Anda di halaman 1dari 10

As-Syifaa Jurnal Farmasi Juli 2019; 11 (01): 45-54.

ISSN : 2085-4714

PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN


DI APOTEK KOTA PALU

Khusnul Diana, Muhamad Rinaldhi Tandah, Muhammad Basuki

Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako, Palu
Email: khusnul_diana@yahoo.com

ABSTRACT

The standard of pharmaceutical service is a benchmark or guideline for parmacist in carrying


out pharmaceutical service in pharmacy facilities, one of them is pharmacy, in order to realize optimal
health in the community. This study aims to describe the implementation of standard pharmaceutical
services at the pharmacy in Palu city. This study was an observational study with descriptive
qualitative data, data collection was cross sectional with the total number of samples are 56
respondents pharmacists / pharmacy in Palu city. Data was collected using questionnaire sheets
distributed to respondents. From the results of the study, the standard clinical pharmacy services
performed by pharmacists in the form of prescription study activities (61.6%), dispensing (36.9%),
counseling (52.5%). The standard of drug management, medical devices and medical disposable
carried out by pharmacist (54.3%). Clinical service standards that were not implemented at the
pharmacy in the form of drug information services (62.1%), monitoring drug therapy (78.3%) and
monitoring drug side effects (89.9%).

Key Words : Pharmacies, pharmacists, pharmaceutical service standards.

PENDAHULUAN apoteker yang benar dan bertanggung jawab.


Praktik kefarmasian yang termuat Dalam meningkatkan mutu pelayanan
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 kefarmasian di apotek yang berorientasi
tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kepada keselamatan pasien, diperlukan suatu
praktik kefarmasian meliputi pembuatan standar yang digunakan sebagai acuan dalam
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, melaksanakan pelayanan kefarmasian di
1
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan apotek.
pendistribusian obat, pelayanan obat atas Pelayanan kefarmasian dewasa ini telah
resep dokter, pelayanan informasi obat serta bergeser orientasi, dari drug oriented menjadi
pengembangan obat, bahan obat dan obat patien oriented dan mengacu kepada
tradisional harus dilakukan oleh tenaga pelaksanaan pharmaceutical care. Apoteker
kesehatan yang mempunyai kemampuan/ dituntut untuk selalu meningkatkan
keahlian dan kewenangan yang sesuai keterampilan dan pengetahuan serta
dengan ketentuan peraturan perundang- perubahan perilaku agar dalam berinteraksi
undangan yang ada. Kegiatan praktik dengan pasien dapat dilakukan dengan baik.
kefarmasain tersebut dilakukan di sarana Bentuk-bentuk interaksi yang dilakukan baik
kefarmasian salah satunya adalah apotek. oleh apoteker ataupun tenaga kefarmasian
Apotek merupakan salah satu sarana yang lain seperti pemberian informasi obat
pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, dan monitoring penggunaan obat dan
dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian melakukan konseling yang dibutuhkan oleh
yang dilakukan oleh apoteker maupun asisten pasien dan masyarakat luas. Tenaga

45
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

kesehatan kususnya apoteker perlu memiliki kefarmasian di apotek dalam melakukkan


kesadaran dan memiliki pemahaman yang perkerjaan kefarmasian.
baik terhadap kemungkinan terjadinya METODE PENELITIAN
medication error dalam proses pelayanan, Jenis penelitian ini adalah penelitian
sehingga dengan pelaksanaan pelayanan observasional (non eksperimental) dan
kefarmasian yang bertanggung jawab, dapat bersifat deskriptif kualitatif dengan
menurunkan kejadian kesalahan medication pendekatan waktu cross sectional yaitu
error, penyalahgunaan obat dan meningkatkan penelitian yang pengukurannya dilakukan
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pada suatu saat tertentu saja atau sekaligus
kefarmasian yang telah dijalankan. pada suatu saat (point time approach).
Standar pelayanan kefarmasian Populasi adalah apotek, apoteker atau
merupakan tolak ukur yang dipergunakan apoteker pendamping yang berpraktik di
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian apotek wilayah Kota Palu. Data apotek didapat
dalam menyelenggarakan pelayanan dari Dinas Kesehatan Kota Palu Tahun 2017,
kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian jumlah apotek yang terdaftar di wilayah Kota
yang dilakukan di apotek termuat dalam Palu berjumlah 182 apotek. Sampel yang
Peraturan Menteri Kesehatan Republik digunakan adalah apoteker dan apotek yang
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. Apoteker memenuhi kriteria inklusi yaitu
yang melakukan praktik kefarmasian di apotek apoteker/apoteker pendamping yang
selayaknya berpedoman kepada permenkes berpraktek di apotek wilayah kota Palu dan
tersebut. Didalam standar pelayanan apotek yang terdaftar dalam data Dinas
kefarmasian di apotek tersebut termuat Kesehatan Kota Palu Tahun 2017. Kriteria
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam eksklusi yaitu responden/apoteker/apoteker
melayani pasien. Berdasarkan Satib (2016), pendamping yang tidak bersedia mengisi
disebutkan bahwa dalam peraturan tersebut kuesioner, kuesioner tidak dikembalikan dan
menetapkan keharusan adanya pelayanan jawaban kuesioner tidak lengkap dan apotek
farmasi klinik di apotek. Pelayanan farmasi yang tidak beroperasi lagi. Penelitian ini
klinik di apotek merupakan bagian dari dilakukan di Apotek Wilayah Kota Palu pada
pelayanan kefarmasian yang langsung dan bulan September – November 2017. Data
bertanggung jawab kepada pasien terkait dikumpulkan menggunakan lembar kuesioner
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan yang berisi tentang karakteristik apoteker dan
bahan medis habis pakai dengan maksud apotek serta pertanyaan seputar standar
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan
2 3
kualitas hidup (outcome) pasien. Permenkes RI No. 73 Tahun 2016 dengan
Dari latar belakang tersebut penting pilihan jawaban berupa checklist di salah satu
untuk diketahui gambaran pelaksanaan jawaban atau lebih.
standar pelayanan kefarmasian di apotek kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Palu, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi Karakteristik Sampel
dalam meningkatkan kinerja tenaga Berdasarkan data Dinas Kesehatan
4
Kota Palu Tahun 2017 , terdapat 182 apotek

46
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

yang terdata di Dinas Kesehatan Kota Palu yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 56
dan sebanyak 5 apotek sudah tidak responden dan sebanyak 106 responden di
beroperasi, tetapi pada saat observasi didapat ekslusi. Karakteristik sampel seperti terlihat
sebanyak 20 apotek sudah tidak beroperasi pada tabel 1.
lagi. Sehingga sampel dalam penelitian ini

Tabel 1. Karakteristik Sampel Apoteker di Apotek Kota Palu

Data Apoteker Jumlah (n=56) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 14 25
Perempuan 42 75
Jabatan di Apotek
Apoteker Pengelola Apotek (APA) 56 100
Apoteker Pendamping (Aping) 0 0
Lama Pengalaman sebagai APA
≤ 1 tahun 13 23,21
> 1 – 5 Tahun 27 48,21
> 5 – 10 Tahun 12 21,43
> 10 Tahun 4 7,14
Imbalan per bulan
≤ Rp. 2.000.000 12 21,43
> Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 30 53,57
> Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 6 10,71
> Rp. 4.000.000 1 3,33
Yang lain 7 12,50
Memiliki Apoteker Pendamping
Tidak punya 51 91,07
Punya 5 8,93
Frekuensi Kehadiran
Selama apotek buka 15 26,79
Setiap hari, pada jam tertentu 29 51,79
Yang lain 12 21,43

Tabel 2. Karakteristik Apotek di Kota Palu

Data Apotek Jumlah (n = 56) Persentase (%)


Jumlah resep per hari
< 5 lembar 28 50,00
5 – 10 lembar 13 23,21
10 – 20 lembar 8 14,29
20 – 30 lembar 3 5,36
> 30 lembar 4 7,14
Rata-rata omset per hari
≤ Rp. 1.000.000 16 28,57
Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 15 26,79
Rp.2.000.000 – Rp.3.000.000 9 16,07
Rp.3.000.000 – Rp.5.000.000 14 25,00
> Rp.10.000.000 2 6,67

47
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

Tabel 3. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Kota Palu

Persentase (%)
No. Unit Kegiatan Oleh Oleh Apoteker
Oleh Tidak
Asisten dan Asisten
Apoteker Dilakukan
Apoteker Apoteker
Pengkajian resep
A1 Pemeriksaan kelengkapan resep 64,3 7,1 21,4 7,1
A2 Pemeriksaan keabsahan resep 67,9 3,6 16,1 12,5
Pertimbangan klinik terkait ketepatan indikasi dan dosis
A3 78,6 1,8 8,9 10,7
obat
A4 Pertimbangan klinik terkait aturan pakai 78,6 1,8 10,7 8,9
A5 Pertimbangan klinik terkait duplikasi 64,3 3,6 8,9 23,2
Pertimbangan klinik terkait reaksi obat yang tidak
A6 69,6 1,8 5,4 23,2
diinginkan (alergi, efek samping obat dll)
A7 Pertimbangan klinik terkait kontraindikasi 64,3 1,8 8,9 25,0
A8 Pertimbangan klinik terkait interaksi obat 66,1 1,8 8,9 23,2
Pemeriksaan obat yang tersedia di apotek terhadap
A9 46,4 19,6 26,8 7,1
permintaan pada resep
A10 Memeriksa kualitas fisik obat 39,3 19,6 33,9 7,1
A11 Memeriksa tanggal kadaluarsa obat 28,6 26,8 35,7 8,9
Apabila ada hal-hal dalam resep yang meragukan atau
A12 71,4 1,8 17,9 8,9
tidak sesuai, maka menghubungi dokter penulis resep
Rata-Rata 61,6 7,6 17,0 13,8
Dispensing
B13 Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep 37.5 33.9 25.0 3.6
Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan
B14 48.2 23.2 23.2 5.4
resep
Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak
B15 25.0 50.0 21.4 3.6
penyimpanan sesuai resep
B16 Melakukan peracikan obat (bila diperlukan) 21.4 48.2 23.2 7.1
B17 Memberikan etiket pada kemasan 32.1 39.3 23.2 5.4
B18 Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat 25.0 51.8 17.9 5.4
B19 Memeriksa ulang obat yang akan diserahkan 64.3 12.5 17.9 5.4
B20 Membuat salinan resep (bila diperlukan) 53.6 19.6 19.6 7.1
B21 Menyimpan resep pada tempatnya 25.0 46.4 19.6 8.9
Rata-Rata 36.9 36.1 21.2 5.8
Pelayanan informasi obat
C22 Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan 64.3 - 32.1 3.6
C23 Membuat dan menyebarkan bulletin/brosur/leaflet 12.5 5.4 5.4 76.8
C24 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat 17.9 - 5.4 76.8
C25 Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien 67.9 - 21.4 10.7
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
C26 28.6 1.8 10.7 58.9
siswa/mahasiswa yang sedang praktik
C27 Melakukan penelitian penggunaan obat 7.1 - 1.8 91.1
Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum
C28 8.9 - - 91.1
ilmiah
C29 Melakukan program jaminan mutu 12.5 - - 87.5
Rata-rata 27.5 0.9 9.6 62.1
Konseling
D30 Melakukan konseling yang terdokumentasi 21.4 - 5.4 73.2
Menilai pemahaman konsumen melalui three prime
D31 44.6 - 5.4 50.0
questions
D32 Menggali informasi lebih lanjut kepada pasien 66.1 1.8 10.7 21.4
Memberikan penjelasan kepada pasien untuk
D33 69.6 3.6 12.5 14.3
menyelesaikan masalah penggunaan obat
Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan
D34 60.7 1.8 10.7 26.8
pemahaman pasien
Rata-rata 52.5 1.4 8.9 37.1
Pemantauan terapi obat (PTO)
Memilih pasien yang memenuhi kriteria untuk dilakukan
E35 21.4 - 1.8 76.8
PTO
E36 Mengambil data riwayat pengobatan pasien 12.5 - 3.6 83.9

48
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

E37 Melakukan identifikasi masalah terkait obat 19.6 - 3.6 76.8


E38 Menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien 30.4 - 3.6 66.1
Memberikan rekomendasi atau rencana pemantauan
E39 25.0 - - 75.0
tindak lanjut
Melakukan komunikasi dengan tenaga kesehatan
E40 25.0 - - 75.0
terkait
E41 Melakukan dokumentasi pelaksanaan PTO 5.4 - - 94.6
Rata-rata 19.9 - 1.8 78.3
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
F42 Melaksanakan MESO yang terdokumentasi 5.5 - - 94.5
Mengidentifikasi obat dan pasien yang berpotensi
F43 21.8 - - 78.2
mengalami efek samping
Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
F44 3.6 - - 96.4
Nasional
Rata-Rata 10.1 - - 89.9

Tabel 4. Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di
Apotek Kota Palu

Persentase (%)
No. Unit Kegiatan Oleh Oleh Apoteker
Oleh Tidak
Asisten dan asisten
Apoteker Dilakukan
Apoteker apoteker
G45 Merencanakan pengadaan sediaan farmasi 73.2 - 16.1 10.7
G46 Pengadaan sediaan farmasi dari jalur resmi 78.6 - 12.5 8.9
Penerimaan sediaan farmasi sesuai dengan surat
G47 53.6 12.5 26.8 7.1
pesanan
G48 Pengeluaran obat sesuai FIFO 41.1 17.9 32.1 8.9
G49 Pengeluaran obat sesuai FEFO 42.9 16.1 32.1 8.9
G50 Penyimpanan narkotika sesuai ketentuan 51.8 3.6 10.7 33.9
G51 Penyimpanan psikotropika sesuai ketentuan 51.8 3.6 10.7 33.9
Pemusnahan obat kadaluarsa /rusak sesuai dengan
G52 51.8 1.8 7.1 39.3
jenis dan bentuk sediaan
G53 Pemusnahan resep setiap 5 tahun 48.2 - 7.1 44.6
Pengendalian persediaan obat menggunakan kartu stok
G54 37.5 17.9 19.6 25.0
baik secara manual atau elektronik
Melakukan pencatatan sediaan farmasi, alkes dan
bahan medis habis pakai baik pada surat pesanan,
G55 35.7 19.6 30.4 14.3
faktur, kartu stok, penjualan dan pencatatan lain yang
dibutuhkan
Melakukan pelaporan internal maupun eksternal
G56 58.9 7.1 5.4 28.6
sediaan farmasi, alkes dan bahan medis habis pakai
Pelaporan narkotika dan psikotropika sesuai ketentuan
G57 80.4 1.8 5.4 12.5
peraturan perundang-undangan
Rata-rata 54.3 7.8 16.6 21.3

Tabel 5. Pelaksanaa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Palu

Rata-rata persentase (%)


No.
Kegiatan Oleh Oleh Apoteker
Oleh Tidak
Asisten dan Asisten
Apoteker Dilakukan
Apoteker Apoteker
Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian resep 61,4 7,3 17,3 14,1
b. Dispensing 37,2 35,4 21,6 5,9
1. c. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 28,0 0,7 9,8 61,6
d. Konseling 53,5 0,4 9,1 37,1
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 20,3 0 1,8 77,9
f. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 10,3 0 0 89,7
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
2. 54,0 7,4 16,9 21,7
Bahan Medis Habis Pakai

49
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

100 Oleh
90 Apoteker
80
70
60
50 Oleh Asisten
40 Apoteker
30
20
10 Oleh
0
Apoteker &
Pengkajian Dispensing Pelayanan Konseling Pemantauan Monitoring Pengelolaan
Asisten
Resep Informasi Obat Terapi Obat Efek Samping Sediaan
Apoteker
(PIO) (PTO) Obat (MESO) Farmasi, Alat
Kesehatan dan Tidak
Bahan Medis dilakukan
Habis Pakai

Gambar 1. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Palu

Hasil penelitian menunjukan apoteker dengan lamanya waktu bekerja di apotek


di Kota Palu didominasi oleh jenis kelamin tersebut, tentu akan berpengaruh terhadap
perempuan sebanyak 75%. Hal ini dapat pengelolaan obat di apotek. Berdasarkan
terlihat secara umum pada mahasiswa farmasi imbalan per bulan, hasil penelitian
dan profesi apoteker lebih didominasi jenis menunjukkan bahwa sebesar 53,57% imbalan
kelamin perempuan. Apoteker yang menjadi apoteker dalam interval > Rp. 2.000.000 – Rp.
responden penelitian sebesar 100% 3.000.000 per bulan. Hal ini telah sesuai
merupakan Apoteker Pengelola Apotek (APA). dengan surat edaran Pengurus Daerah Ikatan
Hal ini sesuai dengan data apoteker di apotek Apoteker Indonesia Sulawesi Tengah tentang
yang memiliki apoteker pendamping hanya standar gaji apoteker yaitu sebesar Rp.
8,93% dari keseluruhan sampel. Sejalan 2.500.000. Walaupun telah ada surat edaran
dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 standar gaji yang dikeluarkan PD IAI Sulawesi
5
tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian Tengah tersebut, ternyata 21,43% apoteker di
pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa setiap apotek Kota Palu mandapat imabalan < Rp.
fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan 2.000.000. Hal ini tentu dapat berdampak
farmasi berupa obat harus memiliki seorang terhadap kinerja apoteker di apotek, tetapi
apoteker. Setiap kegiatan kefarmasian yang harus dilakukan penelitian lebih lanjut.
dilakukan di apotek harus selalu dalam Berdasarkan apoteker pendamping
pengawasan apoteker sehingga dengan (aping) yang dimiliki, didapatkan bahwa
adanya apoteker lebih dari satu, akan 91.07% apoteker di Apotek Kota Palu tidak
meningkatkan pelayanan kefarmasian di memiliki apoteker pendamping. Hal ini bisa
sarana tersebut. dikaitkan dengan data omset apotek yang
Responden didominasi oleh apoteker rendah, seperti terlihat di tabel 2, yang
yang memiliki pengalaman sebagai apoteker menunjukan bahwa apotek di Kota Palu
pengelola apotek selama > 1-5 tahun yaitu sebanyak 28,57% memiliki omset per hari
48,21%. Pengalaman kerja apoteker sebagai dibawah Rp. 1.000.000. Dari omset tersebut
apoteker pengelola di apotek, yang dibuktikan tidak memungkinkan jika dilakukan

50
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

penambahan apoteker yang bekerja di apotek. Dalam Permenkes No. 73 Tahun 2016
3
Keberadaan apoteker di apotek telah sesuai , ruang lingkup pelayanan kefarmasian di
dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
5
Tahun 2009 , tentang Pekerjaan Kefarmasian kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pada pasal 20 menyebutkan bahwa dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
menjalankan pekerjaan kefarmasian pada dan bahan medis habis pakai dan pelayanan
fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik di
dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan/ apotek Kota Palu dapat terlihat pada tabel 3.
atau tenaga teknis kefarmasian. Standar pengkajian resep meliputi
Frekuensi kehadiran apoteker di administrasi, kesesuaian farmasetik dan
apotek, didapatkan bahwa sebanyak 51,79% pertimbangan klinis (Peremenkes No. 73
apoteker di Kota Palu hadir di apotek setiap Tahun 2016). Kegiatan pengkajian resep yang
hari pada jam-jam tertentu. Berdasarkan dilakukan di apotek Kota Palu, didominasi oleh
6
Dominica , diketahui bahwa terdapat apoteker yang melakukan kegiatan tersebut
pengaruh kehadiran apoteker terhadap sebesar 61,6%. Hal ini sejalan dengan
7
pelayanan kefarmasian di kota Padang. Uji penelitian Suyono , yang menyimpulkan rata-
menggunakan uji korelasi dengan SPSS rata apoteker pengelola apotek (APA) di Kota
dengan koefisien korelasi positif 0,910 Yogyakarta melakukan skrining persyaratan
menunjukan hubungan antara variabel tingkat administratif, kesesuaian farmasetika dan
pelayanan kefarmasian dan kehadiran pertimbangan klinis resep selama di apotek
6
apoteker searah . sebesar 72,7%. Pengkajian resep oleh
Jumlah resep yang dilayani per hari, apoteker dapat meminimalisasi terjadinya
sebanyak 50,00% apotek di Kota Palu kesalahan pada pelayanan resep di apotek.
melayani resep ≤ 5 lembar per hari. Untuk Dari hasil penelitian, dispensing
jumlah resep >30 lembar per hari sebesar secara keseluruhan di apotek sebesar 36,9%
7,14%. Apotek di Kota Palu ada yang dilakukan oleh apoteker dan 36,1% dilakukan
bekerjasama dengan dokter praktek dan ada oleh asisten apoteker. Kegiatan dispensing
yang tidak. Keberadaan dokter praktek dapat merupakan pekerjaan kefarmasian yang
mempengaruhi jumlah lembar resep yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian yaitu
dilayani ataupun omset yang didapatkan apoteker dan dapat dibantu oleh asisten
8
apotek per hari nya, tetapi belum diteliti lebih apoteker. Berdasarkan penelitian pelayanan
jauh apakah ada pengaruh keberadaan dokter resep yang dilakukan asisten apoteker di
praktek terhadap penerimaan lembar resep apotek swasta Jakarta Pusat, berkategori baik
dan omset di apotek. Berdasarkan jumlah sebesar 57%. Walaupun dispensing dilakukan
omset per hari yang didapatkan oleh apotek di oleh apoteker, tidak luput dapat terjadi
Kota Palu, sebesar 28,57% apotek di Kota kesalahan, seperti telah dilakukan penelitian
9
Palu memiliki omset ≤ Rp. 1.000.000 dan oleh Ramadha Nita dalam penelitian yang
hanya 6,67% apotek di Kota Palu memiliki berjudul studi pendahuluan persepsi apoteker
omset ≥ Rp. 10.000.000 per hari. tentang dispensing error di apotek-apotek
Pelayanan Farmasi Klinik Kota Banjarmasin. Sebanyak 66,67%

51
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

responden menyadari telah melakukan melakukan penelitian tentang obat dan


kesalahan di dalam proses dispensing dalam membuat atau menyampaikan makalah di
6 bulan terakhir, namun sebagian besar dapat forum ilmiah. Dalam melakukan informasi
memperkirakan seberapa sering kesalahan obat, terdapat hambatan dalam
tersebut terjadi. implementasinya, yaitu hambatan dari sudut
Dispensing seringkali didelegasikan pandang apotek sebagai sarana penyedia jasa
2
kepada staf/karyawan yang menganggur, & KIE serta hambatan sudut pandang pasien.
yang melakukan kegiatan ini tanpa Dari hasil kegiatan konseling, sebesar 52,5%
pengetahuan, pelatihan atau pengawasan. dilakukan oleh apoteker di apotek dan 37,1%
Situasi seperti ini adalah irasional dan apotek tidak melakukan kegiatan konseling.
berbahaya. Tanggung jawab kebenaran dan Konseling merupakan proses interaktif
mutu obat yang diserahkan kepada pasien apoteker dengan pasien/keluarga pasien.
terletak seluruhnya pada apoteker pengawas Konseling dilakukan untuk meningkatkan
proses dispensing, apoteker dan asisten pengetahuan dan pemahaman serta
apoteker yang langsung mengerjakan kesadaran pasien terhadap penggunaan
10
resep/order obat. obatnya di samping itu kegiatan tersebut juga
Dari hasil tabel 3, terlihat bahwa dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah
12
standar pelayanan informasi obat di apotek yang dihadapi pasien. Berdasarkan Husna ,
Kota Palu sebesar 62,1% tidak dilakukan, terbukti terdapat pengaruh pemberian
hanya 27,5% dilakukan oleh apoteker di konseling farmasis terhadap tingkat kepatuhan
apotek Kota Palu. Pelayanan Informasi Obat penggunaan obat serta hasil terapi pasien DM
(PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan tipe 2 di Puskesmas.
oleh Apoteker dalam pemberian informasi Pada kegiatan pemantauan obat,
mengenai obat yang tidak memihak, sebesar 78,3% tidak dilakukan di apotek Kota
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti Palu, hanya sebesar 19,9% apoteker yang
terbaik dalam segala aspek penggunaan obat melakukan pemantauan terapi obat di apotek.
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau Dari seluruh hasil kuesioner responden,
masyarakat. Informasi mengenai obat didapat bahwa asisten apoteker sama sekali
termasuk obat resep, obat bebas dan herbal tidak melakukan kegiatan pemantauan terapi
11
. Pelayanan informasi obat baik infomasi obat. Berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun
obat resep pasien, maupun informasi obat 2016, Pemantauan Terapi Obat (PTO)
swamedikasi penting dilakukan di apotek oleh merupakan proses pemastian terapi obat yang
tenaga kefarmasian. Pelayanan informasi obat dilakukan secara efektif dan terjangkau oleh
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan apoteker kepada pasien, dengan
pasien terhadap penyakit dan pengobatanya. meminimalkan efek samping dan
Hasil penelitian menunjukkan, memaksimalkan efikasi.
apoteker menjawab pertanyaan Dari hasil penelitian, kegiatan-
konsumen/pasien di apotek baik secara lisan kegiatan pada standar monitoring efek
maupun tulisan. Kegiatan yang persentase samping obat di apotek Kota Palu tidak
dilakukannya rendah adalah pada kegiatan dilakukan sebesar 89,9%. Hanya sekitar

52
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

10,1% MESO dilakukan oleh apoteker. responden, tidak dilakukan kegiatan tersebut
Monitoring efek samping obat merupakan dikarenakan apotek tidak
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap memiliki/mengadakan obat-obat golongan
obat yang merugikan atau tidak diharapkan narkotik dan psikotropik tersebut. Kegiatan
yang terjadi pada dosis normal yang pemusnahan obat kegiatan ini didominasi
digunakan pada manusia untuk tujuan pengerjaanya oleh apoteker, walaupun
profilaksis, diagnosis dan terapi atau sebesar ± 40% kegiatan tersebut tidak
11
memodifikasi fungsi fisiologis . Berdasarkan dilakukan oleh apotek di Kota Palu. Pada
Standar Kompetensi Apoteker yang tabel 5, dipaparkan rangkuman pelaksanaan
dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan pelayanan kefarmasian di apotek.
13
Apoteker Indonesia , apoteker memiliki Dari hasil diatas kegiatan pelayanan
ketrampilan dalam melakukan monitoring efek farmasi klinik yang berupa pengkajian resep,
samping obat yang memuat kegiatan-kegiatan dispensing dan konseling didominasi
bagian MESO. dilakukan oleh apoteker, sedangkan untuk
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kegiatan pelayanan informasi obat (PIO),
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring
Dari hasil di atas pada tabel 4, standar efek samping obat (MESO) persentase tidak
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dilakukan di apotek Kota Palu lebih tinggi.
dan bahan medis habis pakai pelaksanaannya Sedangkan, dalam kegiatan pengelolaan
didominasi dilakukan oleh apoteker sebesar sediaan farmasi, alkes dan BMHP didominasi
54,3%. Pengelolaan sediaan farmasi di apotek oleh apoteker yang melakukan kegiatan
dilakukan oleh tenaga kefarmasian, baik tersebut.
apoteker maupun asisten apoteker, maupun Kelemahan dari penelitian ini, yaitu
dilakukan bersama-sama. Tapi dari hasil yang tidak dilakukan analisis terhadap sumber daya
telah dilakukan lebih dari 50% pengelolaan manusia, sarana dan prasarana yang dimiliki
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan di apotek. Dalam Peremenkes No.73 Tahun
medis habis pakai dikerjakan langsung oleh 2016 disebutkan bahwa pelayanan
apoteker pengelola apotek, tetapi masih ada kefarmasian di apotek tersebut harus
beberapa apoteker yang tidak melakukan didukung oleh sumber daya manusia, sarana
kegiatan tersebut sebesar 21,3%. dan prasarana, sehingga kegiatan yang tidak
Kegiatan pengelolaan sediaan dilakukan tersebut bisa terjadi karena faktor
farmasi, didominasi oleh apoteker yang sumber daya manusia yang dimiliki terbatas
melakukan kegiatan tersebut. Asisten ataupun sarana prasarana yang dimiliki tidak
3
apoteker di apotek Kota Palu rata-rata tidak memadai.
melakukan kegiatan perencanaan, pengadaan KESIMPULAN
dan pemusnahan sendiri. Pada kegiatan Pelaksanaan standar kefarmasian
penyimpanan narkotika dan psikotropika yang dilakukan di apotek Kota Palu untuk
sesuai ketentuan, sebesar 34,5% apotek tidak standar pengkajian resep dilakukan oleh
melakukan kegiatan tersebut, berdasarkan apoteker sebesar 61,6%, dispensing dilakukan
pendekatan dengan apoteker yang menjadi oleh apoteker sebesar 36,9%, pelayanan

53
Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kota Palu

informasi obat tidak dilakukan sebesar 62,1%,


7. Suyono. Persepsi Apoteker Pengelola
konseling dilakukan oleh apoteker sebesar
Apotek Di Kota Yogyakarta Terhadap
52,5%, pemantauan terapi obat tidak Perannya Dalam Pelayanan Resep
Selama Di Apotek. 2006.
dilakukan sebesar 78,3%, monitoring efek
samping tidak dilakukan sebesar 89,9% dan 8. Herman MJ, Supardi S, Sasanti R,
Isnawati A, Muktiningsih S, Apriany P.
pengelolaan obat dilakukan oleh apoteker
Faktor yang Berhubungan dengan
sebesar 54,3%. Pelayanan Resep oleh Asisten Apoteker di
Apotek. Bul Penelit Kesehat 2004; 32:
DAFTAR PUSTAKA
119–126.
1. Anonim. Undang-Undang RI No. 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan. 2009:77. 9. Nita R. Studi Pendahuluan Persepsi
Apoteker Tentang Dispensing Error Di
2. Satibi, Rokhman MR, Aditama H. Apotek-Apotek Kota Banjarmasin. 2011.
Manajemen Apotek. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press., 2016. 10. Siregar CJ. Farmasi Rumah Sakit, Teori
dan Penerapan I. Jakart: EGC, 2003.
3. Kemenkes RI. Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016 Tentang 11. Kemenkes RI. Peraturan Menteri
Standar Pelayanan Kefarmasian di Kesehatan Republik Indonesia No. 35
Apotek. 2016. Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. 2014;33.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah. Profil Kesehatan Provinsi 12. Nadia H, Murti AT, Chairun W. Pengaruh
Sulawesi Tengah Tahun 2016. Konseling Farmasis Terhadap Kepatuhan
Penggunaan Obat Serta Hasil Terapi
5. Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Pasien Diabetes Melitus. 5th Urecol
Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Proceding 2017; : 623–630.
Pekerjaan Kefarmasian. 2009;41.
13. Ikatan Apoteker Indonesia. Standar
6. Dominica D, Putra DP, Yulihasri. Kompetensi Apoteker Indonesia. Standar
Pengaruh Kehadiran Apoteker Terhadap Kompetensi Apoteker Indonesia, 2016;1–
Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Kota 56.
Padang. J Sains Farm Klin 2016; 3: 99–
107.

54

Anda mungkin juga menyukai