SKRIPSI
Oleh :
NORA VICKI YULISTRIA
NIM. 135100501111030
i
PENGARUH PROPORSI KULIT APEL DAN KONSENTRASI GULA
TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN KOMBUCHA DARI KULIT APEL
Oleh.
Nora Vicki Yulistria
NIM. 135100501111030
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan bahwa,
Skripsi dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di atas.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia
dituntut sesuai hukum yang berlaku.
v
RIWAYAT HIDUP
Oktober 2017
Penulis
vi
HALAMAN PERUNTUKAN
vii
NORA VICKI YULISTRIA. 135100501111030. Pengaruh Proporsi Kulit Apel
dan Konsentrasi Gula Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Aktivitas
Antioksidan Kombucha Dari Kulit Apel. SKRIPSI. Pembimbing: Dr. Ir. Elok
Zubaidah, MP.
RINGKASAN
Apel merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Jumlah tanaman apel pada tahun 2010 mencapai 2,6 juta pohon. Kota
Batu memproduksi buah apel sebesar 20.167 ton/tahun dan kabupaten Malang
sebesar 1.025.700 ton/tahun apel. Sedangkan untuk Kabupaten Pasuruan
memproduksi 63 ton apel pertahun. Banyaknya produksi buah apel di Indonesia
menyebabkan banyaknya limbah kulit apel, baik yang berasal dari apel segar
maupun produk olahannya. Pengolahan keripik apel di kabupaten Malang saja,
akan menghasilkan limbah kulit apel sebesar 42,308%. Sejauh ini pemanfaatan
kulit apel masih sangat terbatas yaitu dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau
dibuang begitu saja. Fakta lain, kulit apel mengandung berbagai komponen
fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kulit apel mengandung senyawa
fitokimia yang bermanfaat bagi tubuh seperti katekin, kuersetin, asam klorogenat
dan phloridzin yang merupakan sumber antioksidan. Selain itu, kuersetin glikosida
memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi. Berdasarkan kandungan nutrisi
dan ketersediaan kulit apel yang melimpah, maka kulit apel dapat dijadikan
sebagai bahan dasar pembuatan kombucha. Kombucha merupakan minuman
fermentasi yang mengandung berbagai jenis vitamin, mineral dan asam-asam
organik. Oleh karena itu, penelitian mengenai proporsi penambahan kulit apel dan
konsentarsi gula yang tepat perlu diamati sehingga akan menghasilkan kombucha
kulit apel dengan kandungan antioksidan yang tinggi dan cita rasa yang enak.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yaitu penambahan kulit apel yang terdiri dari 3
level (2,5%, 5,0%, dan 7,5%) dan faktor II yaitu konsentrasi gula yang terdiri dari
2 level (10% dan 12,5%). Sehingga terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan 3 kali
ulangan dan berjumlah 18 satuan percobaan. Data dianalisa menggunakan
analisa ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut BNT. Pemilihan
perlakuan terbaik menggunakan metode Multiple Attribute Zeleny.
Hasil analisa ragam (ANOVA) penambahan kulit apel menunjukkan
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap total asam, pH, total fenol, aktivitas antioksidan,
tingkat kecerahan, tingkat kemerahan dan tingkat kekuningan. Konsentrasi gula
menunjukkan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap total asam, pH, total gula dan
total fenol. Perlakuan terbaik kombucha kulit apel terdapat pada kombinasi
penambahan kulit apel 7,5% dan konsentrasi gula 12,5% memiliki total asam
0,68%, pH 3,06, total mikroba 4,26x1010 CFU/ml, total gula 11,21%, total fenol
694,93 mg/L, aktivitas antioksidan 31,71%, nilai kecerahan (L) 49,9, nilai
kemerahan (a) 3,6, nilai kekuningan (b) 19,1, organoleptik warna 3,55,
organoleptik aroma 3,05 dan organoleptik rasa 2,55.
viii
NORA VICKI YULISTRIA. 135100501111030. The Effect of Apple’s Peel
Proportion and Sugar Concentration on Physical and Chemical
Characteristic and Antioxidant Activity of Kombucha from Apple’s Peel.
Minor thesis. Supervisor: Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP.
SUMMARY
Apple is one of fruit that many consumed by Indonesian society. The total
apple plant on year 2010 was up to 2.6 millions plant. Batu city produces apple fruit
20,167 tons/year and Malang regency produces 1,025,700 tons/year. Whereas for
Pasuruan regency produces 63 tons apple/year. The large number of apple
production in Indonesia have caused many apple’s peel wastes from fresh fruit,
either it’s processing product. The processing of apple chips in Malang regency
only, can produces apple’s peel wastes 42.308%. So far, the utilization of apple’s
peel is still very limit, that is used for animal feed or just thrown away. Other fact,
apple’s peel contains many kind of phytochemicals which are useful for body such
as catechins, quercetin, chorogenic acid, and phloridzin that are including in
antioxidant. Beside that, glycoside quercetin has highest antioxidant activity.
Based on the nutrition content and abundant stock of apple’s peel, so it can be the
raw material of kombucha making. Kombucha is fermented drink that contains
many kinds of vitamine, mineral, and organic acid. Therefore, the research about
the right proportion addition of apple’s peel and sugar concentration is needed to
be observed so that it will produces apple’s peel kombucha with high antioxidant
content and nice taste.
This study used factorial Randomized Group Design (RAK) with 2 factors.
First factor was addition of apple’s peel consisted of 3 levels (2.5%, 5.0%, and
7.5%) and second factor was sugar concentration consisted of 2 levels (10% and
12.5%) so that there were 6 treatments combination with 3 times repition and the
total were 18 experimental units. The datas were analyzed with analysis of
variance (ANOVA) and continued by BNT advanced test. The determination of
best treatment used Multiple Attribute Zeleny method.
The result of this study showed the differences in addition of apple’s peel
altered total acid, total phenol, antioxidant activity, brightness level, redness level
and yellowness level. The differences in concentration of sugar altered total acid,
pH, total sugar and total phenol. The best treatment of apple’s peel kombucha was
on combination of apple’s peel addition 7.5% and sugar concentration 12.5% had
total acid 0.68%, pH 3.06, total microbe 4.26x1010 CFU/ml, total sugar 11.21%,
total phenol 694.93 mg/L, antioxidant activity 31.71%, brightness value (L) 49.9,
redness value (a) 3.6, yellowness value (b) 19.1, color organoleptic 3.55, aroma
organoleptic 3.05 and taste organoleptic 2.55.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Proporsi Kulit Apel dan
Konsentrasi Gula Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Aktivitas Antioksidan
Kombucha Dari Kulit Apel”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Tugas Akhir ini tidak lepas
dari bantuan dan do’a restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan
pengetahuan kepada penulis.
2. Prof. Dr. Teti Estiasih S.TP. MP., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
3. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan
dukungan, nasehat, dorongan, dan motivasi kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
4. Teman seperjuangan tercinta “bebiskie” (Rosi, Asri, Nafal dan Galuh) dan
kakak Mela yang setia memberi semangat, mengingatkan dan membantu
sejak awal skripsi.
5. Kepada Rofi Nurmayanto yang selalu mendukung, mendengarkan dan
menjadi tempat curhat terbaik hingga akhir skripsi.
6. Teman-teman di Lab. Mikrobiologi Pangan, EZB squad, teman-teman THP’13
dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
x
DAFTAR ISI
xi
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 18
3.2.1 Alat ....................................................................................... 18
3.2.2 Bahan ................................................................................... 18
3.3 Metode Penelitian ........................................................................... 19
3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 20
3.4.1 Pembutan Kombucha Kulit Apel ............................................ 20
3.4.2 Pengamatan ......................................................................... 21
3.5 Analisa Data ................................................................................... 21
3.6 Diagram Alir Pembuatan Kombucha dari Kulit Apel ........................ 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 23
4.1 Karakteristik Bahan Baku................................................................. 23
4.2 Hasil Analisa Karakteristik Kombucha Kulit Apel .............................. 24
4.2.1 Analisa Total Mikroba ............................................................ 24
4.2.2 Analisa Total Asam ............................................................... 27
4.2.3 Analisa Derajat Keasaman (pH) ............................................ 29
4.2.4 Total Gula ............................................................................. 32
4.2.5 Total Fenol ............................................................................ 34
4.2.6 Aktivitas Antioksidan ............................................................. 36
4.2.7 Warna ................................................................................... 39
4.2.7.1 Kecerahan (L*) .................................................................... 40
4.2.7.2 Kemerahan (a+) ................................................................... 41
4.2.7.3 Kekuningan (b+) .................................................................. 43
4.2.8 Uji Organoleptik .................................................................... 44
4.2.8.1 Warna ................................................................................. 45
4.2.8.2 Aroma ................................................................................. 45
4.2.8.3 Rasa ................................................................................... 46
4.3 Penentuan Perlakuan Terbaik.......................................................... 47
4.4 Nilai Perlakuan Terbaik Kombucha Kulit Apel dibandingkan dengan
Kombucha Kontrol .......................................................................... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 50
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 50
5.1 Saran ............................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51
LAMPIRAN .................................................................................................... 58
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Apel per 100 gram ....................................... 5
Table 2.2 Kandungan Kimia Apel Manalagi per 100 gram .............................. 6
Tabel 2.3 Kandungan Nutrisi per 100 ml Kombucha ....................................... 8
Tabel 2.4 Komposisi Mikrobiologi Starter Kombucha ..................................... 9
Tabel 2.5 Komponen dan Manfaat Kombucha ............................................... 12
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan Dua Faktor ................................................... 18
Tabel 4.1 Rerata Total Mikroba Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi .... 23
Tabel 4.2 Rerata Peningkatan Nilai Total Asam dengan Perlakuan Penambahan
Kulit Apel ........................................................................................ 25
Tabel 4.3 Rerata Peningkatan Nilai Total Asam dengan Perlakuan Penambahan
Gula ................................................................................................ 26
Tabel 4.4 Rerata Penurunan pH dengan Perlakuan Penambahan Kulit Apel .. 28
Tabel 4.5 Rerata Penurunan pH dengan Perlakuan Penambahan Gula ......... 28
Tabel 4.6 Rerata Penurunan Total Gula dengan Perlakuan Penambahan
Gula ................................................................................................ 30
Tabel 4.7 Rerata Peningkatan Total Fenol dengan Perlakuan Penambahan Kulit
Apel ................................................................................................ 32
Tabel 4.8 Rerata Peningkatan Total Fenol dengan Perlakuan Penambahan
Gula ................................................................................................ 32
Tabel 4.9 Rerata Peningkatan Aktivitas Antioksidan dengan Perlakuan
Penambahan Kulit Apel .................................................................. 34
Tabel 4.10 Rerata Peningkatan Nilai Kecerahan dengan Perlakuan Penambahan
Kulit Apel ........................................................................................ 36
Tabel 4.11 Rerata Peningkatan Nilai Kemerahan dengan Perlakuan
Penambahan Kulit Apel .................................................................. 38
Tabel 4.12 Rerata Peningkatan Nilai Kekuningan dengan Perlakuan
Penambahan Kulit Apel .................................................................. 40
Tabel 4.13 Nilai Parameter Kombucha Kulit Apel Perlakuan Terbaik .............. 44
Tabel 4.14 Nilai Perlakuan Terbaik Kombucha Kulit Apel dibandingkan dengan
Kontrol ............................................................................................ 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I PENDAHULUAN
Apel merupakan salah satu buah yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Apel tumbuh dengan subur di daerah dataran tinggi dengan
iklim subtropis seperti daerah Malang khususnya Kota Batu dan Poncokusumo
dan juga di daerah Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur. Jumlah tanaman apel
pada tahun 2010 mencapai 2,6 juta pohon (Widianto, 2015). Menurut Budiyati dan
Tridayana (2013), produksi buah apel pertahunnya di Kota Batu sebesar 20.167
ton dan produksi buah apel di Kabupaten Malang sebesar 1.025.700 ton apel.
Kabupaten Pasuruan mampu memproduksi 63 ton apel pertahun.
Buah apel di Indonesia banyak diolah menjadi berbagai jenis produk seperti
keripik, minuman sari apel, sirup, cuka, manisan, selai dan juga dodol. Hasil dari
pengolahan ini, secara tidak langsung akan menghasilkan limbah berupa kulit apel
yang sangat melimpah. Pengolahan keripik apel di kabupaten Malang akan
menghasilkan limbah kulit apel sebesar 42,308% (BPS, 2010 dalam Surjowardojo
et al., 2015). Hingga saat ini pemanfaatan kulit apel masih sangat terbatas yaitu
dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau dibuang begitu saja. Disisi lain, kulit apel
mengandung berbagai komponen fitokimia yan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Menurut Subagyo dan Ahmad (2010), didalam kulit apel terdapat senyawa
fitokimia yang bermanfaat bagi tubuh seperti katekin, kuersetin, asam klorogenat
dan phloridzin yang merupakan sumber antioksidan. Selain itu, kuersetin glikosida
memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi (Budiyati dan Utami, 2013).
Antioksidan mampu meningkatkan sistem imun sehingga mampu menurunkan
resiko penyakit degeneratif yang disebabkan oleh radikal bebas (Winarsi, 2007).
Ketersediaan kulit apel yang melimpah dan juga kandungan senyawa antioksidan
yang dimiliki kulit apel dapat dimanfaatkan menjadi minuman fermentasi seperti
kombucha.
1.5 Hipotesa
2.1 Apel
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Spesies : Malus sylvestris Mill.
Gambar 2.2 Apel Manalagi (Nurcahyati, 2014)
Kandungan yang penting dalam kulit apel lainnya yaitu tannin, antioksidan
dan pektin. Tannin bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi,
mencegah infeksi saluran kencing dan menurunkan resiko serangan jantung.
Antioksidan berfungsi untuk menangkal radikal bebas dan menjaga kekebalan
tubuh. Pektin memiliki manfaat menurunkan kadar kolesterol dalan darah dan
menghilangan racun dalam usus (Sufrida et al., 2007).
Komposisi kandungan kimia kulit apel yaitu 40% flavonol, 30% askorbat,
20% total senyawa fenolik, 14% total glutathione, dan 11% L-sistein (Lata dan
Tomala, 2007). Asam fenolik yang terdapat dalam kulit apel yaitu asam
fenolik/asam klorogenat, flavonoid yaitu katekin, prosianidin, flavonol (quercetin
glikosida), kalkon (floretin glikosida) dan antosianin (Golding et al., 2001). Kulit
apel tinggi akan antioksidan dan bioaktif. Antioksidan pada kulit apel didapatkan
dari senyawa fenolik yang terdapat pada kulit apel (Budiyati dan Utami, 2013).
Senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan salah satunya yaitu kuarsetin.
Kuarsetin dapat menangkal radikal bebas yang dapat mencegah penyakit kanker
(Wulansari, 2009).
Teh kombucha di yakini telah dikenal lebih dari 2.000 tahun lalu. Kombucha
tersebar luas sampai ke Rusia dan Eropa Timur melalui jalur perdagangan.
Kombucha menjadi terkenal di Rusia dan banyak dikonsumsi untuk perawatan
metabolik, sembelit, dan rematik (Greenwalt dkk, 2000). Hingga kini teh kombucha
telah dikenal diberbagai Negara dan karena khasiatnya yang luar biasa tersebut
banyak memunculkan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para dokter
spesialis (Naland, 2008).
Gambar 2.4 Proses Oksidasi Etanol dan Glukosa oleh Bakteri Asam Asetat
(Sumbali dan Mehrotra, 2009).
a. Suhu fermentasi
Kombucha memiliki suhu fermentasi antara 20-30oC dengan suhu idealnya
antara 23-27oC. Jika suhu selama proses fermentasi hangat maka proses
fermentasi akan semakin cepat (Saputra, 2004). Menurut Winarno (1993
dalam Afifah, 2010) bahwa setiap penurunan suhu 10oC akan menyebabkan
kecepatan reaksi berkurang menjadi setengahnya.
b. Waktu fermentasi
Proses fermentasi kombucha memerlukan waktu selama 7-10 hari (Naland,
2004). Semakin lama proses fermentasi kombucha akan mempengaruhi cita
rasa kombucha dimana kandungan cuka yang dihasilkan akan semakin kuat
(Cvetkovic, 2008). Menurut Greenwalt et al. (2000), kombucha akan
berbahaya bagi tubuh bila proses fermentasi lebih dari 14 hari karena akan
menyebabkan iritasi pada lambung. Selain itu semakin lama proses
fermentasi maka aktivitas antioksidan juga semakin meningkat karena
dihasilkannya asam-asam organik (Jayabalan et al., 2007).
c. Oksigen
Bakteri aerob dalam starter kombucha memerlukan oksigen untuk
pertumbuhannya (Saputra, 2004). Kurangnya ketersediaan oksigen selama
fermentasi akan menyebabkan viabilitas kultur rendah sehingga akan memicu
terjadinya kontaminasi (Greenwalt et al., 2000).
d. pH
pH awal pada fermentasi kombucha antara pH 2,7-4. Pada rentang pH ini
dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang dapat
mengkontaminasi selama proses fermentasi (Naland, 2004).
e. Nutrisi
Kultur kombucha memperoleh nutrisi dari gula dan komponen nutrisi dalam
media fermentasi. Gula yang ditambahkan pada media berupa gula putih
karena akan mudah untuk difermentasi oleh khamir dan ditambahkan sekitar
5-20% b/v (Vina et al., 2013 dalam Jayabalan et al., 2014). Apabila nutrisi
yang tersedia cukup maka viabilitas kultur kombucha akan meningkat
begitupun sebaliknya apabila nutrisi tidak terpenuhi atau berlebihan akan
menyebabkan viabilitas kultur kombucha menjadi menurun (Velicanski et al.,
2013).
f. Wadah Fermentasi
Wadah yang digunakan untuk fermentasi kombucha yang terbaik adalah
toples yang terbuat dari kaca. Menurut Cavusoglu and Guler (2010), apabila
fermentasi kombucha menggunakan wadah dari besi selain stainless steel
akan menyebabkan asam yang terbentuk bereaksi dengan besi sehingga
hasil fermentasi menjadi kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan kultur
kombucha yang peka terhadap logam.
Radikal bebas adalah atom atau kumpulan atom yang memiliki elektron
tidak berpasangan (unpaired electron) pada bagian luar orbitalnya. Elektron yang
tidak berpasangan akan cenderung untuk mencari pasangan dengan cara menarik
atau menyerang elektron dari senyawa lain. Hal ini akan mengakibatkan
terbentuknya senyawa radikal baru (Winarsi, 2007). Reaktivitas radikal bebas
mampu merusak seluruh tipe makromolekul seluler, seperti karbohidrat, protein,
lipid dan asam nukleat apabila tidak dilakukan proses inaktivasi radikal bebas
(Dawn, 2000 dalam Pazil, 2009)
Target utama radikal bebas adalah protein, lemak tak jenuh dan lipoprotein
dan unsur DNA termasuk karbohidrat. Molekul yang paling rentan terhadap
serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa radikal bebas di
dalam tubuh akan merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel. Hal
ini mengakibatkan dinding sel menjadi rapuh. Senyawa radikal bebas juga mampu
merusak basa DNA yang dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga
akan menimbulkan sel-sel mutan dan dapat berlanjut pada pembentukan sel
kanker. Radikal bebas juga dapat merusak lipid sehingga terbentuk peroksida
yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif (Winarsi, 2007).
Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel dengan tiga cara yaitu (Kumar
et al., 2005) :
1. Peroksidasi komponen lipid dari membran sel dan sitosol. Reaksi ini
menyebabkan serangkaian reduksi asam lemak (otokatalisis) yang
mengakibatkan kerusakan membran dan organel sel.
2. Kerusakan DNA, dimana mampu mengakibatkan mutasi DNA bahkan
dapat menimbulkan kematian sel.
3. Modifikasi protein teroksidasi karena terbentuknya cross linking protein
melalui mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti
sistein, metionin, lisin dan histidin.
Proses peroksidasi lemak berlangsung dalam suatu reaksi yang disebut
mekanisme radikal bebas (ROO•, RO•, OH•) (Usoh at al., 2005). Reaksi oksidasi
lemak adalah reaksi berantai yang akan memberikan pasokan radikal bebas
secara terus menerus untuk menginisiasi peroksidasi lebih lanjut. Reaksi ini akan
menyebabkan penuaan, ateroklerosis, kerusakan makanan dan kanker.
Peroksidasi lemak pada makanan akan menyebabkan makanan memproduksi
asam sehingga akan menimbulkann aroma tidak sedap dan toksik selama proses
pengolahan dan penyimpanan. Mekanisme tersebut dapat dilihat pada reaksi
sebagai berikut (Pazil, 2009) :
Inisiasi : ROOH + logam (n) ROO• + logam (n-1) + H+
X• + RH R• + XH
Propagasi : R• + O2 ROO•
ROO• + RH ROOH + R•
Terminasi : ROO• + ROO• ROOR + O2
ROO• + R• ROOR
R• + R• RR
Tubuh manusia mampu bertahan dari adanya radikal bebas dalam tubuh
apabila jumlahnya tidak berlebihan. Berbagai dampak yang dihasilkan dari
reaktivitas senyawa radikal bebas antara lain gangguan fungsi sel, kerusakan
struktur sel, molekul termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun
bahkan mutasi (Winarsi, 2007). Selain itu radikal bebas juga berperan dalam
proses menua, yaitu dimana terjadi reaksi inisiasi radikal bebas di mitokondria
yang menyebabkan diproduksinya Reactive Oxygen Species (ROS) yang bersifat
reaktif (Werdhasari, 2014).
2.12 Antioksidan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk membuat kombucha kulit apel adalah loyang,
cabinet dryer, toples kaca, kompor listrik, timbangan digital, termometer, saringan
teh, aluminium foil. Alat yang digunakan untuk analisa kombucha adalah
enlenmeyer 500 ml, falkon, mikropipet 100 µl, mikropipet 1000 µl, cawan petri,
bluetip, yellowtip, ose, tabung reaksi, bunsen, color reader, vortex, inkubator,
Laminar Air Flow (LAF), autoklaf, buret, pH meter, spektrofotometer, timbangan
digital, beaker glass, kertas saring halus, pipet tetes, pipet ukur 1 ml, pipet ukur 10
ml, bulb, labu ukur 10 ml, labu ukur 100 ml, masker, sarung tangan, plastik
sterilisasi, karet dan korek api.
3.2.2 Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit apel manalagi
kering. Bahan yang digunakan untuk membuat kombucha kulit apel adalah starter
kombucha yang diperoleh dari Indokombucha daerah Bandung (Jawa Barat), gula
pasir (sukrosa), teh hitam sebagai kontrol, dan air. Bahan yang digunakan dalam
analisa adalah sukrosa, aqudes, alumunium foil, plastik, alkohol 70%, asam
oksalat, indikator PP, etanol 96%, H2SO4, anthrone, NaOH 0,1 N, buffer pH4,0,
buffer pH 7,0, DPPH 0,2 mM dalam etanol, Na2CO3, reagen folin ciocalteau,
kertas coklat yang didapat dari Laboraturium Kimia dan Biokimia Pangan Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Toko Kridatama dan
Toko Kimia Makmur Sejati Malang.
Dipotong kecil-kecil
Dipanaskan sampai mendidih
Dikeringkan dengan Cabinet
dyer selama 6 jam±5 menit
Gula 10% dan 12,5%
Gambar 3.1 Diagram alir proses pembuatan kombucha dari kulit apel (modifikasi Naland,
2004)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan baku pada proses pembuatan kombucha adalah kulit apel manalagi.
Limbah kulit apel didapatkan dari Bumiaji, Kota Batu. Pemilihan kulit apel manalagi
didasarkan pada ketersediaannya yang melimpah sebagai hasil samping dari
proses pengolahan buah apel seperti keripik apel. Pengambilan limbah kulit apel
dari pabrik pengolahan keripik apel dilakukan pada jam yang sama untuk tiap
pengambilan dan langsung dilakukan proses pencucian setelah sampai di
laboraturium untuk selanjutnya dilakukan proses pengeringan. Sebelum
melakukan proses fermentasi perlu dilakukan analisa bahan baku untuk
mengetahui karakteristik bahan baku kulit apel yang digunakan dibandingkan
dengan teh hitam. Analisa bahan baku yang dilakukan meliputi kadar air, total
asam, total gula, total fenol dan aktivitas antioksidan. Hasil analisa kulit apel
dibandingkan dengan teh hitam ditunjukkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Analisa Kandungan Kimia Kulit Apel Dibandingkan dengan Teh Hitam
Parameter Kulit Apel Teh Hitam
Kadar air (%) 5,226 3,209
Total asam (%) 0,17 0,7
Total gula (%) 28,496 3,698
Total fenol (µm/ml GAE) 386,26 1677,69
Aktivitas antioksidan (%) 28,91 45,81
Analisa total mikroba dilakukan untuk mengetahui nilai total mikroba pada
produk kombucha yang difermentasi selama 10 hari. Rerata total mikroba pada
produk kombucha hari ke-0 berkisar antara 3,40x108 CFU/ml sampai 9,10x108
CFU/ml dan rerata mikroba pada hari ke-10 berkisar antara 1,42x1010 CFU/ml
sampai 4,26x1010 CFU/ml. Pengaruh perlakuan penambahan kulit apel dan gula
terhadap nilai total mikroba dapat dilihat pada Gambar 4.1
1x1011
1E+11
Gula 10%
1x109
1E+09
Gula 12,5%
1x108
100000000
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Gambar 4.1 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Total Mikroba
Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Tabel 4.2 Rerata Total Mikroba Kombucha Kulit Apel selama Fermentasi
Perlakuan Waktu Fermentasi Peningkatan
Konsentrasi Konsentrasi Hari Ke-0 Hari Ke-10 Total Mikroba
Kulit Apel Gula (CFU/ml) (CFU/ml) (CFU/ml)
(%) (%)
2,5 10 3,40x108 1,42x1010 1,39x1010
12,5 4,18x108 1,91x1010 1,87x1010
5 10 5,16x108 2,68x1010 2,32x1010
12,5 5,73x108 3,02x1010 2,97x1010
7,5 10 7,97x10 8 3,10x10 10 3.02x1010
12,5 9,10x10 8 4,26x10 10 4,17x1010
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi kulit apel
yang ditambahkan maka jumlah total mikroba juga mengalami peningkatan.
Peningkatan akibat penambahan konsentrasi kulit apel diduga karena adanya
senyawa fitokimia yang terkandung didalam kulit apel seperti katekin, floridzin,
floretin glikosida, prosianidin, asam kafeat, asam klorogenat dan kuersetin
glikosida (Mullen, 2007). Adanya senyawa fitokimia inilah yang dijadikan sebagai
sumber nutrisi oleh mikroba. Menurut Nainggolan (2009), zat-zat nutrisi yang
terkandung dalam medium kombucha akan dimanfaatkan mikroba untuk
melakukan pertumbuhan dan perkembangan sehingga menyebabkan jumlah
mikroba menjadi meningkat.
Analisa total asam dilakukan untuk mengetahui nilai total asam tertitrasi
pada produk kombucha yang difermentasi selama 10 hari. Rerata total asam pada
produk kombucha hari ke-0 berkisar antara 0,15% sampai 0,22% dan rerata total
asam pada hari ke-10 berkisar antara 0,36% sampai 0,68%. Pengaruh perlakuan
penambahan kulit apel dan gula terhadap nilai total asam dapat dilihat pada
Gambar 4.2
0,80
0,70
0,60
Total Asam (%)
0,50
0,40
Gula 10%
0,30
Gula 12,5%
0,20
0,10
0,00
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Fermentasi Hari ke-0 Fermentasi Hari Ke-10
Gambar 4.2 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Total Asam
Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Tabel 4.3 Rerata Peningkatan Nilai Total Asam dengan Perlakuan Penambahan Kulit Apel
Penambahan Total Asam (%)
Kulit Apel BNT 5%
Hari Ke-0 Hari Ke-10 Peningkatan
(%)
2,5 0,12 0,35 0,22 a
5 0,18 0,48 0,30 b 0,06
7,5 0,29 0,64 0,46 c
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
3,70
3,30
2,70
2,50
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Fermentasi Hari Ke-0 Fermentasi Hari Ke-10
3,35
Derajat Keasaman (pH)
3,3
3,25
3,2
3,15
3,1
y = -0,543x + 3,4277
3,05 R² = 0,8967
3
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Total Asam (%)
Gambar 4.4 Grafik Korelasi antara Penurunan pH dan Peningkatan Total Asam
Kombucha Kulit Apel
Analisa total gula dilakukan untuk mengetahui nilai total gula pada produk
kombucha yang difermentasi selama 10 hari. Rerata total gula pada produk
kombucha hari ke-0 berkisar antara 14,18% sampai 15,82% dan rerata total gula
pada hari ke-10 berkisar antara 7,39% sampai 11,21%. Pengaruh perlakuan
penambahan kulit apel dan gula terhadap nilai total dapat dilihat pada Gambar 4.5
18,000
16,000
14,000
Total Gula (%)
12,000
10,000
8,000 Gula 10%
6,000
Gula 12,5%
4,000
2,000
0,000
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Gambar 4.5 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Total Gula
Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Tabel 4.7 Rerata Penurunan Total Gula dengan Perlakuan Penambahan Gula
Penambahan Total Gula (%)
Gula BNT 5%
Hari Ke-0 Hari Ke-10 Penurunan
(%)
10 13,97 8,10 5,87 a
6,41
12,5 15,25 8,94 6,30 b
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa penurunan total gula
terbesar terjadi pada penambahan gula sebesar 12,5%. Hal ini diduga karena gula
dimanfaatkan oleh bakteri dan khamir dalam kultur kombucha sebagai sumber
energi selama proses fermentasi sehingga terjadi penurunan nilai total gula.
Semakin tinggi penambahan konsentrasi gula maka semakin banyak pula gula
yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri dan khamir. Berkurangnya jumlah gula
dalam medium selama fermentasi dapat menjadi salah satu indikator adanya
aktivitas mikroorganisme didalamnya. Ketika jumlah gula dalam medium semakin
sedikit maka dapat dikatakan mikroba tersebut tumbuh secara optimal (Hartanto,
2000).
Kandungan gula yang terdapat didalam kombucha akan dimanfaatkan oleh
khamir menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa yang terbentuk selanjutnya akan
dimanfaatkan oleh khamir untuk menghasilkan etanol dan karbon dioksida (CO 2),
sedangkan fruktosa yang terkandung dalam bahan akan dimanfaatkan oleh bakteri
dan khamir dalam jumlah yang rendah dan akan tetap menjadi bagian dari larutan
(Greenwalt, 1998 dalam Suhardini, 2016). Hal ini dikarenakan bakteri asam asetat
tidak dapat memanfaatkan fruktosa dalam bahan karena bakteri jenis ini
kekurangan enzim hidrolase dan kinase. Fruktosa dapat dimanfaatkan oleh khamir
dalam jumlah yang rendah selama proses fermentasi dengan cara fosforilasi oleh
enzim heksokinase (fruktokinase) menjadi fruktosa-6-fosfat yang kemudian masuk
jalur glikolisis (Cvetkovic et al., 2007). Selain itu bakteri Acetobacter juga akan
mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat terbentuklah selulosa (Aditiwati dan
Kusnadi, 2003).
Analisa total fenol dilakukan untuk mengetahui nilai total fenol pada produk
kombucha yang difermentasi selama 10 hari. Rerata total fenol pada produk
kombucha hari ke-0 berkisar antara 179,16 µg/ml GAE sampai 375,95 µg/ml GAE
dan rerata total fenol pada hari ke-10 berkisar antara 455,50 µg/ml GAE sampai
694,93 µg/ml GAE. Pengaruh perlakuan penambahan kulit apel dan gula terhadap
nilai total fenol dapat dilihat pada Gambar 4.6
800
700
Tabel 4.8 Rerata Peningkatan Total Fenol dengan Perlakuan Penambahan Kulit Apel
Penambahan Total Fenol (µg/ml GAE)
Kulit Apel BNT 5%
Hari Ke-0 Hari Ke-10 Peningkatan
(%)
2,5 193,09 479,58 286,49 a
5 283,43 576,07 292,63 a 13,89
7,5 369,08 673,90 304,82 b
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa peningkatan total fenol
tertinggi terjadi pada penambahan kulit apel sebesar 7,5%. Semakin banyak kulit
apel yang ditambahkan kedalam medium, maka total fenol yang dihasilkan juga
cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan selama proses
fermentasi, katekin yang terdapat dalam kulit apel terdegradasi sehingga
menyebabkan senyawa fenol menjadi meningkat. Hal ini sesuai dengan penyataan
Bhattacharya et al. (2013), yang menyatakan epigalokatekin (EGC), epikatekin
(EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin galat (EGCG) akan mengalami
degradasi selama proses fermentasi berlangsung yang menyebabkan total fenol
menjadi meningkat.
Tabel 4.9 Rerata Peningkatan Total Fenol dengan Perlakuan Penambahan Gula
Penambahan Total Fenol (µg/ml GAE)
Gula BNT 5%
Hari Ke-0 Hari Ke-10 Peningkatan
(%)
10 271,73 554,65 282,93 a
11,34
12,5 292,01 598,39 306,37 b
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
35,00
30,00
25,00
Antioksidan (%)
20,00
5,00
0,00
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Gambar 4.7 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Aktivitas
Antioksidan Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Gambar 4.8 Grafik Korelasi antara Peningkatan Total Fenol dan Peningkatan Aktivitas
Antioksidan Kombucha Kulit Apel
4.2.7 Warna
80,0
70,0
Tingkat Keasaman (L)
60,0
50,0
40,0
Gula 10%
30,0
Gula 12,5%
20,0
10,0
0,0
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Gambar 4.9 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Nilai
Kecerahan (L*) Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Gambar 4.10 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Nilai
Kemerahan (a+) Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Tabel 4.12 Rerata Peningkatan Nilai Kemerahan dengan Perlakuan Penambahan Kulit
Apel
Penambahan Nilai Tingkat Kemerahan (a+)
Kulit Apel BNT 5%
Hari Ke-0 Hari Ke-10 Peningkatan
(%)
2,5 1,40 2,33 0,93 a
5 1,62 2,92 1,30 a 0,38
7,5 2,07 3,52 1,45 b
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
30,0
25,0
Tingkat Kekuningan (b*)
20,0
15,0
Gula 10%
10,0 Gula 12,5%
5,0
0,0
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5% Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Fermentasi Hari Ke-0 Fermentasi Hari Ke-10
Gambar 4.11 Pengaruh Penambahan Kulit Apel dan Gula Terhadap Nilai
Kekuningan (b+) Kombucha Kulit Apel Selama Fermentasi
Tabel 4.13 Rerata Penurunan Nilai Kekuningan dengan Perlakuan Penambahan Kulit Apel
Penambahan Nilai Tingkat Kekuningan (b+)
BNT 5%
Kulit Apel (%) Hari Ke-0 Hari Ke-10 Penurunan
2,5 28,00 22,45 5,55 b
5 24,35 20,92 3,43 b 1,01
7,5 22,37 19,53 2,83 a
*Keterangan: Data merupakan rerata dari 3 ulangan
Uji organoleptik kombucha kulit apel dengan berbagai konsentrasi kulit apel
dan konsentrasi gula menggunakan metode Friedman yang melibatkan 40 panelis
tidak terlatih. Selama pengujian, panelis diminta untuk memberikan skor angka
kesukaan (uji hedonik) terhadap produk kombucha kulit apel yang berbeda.
Tingkat kesukaan terhadap produk meliputi warna, aroma dan rasa kombucha kulit
apel dengan berbagai konsentrasi kulit apel dan konsentrasi gula. Tingkat
kesukaan atau yang disebut dengan skala hedonik, meliputi sangat suka, suka,
agak suka, tidak suka dan sangat tidak suka.
4.2.8.1 Warna
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap warna kombucha kulit apel dari
berbagai konsentrasi penambahan kulit apel dan konsentrasi gula selama
fermentasi berkisar antara 3,55 (agak suka) hingga 3,63 (agak suka). Rerata nilai
kesukaan panelis terhadap warna kombucha kulit apel dapat dilihat pada Gambar
4.12
3,64
Rerata Tingkat Kesukaan Panelis
3,62
3,60
Terhadap Warna
3,58
3,52
3,50
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Perlakuan
Gambar 4.12 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Kombucha Kulit
Apel
4.2.8.2 Aroma
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap aroma kombucha kulit apel dari
berbagai konsentrasi penambahan kulit apel dan konsentrasi gula selama
fermentasi berkisar antara 2,83 (tidak suka) hingga 3,48 (agak suka). Rerata nilai
kesukaan panelis terhadap aroma kombucha kulit apel dapat dilihat pada Gambar
4.13
4,00
Rerata Tingkat Kesukaan Panelis
3,50
3,00
Terhadap Aroma
2,50
2,00
Gula 10%
1,50
Gula 12,5%
1,00
0,50
0,00
Kulit 2,5% Kulit 5% Kulit 7,5%
Perlakuan
Gambar 4.13 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Kombucha Kulit
Apel
4.2.8.3 Rasa
Rerata nilai kesukaan panelis terhadap rasa kombucha kulit apel dari
berbagai konsentrasi penambahan kulit apel dan konsentrasi gula selama
fermentasi berkisar antara 2,38 (tidak suka) hingga 3,95 (agak suka). Rerata nilai
kesukaan panelis terhadap rasa kombucha kulit apel dapat dilihat pada Gambar
4.14
4,50
Gambar 4.14 Grafik Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Kombucha Kulit
Apel
5.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa ragam (ANOVA) pada pembuatan kombucha kulit apel dengan
perlakuan penambahan kulit apel menunjukkan pengaruh nyata (p<0,05)
terhadap total asam, pH, total fenol, aktivitas antioksidan, tingkat kecerahan,
tingkat kemerahan dan tingkat kekuningan. Kombucha dengan perlakuan
penambahan gula menunjukkan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap total
asam, pH, total gula dan total fenol.
2. Berdasarkan hasil analisa data menggunakan Multiple Atribute Zeleny
didapatkan perlakuan terbaik kombucha kulit apel pada penambahan kulit
apel 7,5% dan penambahan gula 12,5%. Nilai dari tiap parameter adalah
sebagai berikut total asam 0,68%, pH 3,06, total mikroba 4,26x1010 CFU/ml,
total gula 11,21%, total fenol 694,93 mg/L, aktivitas antioksidan 31,71%, nilai
kecerahan (L) 49,9, nilai kemerahan (a) 3,6, nilai kekuningan (b) 19,1,
organoleptik warna 3,55, organoleptik aroma 3,05 dan organoleptik rasa 2,55.
5.2 Saran
Kumar, L., Cotran, R. S., and Robbins, S. L. 2005. Robbins Basic Pathology, In
: Cellular Injury Adaptation and Death. WB Sauners. Philadelphia.
Lata, B., and Tomala K. 2007. Apple Peel as a Contributor to Whole Fruit
Quantity of Potentially Healthful Bioactive Compound. Cultivar and year
implication. J Agric Food Chem. 55(26): 10795-10802.
Luktianingsih, E., B. S. A. Sudarminto, dan S. Noegrohati. 2002. Uji Efektifitas
Daya Bersih Beberapa Sediaan Surfaktan Terhadap Residu Pestisida
Pada Buah Apel Segar. Majalah Farmasi Indonesia, 13(4), 200-206.
Malbasa, R. V., Loncar E. S., and Djuric M. 2008. Comparison of teh Products
of Kombucha Fermentation on Sucrose and Molasses. Food Chem,
106(3):1039-1045.
Mehta, B.M., Eldin K.A., Iwanski R.Z. 2012. Fermentation Effect on Food
Properties. London: CRC Press.
Mullen, W., Marks S.C., and Crozier A. 2007. Evaluation of Phenolic
Compounds in Commercial Fruits Juss and Fruit Drinks. J Agri Food
Chem; 55(8): 3148-3157.
Modric, J. 2014. Sucrose. Diakses pada 19 Maret 2017 pukul 16:36 WIB.
<http://www.nutrientsreview.com/carbs/disaccha rides-sucrose.html>
Naidu, A. S. 2000. Natural Food Antimicrobial System: Probiotics. New York:
CRC Press. Pg 431-462.
Nainggolan, J. 2009. Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter sp. Dalam
Kombucha Rosela Merah (Hibiscus sabdariffa) Pada Kadar Gula dan
Lama Fermentasi yang Berbeda. Tesis. USU. Medan.
Naland, H. 2004. Kombucha Teh Ajaib Pencegah dan Penyembuh Aneka
Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Naland, H. 2008. Kombucha Teh dengan Seribu Khasiat. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Nurcahyati, Erna. 2014. Khasiat dan Manfaat: Dahsyatnya Kulit Apel. Healthy
Books. Yogyakarta.
Novar, J. M. 1996. Lab Test on Kombucha Tea. Diakses pada tanggal 18 Maret
2017 pukul 21:155 WIB. <www.kombuchapower.com>.
Oktaviani, E.P., Purwijayanti, E. dan F.S. Pranata. 2014. Kualitas dan Efektifitas
Antioksidan Minuman Probiotik dengan Variasi Ekstrak Buah Naga
Merah (Hylocereus polirhizus). Program Studi Biologi. Fakultas Teknik
Biologi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.