Dosen Pengampu : apt. Erida Novriani, S. Farm., M. Farm
PHARMACETIKAL CARE/ASUHAN KEFARMASIAN
Pharmaceutical care merupakan filosofi yang menjadi dasar
tanggung jawab apotekerdalam upaya mencapai tujuan terapi obat yang optimal bagi pasien Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah pelayanan kefarmasian yangberorientasi kepada pasien. Meliputi semua aktifitas apoteker yang diperlukan untukmenyelesaikan masalah terapi pasien terkait dengan obat. PARADIGMA ASUHAN KEFARMASIAN Pada saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah meluas dari pelayanan yang berorientasi pada obat (Drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi padapasien (Patient Oriented) dengan filosofi Pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian)
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untukdapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoringpenggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan danterdokumentasi dengan baik PERATURAN PEMERINTAH YANG MENGATUR PELAYAN KEFARMASIAN
Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di
Apotek Pesmenkes No, 73 tahun 2016 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Permenkes No. 74 tahun 2016 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Permentes No. 26 tahun 2020 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Permenkes No. 34 tahun 2021 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Klinik TANTANGAN PELAKSANAAN PHARMACEUTICAL CARE DI INDONESIA 1. Sumber daya manusia Di Indonesia, masih banyak fasilitas Kesehatan seperti puskesmas yang belum memiliki apoteker. Sementara itu, jumlah apoteker lebiih berfokus pada manajemen dan logistic. Hal ini menyebabkan peranan apoteker dalam memberikan pharmaceutical care belum optimal dilaksanakan 2. Sistem di fasilitas Pelayanan Kesehatan Beberapa tugas kefarmasian memerlukan paying kebijakan, baik institusi maupun nasional agar pelaksanaan pharmaceutical care dapat menjamin keamanan dan manfaat bagi pasien dan pelaksana tugas. TUJUAN PENELITIAN Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien atau patient safety METODE PENELITIAN
Penilaian range pelaksanaan standar
Penelitian ini dilakukan dengan metode pelayanan kefarmasiaan menggunakan pada deskriptif kuantitatif dengan memakai Petunjuk Teknis Permenkes 1027 Tahun 2004 jenis penelitian survey dengan teknik sebagai suatu referensi. pengambilan data melalui kuesioner 1. BAIK 81 – 100 % 2. SEDANG 61 – 80 % 3. BURUK 20 – 60 %. HASIL & PEMBAHASAN
Hasil penelitian maka secara
garis besar atau rata-rata, tidak signifikan dilakukan oleh apoteker. Persentase rata-rata pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh apoteker yakni 41.67%, tenaga teknis kefarmasian 38.33% dan non teknis kefarmasian 20%. HASIL & PEMBAHASAN
Hasil penelitian untuk kategori pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai secara garis besar atau persentase rata-rata sudah dilaksanakan oleh apoteker. Untuk persentase perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis, pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi serta penerimaan menjamin kesesuaian jumlah, mutu dan harga yang tertera dalam surat pemesanan, mencapai 100% atau semua dilaksanakan, pada sub kategori pengendalian menggunakan kartu manual/elektronik dan pelaporan eksternal dilakukan hanya dilakukan 50%. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa penerapan standar pelayanan
kefarmasian di apotek di Kecamatan Tobelo Kota dari hasil penelitan dan analisis adalah 71.57% atau masih dalam kategori sedang, ini juga dapat dilihat dari belum semua apoteker yang hadir setiap apotek buka dari data penelitian. THANK YOU