Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS PERTANIAN UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

JAWABAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL TA. 2021/2022

MATA KULIAH : ILMU USAHATANI


PROGRAM PENDIDIKAN : S1
PRODI; SEMESTER; KELAS : AGRIBISNIS; III
HARI/TANGGAL : SENIN, 20 - DESEMBER 2021
NAMA MAHASISWA & NPM : FAQIH RAHMAN FAREZA

1. a. (1) BEP Produksi FC Rp. 255.950 BEP Produksi = = P – AVC Rp. 2.542 – Rp.
1.732 Rp. 255.950 = Rp. 810. = 315,83 kg (2) BEP Harga TC Rp. 2.341.405 BEP
Harga = = = Rp. 1.944/kg Y . 1.204,36 kg

b. Jika petani mengharapkan keuntungan sebesar Rp. 100.000 / MT, maka FC + Δ π


Rp. 255.950 + 100.000 Penerimaan (TR) = = VC Rp. 2.085.546 1 - 1 - TR Rp.
3.061.483 Rp. 355.950 Penerimaan (TR) = = Rp. 1.116.499 atau sebesar = 439,22 kg.
2. Efisiensi ekonomis bibit sebesar 11,221 > 1. Penggunaan input bibit belum efisien,
maka bibit jagung perlu ditambahi untuk meningkatkan jumlah produksi dan
mencapai nilai efisiensi. Efisiensi ekonomis pupuk sebesar 2,709 > 1. Penggunaan
pupuk di daerah penelitian belum efisien sehingga penggunaan pupuk perlu ditambahi
untuk memperoleh jumlah produksi maksimal dan mencapai nilai efisien. Penggunaan
pupuk di daerah penelitian tinggi dikarenakan lahan jagung terus menerus ditanami
jagung, sehingga perlu penjagaan dan peningkatan unsur hara dalam tanah untuk
membantu pertumbuhan jagung dengan baik. Efisiensi ekonomis herbisida sebesar
1,816 > 1. Penggunaan herbisida belum efisien, maka penggunaan herbisida perlu
ditambahi untuk mencapai nilai efisien. Fungsi herbisida adalah untuk memberantas
gulma yang ada disekitar tanaman. Untuk melakukan penambahan dan pengurangan
pemakaian herbisida ini tergantung dengan kondisi lapangan. Jika dilapangan banyak
gulma maka perlu penggunaan herbisida yang banyak pula dan sebaliknya. Efisiensi
ekonomis tenaga kerja sebesar 1,188 > 1. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani
jagung belum efisien, perlu penambahan dalam penggunaan tenaga kerja.

3. Tujuan penyelenggaraan AUTP tak lain untuk melindungi petani dengan memperoleh
ganti rugi jika mengalami gagal panen.
Berdasarkan ketentuan dalam polis, klaim akan diperoleh jika intensitas kerusakan
mencapai 75 persen berdasarkan luas petak alami tanaman padi. Pembayaran klaim
untuk luas lahan satu hektar sebesar enam juta rupiah
program AUTP ini memudahkan petani karena hanya dengan membayar Rp 36.000
per hektare (ha) per musim tanam sudah bisa menikmati manfaatnya, sementara
sisanya atau sebesar Rp 144.000 ditanggung pemerintah. Bila terjadi gagal panen
akibat hama, kekeringan, dan banjir, maka petani bisa menerima ganti rugi sebesar Rp
6 juta per ha. Preminya murah karena dapat subsidi dari pemerintah, jadi hanya Rp
36.000 per hektar dari aslinya Rp 180.000. Sayang sekali kalau petani tidak ikut
program ini. Program ini sangat membantu petani.

4. Dalam Pembinaan/Bimbingan Penyusunan RDKK dilakukan secara bertahap dan


berjenjang, mulai dari penyusunan di tingkat kelompok tani sampai dengan
rekapitulasi tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan
Nasional (Pusat). Oleh karena itu, Satuan Kerja Dinas Pertanian/ Perkebunan/
Peternakan Provinsi harus membentuk Tim Pelaksana Teknis dengan melibatkan
Penyuluh atau Petugas yang berwenang di setiap tahapan dan tingkatan, sebagai
berikut:
1. Ketua Kelompok Tani dan Penyuluh sebagai penanggungjawab penyusunan RDKK
di tingkat kelompok tani.
2. Ketua Gabungan Kelompok Tani dan Kepala Desa/Lurah sebagai
penanggungjawab pengesahan RDKK ditingkat desa/kelurahan.
3. Kepala Cabang Dinas (KCD)/ Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Perkebunan Peternakan Perikanan dan Kehutanan
(BP4K) Kecamatan sebagai penanggungjawab rekapitulasi RDKK di tingkat
Kecamatan.
4. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kabupaten/Kota
serta Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan sebagai penanggungjawab rekapitulasi
RDKK di tingkat Kabupaten/Kota.
5. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Provinsi dan
Kepala Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai penanggungjawab rekapitulasi RDKK
di tingkat Provinsi.
Perlu dilakukan satu upaya untuk mendorong kelompok tani menyusun RDKK yang
dibimbing oleh Penyuluh, Petugas teknis, Kepala Cabang Dinas (KCD)/Kepala Unit
Pelaksana Teknis Daerah (KUPTD) dan didukung oleh Kepala Desa/Lurah setempat.
Untuk itu, Pemerintah Daerah harus melakukan pengawalan dan pengawasan dalam
menggunakan RDKK sebagaimana kewenangan yang diberikan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai