Anda di halaman 1dari 19

PEMALSUAN

ESSENTIAL OIL
Nugroho N,2008
Dengan alasan ekonomi / bisnis --- praktek
pencampuran/pemalsuan

Setiap praktek pencampuran akan menurunkan mutu minyak atsiri.


Minyak atsiri dapat dipalsukan dengan berbagai cara yaitu:
- pencampuran
- Menambahkan persenyawa isolate atau sintesis
- Pengenceran
Jenis bahan pencampur yang berbahaya dan lebih sulit dideteksi
adalah:
- Mencampur minyak bunga dengan bahan berupa lilin yang berasal
dari bunga
Untuk menentukan mutu minyak atsiri,
didasarkan atas kriteria atau batasan yang
dituangkan di dalam

standar mutu

Dari sifat fisik

Dari sifat kimianya

(Genisa. J)
Digunakan minyak kenanga10ml, dan 20ml sebagai variabel kendali dan
minyak tanah (kerosin) sebagai variabel bebas dengan volume 0ml, 1ml,
2ml, 3ml, dan 4ml untuk minyak atsiri kenanga 10 ml, pengamatan
dilakukan sampai terjadi warna gelap terang pada polarimeter.
Analisa putaran optik diperoleh, setelah ditambah dengan impuritas
minyak tanah, maka nilai putaran optik akan semakin naik.
Putaran optik minyak kenanga murni sesuai SNI sebesar - 19. Minyak
kenanga murni yang dianalisa tanpa penambahan minyak tanah
diperoleh putaran optik sebesar +5.
Ketika ditambah 1ml minyak tanah, nilai putaran optik menjadi +6 dan
pada penambahan 2ml minyak tanah, nilai putaran optik +6,5.
Dari grafik persamaan yang mendekati adalah linear, y = 0,7x+5,1 dan R
= 0,98, minyak kenanga yang dianalisa mempunyai putaran optik lebih
besar dari SNI sehingga belum layak untuk diekspor.
Deteksi pemalsuan minyak melati dengan menganalisa putaran optik
pada minyak dengan menggunakan polarimeter WXG-4.

Digunakan minyak melati 10ml, 20ml dan 20ml sebagai variabel


kendali dan minyak tanah (kerosin) sebagai variabel bebas, dengan
volume minyak tanah 0ml, 1ml, 2ml, 3ml, dan 4ml.
Pengamatan dilakukan sampai terjadi warna gelap terang pada
polarimeter.
Setelah ditambah dengan impuritas minyak tanah, maka nilai putaran
optik akan semakin naik. Putaran optik minyak melati murni sesuai
SNI sebesar +1,47.
Minyak melati murni yang dianalisa tanpa penambahan minyak tanah
diperoleh putaran optik sebesar +1. Namun, ketika ditambah dengan
1ml minyak tanah, nilai putaran optik minyak melati bertambah
menjadi +2 dan pada penambahan dengan 2ml minyak tanah putaran
optik menjadi +2,5.
Dari grafik persamaan y = -0,1x + 0,96x + 1,09 dan nilai R = 0,995,
minyak melati yang di analisa mempunyai putaran optik lebih kecil dari
SNI sehingga minyak melati tersebut belum layak untuk diekspor.
WAHYU KURNIAWATI, 2011
DETEKSI ADANYA PEMALSUAN MINYAK SEREH
DENGAN MENGUJI PUTARAN OPTIK MENGGUNAKAN
POLARIMETER TIPE ATAGO 2L
R. AJENG AMBARWATI

Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila memiliki


putaran optik rendah atau mengandung bahan aging.
Bahan-bahan aging yang terdapat dalam minyak sereh wangi berupa
lemak, alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan
pencampur.
Putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat
atau sudut datang dari sinar yang terpolarisasi diputar oleh suatu
lapisan minyak atsiri dan nilainya dinyatakan dalam derajat rotasi.
Putaran optik dapat diketahui dengan menggunakan alat polarimeter.
Dilihat hubungan penambahan minyak tanah terhadap
putaran optik minyak serah.

Minyak sereh yang kemurniannya sudah berkurang, pada


saat pengamatan putaran optik, cahaya yang dihasilkan
tidak seterang pada saat keadaan minyak murni.

Hasil pengamatam dengan variabel jumlah material impuritis


5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, dan 40% didapatkan nilai
putaran optik yang paling mendekati SNI adalah 14o yaitu
pada variabel pertama dengan material impuritis sebesar 5%
dan 10 %. Untuk penggunaan grafik yang nilai R2 paling
mendekati adalah grafik Linear.
IDENTIFIKASI PEMALSUAN MINYAK NILAM DI RANTAI TATANIAGA
(Mamun)

Pemalsuan dalam perdagangan minyak atsiri dilakukan dengan cara


menambahkan bahan-bahan asing kedalam minyak atsiri dengan
maksud menambah volume, berat minyak atau memenuhi persyaratan
mutu tertentu.
Bahan-bahan yang biasa dicampurkan kedalam minyak atsiri
diantaranya adalah minyak lemak, minyak tanah, minyak terpentin,
minyak keruing dan pelarut organik.
Parameter yang diidentifikasi terdiri : kandungan lemak, kerosin atau
minyak tanah, minyak keruing, minyak terpentin dan pelarut organik.

Identifikasi Minyak Lemak


Dilakukan secara analisis basah, dengan cara melarutkan sampel
minyak nilam dalam alkohol 90 % pada perbandingan 1 : 5 dalam
tabung kimia.

Setelah larut, tabung direndam dalam campuran garam-es selama


40 menit. Endapan putih atau keruh yang terbentuk menunjukkan
adanya lemak dalam sampel minyak nilam.
Identifikasi Kerosin
Metode GLC untuk identifikasi kerosin dilakukan dengan
menggunakan kolom polar Carbowax 20 M yang diprogram pada
suhu 60oC sampai 180oC dan dihubungkan dengan detektor ionisasi
nyala pada suhu 250oC.
Bila sampel mengandung kerosin akan muncul puncak-puncak
dibagian depan kromatogram yang menggambarkan puncak-puncak
senyawa alkana.

Identifikasi Minyak Keruing


Untuk mengidentifikasi adanya minyak keruing dalam minyak nilam
dilakukan dengan dua cara, yaitu uji warna dan metode GLC.
Uji warna menggunakan pereaksi H2SO4 pekat dan etilenadiamine
yang akan memberikan warna cincin biru pada sampel minyak nilam
yang mengandung minyak keruing.
Metode GLC dilakukan dengan kolom Carbowax 20 M, pada suhu
60oC samapai 180oC dengan kenaikan 3oC/ menit. Kromatogram
yang diperoleh dibandingkan dengan kromatogram minyak nilam
murni.
Identifikasi Minyak Terpentin
Metode yang digunakan : kromatografi gas dengan kondisi seperti pada identifikasi
kerosin.
Kromatogram dibuat secara berturut-turut dari minyak nilam sampel dan minyak
nilam murni. Diamati puncak yang muncul paling depan apakah puncak tersebut
merupakan puncak -pinen, karena komponen utama dari minyak terpentin adalah
-pinen.

Identifikasi Pelarut Organik


Kromatografi gas dengan kolom Carbowax 20 M pada suhu 50 C
sampai 180 C.
Bahan pembanding : alkohol dan heksilen-glikol. Kedua bahan tersebut
masing-masing dicampurkan secara terpisah kedalam minyak nilam
sampel, kemudian masing-masing dibuat kromatogramnya.
Adanya puncak alkohol atau heksilen-glikol dapat diamati pada
kromatogram.
Terdapat tiga jenis bahan yang teridentifikasi sebagai
bahan pemalsu minyak nilam, yaitu minyak lemak,
minyak keruing atau gurjun dan pelarut organik.
Dari pengambilan sampel di lapangan dan hasil analisis
di laboratorium diketahui bahwa praktek pemalsuan
sering terjadi pada tingkat penyuling dan pedagang
pengumpul.
Ditingkat penyuling dan pedagang pengumpul bahan pemalsu
yang banyak dipakai adalah minyak lemak (40 %), minyak
keruing (40 %) dan pelarut organik (20%).
Pada tingkat eksportir tidak ditemukan adanya bahan-bahan
pemalsu yang dicampurkan kedalam minyak nilam.
TERIMA KASIH
AGUNG ERU WIBOWO

Pusat Teknologi Farmasi dan Medika


Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknoogi BPPT

Gedung 610-612 LAPTIAB BPPT Kawasan Puspiptek Serpong

Gedung 2 BPPT lt. 15. Jl. MH Thamrin 8 Jakarta 10340


Telp/fax : 021. 7560707

E-mail : agung.eru@bppt.go.id; aewagung@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai