Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, pembangunan di bidang farmasi masih terfokus pada tersedianya obat

bermutu, aman dan terjamin efikasinya, serta terjangkau masyarakat. Sejalan dengan

pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat serta semakin kompleksnya upaya

pelayanan kesehatan terutama yang menyangkut drug therapy telah menuntut apoteker

untuk memberikan perhatiannya pada orientasi pelayanan farmasi ke arah patient care

dengan sasaran akhir yakni dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan adanya

program pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian,

mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk

(drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi kepada pasien (patient oriented)

dengan filosofi pelayanan kefarmasian/ pharmaceutical care (Kemenkes RI, 2014).

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Kemenkes

RI, 2014). Konsep farmasi klinik ini kemudian didukung oleh Hepler dan Strand (1990)

dengan memperkenalkan Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian) yang merupakan

tanggung jawab langsung dari pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas

hidup pasien. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kefarmasian di rumah sakit,

pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58

tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang dapat dijadikan
pedoman bagi pihak rumah sakit dalam mengoptimalkan pelayanan kefarmasian di rumah

sakit. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien diantaranya adalah

praktik apoteker ruang rawat (ward pharmacist) atau dikenal dengan visite.

Visite ke pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya adalah untuk pemilihan obat, menerapkan

secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja

sama dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian penggunaan obat merupakan program

evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan.

Kegiatan visite dilakukan oleh dokter baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan visite adalah menilai rasionalitas obat, penyakit yang di derita

oleh pasien, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.

Pengkajian merupakan program evaluasi yang terstruktur dan berkesinambungan untuk

menjamin pelayanan pada rawat inap yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan

terjangkau oleh pasien.

Beberapa penelitian menunjukkan dampak positif dari pelaksanaan kegiatan visite pada

aspek humanistik (contoh: peningkatan kualitas hidup pasien, kepuasan pasien), aspek

klinik (contoh: perbaikan tanda-tanda klinik, penurunan kejadian reaksi obat yang tidak

diinginkan, penurunan morbiditas dan mortalitas, penurunan lama hari rawat), serta aspek

ekonomi (contoh: berkurangnya biaya obat dan biaya pengobatan secara keseluruhan).

Berdasarkan penelitian Klopotowska (2010) yang dilakukan di Belanda, partisipasi apoteker

dalam visite pada Intensive Care Unit telah melakukan 659 rekomendasi dari 1173

peresepan dengan tingkat penerimaan dokter sebesar 74%. Peran Apoteker di ruang ICU

mampu menurunkan kesalahan peresepan yang bermakna.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi pelayanan kefarmasian, apoteker dituntut

untuk terus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat

melaksanakan visite dengan baik. Saat ini, masih belum tersusun secara sistematis tata

cara pelaksanaan visite sebagai panduan bagi apoteker yang akan melakukan
visite. Namun, dalam pelaksanaan kunjungan visite pasien di rawat inap masih terkendala

oleh adanya sumber daya manusia ( SDM) yang masih terbatas di RS dan tingginya beban

kerja apoteker di RS sehingga dalam pelaksanaannya masih belum maksimal untuk

melaksanakan visite kunjungan pasien oleh apoteker. Sehingga perlu adanya inovasi untuk

mengatasi keterbatasan SDM apoteker dan mengurangi beban kerja apoteker yang tinggi

dengan adanya teknologi berbasis online yaitu visite apoteker online dimana diharapakan

dengan adanya inovasi visite apoteker berbasis online dapat mengurangi beban kerja

apoteker dan meningkatkan pelayanan farmasi klinik di RS dengan tidak menghilangkan

tujuan dari visite itu sendiri yaitu menilai rasionalitas obat, penyakit yang di derita oleh

pasien, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sehingga

upaya penerapan program pelayanan farmasi klinik berbasis online yang diberikan apoteker

kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko

terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)

sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) dapat terjamin.

1.2 Tujuan

1. memberikan Pelayanan Informasi pada rawat inap kepada pasien dan keluarga pasien

berbasis online.

2. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain di rumah sakit

dalam rangka peningkatan rasionalitas dalam melakukan visite atau evaluasi

perkembangan pada pasien berbasis online.

3. Meningkatkan efiktivitas kinerja dalam memberikan pelayanan farmasi klinis dalam

kegiatan visite apoteker di ruang rawat pasien dengan menggunakan aplikasi berbasis

online.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Visite apoteker?

2. Apa Tujuan dari Visite apiteker?


3. Bagaimana seleksi pasien yang divisite oleh apoteker ?

4. Apa itu program visite online apoteker?

5. Apa saja kebijakan dalam visite online apoteker?

6. Bagaimana prosedur visite online apoteker ?


BAB II

ISI

2.1 Pengertian Visite

Menurut Kemenkes RI (2014), visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat

inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk

mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,

memantau terapi obat dan ROTD (Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki), meningkatkan

terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta

profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar

rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang

biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum

melakukan kegiatan visite, apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan

informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau

sumber lain (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Kemenkes RI (2011) tentang Pedoman Visite, praktik apoteker ruang rawat

merupakan praktik apoteker langsung kepada pasien di ruang rawat dalam rangka

pencapaian hasil terapi obat yang lebih baik dan meminimalkan kesalahan obat (medication

errors). Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan

kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa

keberadaan apoteker di ruang rawat mampu mengidentifikasi dan menyelsaikan masalah

terkait obat, serta menurunkan medication error.Peran dan fungsi Apoteker ruang rawat

meliputi:

a. Mendorong efektivitas dan keamanan pengobatan pasien


b. Melaksanakan dispensing berdasarkan legalitas dan standar profesi
c. Membangun tim kerja yang baik dengan menghormati kode etik masing-
masing profesi dan asas confidential
d. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pemenuhan
kompetensi standar profesi
e. Terlibat secara aktif dalam penelitian obat.

2.2 Tujuan Visite

1. Memastikan kebenaran dan kelengkapan informasi terkait terapi obat dalam

resep, rekam medis maupun dalam dokumen/ kertas keja lain

2. Memastikan tidak ada kesalahan peresepan melalui pengkajian resep

(administratif, farmasetik, klinis) bagi setiap pasien

3. Memberikan informasi, penjelasan, konseling, saran tentang pemilihan bentuk

sediaan (dosage form) yang paling sesuai bagi setiap pasien

4. Memastikan ketepatan indikasi penggunaan obat, yaitu: masalah terkait

penggunaan obat dapat diidentifikasi, diselsaikan, dan efektivitas maupun

kondisi yang tidak diinginkan dapat dipantau

5. Melakukan visite (ward rounds) mandiri maupun kolaborasi dengan dokter,

perawat atau profesi kesehatan lain, melakukan penelusuran riwayat pengobatan

dan terlibat dalam proposal keputusan terapi obat pasien

6. Melakukan diskusi dengan dokter, perawat dan profesi kesehatan lain tentang

terapi obat dalam rangka pencapaian hasil terapi yang telah ditetapkan

(definite/clinical outcome)

7. Melakukan komunikasi dengan pasien/keluarga pasien (care giver) terkait obat

yang digunakan

8. Memberikan informasi obat yang diperlukan dokter, perawat, pasien/ keluarga

pasien (care giver) atau profesi kesehatan lain

9. Melakukan monitoring secara aktif, mendokumentasikan dan pelaporan efek

samping obat dan sediaan farmasi, termasuk alat kesehatan, kosmetik dan herbal

10. Melakukan pengkajian penggunaan obat secara aktif.


2.3 Seleksi Pasien

Pelayanan visite apoteker diprioritaskan untuk pasien dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pasien baru (dalam 24 jam pertama)

2. Pasien dalam perawatan intensif

3. Pasien yang menerima lebih dari 5 macam obat

4. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama hati dan ginjal

5. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (crtical

value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin;

6. Pasien yang mendapatkan obat yang mempunyai indeks terapetik sempit,

berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal.

Contoh: teofilin, digoksin, karbamazepin, sitostatika.

2.4 Visite Online Oleh Apoteker

Kemajuan dunia teknologi mendorong sejumlah aplikasi di smartphone untuk

mengatasi salah satu berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dan tidak lain pada

bidang pelayanan kesehatan. Maka dari itu aplikasi pelayanan kesehatan berbasis online

ditawarkan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi dan megefiseienkan kinerja dari para

petugas kesehatan itu sendiri tanpa melanggar kode etik. Aplikasi untuk memundahkan dan

megefisienkan kinerja farmasis khususnya apoteker adalah dengan diadakannnya aplikasi

khusus bagi pasien dan anggota tenaga medis di RS untuk dapat berkomunikasi secara

online dengan nyaman dan tetap dalam prosedur pelayanan kesehatan sesuai peraturan

tanpa menghilangkan dari tujuan pelayanan farmasi klinik pada pasien dalam rangka

meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena

obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien

(quality of life) dapat terjamin. Aplikasi ini adalah aplikasi khusus bagi lingkungan

masyarakat rumah sakit dimana hanya lingkungan masyarakat rumah sakit tersebut yang
mempunyai akses untuk dapat mengkases aplikasi online ini. Dimana pada fitur aplikasi ini

bersifat privasi dimana hanya keluarga pasien, dokter yang menangani pasien,apoteker,dan

perawat serta petugas medis yang berwenang untuk mengakses data pasien dan

menginformasikannya kepada pihak keluarga pasien. Aplikasi memilki fitur khusus untuk

megkases data antara apoteker dengan pasien, apoteker dengan dokter, apoteker dengan

perawat, dokter dengan tenaga medis terkait dan dokter dengan keluarga pasien. Serta

apoteker dengan tim tenaga medis lainnya seperti dokter,perawat,dan tenaga medis lainnya

yang menangani pasien selama di rawat inap di RS tersebut dalam suatu multi chat grup

yang hanya dapat di akses oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang. Aplikasi visite

apoteker berbasis online memiliki pengaturan jam shift dalam pengoprasiannya dimana

apoteker melakukan visite online dalam sehari 2 kali visite yaitu pagi hari pukul 10.00 dan

19.00 .Pada jam waktu visite apoteker ke ruang pasien apoteker akan menghubungkan

akses visit ke aplikasi keluarga pasien melalui user name berupa nomer rekam medis pasien

dan keluaraga pasien yang di damping oleh perawat ruagan akan membantu menyampaikan

keluhan terkait penggunaan obat selama menjalani perawatan di RS tersebut. Apoteker

akan mengevaluasi keluhan atau kondisi pasien berdasarkan Informasi penggunaan obat

dapat diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan pasien/ keluarga, catatan pemberian

obat. Selain itu ,hal yang perlu dikaji terkait masalah obat meliputi Pasien yang

mendapatkan obat memiliki risiko mengalami masalah terkait penggunaan obat baik yang

bersifat aktual (yang nyata terjadi) maupun potensial (yang mungkin terjadi). Dimana

masalah terkait penggunaan obat antara lain: efektivitas terapi, efek samping obat, dan

biaya.

2.5 Kebijakan dalam Visite Apoteker Online

a. Visite Apoteker ke pasien rawat inap adalah kunjungan berbasis online apoteker dalam

mengevaluasi penggunaan obat serta mengumpulkan Informasi penggunaan obat yang


diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan pasien/ keluarga, catatan pemberian

obat. Informasi berikut meliputi:

1) Data pasien: nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, berat

badan (BB), tinggi badan (TB), ruang rawat, nomor tempat tidur,

sumber pembiayaan;

2) Keluhan utama: keluhan atau kondisi pasien yang menjadi alasan

untuk dirawat;

3) Riwayat penyakit saat ini (history of present ilness) merupakan

riwayat keluhan atau keadaan pasien berkenaan dengan penyakit

yang dideritanya saat ini;

4) Riwayat sosial: kondisi sosial (gaya hidup) dan ekonomi pasien yang
berhubungan dengan penyakitnya. Contoh: pola makan, merokok,
minuman keras, perilaku seks bebas, pengguna narkoba, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan;

5) Riwayat penyakit terdahulu: riwayat singkat penyakit yang pernah

diderita pasien, tindakan dan perawatan yang berhubungan dengan

penyakit pasien saat ini;

6) Riwayat penyakit keluarga:adanya keluarga yang menderita

penyakit yang sama atau berhubungan dengan penyakit yang

sedang dialami pasien. Contoh: hipertensi, diabetes, jantung,

kelainan darah, kanker;

7) Riwayat penggunaan obat: daftar obat yang pernah digunakan

pasien sebelum dirawat (termasuk obat bebas, obat tradisional/

herbal medicine) dan lama penggunaan obat;


8) Riwayat alergi/ ROTD, dilihat dari daftar obat yang pernah

menimbulkan reaksi alergi atau ROTD (Reaksi Obat yang Tidak

Dikehendaki);

9) Pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital (temperatur, tekanan darah,

nadi, kecepatan pernafasan), kajian sistem organ (kardiovaskular,

ginjal, hati);

10) Pemeriksaan laboratorium: Data hasil pemeriksaan laboratorium

diperlukan dengan tujuan: (i) menilai apakah diperlukan terapi

obat, (ii) penyesuaian dosis, (iii) menilai efek terapeutik obat, (iv)

menilai ROTD, (v) mencegah terjadinya kesalahan dalam

menginterpretasikan hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya:

akibat sampel sudah rusak, kuantitas sampel tidak cukup, sampel

diambil pada waktu yang tidak tepat, prosedur tidak benar,

reagensia yang digunakan tidak tepat, kesalahan teknis oleh

petugas, interaksi dengan makanan/ obat. Apoteker harus dapat

menilai hasil pemeriksaan pasien dan membandingkannya dengan

nilai normal;

11) Pemeriksaan diagnostik: foto rontgen, USG, CT Scan. Data hasil


pemeriksaan diagnostik diperlukan dengan tujuan: (i) menunjang
penegakan diagnosis, (ii) menilai hasil terapeutik pengobatan, (iii)
menilai adanya risiko pengobatan;

12) Masalah medis meliputi gejala dan tanda klinis, diagnosis utama
dan penyerta;
13) Catatan penggunaan obat saat ini adalah daftar obat yang sedang
digunakan oleh pasien;
14) Catatan perkembangan pasien adalah kondisi klinis pasien yang
diamati dari hari ke hari.

b. Apoteker yang melakukan visite online harus mengisi berkas rekam medik

pasien yang di kunjunginya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Apoteker melakukan visite online setiap hari dalam 2 jam shift yang

berbeda yaitu pagi pukul 10.00 dan malam hari pukul 19.00 dan akan

melakukan visite kunjungan ke ruangan pasien untuk memastikan kondisi

pasien setiap seminggu sekali atau untuk pasien yang dirawat kurang dari

5 hari melakukan visite ruangan sehari sebelum pasien diperbolehkan

pulang.

d.

2.6 Prosedur Pelaksanaa Visite Online Apoteker

Langkah-langkah dalam pelaksanaan visite online, meliputi:

1) Log in ke data pasien yang akan dikunjungi melalui nomer RM ( rekam


medik ) pasien.
Pada kegiatan visite online ,apoteker harus me log in terlebih dahulu ke
data rekam medic pasien yang akan dikunjungi. Selanjutnya apoteker
pilih akses untuk melakukan akses dengan pasien melalui multi chat
grup antara apoteker, pasien / keluarga pasien dan dokter yang bertugas
visite yang menangani pasien. Apoteker mekalukan visite pada multi
chat grup dengan meperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya
agar timbul kepercayaan mereka terhadap profesi apoteker sehingga
mereka dapat bersifat terbuka dan kooperatif. Mendengarkan respon
yang disampaikan oleh pasien dan identifikasi masalahm Setelah
memperkenalkan diri dengan pasien, apoteker berkomunikasi efektif
secara aktif untuk menggali permasalahan pasien terkait penggunaan
obat.Setelah bertemu dengan pasien berdasarkan informasi yang
diperoleh, apoteker dapat menetapkan status masalah (aktual atau
potensial), dan mengidentifikasi adanya masalah baru.

2) Memberikan rekomendasi berbasis bukti berdasarkan masalah

terkait penggunaan obat

Pada visite online, rekomendasi lebih ditujukan kepada pasien

dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat

dalam aturan pakai, cara pakai dan hal-hal yang harus diperhatikan

selama menggunakan obat. Rekomendasi kepada pasien yang

dilakukan oleh apoteker dapat berupa konseling, edukasi, dan

pendampingan cara penggunaan obat melalui fitur aplikasi online.

Setelah pelaksanaan visite online, apoteker dapat menyampaikan

rekomendasi kepada perawat melalui akses apoteker dengan

perawat secara online melalui aplikasi multi chat antara apoteker

dengan perawat tentang jadwal dan cara pemberian obat, misalnya

obat diberikan pada waktu yang telah ditentukan, pemberian obat

sebelum/sesudah makan, selang waktu pemberian obat untuk

mencegah terjadinya interaksi, kecepatan infus, jenis pelarut yang

digunakan, stabilitas dan ketercampuran obat suntik. Rekomendasi

kepada perawat yang dilakukan oleh apoteker dapat berupa


konseling, edukasi, dan pendampingan tentangcara penyiapan obat.

Rekomendasi yang diberikan harus berdasarkan pada bukti terbaik,

terpercaya, dan terkini, agar diperoleh hasil terapi yang

optimal.Rekomendasi kepada apoteker lain dapat dilakukan dalam

proses penyiapan obat, misalnya: kalkulasi dan penyesuaian dosis,

pengaturan jalur dan laju infus. Rekomendasi kepada dokter yang

merawat yang dilakukan oleh apoteker dapat berupa diskusi dan

pembahasan masalah dan kesepakatan keputusan

terapi.penyampaian rekomendasi terapi ini juga harus dievaluasi

dengan visite apoteker ke ruangan sesuai dengan kebijakan yang

telah disepakati sebelumnya.

4) Melakukan pemantauan implementasi rekomendasi


Apoteker harus memantau pelaksanaan rekomendasi kepada pasien,
perawat atau dokter. Jika rekomendasi belum dilaksanakan maka
apoteker harus menelusuri penyebab tidak dilaksanakannya
rekomendasi dan mengupayakan penyelsaian masalah. Pemantauan
implementasi rekomendasi dapat di akses melalui data rekam medis
pasien yang ada pada fitur aplikasi rekam medis pasien. Pemantauan
implementasi rekomendasi ini juga meningkatkan kemampuan
apoteker dalam berkomunikasi dengan antar profesi kesehatan terkait
dalam pemilihan pengobatan yang tepat dalam pengobatan pasien pada
fitur multi chat grup antara dokter penjaga visite pasien, perawat
ruagan dan apoteker yang bertugas dalam megkaji masalah
penggunaan obat.
5) Melakukan pemantauan efektivitas dan keamanan terkait
penggunaan obat
Pemantauan efektivitas dan keamanan efek samping dapat
dilakukan dengan metode Subjective-Objective-Assesment-Plan
(SOAP). Subjektive adalah semua keluhan yang dirasakan pasien,
objektive adalah hasil pemeriksaan yang dapat diukur, misalnya
temeperatur, tekanan darah, kadar glukosa darah, kreatinin serum,
bersihan kreatinin, jumlah leukosit dalam darah, dan lain-lain.
Assesment adalah penilaian penggunaan obat pasien (identifikasi
masalah terkait pasien). Plan adalah rekomendasi yang diberikan
berdasarkan assesment yang dilakukan.Apoteker juga harus
memantau hasil rekomendasi dengan mengamati kondisi klinis
pasien baik yang terkait dengan efektivitas terapi maupun efek
samping obat. Dalam parktik visite online, mengisian data form
SOAP dapat di lakukan secara online untuk menemudahkan dan
mengefisiekan dalam mengakses data SOAP pada pasien. Apoteker
yang bertugas mengisi data SOAP pada form SOAP secara
online.kemudian SOAP dikaji bersama dengan tim visite dalam
multi chat grup dokter dan perawat yang bertugas untuk
memikirkan rekomnedasi terkait terapi yang tepay bagi pasien.
Kemudian pendokumentasian merupakan hal yang harus
dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan farmasi.
Pendokumentasian adalah kegiatan merekam praktik visite yang
meliputi: informasi penggunaan obat, perubahan terapi, catatan
kajian pengguanaan obat (masalah terkait pengguanaan obat,
rekomendasi, hasil diskusi dengan dokter yang merawat,m
implementasi, hasil terapi).
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka

Aslam, M., Tan, C. K., Prayitno, A. (2003). Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy),
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
Elex Media Komputindo. Hal. 18.

Kementerian Kesehatan, 2011, Pedoman Visite. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan, 25 – 49, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai