahan kimia yang disebut flavonoid yang menyerap molekul oksigen berpotensi
berbahaya dalam tubuh.

Tomat dikenal tidak bisa tahan lama. Karena mudah membusuk, ibu rumah tangga tak berani
menyimpan tomat dalam jumlah banyak. Namun setelah mengalami rekayasa genetika, tomat bisa
berumur lebih panjang dengan warna yang tidak lagi merah, melainkan ungu. Kelebihannya selain lebih
tahan lama dari asalnya 21 hari menjadi 48 hari, juga memiliki kandungan nutrisi lebih baik. Salah
satunya karena kandungan anthocyanin yang terkandung dalam tomat.

Professor, Cathie Martin dari The John Innes Centre Inggris, mengatakan, peneliti telah berhasil
menemukan tomat dengan varietas lebih kaya rasa dan tahan lama dari hasil rekayasa genetika
tersebut.

3.Grapple
Grapple merupakan hasil rekayasa antara apel dan anggur. Buah ini masih berbentuk apel, namun
memiliki tekstur seperti anggur. Sedangkan rasanya merupakan campuran dari rasa kedua buah. Setelah
mengalami rekayasa genetika, keunggulan dari grapple tidak hanya memiliki rasa baru, tapi kandungan
nutrisi yang ada di dalamnya juga mengalami peningkatan. Grapple memiliki dosis vitamin c sangat
tinggi, melebihi kandungan yang dimiliki apel dan anggur.

Namun dalam merekayasa genetika, untuk menghasilkan grapple tidak bisa dilakukan sembarangan.
Untuk buah apel merupakan pilihan dengan kualitas yang cukup baik. Sementara anggur dipilih jenis
tertentu, disesuaikan dengan rasa yang akan dihasilkan. Gen anggur yang dimasukkan pada apel akan
sangat berpengaruh kuat terhadap rasa yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai