Anda di halaman 1dari 11

PEMBERIAAN SEDIAAN PARENTERAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


NAMA KELOMPOK :

DEWI HERLINA (51704010)


EGA ANDITA (51704011)
LIDYA WAHYU RAHMASARI (51704016)
MARIA ULFA (51704019)
PHEBY OKTRIANI (51704027)
RAHMI INTAN INSANIA (51704028)
SALSABILA AMIRAH COLIN (51704036)
TIA IRINDA (51704043)

DOSEN PEMBIMBING : GITA SUSANTI, S.FARM., APT., M.KES


Definisi Pemberian Obat Parenteral
Memasukan obat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan caramerobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau
menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa
menggunakan alat suntik. ( DEPKES RI 1994 )
Obat dimasukan ke dalam kulit, dibawah kulit, kedalam otot dan ke
dalam vena dan pemberian ini lebih cepat diserap daripada melalui oral.
( WHO 1998 )
Jadi pemberian obat perenteral adalah pemberian obat atau cairan
dengan cara dimasukan langsung kedalam kulit, dibawah kulit, kedalam
otot ataupun ke dalam vena.

Macam Cara Pemberian Obat Parenteral


Penyuntikan dilakukan dengan cara :
· Intrakutan
· Subkutan
· Intramuskular
· Intravena
Cara Pemberian Injeksi

Injeksi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh


hampir setiap perawat juga harus dapat
melakukannya. Namun pemberian obat ini juga harus
mengetahui dimana tempat yang seharusnya
dilakukan. Berikut adalah cara pemberian injeksi
sesuai SOP.
1. INJEKSI INTRACUTAN

Adalah pemberian obat atau cairan dengan


cara dimasukan langsung ke kulit.
Umumnya diberikan untuk tujuan
diagnostik, desensitasi(alergi) atau
imunisasi. Larutan sebaiknya isotonis dan
isohidris karena larutan yang nonisotoik
dapat memberikan tanda-tanda iritasi
palsu (Lukas, 2006;Lachman dkk,1994).

Contoh
Contoh Gambar
Gambar
1. INJEKSI SUBKUTAN
(SC)
Memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dilakukan pada
lengan atas sebelah luar, pada bagian luar daerah dada dan daerah yang
dianggap perlu.
(DEPKES RI 1994 )
Injeksi subcutan adalah memasukan obat ke dalam jaringan lemak tepat
dibawah kulit (WHO 1998 )
Jadi kesimpulannya injeksi Sub Cutan adalah Pemberian obat dengan
cara dimasukan langsung kebawah kulit.
Volume injeks subkutan tidak lebih dari 1 ml, larutan sebaiknya isotonis
dan isohidris, larutan yang sangat menyimpang isotonisnya dapat
menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak
optimal. Onset (mula kerja) obat berbentuk larutan dalam air lebih cepat
dari pada sediaan suspensi. Determinan kecepatan absorpsi ialah total
luas permukaan tempat terjadinya penyerapan dan zat aktif bekerja
lambat daripada secara IV (Lukas,2006).
1. INJEKSI INTRAMUSKULAR
(IM)
Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara
dimasukan langsung kedalam otot.
Volume sediaan umumnya 2 ml, sediaan berupa
larutan, suspensi atau emulsi. Jaringan otot
mentoleransi minyak dan partikel-partikel yang
tersuspensi dengan baik, di dalam minyak sehingga
jaringan otot tersebut merupakan rute yang cocok
untuk minyak dan suspensi dalam minyak. Onset (mula
kerja) bervariasi tergantung besar kecilnya partikel. Zat
aktif bekerja lambat (preparat depo) serta mudah
terakumulasi (Lukas, 2006; Lachman dkk, 1994).
1. INJEKSI INTRAVENA (IV)
Adalah pemberian obat dengan cara dimasukan
langsung kedalam pembuluh darah vena. Volume
relatif besar, volume kecil (<5 ml) sebaiknya isotonis
dan isohidris, sedangkan volume besar (infus) harus
isotonis dan isohidris. Tidak melalui fase absorpsi,
obat langsung masuk kedalam vena. Onset (mula
kerja) segera, biovabilitas 100% (Lukas, 2006).
FARMAKOKINETIKA OBAT PARENTERAL

Farmakokinetika berarti berhubungan dengan nasib obat dalam tubuh, yang mencakup
proses ADME (Lukas, 2006; Rahman & djide, 2009).
1. Absorbsi Obat Parenteral
Obat yang diberikan secara ekstravaskular (i.m, s.c) akan mengalami absorpsi dan
obat yang diberikan secara i.v tidak mengalami absorpsi. Molekul obat diabsorpsi
dalam bentuk bebas (tidak terikat dengan zat lain) dan utuh ke dalam darah atau
peredaran sistemik.
2. Distribusi Obat Parenteral
Pada pemberian secara i.v molekul obat langsung masuk kedalam peredaran darah.
Bila pemberian secara i.m atau s.c, molekul obat bercampur dengan cairan tubuh atau
jaringan, lalu masuk ke dalam peredaran darah dan kemudian di distribusikan ke
jaringan tempat obat bekerja.
3. Metabolisme Obat Parenteral
Proses metabolisme obat di dalam tubuh melibatkan proses biotransformasi obat
secara kimiawi, hal ini terjadi dalam lingkungan biologis. Sebagian besar reaksi
metabolisme merubah obat menjadi bentuk metabolit yang lebih larut dalam air dan
siap di eksresikan melalui ginjal. Tempat utama metabolisme obat parenteral adalah di
hati, namun dapat terjadi di ginjal dan jaringan otot.
4. Eksresi Obat Parenteral
Eksresi obat dan metabolitnya merupakan tahapan terakhir dari aktivitas serta
keberadaan obat dalam tubuh. Molekul obat yang masuk kedalam tubuh dikeluarkan
melalui beberapa saluran. Obat akan diekresikan dari tubuh bersama dengan berbagai
cairan tubuh melalu beberapa perjalanan. Ginjal merupakan organ pertama
mengeliminasi obat bersama urin. Organ lain dapat mengekresikan obat yaitu :
empedu, paru, air ludah, ASI, dan kulit.
KEUNTUNGAN & KERUGIAN OBAT PARENTERAL

KEUNTUNGAN
1. Obat memiliki onset (mula kerja) yang cepat.
2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti.
3. Biovaibilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam saluran pencernaan dapat dihindarkan.
5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang
dalam keadaan koma (Lukas, 2006).

KERUGIAN
1. Dapat menimbulkan rasa nyeri/sakit pada saat disuntik, apalagi bila
pemberiannya berulang.
2. Memberikan efek psikologis pada pasien yang takut disuntik.
3. Bila terjadi kekeliruan pada saat pemberian, maka hampir tidak dapat
diperbaiki terutama setelah pemberian intravena.
4. Bila obat sudah masuk kedalam tubuh pasien, maka sulit untuk ditarik
kembali atau dikeluarkan.
5. Obat hanya dapat diberikan kepada pasien dirumah sakit atau ditempat
praktek dokter dan hanya dilakukan oleh perawat yang berpengalaman
(Rahman & Djide, 2009).
KESIMPULAN
Memasukan obat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih
lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik. ( depkes RI 1994 )
Obat dimasukan ke dalam kulit, dibawah kulit, kedalam otot dan ke dalam vena dan
pemberian ini lebih cepat diserap daripada melalui oral. ( WHO 1998 )
Jadi pemberian obat perenteral adalah pemberian obat atau cairan dengan cara
dimasukan langsung kedalam kulit, dibawah kulit, kedalam otot ataupun ke dalam
vena.
Penyuntikan dilakukan dengan cara :
· Intrkutan, Subkutan, Intramuskular dan Intravena
Farmakokinetika berarti berhubungan dengan nasib obat dalam tubuh, yang
mencakup proses ADME (Lukas, 2006; Rahman & djide, 2009).
Pada dasarnya prinsip pemberian injeksi ini sama baik yang dilakukan secara SOP
yang kami dapat dari kampus atau yang di realita lapangan, prinsip inilah yang
terpenting untuk kita ketahui. Masalah perbedaan yang kami dapat hanyalah dari
peralatan, dimana dilapangan perawat hanya menenteng spuit dan kapas alkohol
saja, ditambah torniquet jika melakukan injeksi intravena.
Namun ada hal yang lebih penting yang harus diperhatikan perawat di
lapangan yaitu komunikasi teraupetik yang semakin lama pudar karena
rutinitas, kebosanan dan merasa profesional. Justru kami yakin bahwa
kesehatan bukan hanya diobati dari fisik saja namun juga dari jiwa.
THANK’S FOR ATTENTION
BYE BYE

Anda mungkin juga menyukai