BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Geriatri
Istilah geriatri pertama kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher pada tahun 1909.
Namun ilmu geriatri sendiri, baru berkembang pada tahun 1935. Pada saat itulah
dilengkapi dengan latihan jasmani dan rohani (Martono dan Pranarka, 2010).
Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang berusia lebih dari 60 tahun serta
mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan gejalanya tidak khas, daya cadangan
faali menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Penderita geriatri berbeda
dengan penderita dewasa muda lainnya, baik dari segi konsep kesehatan maupun segi
diagnosis pada penderita geriatri berbeda dengan populasi lainnya (Penninx et al.,
2004).
Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2004) menua atau menjadi tua
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
4
5
kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan suatu proses fisiologik yang
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2004).
Proses menua pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak pembuahan
atau konsepsi dan berlangsung sampai saat kematian. Proses menua (aging) adalah
proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial
yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia
Dengan demikian manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang
melitus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan
episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidosis,
Menurut Boedi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit,
beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant yang
Sindroma geriatri adalah kumpulan gejala mengenai kesehatan yang sangat sering
dikeluhkan oleh para lanjut usia dan/atau keluarganya. Sindroma itu bukanlah suatu
penyakit, sehingga diperlukan upaya penanganan lebih lanjut untuk mencari penyakit
yang mendasari timbulnya sindroma tersebut. Menurut Solomon et al. (1994) terdapat
2008).
Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya
protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim
2) Perubahan Psikologis
diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap
terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan
bertindak dan berfikir menurun. Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya
dapat beinteraksi.
3) Perubahan seksual
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas seksual pada
Martono, 2004). Untuk suatu pasangan suami istri, bila semasa usia dewasa
seksualnya.
8
4) Perubahan sosial
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia
(Santrock, 2004).
Lanjut usia diukur menurut usia kronologis, fisiologis dan kematangan mental.
Ketiga hal tersebut seringkali tak berjalan sejajar seperti yang diharapkan. Dalam
ilmu geriatri yang dianggap penting adalah usia fisiologis seseorang bukan usia
dengan segala macam cara agar sedapat mungkin dapat menunda atau memperlambat
proses penuaan, dengan begitu angka mortalitasnya pun dapat menurun (Martono dan
Pranarka, 2010).
Pada populasi usia lanjut konsep kesehatan agak berbeda dengan konsep
kesehatan pada populasi lain. Pada populasi usia lanjut ini terdapat pengertian
Kapasitas fungsional merupakan keadaan lansia sebagai akibat dari interaksi antara
fungsi kesehatan fisik, psikologik, sosial-ekonomi dan religius spiritual. Interaksi dari
9
hal-hal tersebut merupakan gambaran kesehatan secara luas pada usia lanjut (Martono
diantaranya:
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut akan terlihat dalam
jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut
sehingga tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien, adanya
penurunan organ reproduksi terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi
menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun.
Menurut Hadi Martono (1997) dalam Martono dan Pranarka (2010), beberapa
pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status
kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami
2) Duka cita (bereavement), pada periode duka cita ini merupakan periode
yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat,
dengan ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat
usia lanjut sedikit berbeda dengan dewasa muda, dimana pada usia lanjut
terdapat gejala somatik. Pada usia lanjut rentan untuk terjadi: episode depresi
berat dengan ciri melankolik, harga diri rendah, penyalahan diri sendiri, ide
11
faktor psikologik, sosial dan biologik. Seorang usia lanjut yang mengalami
tenaga/energi, hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur atau keluhan rasa sakit
dan nyeri kecemasan dan perlambatan motorik (Gumru and Arıcıoğlu, 2012).
panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan
medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu
obat.
5) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi
pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang
pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa
Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasi atau
penampilan perilaku yang sangat mengganggu. Rumah atau kamar yang kotor
serta berbau karena lansia ini sering bermain-main dengan urin dan fesesnya.
disiplin yang bekerja secara inter-disiplin. Tatalaksana holistik pada pasien geriatri
2008).
2.2 Depresi
yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain,
tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan
dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Depresi sering kali berhubungan dengan
Depresi sebagai suatu gangguan suasana hati yang dicirikan dengan tidak ada
harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tidak mampu mengambil
keputusan untuk memulai suatu kegiatan, tidak mampu untuk berkonsentrasi, tidak
13
punya semangat hidup, selalu tegang dan mencoba untuk bunuh diri. Episode depresi
bisanya berlangsung selama kurang dari 9 bulan, akan tetapi pada 15-20% penderita
bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih (Gumru and Arıcıoğlu, 2012)
(PPDGJ III) pada tahun 1993 disebutkan bahwa gangguan utama depresi adalah
pesimisme menghadapi massa yang akan datang. Pada kasus patologi, depresi
menurunnya nilai dari delusi, tidak mampu dan putus asa (Maslim, 2004).
Menurut beberapa ahli, gejala depresi memiliki rentangan dan variasi yang luas
sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar dapat
dibagi menjadi gejala fisik, gejala psikis, gejala sosial (Lumongga, 2009).
Gejala fisik yang sering terdapat pada penderita depresi adalah gangguan pola
tidur, memiliki perilaku pasif, menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja serta
mudah merasa lelah, letih dan sakit. Gejala psikis dari seorang penderita depresi
adalah kehilangan rasa percaya diri, cenderung memandang segala sesuatu dari sisi
negatif dan merasa diri tidak berguna. Sedangkan gejala sosial dari masalah depresi
biasanya adalah ketidakmampuan bersikap terbuka serta tidak mampu secara aktif
a. Usia
kalinya pada usia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan hasil studi pasien
lanjut usia yang mengalami depresi diikuti selama 6 tahun, kira-kira 80%
pasang surut.
b. Status sosioekonomi
Orang dengan taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki risiko yang
c. Status pernikahan
istri ini juga dipercaya dapat mengurangi risiko mengalami depresi dan
New Zealand’s University of Otago yang dipimpin oleh Kate Scott ini
15
mental. Dari sini terlihat bahwa fakta yang juga sesuai dengan hasil
survei dari WHO World Mental Health (WMH) itu menjelaskan bahwa
d. Jenis kelamin
Penggolongan depresi sampai saat ini belum memuaskan semua pihak. Klasifikasi
yaitu:
- Depresi postpartum
3. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan gangguan depresi akibat
zat
(Supriani, 2011)
17
Sampai saat ini, penyebab pasti dari depresi belum diketahui. Faktor yang diduga
menjadi penyebab depresi secara garis besar dibedakan menjadi faktor biologis dan
faktor psikososial. Faktor tersebut berinteraksi satu sama lainnya. Selain kedua faktor
tersebut, faktor genetik diduga memiliki peranan dalam pathogenesis depresi namun
Selain kedua faktor tersebut, terdapat suatu teori baru yang mengaitkan
Terdapat dua hal penting terjadinya depresi berdasarkan faktor biologis yaitu
biogenik-amin yang sering dijumpai pada depresi yaitu 5-hydroxy indoleacetic acid
yang mencoba bunuh diri didapatkan konsentrasi serotonin dan metabolitnya yaitu 5-
hubungan antara dopamine dan gangguan mood. Faktor neurokimiawi lain seperti
Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres dapat bersifat akut ataupun kronik.
Tidak ada ciri-ciri kepribadian khas yang diduga mendasari terjadinya depresi. Semua
individu dapat menderita depresi bila berhadapan dengan kondisi yang memang bisa
kehilangan obyek yang dicintai dapat mencetuskan depresi. Peristiwa kehidupan yang
tersebut telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresi berat dengan suatu teori
bahwa stres menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan
perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada risiko yang lebih
Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III.
Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai dengan
banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang.
Pada gangguan depresi terdapat 3 gejal utama yaitu suasana perasaan hati murung
dan sedih, hilangnya minat dan gairah serta hilangnya tenaga dan mudah lelah
(Maslim, 2004).
Selain gejala diatas, ada beberapa gejala tambahan lain yang bisa didapatkan pada
memandang masa depan, pola tidur berubah, nafsu makan menurun, perubahan
20
Depresi keadaan gangguan psikologis yang ditandai dengan adanya gejala utama
dan gejala lain yang menyertainya. Berdasarkan PPDGJ-III ada beberapa kriteria
yaitu gejala utama dan gejala lain. Adapun gejala utama antara lain (1) Afek Depresi,
(2) kehilangan minat, (3) berkurangnya energi. Sedangkan gejala lain adalah
konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang percaya diri, sering merasa bersalah,
pesimis, ide bunuh diri, gangguan tidur dan nafsu makan. Selain itu terkadang adanya
gangguan daam bentuk penurunan aktivitas kerja dan fungsi sosial (Maslim, 2004).
Depresi menurut PPDGJ-III dalam Maslim (2004), dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu depresi ringan, sedang dan berat. Dimana perbedaan antara episode terletak
pada penilaian klinis yang kompleks yang meliputi jumlah bentuk dan keparahan
gejala yang ditemukan. Depresi ringan ditegakkan bila terdapat dua gejala utama
ditambah dua gejala lain tanpa adanya gangguan aktivitas. Depresi sedang ditegakkan
bila ditemukan dua gejala utama ditambah tiga gejala lain dengan aktivitas yang agak
ditambah empat gejala laindengan aktivitas yang sangat terganggu (Maslim, 2004).
21
Lansia merupakan masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup
dengan tenang damai serta adanya dukungan dari keluarga ataupun masyarakat. Pada
ataupun kondisi lainnya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya
Depresi adalah gangguan kejiwaan yang paling umum pada lansia yang dapat
bermanifestasi sebagai depresi berat atau depresi ringan ditandai dengan kumpulan
Depresi merupakan suatu keadaan yang tidak normal pada populasi geriatri.
telah membuat sistem yang tidak komprehensif pada pasien geriatri dengan depresi
Secara umum depresi ditandai oleh suasana perasaan yang murung, hilang minat
terhadap kegiatan, hilang semangat, lemah, lesu, dan rasa tidak berdaya. Pada pasien
usia lanjut tampilan yang paling umum adalah keluhan somatis, hilang selera makan
Depresi pada pasien geriatri sering berkomorbid dengan penyakit lain, oleh
karena itu gejala dan keluhannya sering tersamar dan bertumpang tindih dengan
kondisi penyakit lain yang diderita, bahkan dengan proses penuaan normal sendiri.
Hal ini akan menyulitkan diagnosis yang berakibat tidak tertanganinya depresi,
angka depresi berat pada lansia adalah berkisar dari 3%-15% (Hoyer and Roodin,
Health, 2004). Penelitian di Cina pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 26,5% lansia
menderita depresi ringan dan 4,3% menderita depresi berat (Gao et al., 2009).
Penelitian pada tahun 2009 menyatakan bahwa prevalensi depresi pada lansia di asia
Menurut Dewi et al. (2007), prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat
di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah sebesar 76,3%. Sedangkan
prevalensi depresi pada pasien lanjut usia yang dirawat di rumah sakit. Penelitian ini
menunjukkan depresi pada lansia sebesar 35% dengan gejala klinis nyata depresi
23
sebesar 13,5% dan sekitar 15% tidak menunjukkan gejala depresi yang jelas
(Kuswardhani, 2006).
Depresi pada geriatri bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial. Pada usia lanjut, stres
Adapun cara untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut dapat dimulai dengan
Anamnesis merupakan hal yang sangat penting dalam diagnosis depresi dan harus
Gejala depresi pada usia lanjut sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari
aktivitas sosial. Tanda disfori atau sedih yang jelas seringkali tidak didapatkan pada
usia lanjut. Oleh karena hal tersebut, terdapat skala yang membantu menapisdepresi
pada geriatri. Skala ini bernama Skala Depresi Geriatri (Geriatric Depression Scale)
yang dapat dilihat pada tabel 2.1 (Yesavage et al.,1982citDewi et al., 2007).
24
Tabel 2.1
Skala Depresi Geriatri (Yesavage et al.,1982citDewi et al., 2007).
1.Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? Tidak
2.Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan anda?
Ya
3.Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya
4.Apakah anda sering merasa bosan? Ya
5. Apakah anda sangat berharap terhadap masa depan? Tidak
6. Apakah anda merasa terganggu dengan pikiran anda? Ya
7.Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak
8.Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya
9.Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Tidak
10.Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya
11. Apakah anda sering merasa resah dan gelisah? Ya
12.Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu
yang baru? Ya
13. Apakah anda sering merasa khawatir pada masa depan anda? Ya
14.Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibanding
kebanyakan orang? Ya
15.Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Tidak
16.Apakah anda sering merasa sedih? Ya
17.Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? Ya
18.Apakah anda sangat menghawatirkan masa lalu anda? Ya
19. Apakah anda merasa hidup ini sangat menarik dan menyenangkan? Tidak
20. Apakah sulit bagi anda untuk memulai hal baru? Ya
21.Apakah anda merasa anda penuh semangat? Tidak
22.Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya
23.Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? Ya
24. Apakah anda sering merasa sedih terhadap hal-hal kecil? Ya
25. Apakah anda merasa sering ingin menangis? Ya
26. Apakah anda mempunyai masalah dalam konsentrasi? Ya
27. Apakah anda merasa senang ketika bangun pagi hari? Tidak
28. Apakah anda lebih memilih untuk tidak ikut pertemuan sosial dan bermasyarakat? Ya
29. Apakah mudah bagi anda mengambil keputusan? Tidak
30. Apakah pikiran anda secerah biasanya? Tidak
Skor: Hitung jawaban yang sesuai lalu jumlahkan.
2.4.1 Sitokin
Sitokin merupakan mediator yang dihasilkan oleh sel dalam reaksi radang atau
imunologik yang berfungsi sebagai isyarat antara sel-sel untuk membentuk jaringan
imunitas melalui pengaturan pertumbuhan, mobilitas dan diferensiasi leukosit dan sel
Sitokin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor spesifik yang terdapat pada
Sitokin hampir tidak pernah diproduksi atau bekerja sendirian, tetapi selalu dalam
suatu jaringan kerja yang kompleks. Yang termasuk dalam sitokin adalah berbagai
interleukin, interferon (IFN α, β dan γ), tumor necrosis factor (TNF), colony
2.4.2 Interleukin-6
terutama oleh monosit, fibroblast, sel endotel dan sel stellate hati yang teraktivasi
infeksi akut dan inflamasi akibat dari mekanisme penguatan yang kompleks yang
melibatkan Interleukin 1 (IL-1) dan Tumor Necrosis Factor alfa (TNF-α), yang mana
keduanya merupakan penginduksi yang poten terhadap respon IL-6 secara in vivo
(Madrona, 2012).
Ekspresi lokal dari IL-6 berkorelasi dengan aktivitas penyakit tanpa memandang
etiologinya. Pada keadaan stabil IL-6 biasanya tidak diproduksi oleh sel normal, tapi
ekspresinya siap diinduksi bila terjadi gangguan homeostasis. Hampir semua proses
IL-6. Produksi sitokin-sitokin ini akan menyebabkan efek beragam pada hospes
diantaranya induksi demam, respon fase hepatik, yang disertai lekositosis dan
produksi protein fase akut seperti C-reactive protein (CRP) dan aktivasi dari sel T, sel
Pada lansia, tingkat sirkulasi yang lebih tinggi dari interleukin-6 (IL-6)
berkorelasi dengan kinerja fisik yang buruk, dan kelemahan otot yang sering dialami
oleh lansia. Bukti substansial menunjukkan bahwa inflamasi kronik yang ditandai
langsung pada kerapuhan yang terjadi pada lansia (Morris et al., 2011).
peningkatan sitokin pada pasien depresi dibandingkan dengan orang normal dan
terkadang depresi juga muncul sebagai efek samping terapi sitokin (Dunn et al.,
2005).
Beberapa uji pada hewan menunjukkan aktivasi sistem imun memicu timbulnya
pola perilaku. Pola perilaku ini disebut sebagai perilaku sakit yang memiliki beberapa
kemiripan dengan gejala-gejala dari depresi. Karena itu diduga bahwa interleukin-6
menunjukkan hasil yang tidak konsisten (Krishnadas and Cavanagh, 2012). Menurut
Morris et al. (2011) kemungkinan hal ini juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ras.
Depresi juga sering muncul pada orang-orang yang mengalami kelainan sistem
adrenocortical (HPA), yang mana seringkali teraktivasi pada pasien depresi. Selain
28
itu interleukin-6 juga diduga mengaktivasi sistem noradrenergic di otak, yang juga
darah terutama pada fase infeksi akut atau infeksi kronis serta menginduksi
serum. Beberapa obat tersebut bekerja menurunkan kadar IL-6 serum seperti aspirin,
golongan barbiturat, opioid, codein, morfin diduga akan mengaktifkan sitokin, sel
mast dan faktor kemokin sehingga golongan obat ini akan meningkatkan ekspresi IL-
Antidepresan juga berefek pada kadar sitokin dalam darah. Pada tahun 1980-an,
2012).
clomipramine diduga menurunkan substansi P pada otak tikus, dimana substansi P ini
29
dapat menstimulasi astrosit dan monosit membetuk IL-1, IL-6 dan TNF (Gumru et
al., 2012).