Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KULIT KAYU MANIS

(CASSIAVERA) DI KECAMATAN GUNUNG KERINCI KABUPATEN


KERINCI (STUDI KASUS DESA SIULAK DERAS MUDIK)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Syarat- Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh :
DYNNA OKTA RIYALNY
NIM. C1A018127

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
JAMBI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
2.1 Landasan Teori...................................................................................................6
2.1.1 Konsep Usahatani......................................................................................6
2.1.2 Kulit Kayu Manis (Cassiavera)................................................................7
2.2 Konsep Produksi...............................................................................................10
2.3 Teori Biaya Produksi........................................................................................11
2.3.1 Biaya Produksi Jangka Pendek...............................................................11
2.3.2 Biaya Produksi Jangka Panjang..............................................................12
2.4 Konsep Pendapatan Usaha tani.........................................................................12
2.4.1 Konsep Pendapatan Rumah Tangga Petani.............................................13
2.4.2 Karteristik Pendapatan Petani.................................................................13
2.5 Hubungan Antar Variabel.................................................................................14
2.5.1 Hubungan Luas Lahan Terhadap Pendapatan.........................................14
2.5.2 Hubungan Jumlah Tanaman Terhadap Pendapatan................................14
2.5.3 Hubungan Harga Terhadap Pendapatan..................................................15
2.5.4 Hubungan Biaya Produksi Terhadap Pendapatan...................................16
2.6 Penelitian Terdahulu.........................................................................................16
2.7 Kerangka Pemikiran.........................................................................................22
2.8 Hipotesis...........................................................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................24
3.1 Jenis dan Sumber Data......................................................................................24
3.2 Metode Penarikan Data.....................................................................................24
3.3 Metode Penarikan sampel.................................................................................24
3.4 Metode Analisis Data.......................................................................................25
3.4.1 Analisis Deskriptif................................................................................25

ii
3.4.2 Analisis Kuantitatif.............................................................................26
3.5 Uji Asumsi Klasik.............................................................................................26
3.5.1 Uji Normalitas....................................................................................27
3.5.2 Uji Multikolinieritas...........................................................................27
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas.......................................................................27
3.5.4 Uji Autokorelasi.................................................................................28
3.6 Uji Hipotesis.....................................................................................................29
3.6.1 Uji Bersama-sama/keseluruhan (Uji F).............................................29
3.6.2 Uji t (Parsial)......................................................................................29
3.7 Koefisien Determinasi (R2)...............................................................................30
3.8 Operasional Variabel........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................vii

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Lahan, Produksi Dan Produktifitas Kulit Kayu Manis
(Cassiavera) Dikabupaten Kerinci Tahun 2014-2018.......................................3
Tabel 1.2 Perkembangan Luas Lahan , Produksi, Dan Produktivitas Kulit Kayu Manis
(Casiavera) Di Kecamtan Gunung Kerici Tahun 2014-2018............................4

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran................................................................................23

v
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam pembangunan perekonomian, sektor pertanian sangat berperan karena
merupakan suatu dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan
diharapkan mampu memberikan pemecahan masalah bangsa Indonesia karena sektor
pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara karena
mampu memberikan pemulihan, mengatasi krisis yang terjadi dan memiliki potensi besar
untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Kinerja sektor pertanian
Indonesia sangat baik terutama dilihat dari kinerja komoditas subsektor perkebunan (Rizki
Ferdian, 2015).
Perkebunan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, selain fungsi sebagai pelestarian
lingkungan hidup serta sebagai instrumen pemerataan pembangunan rakyat. Pembukaan
lahan perkebunan juga mampu untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan di subsektor
perkebunan. Rempah-rempah merupakan salah satu komoditas penting yang berpengaruh
dalam perdagangan dunia sejak ratusan tahun yang lalu. Begitu pentingnya produk
rempah-rempah sehingga nilainya dianggap setara dengan logam mulia. Berdasarkan
kajian BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional), pasar rempah dunia untuk Uni
Eropa rata-rata mengalami peningkatan sembilan persen setiap tahun.
Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang
dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh.
Rempah-rempah dapat digunakan dalam bentuk segar atau kering untuk perasa, aroma, dan
untuk pewarna pada berbagai industri.
Kayu manis merupakan salah satu dari sepuluh produk ekspor rempah yang potensial.
Perkembangan Luas Lahan, Tenaga Kerja dan PDRB Subsektor Perkebunan Provinsi Jambi
periode 2000- 2015 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Ahmad Sholeh, 2016).
Rata-rata perkembangan Luas Lahan Subsektor Perkebunan Provinsi Jambi adalah sebesar
2,52 persen. Tenaga Kerja Subsektor Perkebunan mengalami perkembangan setiap
tahunnya dengan rata-rata perkembangan sebesar 2,74 persen. PDRB sub sektor perkebunan
mengalami perkembangan dengan rata-rata sebesar 7,84 persen.
Kayu manis tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia yaitu di Pulau Sumatera,
Pulau Jawa, dan Kalimantan. Di Pulau Sumatera tersebar di sepanjang pegunungan Bukit
Barisan, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu sampai ke
Lampung. Di Pulau Kalimantan penghasil kulit manis yang terkenal terdapat di Kalimantan
Selatan, Kabupaten Barabai dan Kabupaten Kandangan, di sepanjang punggung
Pegunungan Meratus. Sementara di Jawa, penghasil kayu manis yang terkenal antara lain
Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Kemudian, sentra produksi kayu manis
Indonesia terdapat di Kabupaten Kerinci, Dimana kabupaten kerinci merupakan pemasok 80
persen dari total ekspor kayu manis Indonesia. Kerinci dikenal sebagai penghasil kulit kayu
manis (Cassiavera) kualitas terbaik di Indonesia, bahkan juga di dunia.
Pohon Kayu Manis merupakan jenis tanaman menahun yang tingginya bisa mencapai
10 m dengan umur lebih dari 25 tahun. Tanaman ini tumbuh terutama di sekitar Gunung
Kerinci, Padang, Sumatra Barat. Kulit Manis bagi petani bukan hanya sekedar rempah segar
dan berhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi yang begitu penting dan sebagian besar
bahkan mengantungkan hidupnya dari hasil kulit manis. Sejak sepuluh tahun lalu kayu
manis telah menjadi sumber pendapatan bagi petani. Bagi bangsa Indonesia kulit manis
merupakan salah satu mata dagang yang mempunyai nilai tinggi.
Perkembangan yang signifikan dari pertumbuhan areal dan produksi cassiavera
menunjukan bahwa Provinsi Jambi sebagai salah satu penghasil cassiavera terbesar di
Indonesia yang didominasi oleh Kabupaten Kerinci. Selain itu, wiayah Tanaman cassiavera
berada di Kabupaten Merangin. Di Kabupaten Kerinci, areal kulit manis tersebar di
berbagai tempat, yang sebagian besar wilayah tersebut ditanami tanaman cassiavera.
Keunggulan Kayu Manis Kerinci dapat dilihat dari kualitas mutu atau grade kayu yang
sudah teruji dengan kualitas nomor satu di Indonesia. Dari segi kualitas mutu / grade itu
sendiri terdiri dari sticks cassiavera AA atau KA, sticks cassiavera KB, stick cassiavera KC
dan cassiavera broken.
Tabel 1. 1. Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kulit Kayu
Manis (Cassiavera) di Kabupaten Kerinci Tahun 2016-2020
Luas Lahan Produksi Produktivitas
Tahun
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2016 23.999 53.249 2,219
2017 24.121 53.530 2,219
2018 24.171 53.663 2,22
2019 24.317 53.925 2.218
2020 22.285 42.304 2.141
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (Diolah)
Tabel 1.1 Menunjukkan bahwa perkembangan luas lahan dan produksi kulit kayu
manis (cassiavera) di Kabupaten Kerinci Tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi dan

2
cenderung naik. Luas lahan tertinggi yaitu pada tahun 2019 sebesar 24.317 Ha dan tahun
2020 jumlah luas lahan mengalami penyusutan dengan jumlah 22.285 Ha, hal ini
disebabkan oleh banyak pekebun kulit kayu manis (cassiavera) beralih pada tanaman
holtikultura yang lebih menghasilkan dengan cepat daripada kulit kayu manis (cassiavera),
tidak hanya itu, tanaman kayu manis juga harus menunngu 8 tahun hingga 20 tahun untuk
masa panen. Secara makro kayu manis merupakan salah faktor penting yang dapat berperan
terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Kerinci. Sedangkan jumlah produksi tetinggi
yaitu pada tahun 2019 sebesar 53.925 Ton, dengan nilai produktivitas tertinggi yaitu pada
tahun 2018 yaitu sebesar 2,220 Ton/Ha.
Perkembangan luas lahan di Kecamatan Gunung Kerinci Tahun 2016-2020 cenderung
mengalami kenaikan setiap tahunnya, dengan luas lahan tertinggi yaitu pada tahun 2016
yaitu sebesar 2.060 Ha. Sedangkan jumlah produksi mengalami fluktiasi, dengan jumlah
tertinggi yaitu pada tahun 2016 dengan jumlah produksi yaitu sebesar 1.778 Ton dan nilai
produktivitas cenderung tetap yaitu pada tahun 2016-2020 dengan nilai 863 Ton/Ha. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat tabel 1.2 halaman berikut ini.

Tabel 1. 2 Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Kulit Kayu


Manis (Cassiavera) di Kecamatan Gunung Kerinci Tahun 2016-2020

Luas Lahan Produktivitas


Tahun Produksi (Ton)
Ha (Ton/Ha)
2016 2.060 1.778 863
2017 2.047 1.767 863
2018 2.047 1.767 863
2019 2.047 1.767 863
2020 1.870 1.542 863

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi(Diolah)


Salah satu wilayah penghasil cassiavera yang potensial berada di Kecamatan Gunung
Kerinci di Desa Siulak Deras Mudik tanaman yang paling banyak diusahakan dengan
kepemilikan luas lahan petani adalah tanaman cassiavera dibandingkan dengan tanaman lain
seperti kopi dan sawah, serta tanaman cassiavera lebih mendominasi pendapatan dari hasil
penggarapan dan penjualan kulit kayu manis.
Dengan demikian, Desa Siulak Deras Mudik mempunyai potensi besar untuk
menghasilkan kulit kayu manis (cassiavera) yang berkualitas sehingga sangat penting untuk
menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan pendapatan pekebun kulit
kayu manis (cassiavera) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu luas

3
lahan, jumlah tanaman, harga kulit kayu manis, dan biaya produksi, hal ini akan berdampak
pada optimalisasi pendapatan pekebun cassiavera yang dihasilkan oleh pekebun.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti bermaksud untuk
menganalisis “Analisis Pendapatan Petani Kulit Kayu Manis (Cassiavera) Di
Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci (Studi Kasus Desa Siulak Deras
Mudik)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dikaji didalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik kondisi sosial ekonomi petani kulit kayu manis
(cassiavera) di Desa Siulak Deras Mudik , Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten
Kerinci.
2. Bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah tanaman, harga, dan biaya produksi
terhadap pendapatan petani kulit kayu manis (cassiavera) di Desa Siulak Deras
Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3. Untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi petani kulit kayu manis
(cassiavera) di Desa Siulak Deras Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten
Kerinci.
4. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah tanaman, harga, dan biaya
produksi terhadap pendapatan petani kulit kayu manis di Desa Siulak Deras
Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya pendapatan pada budidaya komoditi kulit kayu
manis (cassiavera) sehingga dapat membantu petani dalam mengambil keputusan terkait
alokasi penggunakan faktor-faktor pendapatan dan pengelolaan budidaya kayu manis
supaya dapat dimaksimalkan. Adapun manfaat dari penelitian ini secara khusus adalah
sebagai berikut :
5. Manfaat akademis yaitu : sebagai kajian untuk mahasiswa dan penelitian lain dalam
memperluas pengetahuannya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi produksi

4
kulit kayu manis (cassiavera) di Desa Siulak Deras Mudik, Kecamatan Gunung
Kerinci, Kabupaten Kerinci.
6. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan informasi pada pihak luar yaitu pemerintah
dan instansi terkait dalam menetapkan kebijaksanaan dan langkah-langkah apa yang
harus ditempuh untuk meningkatkan hasil produksi kulit kayu manis (cassiavera) di
Desa Siulak Deras Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.

5
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Usahatani


Usaha tani adalah himpunan dari sumber- sumber alam yang terdapat di tempat itu
yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang
telah dilakukan diatas tanah tersebut, sinar matahari, bangunan- bangunan diatas tanah itu,
dan sebagainya (Mubyarto, 1989).
Usahatani pada dasarnya adalah proses pengorganisasian alam, lahan, tenaga kerja
dan modal untuk menghasilkan output pertanian. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari
tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja,
teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk
menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Nofriadi,
2016).
Kulit kayu manis (cassiavera) tanaman kayu manis (cinnamomum burmanii L)
Merupakan penghasil kulit kayu untuk bahan baku rempah. Hasil sampingan pada saat
panen berupa batang, daun dan ranting juga dapat di manfaatkan menjadi beragam produk
bernilai ekonomis. Batang kayu manis dapat di manfaatkan sebagai bahan baku particle
board, sedangkan daun dan rantingnya dapat disuling untuk mendapatkann minyak. Minyak
ini dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Tanaman kayu manis juga dapat
dimanfaatkan sebagai tanamn konverensi untuk mempertahankan daya dukung lingkungan
(Yulius Ferry, 2013)
Keberhasilan suatu usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh
petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai
selisih pengurangan dari nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses
usahatani. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua komponen pokok yaitu
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditentukan. Penerimaan usahatani
mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran
dan yang disimpan. Penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produk dengan
harga pasar yang berlaku, sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai
penggunaan sarana 7 produksi dan lain-lain yang dibebankan kepada produk yang
bersangkutan.
Selain biaya tunai yang harus dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu
nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dan berasal dari usahatani itu sendiri.
Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk memperhitungkan berapa sebenarnya
pendapatan kerja petani jika modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Penerimaan
usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, sedangkan
pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai dalam proses produksi
tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja keluarga.
2.1.2 Kulit Kayu Manis (Cassiavera)
a. Karakteristik Tanaman Kayu Manis.
Terdapat beberapa spesies tanaman kayu manis yang sering diangkat dengan sebutan
Cinnamomun dengan tiga spesies utama tanaman kayu manis yang terkenal di pasar dunia
yaitu:
1. Cinnamomum cassia (berasal dari Cina) produknya sering disebut Chinese
cinnamon
2. Cinnamomum zeylacia atau Cinnamomum verum (berasal dari Sri lanka)
produknya sering disebut Ceylon cinnamon
3. Cinnamomum burmanii (berasal dari indonesia) produknya sering disebut
Cassiavera atau Indonesia cassia
Taksonomi dari tanaman kayu manis yang dari indonesia yang ersal dari kanupatem
Kerinci yaitu:
Kingdom : Plantae

Divisi : Plante (Magnoliophyta )

Diviso : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


Class : Magnoliopsida (Berkeping Dua) Ordo
: Laurales
Famili : Lauraceae Genus: Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni
Kayumanis berupa pohon, tumbuhan tegak, dan tinggi tanaman dapat mencapai 15
meter. Batang berkayu, bercabang, warna hijau kecoklatan, daun tunggal, bentu langset,
ujung dan pangkal meruncing,tepi rata, saat masih muda bewarna merah tua atau hijau ungu
dauntua berwarna hijau, bunga majemuk malai, muncul dari ketiak daun, berambut halus,
mahkota berwarna kuning. Buah buni, warna hijau waktu muda dan hitam setelah tua. Biji
keil, bentuk bulat telur. Kullit batang mengandug dammar, lrnder dan minyak asiri yang
mudah larut.
b. Budidaya Tanaman Kayu Manis

7
Tanaman Kayu Manis dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 2000 mdpl, namun produksi
optimum nya adalah pada ketinggian 500-1500 mdpl, dengan suhu 18 sampai 23 derajat.
Tanah yang paling cocok untuk tanaman kayu manis adalah tanah yang subur gembur agak
berpasir dan kaya akan bahan organic. Tanah berpasir Kayu Manis akan menghasilkan kulit
yang paling harum di dalam daratan rendah tubuhnya lebih cepat dari pada daratan tinggi,
tetapi di dataran yang lebih rendah kulitnya dan rasanya juga agak kurang baik. Di tempat
tinggi pertumbuhan lambat, tetapi kulit yang lebih tebal dan berkualitas lebih. Terdapat dua
sistem tanaman yang dilakukan dalam pembudidayaan Kayumanis yaitu sistem monokultur
dan tumpang sari.
c. Pembibitan
Persiapan awal Penanaman adalah menyiapkan bibit. Bibit yang digunakan dapat
berasal dari biji, Tunas, dalam kurung (carang ) dan stek. Kriteria bibit yang baik umumnya
sama yaitu tidak cacat fisik atau luka, sehat, dan memiliki pertumbuhan bibit yang baik bibit
yang sudah terserang hama atau penyakit. Biasanya pertumbuhannya lambat selain kriteria
tersebut bibit harus sudah memiliki tinggi 50- 60 cm. Untuk mendapatkan kualitas yang
baik ditinjau dari Tinggi 50- 60 cm ditinjau dari bentuk stik, umur panen yang ideal adalah
6-12 tahun. Hal ini disebabkan oleh tanaman belum begitu tebal sehingga dapat
menggulung dengan baik. Hanya saja tanaman umur 6-12 tahun masih rendah kandungan
minyaknya. Kandungan minyak yang tinggi diperoleh dari tanaman berumur lebih dari 15
tahun. Saat panen terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua. Tanaman
yang sudah ketahuan demikian biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu
kulit sehingga kulit mudah terkelupas. Selain dengan perhatian warna daun tanda-tanda
pada tanaman sebagai petunjuk bahwa kulit sudah terkelupas adalah mulai tumbuhnya
pucuk baru (Rismunandar dan Paimin, 2001)
d. Persiapan Lahan dan Penanaman
Kayu manis dapat tumbuh dalam semak belukar tanpa pemeliharaan yang intensif.
Namun untuk mendapatakan tanaman denganhasil yang optimal tentu perlu dilakukan
persiapan lahan. Biasanyan, lahantentu dibersihkandari kayu- kayu dan rumput- rumputan
liar atau gulma. Setelah lahan diberishkan, lalu dipersiapkan lubang tanam pada jarang
tanam yang dinginkan. Pada penanaman kayu manis dengan sisten monokultur, jarak tanan
yang digunakan petani biasanya cukup rapat, dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m. Namun
dengan menerapkan system tanam monokultur ini maka petani harus melakukan
penjarangan, yaitu pada umur 6 tahun dan 10 tahun.

8
Pada system tanam tumpang sari lahan juga ditanami dengan tanaman jenis lain
sambil menunggu kayu manis menghasilkan. Jenis tanaman yang ummumnya digunakan
sebagai tumpang sari dengan kayu manis antara lain palawija, sayur, buah, kpi, dan
cengkeh. Untuk penaaman system tumpang sari, jarak tanamannya harus lebih lebar. Jarak
tanaman yang harus digunakan adalah 2 m x2 m ; 2,5 m x 2,5 m ; 3m ;4 m x m ; dan 5 mx
5m. Penggunaan jarang tanaman ini tergantung pada jeis tanaman lain yang akan ditanam
(Rismunandar dan Paimin, 2001)
e. Pemeliharaan
Kayu manis tumbuh dihutan tropis dan beradaptasi sangat baik dengan semak
belukar. Pemeliharaan kayu manis tidak terlalu sulit, apalagi kalau di tumpang sari dengan
tanaman palawijaya lainnya. Pada uur lima tahun ranting ranting paling bawah diambi untuk
mempercepat pertumbuhan keatas agar batang menjadi cepat tinggi. Dari batang inilah akan
diproleh kulit kau manis dengan golongan K dam KF (kulit batang ) yang dipanen pada usia
lebih dari 20 tahun.
f. Pemanenan
Panen kayu manis ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan
tumbuhnya pucuk baru. Jika sudah ada tanda – tanda tersebut biasnya sudah cukup banyak
aliran getah antara kayu dan getah sehingga kulit lebih muda terkelupas dan segera dapat
dipanen. Untuk mendapatkan hasil kualitas kayu manis dalam bentuk stick, umur ideal
dipanen adalah 6-12 tahun. Hal ini disebabkan karna kulit kayu manis belum begitu tebal
senhinga kulit kayu manis dapat menggulung dengan biak. Jika ditinjau dengan kandungan
minyak atsiri, maka umur tanaman kayu manis sebaiknya dipanen ketika berusia 20 tahun
karna memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 3 -4,5 persen.
Sistem panen menetukan mutu kulit kayu manis yang dihasilkan, ada empat system panen
yang biasanya digunakan, yaitu:
a. Sistem tabang sekaligus

b. Sistem tumbuk

c. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang

d. Sistem Vietnam
g. Pascapanen
Pengolahan merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan pasca panen Kayu Manis
pengolahan bertujuan untuk mendapatkan produk kayu manis yang siap diperdagangkan.
Kegiatan pengolahan sangat penting sebagai lanjutan setelah kulit kayu manis dipanen dan

9
selanjutnya diproses agar menjadi produk siap dijual. Untuk menghasilkan produk siap
dijual maka pengolahan harus dilakukan dengan baik agar memperoleh produk yang
bermutu baik karena akan mempengaruhi tingkat harga jual.
Pada umumnya kegiatan pengolahan tanaman kayu manis yang dilakukan oleh petani
Hanya berupa penjemuran produk sampai kering. kulit kayu manis oleh petani kulit kayu
manis yang kurang bersih dan pencemaran yang kurang berhasil yang menyebabkan kulit
kayu manis berjamur hal akan berdampak pada kualitas produk yang rendah dan harganya
pun juga rendah. Setelah itu baru dilakukan grading namun tidak semua petani melakukan
grading, tergantung kepada kebutuhan mereka. Petani kebanyakan tidak ingin pusing jadi
mereka mencampur semua kulit yang sudah kering tersebut pada saat dijual.
2.2 Konsep Produksi
Produksi adalah kegiatan pemafaatan dan pengalokasian factor produksi dengan tujua
menambah kegunaan atau menghaslkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Kegunaan atau faedah (utility) suatu barang atau jasa adalah kemampuan barang
ataujasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegunaan barang atau jasa dapat diglongkan
menjadi 5 golongan yaitu:
1. Kegunaan bentuk
Suatu barang menjadi berguna bagi manusia sebab bentuknya memenuhi syarat. Atau
suatu benda menjadi berguna bagi manusia setelah bentuknya diubah untuk
disesuaikan dengan keadaan. Contohnya dari pohon kayu yang ada di hutan diubah
menjadi bentuk kursi, meja, lemari atau meja dan kebutuhan lainnya, kulit kerbau
akan lebih berguna apabila sudah berubah menjadi hiasan dinding atau bentuk
lainnya.
2. Kegunaan tempat
Suatu barang menjadi bermanfaat bagi manusia karena tempatnya atau karena sudah
dipindahkan tempatnya. Contohnya pasir dan batu yang berada di sungai akan
bertambah nilai gunanya apabila pindah ke wilayah permukiman sebagai bahan
bangunan, kapal laut akan berguna di laut daripada di daratan, baju astronaut akan
berguna jika dipakai di bulan daripada di dunia.
3. Kegunaan waktu
Suatu barang menjadi bermanfaat bagi manusia karena segera digunakan atau karena
disimpan dahulu untuk nanti digunakan pada saat yang tepat.Contohnya payung akan
berguna jika digunakan pada saat terik matahari atau dalam keadaan cuaca sedang
hujan, kembang api lebih banyak terjual menjelang hari raya atau tahun baru

10
dibandingkan hari-hari biasa.
4. Kegunaan kepemilikan
Suatu barang menjadi berguna bagi manusia karena barang tersebut dimiliki dan tidak
lagi berguna jika tidak dimiliki.Contohnya gergaji lebih berguna apabila dimiliki oleh
tukang kayu daripada berada di toko, cangkul lebih berguna apabila dimiliki oleh
petani daripada berada di gudang rumah/toko.
2.3 Teori Biaya Produksi
Produksi adalah suatu proses untuk mengubah input menjadi output yang akan
menambah nilai guna suatu barang. produksi merupakan hasil yang diperoleh petani dari
hasil pengolahan atau pengelolaan usahataninya, besar kecilnya keuntungan yang diperoleh
petani diperhitungkan dari produksi (Sugiarto, 2007). Di dalam ekonomi, biaya produksi
memepunyai pengertian yang lebih luas. Biaya imput yang diartikan sebagai balas jasa dari
imput tersebut pada pemakaian terbaiknya. Biaya ini terjemn dari biaya pengorbanan
(opportunity cost).
Biaya pengorbanan terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit
adalah biaya yang dikeluarkan dari modal petani untuk kuulit manis biasanya dicatat secara
akuntansi untuk membeli input.biaya impilist lebih sulit mengukurnya. Biaya ini merupaka
biaya refleksi darri kenyataan bahwa suatu input dapat digunakan ditempat lain atau
memproduksi output lain. Biaya produksi meiliki definisi berbeda dengan biaya
operasional. Bedanya dengan biaya operasional merupakan biaya atau pengeluaran oleh
suatu perusahaan ntuk mendukung system kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Adapun biaya produksi dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
2.3.1 Biaya Produksi Jangka Pendek
Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi jangka pedek. Biaya prosuksi
jangka pendek dirincikan oleh adanya biaya tetap, atau adanya pemakain input tetap selain
dari output variabel. Jangka pendek yaitu jangka dimana sebagian factor produksi tidak
dapat ditambahkan jumlahnya. Biaya produksi dalam jangka pendek ada faktpr produksi
berubah, maka dengan sendiriya biaya produksi ditimbulan oleh proses prosuksi
menyangkut baiya tetap dan biaya variabel (Sukirno, 2008).
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banya sedikit dari
jumlah output bahkann bila sementara produksi dihentikan, maka biaya tetap dikeluarkan
dalan jumlah yang sama sedangkan biaya variabel yaitu biaya besarnya berubah-rubah
tergantung dari banyak sedikitnya output yag dihasilkan. Semakain besar jumlah output
maka semakin besar pula biaya variabel yang dikeluarkan.

11
Menurut penelitian lovi (2018), teori produksi jangka pendek atau suatu factor
berubah adalah teori produksi sederhana menggambarkann tentang hubungan diantara
tingkat luas areal kulit manis digunakan untuk menghailan berbagai tingkat produksi kulit
manis, jenis bibit, harga kulit manis, umur panen kulit manis dan biaya produksi petani kulit
manis. Dalam analisa tersebut bahwa factor-faktor produksi lainya jumlah tetap,yaitu modal
dan tanah dianggap tidak mengalami perubahan. Semua faltor produksi dapat luas areal
kulit manis digunakan untuk mengasilkan berbagai tingkat produksi kulit manis, jenis bibit,
harga kulit manis, umur panen kulit manis dan biaya produksi petani kulit manis di Desa
Siulak Deras Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.
2.3.2 Biaya Produksi Jangka Panjang
Perbedaan antara biaya dalam jagka pendek dan jangka panjang tidaklah ditentukan
oleh waktu kalender tetapi lebih merujuk pada fungsi produksi (Sugiarto, 2017). Fungsi
produksi dinyatakan dalam berada jangka pendek jika didalam produksinya masih
menggunakan input tetap dan disebut jangka panjang tergantung dari biaya tetap dapat
diubah menjadi biaya variabel, disesuaikan drngan tingkat produksi. Menurut lovi (2018),
jangka panjang semua input yang diperlakukan sebagai input variabel. Maka dalam konsep
jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya variabel, (variabel cost) tidak ada biaya
tetap.
Jangka panjangdalam pengertian ini tidak terkait dengan waktu, penyebutan jangka
panjanng oleh para ekonom menandai suatu proses produksi sumberdaya digunakan tidak
ada lagi bersifat tetap.semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi berdifat
variabel atau jumlahnya dapat berubah- ubah. Produksi jangka panjang meungkinkan petani
kulit manis mengubah skala produksi( tingka tproduksi) dengan cara mengubah, baik
menambahkan maupun mengurangi jumlah fakto-faktor produksi kayu manis.
2.4 Konsep Pendapatan Usaha tani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang
dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara
penerimaan dengan semua biaya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
yang peroleh dengan harga jual. Pendapatan usahatani menurut gustiyana (2004), dapat
dibagi menadi dua yaitu: (1). Pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diperoleh petani
dalam usaha tani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau
pertukaran hail produksi yang dinilaid dalam rupiah berdasarkan harga persatuan berat pada
saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh
petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya

12
produksi meliputi biaya rill tenaga kerja dan biaya ril sarana produksi.
Berdasarkan uraian diatas, maka pendapatan dari seorang petani adalah nilai dari
seluruh faktoor produksinya atau sumber-sumber yang dimiliknya, sebagai alat untuk
memperoleh barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan kehidupanya dan keluarganya dari
hasil usahatani. Ini mengandung suatu pengertian bahwa tinggi rendahnya suatu tingkat
kehidupaan seseorang ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan dari petani yang
bersangkutan.
Berikut ini adalah konsep pendapatan(income):
a) Pendapatan dari Gaji dan Upah

Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar
gaji/upah seseorang secara teoritis sangat tergantung dari produktivitasnya.
b) Pendapatan dari Aset Produktif

Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaanya.
Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset finansial ( Financial assets).
c) Pendapatan dari Pemerintah

Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan yang diterima
bukan sebagai balas jasa atas input yang diberikan.
2.4.1 Konsep Pendapatan Rumah Tangga Petani
Indikator pendapatan terdiri dari :
1. Untuk memenuhi kebutuhan rkonomi rumah tangga
2. Untuk memenuhi dari biya produksi
Pendapatan rumah tangga terdiri dari tiga sumber, yaitu suami, istri dan sumber lain
nya. Mardiana dan irawan (2014) menyatajkan pendapatan rumahtangga dalam hiting
dengan:

TPRN = PN + PAN + PIN


Keterangan:

TRPN = pendapatan rumah tangga PN = pendapatan suami


PAN = pendapatan istri

PIN = pendapatan sumber lain


2.4.2 Karteristik Pendapatan Petani

Menurut Askar jaya (2009), Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga
golongan, yaitu :

13
1. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu atau
satu bulan.
2. Pendapatan dari usaha sendiri merupakan nilai total dari hasil produksi yang
dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik
sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini
biasanya tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari usaha lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan
tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampingan, antara lain pendapatan dari
hasil menyewakan aset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain,
pendapatan pensiun, dan lain-lain.
Sedangkan macam-macam pendapatan menurut perolehannya dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Pendapatan kotor adalah hasil penjualan barang dagangan atau jumlah omzet
penjualan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya lain.
2. Pendapatan bersih adalah penerimaan hasil penjualan dikurangi pembelian bahan,
biaya transportasi, retribusi, dan biaya makan atau pendapatan total dimana total dari
penerimaan (revenue) dikurangi total biaya (cost).
2.5 Hubungan Antar Variabel
2.5.1 Hubungan Luas Lahan Terhadap Pendapatan
Pemanfaatan luas lahan sangat penting untuk membantu meningkatkan produksi
pertanian. optimalisasi lahan serta mekanismenya yang baik diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas dan indeks pertanian. Semakin besar luas lahan semakin lebih
efisien jumlah produksi yang besar . Lahan merupakan nilai ekonomis yang sangat tinggi di
dukung dengan tanah yang subursehingga produksi akan semakin maksimal.
Sejalan dengan pertambahan luas lahan, maka produksi perkebunan juga mengalami
kenaikan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas lahan tanaman yang produktif
sebagai akibat dari hasil hasil kegiatan peremajaan dan pengawasan bahan pembangunan
perkebunan. Luas panen perkebunan di Kalimantan Timur pada tahun 2015 kurang lebih
sebesar 385,674,00 ha yang terbagi menjadi 15,800,00ha dari hak milik perkebunan besar
pemerintah 151,540,00 ha milik perkebunan besar swasta dan sisanya sebesar 218.334,00
adalah perkebunan rakyat.

14
2.5.2 Hubungan Jumlah Tanaman Terhadap Pendapatan
Jumlah tanaman merupakan factor penting dalam pembudidayaan kulit kayu manis (
Caasiavera) dengan mengandalkan penggunaan tanah dan atau media lainnya di suatu lahan
untuk membesarkan tanaman dan lalu menamnen bagian kulitnya yang bernilai ekonomi.
Focus penting dari jumlah tanaman kayu manis (Cassiavera) adaalh menambah nilai
kuallitas tanaman dengan upaya membudidayakan tanaman kulit kayu manis (Cassiavera)
sehingga daptan dijadikan sumber pendapatan oleh masyarakat.
Dalam pertanian, budidaya merupakan kegita terencana pemeliharaan sumber hayati
yang dilakukan pada suatu areal tanama untuk diambil manfaat atau hasil panennya.
Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Kegiatan budidaya dapat
dianggap sebagai inti dari usaha tani . kegiatan budidaya tanaman ysng dilakukan dengan
media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanan ( bahasa belanda ; akkerbow). Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, budidaya adalah usaha yang bermanfaat dan memberi hasil
(Muhammad Rosyid, 2019)
2.5.3 Hubungan Harga Terhadap Pendapatan
Harga berpengruh langsung terhadap pendapatan. Naiknya harga kulit manis
ditingkat petani maka pasar juga ikut bergairah yang akan berdampak pada pendapatan
pekebun kulit kayu manis yang lebih tinggi . Ketika harga kulit manis membuat para petani
tidak bersemangat dalam mengurus kebun kayu manisakibatnya kebun menjadi belukar dan
tidak terurus yang secara langsung akan berdampak pada penurunan jumlah pendapatan
petani kulit kayu manis (Cassiavera).
Lupiodi dan Hamdani (2006), dengan kata lain dengan tingkat harga yang ditetapkan
mempengaruhi kualitas barang yang dijual, kuantitas barang yang dijual berpengaruh
terhadap biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan pengadaan barang bagi
perusahaan manufaktur. jadi harga berpengaruh terhadap pendapatan total dan biaya total,
sehingga Pada akhirnya harga berpengaruh terhadap laba usaha dan jumlah produksi.
Semakin tinggi harga yang ditawarkan produsen semakin tinggi Jumlah pendapatan yang
diperoleh dan jumlah produksi kulit manis (Cassiavera) juga akan meningkat.
Menurut penelitian Ashari (2006), pada bulan Februari harga kulit manis di tingkat
pedagang pengumpul sekitar 3.800 untuk kulit manis tipe AA sampai dengan RP. 1.800
untuk kulit manis kering KC (tabel4). bervariasinya harga kulit manis tergantung atas jenis
dan kualitas kulit manis tersebut.semakin bagus kualitas yang ditawarkan oleh kulit manis
maka semakin tinggi harga yang akan diterima. Harga untuk kulit manis basah atau kualitas
rendah setengah dari harga kulit manis kering. Rendahnya harga ditingkat petani ini

15
menyebabkan petani kulit manis tidak termotivasi lagi untuk melaksanakan usaha pada
tanaman perkebunan ini. Hal ini dikarenakan biaya fungsi produksi yang dikeluarkan
sampai tanaman tersebut menghasilkan Lebih besar dibandingkan keuntungan yang
diharapkan oleh petani.
2.5.4 Hubungan Biaya Produksi Terhadap Pendapatan
Petani Seringkali membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima
sewaktu panen dengan biaya yang harus dikeluarkan nya. Hasil ekonomi yang diperoleh
petani melalui produksi saat panen merupakan penerimaan, sedangkan biaya yang
dikeluarkan disebut biaya produksi. Selisih antara penerimaan dan biaya produksi
merupakan pendapatan perkapita bersih petani ( Suratiyah, 2008).
Pada umumnya diasumsikan bahwa semakin besar luas lahan maka tingkat produksi
yang diperoleh maka semakin besar . Akan tetapi penggunaan lahan yang semakin besar
memiliki konsekensi penggunaannya biaya perusahaan seperti biaya bibit, biaya
pupuk,biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar pula
( Prayoga, 2010). Pemanfaatan biaya pengusahaan secara maksimal dapat membuat petani
mencapai tingkat produksi Cassiavera yang mksimal pada setiap luas lahan yang digunakan
untuk berusahatani (Dewi dkk, 2012).
Biaya Produksi ditujukan pada peningkatan produksi kayu manis (Cassiavera).
Produksi dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan petani karena tingkat produksi. petani
Kayu Manis (Cassiavera) membutuhkan tenaga. Hal tersebut akan mengakibatkan biaya
total yang dikeluarkan petani semakin tinggi, produksi kayu manis (Cassiavera) juga ikut
tinggi
2.6 Penelitian Terdahulu
Fikri Husnul, (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Analisi Pendapatan Petani
kayu Manis Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan Raya Malak. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh pembangunan jalan raya malak terhadap pendapatan, produksi, luas
lahan, dan harga. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jalan raya
(X1), Produksi (X2), luas lahan (X3), dan Harga (X4). Sedangkan variabel independennya
adalah Pendapatan (Y). Penelitian ini menggunakan data primer yang diambil dengan cara
survey dan wawancara, data diolah menggunakan metode regresi linear berganda. Dari
penelitian ini, menunjukkan hasil bahwa pembangunan jalan raya berpengaruh negatif
terhadap tiga variabel, yaitu variabel pendapatan, luas lahan, dan produksi. Sedangkan
variabel harga berpengaruh positif terhadap pendapatan
Ziko mandala, (2017) dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan dari penelitiannya yang

16
berjudul Analisis Pendapatan Petani Kulit Manis Studi Kasus Kelurahan Desa Lempur
Tengah Kecamatan Gunung Raya Provinsi Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis
faktor modal,tingkat harga kulit manis,luas lahan, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat
penididikan petani mempengaruhitingkat pendapatan. Adapun variabel yang digunakan
ialah Modal (X1), Harga (X2), Luas Lahan (X3) Tanggunga Keluarga Dan Pendidikan. Dari
penelitian ini meenunjukan hasil bahwa variabel independen berpengaruh secara signnifikan
terhadap variabel independen.
Yudha Analtha, (2018) dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Modal
Dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Kulit Manis dii Desa Dusun Baru Siulak Kecamatan
Siulak Kabupaten Kerinci. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh modal dan
tenaga kerja secara parsial maupun simultan terhadap produksi kulit kayu manis dan untuk
mengetahui besarnya pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap produksi kayu manis.
Variabel dependen yang digunakan dalam peelitan ini adalah Modal(X1), Tenaga Kerja
(X2). Sedangkan variabel independen yang digunaknn adalah Produksi (Y). Dari hasil
penelitian ini menunjukan hasil bahwa : Pertama secara parsial modal tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi kayu manis. Kedua, Secara parsial tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap produksi kayu manis. Ketiga, Secara simultan modal dan tenagakerja
bepengaruhsignifikan terhadap produksi kayu manis.
Sintia Putri, (2017). Dalam penelitian yang berjudul Pengembangan Komoditas Kayu
Manis Terhadap Perekonomian Wilayah Lempur Mudik Kecamatan Gunung Raya
Kabupaten Kerinci. Penelitian ini bertujuan untuk : Pertama menentukan apakah komoditas
kayu manis merupakan basis ekonmi di Desa Lempur Mudik Kecmata Gunung Raya
Kabupaten Kerinci. Kedua Menganalisis peran pengganda pendapatan (multilier
effectofincone) pengemanga komoditas kayu manis terhadap perekonomian wilayah di
Desa Lempur Mudik Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci. Variabel yang
digunakan dlaam penelitian ini adalah Luas, produksi, produktivi tas, jumlah KK. Dari hasil
penelitian menunjukanhasil bahwa: modal dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap
produksi kayu manis. Pertama, Pemanfaatan sumber daya sebagai factor produksi yang
erintegrasi dengan teknologi dan nilai- nilai sosial budaya dimasyarakat dapat
memperngaruhi prningkatan nilai tambah dan pendapatan masyarakat dalam mendorong
pertubumbuhan ekonomi di Desa Lempur Mudik Kecamatan Gunung Raya Kabupaten
kerinci. Kedua, dalam konteks pegembangan ekonomi wilayah, sector pertanian, kehutanan,
dan perikanan merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB kabupaten kerinci tahun 2014
dengan kontribusi 55 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 pada kategori terbesar

17
adalah pada subkategori perkebuan yaitu sebesar 18,12 persen.
Nurhayani & Rosmeli (2019). Penelitian ini berjudul Guncangan Harga Dan Pangsa
Pasar Ekspor Kayu Manis di Kabupaten Kerinci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis pengebab terjadinya guncanga harga kayu manis, posisi pangsa pasar
ekspor kayu manis dan strategi pengembangan kayu manis di Kabupaten Kerici. Variabel
yang digunakan pada penelitiani ini adalah Luas pangsa pasar, kualitas kayu mais, luas
lahan, jarak lokasi penanaman dengan distribusi penjualan, harga, peluang utama kayu
manis. Hasil penelitian ini menunjukan hasil bahwa: Pertama, Tahun 1990 sampai tahun
2007 harga kayumanis berkisar Rp. 2.000/Kg sampaidengan Rp. 2.500/Kg. hal ini
mengakibatkan banyak petani yang tidak memanen kayu manis atau bahkan banyak yang
mendiversifikasi lahan mereka dengan tanaman semusim untuk memenuhi kebutuha hidup
sehari- hari. Kedua, Harga kayu manis mulai naik pada kisaran tahun2013 dengan kualitas
bagus yaitu kisaran Rp.1.700,-/Kg. selain naik nya kusr dolar amreika serikat terhadap
rupiah, harga diduga naik karena pasokan kayu manis berkurang akibat harga rendah,
semrntara permintaan pasar meningkat.Ketiga, Petani mengahadi berbagai masalah dalam
perkebun kayu manis.
Anggraesi, J., Ismono, R. H., & Situmorang, S. (2020 Penelitian ini berjudul Pendapatan
dan Factor- Faktor Yang Memperngar uhi Produksi Ubi Kayu Manis dan Ubi Kayu Pahit di
Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis factor-faktor yang mepengaruhi produksi, persentase sumbangan pendapatan
usahatani terhadap pendapatan antara ubi kayu manis dan ubi kayu pahit di Kecamatan
Seputih Banyak Kabupaten Lempung Tengah. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Luas lahan,Bibit,Pupuk NPK, Pupukurea, Pupuk SP 36,Pupuk kandang, Tenaga
Kerja, Umur panen dan Musim Panen. dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa: Pertama,
Tahun 1990 sampai tahun 2007 harga kayumanis berkisar Rp. 2.000/Kg sampai dengan Rp.
2.500/Kg. Hal ini mengakibatkan banyak petani yang tidak memanen kayu manis atau
bahkan banyak yang mendiversifikasi lahan mereka dengan tanaman semusim untuk
memenuhi kebutuhan hidup kayu pahit menyumbang sebesar 75,01% dari total pendapatan
rumah tangga ubikayu pahit, tetapi pendapatan usahatani kayu manis menyumbang sebesar
6,95% dari total pendapatan petani ubi kayu manis di Kecamatan Seputih Banyak di
Kabupaten Lampung Tengah.
Muhamm Rizki, Yunita Sopiana (2021). Penelitian ini berjudul Pengaruh Harga
Jual, Trasportasi Dan Biaya Terhadap Pendapatan Petani Kayu Manis (Cinnamomu m
Verum) Di Kecamatan Loksado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

18
menganalisis bagaimana pengaruh variable harga jual, jarak dan biaya terhadap pendapatan
petani kayu di Kecamatan Losado. Variabel yang digunakan dalam penelitan ini adalah
Harga Jual,Jarak, Biyadan Pendapatan. Dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa:
variable bebas harga jual, dan biaya yaitu berpengaruh secara simultan dan secara parsial
masing masing variable nya berpengaruhterhadap pendapatan petani kayu manis dan
untukvariable jarak tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kayu manis.
Yulmi Nur Asrimi, Siti Hodijah, Nurhayani (2021). Penelitian ini berjudul Analisis
Ekspor Kayu Manis Indonesia Ke Amerika Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengnalis perkembanganvolume ekspor kayu manis Indonesia ke Amerika Serikat, harga
kayu manis ekspor dan nilai tukar danproduksi kayumanis domestik sertamenganalisis
pengaruhnya. Variabel yang digunakn pada penelitian ini adalah harga, nilai tukar,biaya
produksi dan eksporkayu manis. Dari penellitian ini menunjukan hasi bahwa: secara
simultan harga kayu manisekspor, nilai tukar dan biaya produksi kayu manis domestic
berpengaruh signifikan terhadap eskpor kayu manis Indonesia ke Amerika Serikat. Secara
parisal nilai tukar dan produksi kayu manis domestic berpengaruh signifikan tetapi harga
kayu manisekspor tidak berpengaruh terhadap ekspor kayu manis Indonesia ke Amerika
Serikat.
Firlawanti Lestari Baguna & Fatmawati khairun ( 2021). Penelitian ini berjudul
Analisis Nilai Rantai Dan Kontribusi Pendapatan Terhadap Pemanfaatan HHBK
KayuManis Dipulau Tidore. Tujian dari penelitian ini untuk menganalisis rantai nilai dan
kontribusi Hasil Hutan Bukan Kayu Manis terhadap pendapatan petani. Variabel yang
digunakan pada peelitian ini adalah HHB Kayu Manis, Kontribusi Pendapatan, Pemanfaatan
& Rantai Nilai. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat aktor aktor yangterlibat
dalam ratai nilai yaitu petani, petani pengumpul, pedagang pengimul da tengkulak . produk
kayu manis yang dimamnfaatkan oleh petani yaitu HHBK kayu memberikan kotrib usi
terhadap pendapatan petani sebesar 0,31% yang menunjukan kontribusi pemanfaatan kayu
manis dengan produk stik gulungan kering cukup kecil dari pendapatan totalpetani namun
mmeberikan pengaruh terhadap pendapatani Petani.
Maya Sari (2019). Penelitian ini berjudul Kotribusi Pendapata Tenaga Kerja Wanita
Pada Industry Kayu Manis Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus) Air Joman Baru
Kecamatan Air Joman. Tujuan penelitian iniyaitu untuk mengetahui keterlibatan tenaga
kerja wanita terhadap industry kayu manis dan melihat berapa besarnya kontribusi
pendapatan tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga di Desa Air Joman Baru
Kecamatan Air Joman. Variabel yang digunakan pada penelitian ini addalah Industry Kayu

19
Manis, Tenaga Kerja Wanita, Keterlibatan Tebaga Kerja Wanita, Pendapatan Tenaga Kerja
Wanita, Kontribusi Pendapatan Dan Pendapatan Keluarga. Dari penelitian ini menunnjukan
bahwa: Pertama, Keterlibatan tenaga kerja wanita pada industry kayu manis hanya pada
pengemasan dan penyususnan. Kedua, Rata-rata pendapatan yang diterima pekerja wanita
sebesar Rp. 548.803. pendapatan ini jauh dari upah minimum regional (UMR)namum
pendapatan inisangat membantu perekonomian keluarga yang berkontribusi sebesar 24%
walaupun termasuk kriteria kontribusi kurang (20,00-30,00%).
Deo Leko Pudakay, Rusdarti, P.Eko Prasetyo (2018) . Penelitian ini berjudul
fficency Analysis of Rice Production and Farmers' Income in Sengah Temila District
Landak Regency . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Analisis produksi menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan regresi
linier berganda. Analisis efisiensi teknis menggunakan fungsi produksi frontier dengan
Stochastic Frontier Analysis (SFA). Analisis efisiensi alokatif menggunakan analisis
komparatif nilai produk marjinal dan harga input. Analisis efisiensi ekonomi menggunakan
kombinasi efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Hasil dari penelitian menunjukan hasil
bahwa Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi adalah luas lahan,
bibit, pestisida dan tenaga kerja sedangkan faktor pupuk tidak berpengaruh nyata karena
jumlah pupuk yang dibutuhkan lebih sedikit. Luas lahan merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi tingkat produksi. Efisiensi teknis belum efisien tetapi mendekati efisien
dengan koefisien 0,96. Inefisiensi teknis karena jumlah pupuk kurang dari kebutuhan dan
melebihi kapasitas lahan. Berdasarkan efisiensi alokatif, usahatani padi jauh dari efisien
karena tingginya harga faktor produksi terutama pupuk dan tenaga kerja dengan koefisien
19,24. Efisiensi ekonomi tidak efisien dengan koefisien 18,38. Pendapatan petani adalah
Rp1.385.900,00 per rumah tangga per bulan. Pendapatan petani lebih rendah dari Upah
Minimum Regional (UMR) Kabupaten Landaktahun2017sebesarRp2.000.920,00.
H D Ernawati, dkk (2020) . Penelitian ini berjudul Analysis of independent oil palm
farming income after replanting in Muaro Jambi District. Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis pendapatan usahatani kelapa sawit mandiri setelah dilakukan peremajaan di
Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif . Hasil Penelitian ini menjelaskan bahwa
perkebunan rakyat Perkebunan swasta Kajian ini menunjukkan bahwa masih banyak petani
di wilayah studi yang hanya membudidayakan kelapa sawit sebagai sumber pendapatan
utama (43,3%). Petani memiliki 2 lahan, yaitu lahan yang telah ditanami kembali adalah
lahan yang telah ditanami kembali oleh petani atau lahan pada saat bermitra dengan

20
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah dilakukan penanaman kembali pada tahun
2011, 2012, dan 2019. Sedangkan lahan non replanting yang dibeli atau dibuka oleh petani
secara swadaya dan mandiri masih dalam usia tanaman sawit produktif. Pendapatan yang
diperoleh petani dari lahan yang telah ditanami kembali adalah Rp. 22.229.912/ tahun dan
dari lahan yang belum ditanami adalahRp.15.840.852/tahun.
S R Menggala & P V Damme (2018). Penelitian ini berjudul Improving Indonesian
cinnamon (c. burmannii (Nees & t. nees) Blume) value chains for Greater Farmers Income.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan variabel-variabel yang dapat meningkatkan
kesejahteraan petani kayu manis. Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan
informan kunci. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa hampir 90% petani kecil di
Talang Kemuning, Kerinci memiliki sumber pendapatan lain untuk mendukung
penghidupan mereka. Mereka bekerja sebagai buruh di perkebunan karet, pembantu rumah
tangga di Malaysia, dan berbagai jenis kerja keras lainnya. Temuan menunjukkan bahwa
ada dua kendala utama yang teridentifikasi, yaitu masalah on-farm dan off-farm. On-Farm
Issues di Kerinci Berdasarkan aliran rantai nilai, pada tahap pertama, terdapat sumber salak
yang diperoleh petani kecil yang kurang memiliki kompetensi dan pengetahuan tentang
praktik pertanian. Terbukti bahwa mereka adalah satu-satunya tebang habis tanpa
penanaman kembali pohon baru. Isu Off- Farm di Kerinci Kendala dalam proses
pascapanen kayu manis muncul karena regulasi, standar, undang-undang serta aturan &
norma informal yang tidak mendukung perbaikan rantai nilai. Pemerintah Provinsi Jambi
seharusnya mengeluarkan kebijakan bahwa kayu manis tidak boleh dijual sebagai bahan
baku (kulit kayu) tetapi harus diolah melalui pabrik penggilingan kayu manis untuk
meningkatkan nilainya sehingga dapat dijual baik di pasar lokal maupun internasionl.

21
2.7 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Kerinci

Kayu Manis

Kecamatan Gunung Kerinci

Desa Siulak Deras Mudik

Regresi Berganda Dengan Model OLS

Jumlah Biaya
Luas Lahan Harga
Tanaman Produksi
(X1) (X3)
(X2 ) (X4)

Pendapatan
Desa Siulak Deras Mudik merupakan suatu dasar akan hasil pertanian dan
perkebunan khususnya kulit kayu manis. Dengan memiliki tanah yang subur sehingga
cocok untuk melakukan kegiatan pertanian dengan berbagai macam jenis tanaman baik kulit
manis, sawah, kopi, cabe, dan jenis sayur-sayuran. Masyarakat hampir rata-rata melakukan
kegiatan di bidang pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi masyarakat melakukan
penanaman kulit manis di era perkebunan miliknya dilihat dari aspek pengolahan meskipun
membutuhkan waktu cukup panjang untuk melakukan proses pemanenan Kulit manis dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor pendapatan seperti luas lahan, jenis bibit, harga ,umur panen,
dan biaya perusahaan yang mencukupi biaya bibit, obat-obatan, pupuk, dan tenaga kerja.
Luas lahan penanaman kulit manis tidak mengalami pertambahan namun harga kulit manis
mengalami kenaikan sesuai dengan jenis bibit yang digunakan. Sehingga bepengaruh
terhadap kualitas kayu manis. semakin panjang umur maka akan menghasilkan kualitas baik
sehingga produksi kulit manis semakin meningkat . Petani kulit manis melakukan
pemanenan meskipun belum semua kulit memasuki usia pemerintahan . Dalam penelitian
ini, variabel yang digunakan antara lain : Luas lahan (X1), Jumlah tanaman (X2), Harga
(X3) dan Biaya Produksi (X4), sedangkan variabel independenya adalah Pendapatan (Y).
Berdasarkan rumusan masalah, metode penelitian dan tujuan penelitian, maka kerangka
pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

22
2.8 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah rumusan masalah dan skematika kerangka
pemikiran teoritis diatas maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini sebagai
berikut: Diduga bahwa biaya produksi, hasil produksi dan harga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Jumlah pendapatan pekebun kayu manis di desa siulak deras mudik.

23
24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian didasarkan pada data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tanpa ada perantara atau
data yang diperoleh secara langsung dilapangan oleh peneliti. Pengumpulan data diperoleh
dari hasil upaya untuk menganalisis pendapatan petani kayu manis didesa Siulak Deras
Mudik. Dalam hal ini sumber data primer yaitu sebagai berikut :
1) Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
2) Dinas perkebunan Kabupaten Kerinci
3) Petani Kayu Manis
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak landing atau melalui
perantara. Dalam hal ini peneliti memperoleh data-data dari sumber internet beberapa jurnal,
skripsi laporan, tesis, disertai serta kajian dan dokumen yang bekaitan dengan penelitian.
3.2 Metode Penarikan Data
Data adalah sekumpulan inforasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
terhadap responden petani kayu manis di desa Siulak Deras Mudik dikumpulkan untuk
diambil kesimpulan sehingga bisa dijadikan dakam bentuk narasi deskriptif.
Untuk penelitian data primer dalam penelitian ini menggunakan metode Simple
random sampling, dengan melakukan penarikan sampel. Sampel dalam penelitian ini data
primernya diperoleh dengan metode sebagai berikut :
4) Obsevasi

5) Kuisioner

6) Wawancara (Interview)

7) Metode Dokumentasi
3.3 Metode Penarikan sampel
Setelah ditetapkan lokasi untuk dijadikan daerah penelitian, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel. Populasi penelitian ini adalah semua petani
kayu manis didesa Siulak Deras Mudik. Sampel adalah sebagian yang diambil dari
keselurahan objek yang diteliti dan dianggap mewakali seluruh populasi. Sampel dalam
penelitian ini petani kayu manis di desa Siulak Deras Mudik, Kecamatan Gunung Kerinci,
Kabupaten Kerinci.
Menurut Arikunto, (2016) apabila subjeknya < 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya >
100, dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% dari jumlah populasi.
Karena pertimbangan tenaga, dana dan waktu serta hambatan menemui responden
sesuai jadwal, maka penulis mengambil sampel dengan standar error 10%, jumlah sampel
diambil dengan menggunakan rumus Slovin. Hal ini mengacu pada pendapat Suharsimi
Arikunto, (2016) bahwa teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin apabila
populasi sudah diketahui. Populasi penduduk desa siulak deras mudik yang bekerja
sebagai petani kayu manis pada tahun 2021berjumlah 300 petani. Berdasarkan jumlah
diatas,apabila dilakukan penarikan sampel, dengan mnenggunakan rumus Slovin. Maka
jumlah sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Dimana:

n = ukuran sampel

N = jumlah populasi

e² = tingkat kesalahan yang ditoleril, e dalam rumus 10%

Maka

Dari hasil perhitungan metode slovin maka diperoleh nilai sampel yaitu 75 orang.
Sampel dalam penelitian meliputi petani sekaligus pekerja sebagai petani kayu manis (
Cassiavera) di Desa Siulak Deras Mudik Kabupaten Kerinci.
3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif untuk mendeskripsikan hasil survei lapangan yang dilakukan
dengan memberi daftar pertanyaan kepada para petani kayu manis (Cassiavera) yang
menjadi responden, daftar pertanyaan tersebut berupa usia petani, pendidkan petani, status
petani, status perkerjaan, penghasilan petani dan perttanyaan lain yang diperlukan. Analisis
ini digunakan untuk menjawab rumusan pertama yang mengenai bagaimana kondisi
( karakteristik) petani kayu manis (cassiavera) di desa siulak deras mudik, kabupatan
kerinci. Untuk melihat karkteristik sosial ekonomi sebagai ditentukan, lebih lengkap dapat

25
dilihat pada lampiran proposal ini.
3.4.2 Analisis Kuantitatif
Metode analisis ini digunakan untuk menjawab pertanyaan keterkaitan suatu keadaan
atau persoalan yang didukung oleh fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang
dianalisis. Analisis ini digunakan untuk melihat secara empiris sejauh mana pengaruh
variable bebas (luar area dan jumlah petani) terhadap variable tidak bebas(produksi kayu
manis). Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variable bebas
dengan variable tidak bebas, apakah masing-masing variable berhubngn positif atau negatif
terhadap variable tidak bebas. Penelitian ini menggunakan analisis regresi beganda dengan
model ordinaryleast square (ols) dengan fungsi persamaan:
Pkm=ƒ(luas lahan, jumlah tanaman, harga, biaya dan produksi)…......................(3.1)
Metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linear berganda dengan
persamaan umum sebagai berikut ( junaidi, 2015):
Y = β0+β2X1+β2X2+β3X3+β4X4....................................................................................(3.2)

Persamaan tersebut kemudian di transformasikan kedalam bentuk semi log ( linear


log) dengan fungsi persamaan sebagai berikut:
PP β0+β1LH +β2JT+β3H+β4BP...................................................................................(3.2)

Dimana :
Pp = Pendapatan
β0 = Konstanta

β1,β2, = Koefisien Elastisitas

LH = Luas Lahan

JT = Jumlah Tanaman

H = Harga

BP = Biaya Produksi

e = Error Tern

3.5 Uji Asumsi Klasik


Tahapan pertama pelaksanaan analisis pada penelitian ini melalui uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik ini merupakan uji prasyarat yang dilakukan sebelum melakukan analisis
lebih lanjut terhadap data yang telah dikumpulkan. Pengujian asumsi klasik ini ditujukan

26
agar dapat menghasilkan model regresi yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator). Model regresi yang memenuhi kriteria BLU E dapat digunakan
sebagai estimator yang terpercaya dan handal dimana estimator tersebut dinyatakan tidak
bias, konsisten, berdistribusi normal dan juga efisien. Untuk mengetahui apakah model
regresi yang akan digunakan telah memenuhi kriteria BLUE maka perlu dilakukan
serangkaian pengujian yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas,
dan Uji Autokorelasi yang akan dibahas lebih lanjut satu per satu pada bagian selanjutnya.
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk dapat menguji apakah data yang akan digunakan
untuk uji hipotesis yaitu data dari variabel dependen dan independen yang digunakan telah
berdistribusi secara normal ataukah tidak. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal
atau tidak, dalam penelitian ini menggunakan uji dengan analisis statistik yaitu uji
Kolmogrov-Smirnov. Pada pengujian Kolmogrov- 23 Smirnov ini. Data dikatakan
memenuhi uji normalitas dan memenuhi kriteria dari BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) apabila data dinyatakan berdistribusi dengan normal. Untuk mengetahui apakah
data penelitian memiliki distribusi yang normal atau tidak melalui uji Kolmogrov-Smirnov
yaitu berdasarkan asumsi berikut:
1. Data dikatakan berdisitribusi normal apabila pada hasil uji

KolmogrovSmirnov terhadap nilai residual dari analisis regresi linier berganda,


dihasilkan nilai signifikansi yang besarnya > 0,05.
2. Data dikatakan tidak berdisitribusi normal apabila pada hasil uji KolmogrovSmirnov
terhadap nilai residual dari analisis regresi linier berganda,
3.5.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini ditujukan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel
bebasnya berhubungan secara linier atau saling berkorelasi. Model regresi dinyatakan
memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) apabila tidak terdapat
multikolinieritas. Multikolinieritas dapat diketahui melalui beberapa pengujian salah
satunya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menghitung nilai VIF dan
Tolerance dari masing- masing variabel bebas. Untuk mengetahui apakah pada data
penelitian mengandung multikolinieritas atau tidak, dapat didasarkan pada asumsi berikut:
3. Apabila nilai VIF>10 dan nilai Tolerance 0
4. maka data dapat dikatakan tidak mengandung multikolinieritas
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk dapat menguji apakah model regresi

27
memiliki keragaman error yang sama atau tidak. Asumsi keragaman error yang sama ini
disebut dengan homoskedastisitas, sedangkan heteroskedastisitas yaitu terjadi jika
keragaman nilai errornya tidak konstan atau berbeda. Hendaknya untuk dapat memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), nilai error pada setiap pengamatan
nilainya konstan. Apabila pada data setelah dilakukan pengujian dinyatakan mengandung
heteroskedastisitas maka terjadi penyimpangan syarat asumsi klasik, dimana terdapat syarat
dalam kriteria BLUE (BestLinier 25 Unbiased Estimator), model regresi harusnya tidak
mengandung. Heteroskedastisitas dapat dideteksi melalui beberapa pengujian salah satunya
yaitu Uji Gletser dimana melakukan uji regresi variabel bebas pada nilai residual yang telah
diabsolutkan. Nilai residual ini dihasilkan melalui analisis regresi linier berganda pada data
penelitian. Untuk mengetahui apakah pada data mengandung heteroskedastisitas atau tidak,
dapat didasarkan pada asumsi berikut:
5. Apabila dari hasil uji gletser ditemukan bahwa nilai signifikansi dari variabel
independen terhadap nilai absolut residual < taraf signifikan yang ditentukan
(0,05), maka data dapat dikatakan mengandung heteroskedasitisitas .
6. Apabila dari hasil uji gletser ditemukan bahwa nilai signifikansi dari variabel
independen terhadap nilai absolut residual > taraf signifikan yang ditentukan
(0,05), maka data yang digunakan dalam penelitian dapat dikatakan tidak
mengandung heteroskedasitisiter
3.5.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk dapat menguji model regresi yang akan digunakan,
apakah terdapat korelasi antara error pada pengamatan satu dengan error pada pengamatan
sebelumnya atau tidak. Apabila terjadi korelasi antarpengamatan dalam runtut waktu, maka
dapat dikatakan ada problema autokorelasi. Data dinyatakan memenuhi kriteria BLUE (Best
Linier Unbiased Estimator) apabila pada data dinyatakan tidak mengandung autokorelasi.
Untuk mengetahui apakah dari data yang ada terdapat autokorelasi atau tidak, dapat
menggunakan uji Runs 26 Test. Berdasarkan uji runs, data dikatakan mengandung
autokorelasi atau tidak berdasarkan asumsi dibawah ini:
7. Apabila hasil uji runs menunjukkan bahwa nilai signifikansi < taraf signifikan
yang ditetapkan (0.05), maka dapat dikatakan data penelitian mengandung
autokorelasi.
8. Apabila hasil uji runs menunjukkan bahwa nilai signifikansi > taraf signifikan
yang ditetapkan (0.05), maka dapat dikatakan data penelitian tidak mengandung
autokorelasi.

28
3.6 Uji Hipotesis
3.6.1 Uji Bersama-sama/keseluruhan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independent


dimasukan dalam model mempunyi pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap
variabel dependen.
Statistik uji yang digunakan pada pengujian simultan adalah uji F dengan rumus
sebagai berikut:

Dimana :

R = Koefisien Relasi Berganda

n = Jumlah Sampel

k = Banyakya Kompenen Variable Bebas

Mengetahui variabel independen terhadap variabel dependen secara bersmaa- sama


digunakan uji F dengan rumus hipotesis sebagai berikut :
H0 :β1 = β2 = β3 = 0 yaitu semua variabel idependen tidak berpengaruh
variabel depeden secara bersama-sama.
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 yaitu semua variabel independen berpengaruh
variabel dependen secara bersma- sama. Artinya perubahan yang terjadi pada variabel
terkait tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikan
yang digunakan yaitu 0,5%.
Untuk F kriteria yang digunakan adalah :
H0 : ditolak jika Sig F hitung < α ( tingkat signifikan yang digunakan)
H0 : diterima jika Sig F hitung < α ( tingkat signifikan yang digunakan)
Asumsi bila terjadi penolakan H0 dapat diartikan sebagai adanya pengaruh sebagai
variable –variabel independen secara bersama- sama (simultan) terhadap variable dependen.
Tetapi apabila terjadi penerimaan H0, dapat diartikans sebagai tidak adanya pengaruh dari
variable-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variable dependen.
3.6.2 Uji t (Parsial)
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terpenuhi atau
tidak, yaitu untuk mengetahui apakah pengaruh dari masing- masing variabel independen

29
signifikan atau tidak maka dalam penelitian ini menggunakan uji t sebagai alat
pengujiannya. Uji t yaitu alat analisis regresi yang digunakan untuk menentukan pengaruh
dari masing-masing variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen.
Dimasukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat signifikan variabel
independent terhadap variabel dependent secara parsial dengan menggunakan formulasi

Dimana :

t = Nilai yang dihitung

Bi = Koefisien Regresi Hasil Estimasi

Se = Simpangan Baku Atau Standar Error


Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka hubungan antar variabel dependent dengan
variabel dependent adalah signifikan. Apabila t-hitung yang diperoleh lebih besar atau sama
dengan t-tabel maka hiposes nol ditolak. Sebaliknnya pabila t-hitung lebih kecil dari t-tabel
berarti hipotesis noll diterima,ini berarti tidak terdapat pngaruh yang signifikan antara
variabel independent tehadap variabel dependent pada tingkat keyakinan tertentu.
3.7 Koefisien Determinasi (R2)
Digunakann untuk mengetahui besarnya perubahan variabel dependent yang
diterangkan oleh variabel independent, dengan rumus:

Dimana :

R2 = Koefisien Variabel

Xi = Variabel Bebas

Yi = Variabel Tidak Bebas


Dimana persamaan R2 berkisar antara 0-1, kia mendekati nnol berarti kurangkuat
hubunngan anatara variabel variabel dependent dengan variabel independent. Jika nilainya
mendekati satu maka ini menunjukann semakin besarnya hubunngan kedua antar variabel
terebut. Untuk melihat apkah masinng- masing koefisien regresi signifikanatau tidak, maka
diakukan uji dengan alat uji dengan alat uji hipotesis t dan f statistic.

30
3.8 Operasional Variabel
1. Pendapatan adalah hasil dari penjualan yang dilakukan oleh pekebun kulit kayu
manis di Desa Siulak Deras Mudik dalam satuan rupiah.
2. Luas lahan adalah luas lahan tanaman perkebunan kulit manis (Cassiavera) pekebun
kebun di Desa Siulak Deras Mudik dalam satuan hektar.
3. Jumlah Tanaman adalah banyaknya tanaman kulit kayu manis Umur 8 tahun keatas
di panen di Desa Siulak Deras Mudik dalam satuan per batang.
4. Harga Kulit Manis adalah harga kulit manis pekebun yang diterima saat penjualan
kulit kayu manis di Desa Silat Daerah Mudik dalam satuan rupiah.
5. Biaya Produksi adalah jumlah keseluruhan biaya yang diterima terdiri dari 4
komponen yaitu biaya bibit, biaya obat-obatan, biaya pupuk, dan baya tenaga kerja
yang digunakan oleh perkebunan kulit kayu manis (Cassiavera) di Desa Sulak Deras
Mudik dalam satuan rupiah.

31
DAFTAR PUSTAKA
Analta, Y. (2018). Analisis Pengaruh Modal Dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Kayu
Manis Di Desa Dusun Baru Siulak Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci. Jurnal
Skripsi: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sakti Alam Kerinci.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ernawati, H. D., Syaputra, Alamzah & Napitupulu (2020). Analysis of independent oil palm
farming income after replanting in Muaro Jambi District .Journal of Earth and
Environmental Science, 6(1), 351–368.
Asrini, Y. N., Hodijah, S., & Nurhayani, N. (2021). Analisis Ekspor Kayu Manis Indonesia
ke Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi Aktual, 1(1), 45–56.
Ashari. (2006). Analisis Kelyakan Finansial Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi
Kakao Di Kecamatan Gunung Rayakerinci, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Bogor:Skripsi IPB.
Baguna, F. L., & Kaddas, F. (2021). Analisis rantai nilai dan kontribusi pendapatan terhadap
pemanfaatan HHBK kayu manis di Pulau Tidore. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(9),
1787–1794.
Dewi, I.G., Suamba, I.K., & Ambarwati, I. G. (2012). Analisis Efesiensi Usaha Tani Padi
Sawah (Studi Kasus Di Pacung Babakan , Kecamatan Mengwi, Kabuoaten Bandung ).
Jurnal Agribisnis Dan Agrowisata, 1, 1–10.
Ferdian, R. (2015). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kelapa Sawit Di
Desa Talang Bukit Kabupaten Muaro Jambi. Jambi: Skripsi UNJA.
Firlawanti & Fatmawati. (2021). Analisis Rantai Nilai dan Kontribusi Pendapatan Terhadap
Pemasnfaatan HHBK Kayu Manis di Pulau Tidore. Jurnal Inovasi Penelitian.
Ferry, Y. (2013). Prosfek Pengembangan Kayu Manis (Cinnamon Burmanii L) DiIndonesia.
SIRINOV : Sukabumi, Vol.1, No.1, 11-20.
Gustiana. (2004). Analisis Pendapatan Usaha Tani Untuk Produk Pertanian.
Jakarta: Salempa Empat.
Husnul, F. (2017). Analisis pendapatan petani kayu manis sebelum dan sesudah
pembangunan jalan raya malak. Jambi: Skripsi UNJA
Jaya, A. (2009). Dampak Pengembangan Komoditas Kayu Manis Terhadap Perekonomian
Wilayah: Kasus Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Forum Pascasarjana, 23, Hal.27.
Junaidi. (2015). Ekonometrika 1. Jambi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Jambi.
Anggraesi, J., Ismono, R. H., & Situmorang, S. (2020). Pendapatan Dan Faktor-Faktor Yang

vii
Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu Manis Dan Ubi Kayu Pahit Di Kecamatan Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 8(2), 226.
Lovi. (2018). Analisis Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Kulit Kayu Manis Di
Desa Barulempur Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci. Jambi: Skripsi UNJA.
Hamdani, L. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta; Salemba Empat. Mandala,
Z. (2017). Analisis Pendapatan Petani Kulit Kayu Manis di Desa Lempur
Tengah Kecamatan Gununng Raya Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi.
Jambi: Skripsi UNJA
Menggala , R. S., Rusdarti, &Damme, P.V. (2018). Improving Indonesian cinnamon (c.
burmannii (Nees & t. nees) Blume) value chains for Greater Farmers Incomes.
Journal of Earth and Environmental Science, 5(1),68–76.
Sari, M. (2019). Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Pada Industri Kayu Manis
( Cinnamomum burmanii ) Terhadap Pendapatan Keluarga ( Studi Kasus : Air Joman
Baru Kecamatan Air Joman ) . Jurnal agribisnis Vol. 2 No. 1 106, hal 138-159
Rizki M, Yunita Sopiana (2020). Pengaruh Harga Jual, Transportasi dan Biaya Terhadap
Pendapatan Petani Kayu Manis (Cinnamomum Verum ) di Kecamatan Loksado.
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan Vol. 5 No. 1, 202, hal 262-277
Mubyanto. (2009). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nofriadi. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Karet di Kecamatan
Mestong Kabupaten Muaro Jambi (Studi Kasus Desa Muaro Sebapo). Jambi: E-jurnal
ekonomi dan Sumberdaya dan lingkungan. Universitas Jambi.
Nurhayani, & Rosmeli. (2019). Guncangan Harga dan Pangsa Pasar Ekspor Kayu Manis
Kabupaten Kerinci. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 3(2), 189–197.
Paimin, dan Rismunandar. (2001). Kayu Kanis Budidaya dan pengolahan Edisi Revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Prayoga, A (2010). Produktivitas Da Efisiensi Teknis Usaha Tani Pada Organic Lahan
Sawah. Jurnal Agroeonomi, 29, 1–19.
Putri, S. (2017). Pengembangan Komoditas Kayu Manis Terhadap Perekonomian Wilayah
Lempur Mudik Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Jambi: Skripsi UNJA
Pudaka, D. L., Rusdarti, & Prasetyo, P. E. (2018). Efficency Analysis of Rice Production and
Farmers’ Income in Sengah Temila District Landak Regency. Journal of Economic
Education, 7(1), 31–38.
Rosyid, M. (2019). Strategi Dinas Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Kerinci Dalam
Upaya Peningkatan Kualitas Produksi Budidaya Kulit Manis. Jambi: Skripsi. UIN

viii
Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
Sholeh, A. (2018). Peranan dan Kontribusi Sub Sektor Perkebunan di Provinsi Jambi.
Universitas Batanghari Jambi, Vol.18, No.1, 134-15
Sugiarto. (2007). Ekonomi Makro ( sebuah kajian komprehensif). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sukirno, S. (2008). Teori Pengantar Makroekonomi edisi 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suratiyah. (2008). Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadya.

ix

Anda mungkin juga menyukai