Anda di halaman 1dari 6

Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque, Trisna Lestari 2020

EVALUASI PELAKSANAAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB) DI APOTEK


WILAYAH KECAMATAN CIKUPA KABUPATEN TANGERANG

EVALUATION OF GOOD DISTRIBUTION PRACTICE (GDP) IMPLEMENTATION IN PHARMACY


AT CIKUPA TANGERANG

Jaka Supriyanta1*, Ghita Ananda El-Haque1, Trisna Lestari1


1
Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang
*Corresponding Author Email : jokosupriyanto0710@gmail.com

ABSTRAK
Distribusi obat merupakan suatu proses yang penting dalam menjaga efikasi, keamanan, dan kualitas
suatu obat, pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) perlu diterapkan pada fasilitas Apotek
agar mutu obat dapat terjamin sampai ke tangan pasien. CDOB adalah cara distribusi atau
penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi
atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kesesuaian pendistribusian obat di Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012.
Metode penelitian bersifat deskriptif dengan memberikan kuisioner ke Apotek yang ada di Wilayah
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang yang meliputi aspek profil sarana, bangunan dan
peralatan, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, penyaluran, penanganan produk kembali dan
kadaluarsa, dan pemusnahan. Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan CDOB kesesuaian dengan
Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 di Apotek Wilayah Kecamatan
Cikupa, pada aspek profil sarana sebesar 77,3%, aspek bangunan dan peralatan sebesar 83,3 %,
aspek pengadaan sebesar 72.2%, aspek penerimaan dan penyimpanan sebesar 91,1 %, aspek
penyaluran sebesar 44,4 %, aspek penanganan produk kembalian dan kadaluarsa sebesar 73,3%,
dan aspek pemusnahan sebesar 68,3%.
Kata Kunci: Cara Distribusi Obat yang Baik, Apotek, Kecamatan Cikupa

ABSTRACT
Drug distribution is an important process in maintaining the efficacy, safety and quality of a drug,
guidelines for Good Distribution Practice (GDP) should be implemented in Pharmacy facilities so that
the quality of the drug can be guaranteed to the patient’s hands. GDP is a method of distribution or
distribution of drugs and or medicinal ingredients aimed at ensuring quality along the distribution
channels according to the requirements and purposes of their use. The study aims to determine the
suitability of drug distribution in the Cikupa District Pharmacy of Tangerang Regency based on the
Head of BPOM Regulation Number HK.03.1.34.11.12.7542 in 2012. The research method is
descriptive by giving questionnaires to the pharmacy in the Cikupa District of Tangerang Regency
which covers aspects profile of facilities, buildings and equipment, procurement, receipt and storage,
distribution, product handling of product returns and expire date, and destruction. According to data
collected of the study implementation of the GDP in accordance with the head of BPOM Regulation
Number HK.03.1.34.11.12.7542 In 2012 at the Cikupa District Pharmacy, in the aspect profile of
facility at 77,3%, building and equipment to 83,3%, procurement aspect was 72,2%, the acceptance
and storage aspects amounted to 91,1%, the distribution aspect was 44,4%, the handling and return
of expiration products were 73,3%, and the destruction aspect was 68,3%.
Keywords: Good Distribution Practice, Pharmacy, Cikupa District

PENDAHULUAN
Apotek adalah suatu tempat tertentu untuk penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan
melakukan pekerjaan kefarmasian dan kesehatan lainnya kepada masyarakat (PerKa
Farmagazine Vol. VII No.2 Agustus 2020 14
Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque, Trisna Lestari 2020

BPOM, 2012). Apotek menyelenggarakan dan kadaluarsa, dan pemusnahan. Data yang
fungsinya seperti pengelolaan sediaan farmasi, di dapat kemudian di analisis secara kualitatif
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, untuk diterapkan di Apotek Wilayah
dan pelayanan farmasi klinik, termasuk di Kecamatan Cikupa sesuai dengan kriteria
komunitas (Permenkes, 2017). temuan yang di dapat.
Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi, yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem Penelitian ini dilakukan di Apotek Wilayah
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang
penetapan diagnosis, pencegahan, dengan menggunakan metode deskriptif yang
penyembuhan, pemulihan, peningkatan disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia dilakukan dengan cara membagikan kuisioner
(PerKa BPOM, 2012). kepada semua Apotek yang terdaftar di Dinas
Pada tahap pembuatan obat, pemerintah Kesehatan Kabupaten Tangerang pada Tahun
sudah membuat suatu pedoman yaitu Cara 2018. Peneliti terlebih dahulu melakukan
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar obat permohonan izin kepada Dinas Kesehatan
dapat memenuhi kriteria efficacy, safety dan Kabupaten Tangerang untuk mendapatkan
quality. Sedangkan pada proses distribusinya daftar nama Apotek, setelah menerima daftar
pun pemerintah telah membuat suatu Apotek, peneliti melakukan permohonan izin
peraturan mengenai Cara Distribusi Obat yang ke semua Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa
Baik (CDOB), peraturan tersebut tercantum Kabupaten Tangerang. Setelah permohonan
dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas izin diterima peneliti langsung melakukan
Obat Dan Makanan Republik Indonesia penelitian.
Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di Apotek Wilayah Cikupa
Baik (CDOB). Cara Distribusi Obat yang Baik Kabupaten Tangerang yaitu meliputi Aspek
(CDOB) adalah cara distribusi atau penyaluran Profil Sarana, Bangunan dan Peralatan,
obat dan atau bahan obat yang bertujuan Pengadaan, Penerimaan dan Penyimpanan,
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi Penyaluran, Penanganan Produk kembalian
atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan dan kadaluarsa, dan Pemusnahan.
penggunaannya. Kegiatan yang menyangkut Berdasarkan aspek tersebut dapat diketahui
distribusi obat meliputi pengadaan, gambaran pelaksanaan CDOB pada Apotek di
penyimpanan, dan penyaluran obat dari Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten
produsen hingga ketangan konsumen. Tangerang, untuk masing-masing aspek.
Penerapan CDOB ini diharapkan dapat
mempertahankan dan memastikan bahwa Aspek Profil Sarana
mutu obat yang diterima oleh pasien sama Aspek Profil Sarana di dapat dari lima
dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh belas Apotek di Wilayah Kecamatan Cikupa
industri farmasi (Hartini, 2016). Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada
tabel 1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Tabel 1. Aspek Profil Sarana
deskriptif non eksperimental dengan No Aspek Profil Sarana Ya Tidak
pendekatan kualititatif di Apotek Wilayah 1. Apotek memiliki Apoteker 26,7% 73,3%
pendamping.
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.
2. Apotek terdapat struktur 73,3% 26,7%
Penelitian ini menggunakan formulir kuisoner organisasi.
yang diisi oleh responden. Populasi dalam 3. Apotek memasang papan 100% 0%
penelitian ini adalah semua Apotek di Wilayah nama Apotek.
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang 4. Apotek memasang papan 86,7% 13,3%
yang berjumlah 22 Apotek berdasarkan data praktik Apoteker.
dari Dinas Kesehatan Kabupaten 5. Apotek tersedia buku 100% 0%
Tangerang.pengumpulan data dilakukan referensi (buku standar
menggunakan formulir kuisoner yang terdiri dan kumpulan peraturan
dari aspek profil sarana, bangunan, peralatan, perundang-undangan
yang berhubungan).
pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
Total 77,3% 22,7%
penyaluran, penanganan produk kembalian
Farmagazine Vol. VII No.2 Agustus 2020 15
Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque, Trisna Lestari 2020

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat pada barang.


aspek profil sarana yang sesuai dengan 8. Tersedia alat pendingin 100% 0%
Peraturan Kepala BPOM tahun 2012 tentang ruangan atau AC.
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yaitu 9. Tersedia rak atau lemari 100% 0%
penyimpanan obat.
77,3% sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM
10. Tersedia lemari pendingin 93,3% 6,7%
Tahun 2012 dan 22,7% tidak sesuai dengan untuk menyimpan jenis
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu obat-obat tertentu yang
“Pelaksanaan dan pengelolaan sistem memerlukan suhu dingin.
manajemen mutu yang baik serta distribusi 11. Tersedia lemari khusus 93,3% 6,7%
obat dan atau bahan obat yang benar sangat untuk penyimpanan
bergantung pada personil yang narkotika dan psikotropika.
menjalankannya. Harus ada personil yang 12. Tersedia lemari khusus 53,3% 46,7%
cukup dan kompeten untuk melaksanakan untuk obat rusak dan
semua tugas yang menjadi tanggung jawab kadaluarsa.
13. Adanya pengaturan suhu 100% 0%
fasilitas distribusi. Tanggung jawab masing-
ruangan.
masing personil harus dipahami dengan jelas 14. Adanya pengaturan suhu 93,3% 6,7%
dan dicatat. Semua personil harus memahami lemari pendingin.
prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan 15. Adanya pengaturan 46,7% 53,3%
dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai kelembaban.
dengan tanggung jawabnya”. Berdasarkan hal 16. Tersedia catatan 80% 20%
tersebut dalam sebuah Apotek harus monitoring suhu.
mempunyai manajerial yang bagus, dengan 17. Tersedia catatan 46,7% 53,3%
cara membuat struktur organisasi. Hal ini monitoring kebersihan.
berfungsi agar tugas-tugas terorganisir dengan 18. Tersedia alat Pemadam 100% 0%
Api Ringan (APAR).
rapih dan personil-personil di Apotek dapat
Total 83.3% 16.7%
menjalankan tanggung jawabnya dengan
kompeten, serta dapat menyelesaikan segala
permasalahan yang ada di Apotek. Sistem Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat Apotek
manajemen yang baik akan membawa Apotek yang sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM
kepada kepuasan pelanggan dan kenyamanan Tahun 2012 sebanyak 83,3% dan 16,7% tidak
dalam bekerja. sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun
2012 yaitu “Fasilitas distribusi harus memiliki
Aspek Bangunan dan Peralatan bangunan dan peralatan untuk menjamin
Aspek Bangunan dan Peralatan di dapat perlindungan dan distribusi obat dan atau
dari lima belas Apotek di Wilayah Kecamatan bahan obat. Bangunan harus dirancang dan
Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi
dilihat pada tabel 2. penyimpanan yang baik dapat dipertahankan,
mempunyai keamanan yang memadai dan
Tabel 2. Aspek Bangunan dan Peralatan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan
No Aspek Bangunan dan Ya Tidak penyimpanan dan penanganan obat yang baik,
Peralatan dan area penyimpanan dilengkapi dengan
1. Tersedia ruang tunggu bagi 66,7% 33,3% pencahayaan yang memadai untuk
pasien. memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan
2. Tersedia ruangan tertutup 60% 40% secara akurat dan aman”.
untuk konseling bagi
pasien. Aspek Pengadaan
3. Atap Apotek dalam 100% 0% Aspek Pengadaan didapat dari lima belas
keadaan baik dan tidak
Apotek di Wilayah Kecamatan Cikupa
bocor.
4. Penerangan Apotek yang 100% 0% Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada
cukup. tabel 3.
5. Tersedia timbangan 100% 0%
miligram dan anak
timbangan.
6. Tersedia wastafel. 100% 0%
7. Tersedia pallet atau papan 66,7% 33%
alas untuk menyimpan

Farmagazine Vol. VII No.2 Agustus 2020 16


Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque, Trisna Lestari 2020

Tabel 3. Aspek Pengadaan Tabel 4. Aspek Penerimaan dan Penyimpanan


No Aspek Pengadaan Ya Tidak No Aspek Penerimaan dan Ya Tidak
1. Pengadaan obat dilakukan 100% 0% Penyimpanan
secara kontinue, untuk 1. Nomor bets dan tanggal 93,3% 6,7%
mencegah kekosongan kadaluarsa obat dan atau
salah satu jenis obat. bahan obat dicatat pada
2. Apotek memesan atau 93,3% 6,7% saat penerimaan.
membeli obat dari PBF. 2. Nama pemasok dicatat 86,7% 13,3
3. Apotek memperoleh obat 100% 0% pada saat penerimaan. %
dari pemasok yang memiliki 3. Alamat pemasok dicatat 86,7% 13,3
izin. pada saat penerimaan. %
4. Setiap obat yang dipesan 100% 0% 4. Penyimpanan obat LASA 73,3% 26,7
atau dibeli, selalu disertai (look alike sound alike) %
faktur pembelian. tidak ditempatkan
5. Apotek menyediakan obat 13,3% 86,7% berdekatan dan diberi
golongan Narkotika. penandaan khusus obat.
6. Apotek menyediakan obat 26,7% 73,3% 5. Penyimpanan obat sesuai 100% 0%
golongan psikotropika. metode FIFO.
Total 72,2% 27,8% 6. Penyimpanan obat sesuai 100% 0%
metode FEFO.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat yang 7. Penyimpanan obat 100% 0%
sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun berdasarkan jenis obat.
2012 pada aspek pengadaan yang sesuai 8. Penyimpanan obat 100% 0%
berdasarkan bentuk
dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012
sediaan.
yaitu 72,2%, dan 27,8% tidak sesuai dengan 9. Penyimpanan obat 73,3% 26,7
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012. berdasarkan alfabert %
Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih Hartini (abjad).
dan Marchaban aspek pengadaan yaitu 10. Obat yang rusak 100% 0%
“Aspek ini berisi mengenai bagaimana barang diletakan terpisah dengan
atau obat yang disediakan itu dipesan, mulai obat yang masih baik.
dari sumber pengadaan sampai kelengkapan 11. Obat yang kadaluarsa 100% 0%
surat-surat saat proses pemesanan barang diletakan terpisah dengan
yang dalam hal ini berupa obat dan atau bahan obat yang masih baik.
12. Diberikan pelabelan 73,3% 26,7
obat”. Hal ini sesuai dengan Permenkes
nama obat pada rak %
Nomor 73 Tahun 2016 yaitu “Untuk menjamin penyimpanan
kualitas Pelayanan Kefarmasian maka 13. Penggunaan instruksi 86,7% 13,3
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui penyimpanan obat %
jalur resmi sesuai ketentuan peraturan mengikuti petunjuk yang
perundang-undangan”. Apotek di wajibkan tertera pada label obat.
membeli stok obat melalui jalur resmi, hal ini di 14. Kategori penyimpanan
karenakan agar keaslian dan mutu obat obat berdasarkan :
terjamin, sedangkan jika obat di peroleh dari Suhu dingin (vaksin, 93,3% 6,7%
jalur yang tidak resmi memungkinkan suppositoria, insulin,
masuknya obat palsu dan mutu obat tidak serum dll).
terjamin. Pembelian pun harus disertai faktur Suhu Ruang (Tablet, 100% 0%
kapsul,salep,syrup).
agar aman dalam transaksi dan sah dalam
Total 91,1% 8,9%
proses pembelian sehingga terhindar dari
audit.
Berdasarkan tabel 4 terdapat 91,1%
Apotek yang sesuai dengan Peraturan Kepala
Aspek Penerimaan dan Penyimpanan
BPOM Tahun 2012 dan 8,9% tidak sesuai
Aspek penerimaan dan penyimpanan di
dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012
dapat dari lima belas Apotek di Wilayah
yaitu “Proses penerimaan bertujuan untuk
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang,
memastikan bahwa kiriman obat dan atau
data dapat dilihat pada tabel 4.
bahan obat yang diterima benar, berasal dari
pemasok yang disetujui, tidak rusak atau tidak
mengalami perubahan selama transportasi dan
Penyimpanan dan penanganan obat dan atau
Farmagazine Vol. VII No.2 Agustus 2020 17
Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque, Trisna Lestari 2020

bahan obat harus mematuhi peraturan Tabel 6. Aspek Penanganan Produk


perundang-undangan”. Berdasarkan hal Kembalian dan Kadaluarsa
tersebut maka penyimpanan harus sesuai No. Aspek Penanganan Ya Tidak
karena untuk menghindari kesalahan, Produk Kembalian dan
kestabilan obat-obatan dan kontaminasi atau Kadaluarsa
tercampurnya obat-obat yang bentuk maupun 1. Apotek pernah melakukan 73,3% 26,7%
jenis yang berbeda. pengembalian barang
kepada distributor.
2. Apotek selalu 73,3% 26,7%
Aspek Penyaluran
menyertakan faktur
Aspek penyaluran didapat dari lima belas
pembelian saat proses
Apotek di Wilayah Kecamatan Cikupa
pengembalian barang
Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada
kepada distributor.
tabel 5.
Total 73,3% 26,7%
Tabel 5. Aspek Penyaluran
No Aspek Penyaluran Ya Tidak Berdasarkan tabel 6 pada aspek
1. Apotek melayani obat 93,3% 6,7% penanganan produk kembalian dan kadaluarsa
keras (diluar OWA) 73,3% Apotek sesuai dengan Peraturan
dengan resep dokter. Kepala BPOM Tahun 2012 dan 26,7% tidak
2. Apotek melayani sediaan 13,3% 86,7% sesuai. Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih
narkotika dengan resep Hartini dan Marchaban yaitu “Aspek ini
dokter. berkaitan dengan proses pengembalian produk
3. Apotek melayani sediaan 26,7% 73,3% kadaluarsa dan kembalian kepada distributor
psikotropika dengan beserta kelengkapan surat - suratnya” dan
resep dokter.
menurut Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012
Total 44,4% 55,6%
yaitu “Jumlah dan identifikasi obat dan atau
bahan obat kembalian harus dicatat dalam
Berdasarkan tabel 5 terdapat 44,4%
catatan penerimaan dan pengembalian
Apotek yang sesuai dengan Peraturan Kepala
barang”. Berdasarkan hal tersebut jika Apotek
BPOM Tahun 2012 dan 55,6% tidak sesuai.
melakukan pengembalian harus selalu
Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih Hartini
menyertakan faktur pembelian kepada
dan Marchaban yaitu “Aspek ini berkaitan
distributor.
dengan proses penyaluran obat dari Apotek
kepada pasien” dan menurut Peraturan
Aspek Pemusnahan
Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu “Fasilitas
Aspek pemusnahan didapat dari lima
distribusi harus memastikan penyaluran
belas Apotek di Wilayah Kecamatan Cikupa
narkotika dan psikotropika ke fasilitas distribusi
Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada
lain yang memiliki ijin khusus penyalur
tabel 7.
narkotika dan psikotropika, instalasi sediaan
farmasi, apotek dan rumah sakit yang memiliki Tabel 7. Aspek Pemusnahan
kewenangan menyalurkan atau menyerahkan No Aspek Pemusnahan Ya Tidak
narkotika dan psikotropika sesuai dengan 1. Pelaksanakan prosedur 53,3% 46,7%
peraturan perundang-undangan”, dimana pada pemusnahan obat
penyaluran ini terkait obat keras disertai narkotika dan psikotropika
dengan resep dokter juga pelayanan untuk di Apotek disaksikan oleh
narkotika dan psikotropika harus ditangani Apoteker dan Dinkes.
dengan khusus dan wajib memakai resep 2. Pelaksanakan prosedur 80% 20%
dokter. pemusnahan obat rusak
dan kadaluarsa di Apotek
Aspek Penanganan Produk Kembalian dan disaksikan oleh Apoteker
dan Tenaga Kefarmasian
Kadaluarsa
yang memiliki surat izin
Aspek penanganan produk kembalian dan praktik atau surat izin
kadaluarsa didapat dari lima belas Apotek di kerja.
Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten 3. Apotek menyertakan surat- 66,7% 33,3%
Tangerang, data dapat dilihat pada tabel 6. surat yang lengkap saat
melakukan prosedur

Farmagazine Vol. VII No.2 Agustus 2020 18


Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque, Trisna Lestari 2020

pemusnahan. Universitas Airlangga. Surabaya.


4. Proses pemusnahan obat 73,3% 26,7% Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012.
dilakukan dalam jangka Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
waktu yang telah dan Makanan Republik Indonesia Nomor
ditetapkan.
HK.03.1.34.11.12.7542 Tentang Pedoman
Total 68,3% 31,7%
Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik,
Berdasarkan tabel 7 pada aspek Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
pemusnahan yaitu tentang pemusnahan yang Jakarta.
dilakukan oleh Apotek dan siapa saja yang Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015.
menyaksikan proses pemusnahan serta Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi
kelengkapan surat-surat pada proses Obat Yang Baik. Badan Pengawas Obat
pemusnahan. Pada aspek ini 68,3% sesuai dan Makanan RI. Jakarta.
dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2018.
dan 31,7% belum sesuai. Pada aspek ini Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
sebagian Apotek tidak melakukan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
pemusnahan dikarenakan Apotek membeli dan Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan
memesan sesuai dengan kebutuhan atau Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan
sedikit, dan menjual obat-obat fast moving Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan
atau yang sering pasien butuhkan sehingga Kefarmasian. Badan Pengawas Obat dan
obat tidak sampai kadaluarsa. Hal ini sesuai Makanan RI. Jakarta.
dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 Hartini, I.S. dan Marchaban. 2016. Evaluasi
yaitu “Obat kadaluarsa atau rusak harus Pelaksanaan Cara Distribusi Obat Yang
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk Baik (CDOB) Pada Apotek Di Kecamatan
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluarsa atau Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta.
rusak yang mengandung narkotika atau Jurnal Universitas Gajah Mada.
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan Yogyakarta.
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Komite Farmasi Nasional. 2014. Pedoman Re-
atau Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika Sertifikasi Apoteker Dan Penentuan
dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan Satuan Kredit Partisipasi (Skp). Jakarta.
disaksikan oleh Tenaga Kefarmasian lain yang Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2016.
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara Indonesia Nomor 73 Tentang Standar
pemusnahan”. Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
KESIMPULAN Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2017.
Pelaksanaan distribusi obat di lima belas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Apotek yang berada di Wilayah Kecamatan Indonesia Nomor 9 Tentang Apotek.
Cikupa Kabupaten Tangerang yang sesuai Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 dalam hal 2009. Peraturan Pemerintah Republik
Aspek Profil Sarana sebesar 77,3%, Aspek Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Bangunan dan Peralatan sebesar 83,3%, Pekerjaan Kefarmasian. Presiden
aspek pengadaan sebesar 72.2%, aspek Republik Indonesia. Jakarta.
penerimaan dan penyimpanan sebesar 91,1%, Ratulangi, R.S, dan Soegoto, A.S. 2016.
aspek penyaluran sebesar 44,4%, aspek Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi,
penanganan produk kembalian dan kadaluarsa Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
sebesar 73,3%, dan aspek pemusnahan (Studi Pada Pt. Hasjrat Abadi Tendean
sebesar 68,3%. Manado). Jurnal Universitas Sam
Ratulangi Manado. Manado.
DAFTAR PUSTAKA Sinen, Y., Lolo, W. A. dan Supriati, H. S. 2017.
Agustyani, V., Utami, W., Sumaryono, W dan Evaluasi penyimpanan dan
Rahem, A. 2017. Evaluasi Penerapan pendistribusian obat di pt. unggul jaya
CDOB sebagai Sistem Penjaminan Mutu cipta usaha manado. Jurnal Universitas
pada Sejumlah PBF di Surabaya. Jurnal Sam Ratulangi Manado. Manado.

Farmagazine Vol. VII No.2 Agustus 2020 19

Anda mungkin juga menyukai