DISUSUN OLEH
IV. Patofisiologi
Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2
atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2). Virus ini menyebar melalui
percikan (droplets) dari saluran pernapasan yang dikeluarkan saat sedang batuk atau
bersin(Centers for Disease Control and Prevention 2020).Paru-paru adalah organ
yang paling terpengaruh oleh penyakit ini karena virus memasuki sel inangnya
lewat enzim pengubah angiotensin 2(angiotensin converting enzyme 2 atau ACE2),
yang paling banyak ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru. SARS-CoV-2
menggunakan permukaan permukaan sel khususnya yang
mengandung glikoprotein yang disebut "spike" untuk berhubungan dengan ACE2 dan
memasuki sel inang.(Cheung 2020)
Berat jenis ACE2 pada setiap jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan
penyakit. Diduga, bahwa penurunan aktivitas ACE2 memberikan perlindungan
terhadap sel inang karena ekspresi ACE2 yang berlebihan akan menyebabkan infeksi
dan replikasi SARS-CoV-2.Beberapa penelitian, melalui sudut pandang yang berbeda
juga menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi ACE2 oleh golongan
obat penghambat reseptor angiotensin II akan melindungi sel inang. Dibutuhkan
penelitian lebih lanjut tentang hal ini. ACE2 juga merupakan jalur bagi virus SARS-
CoV-2 untuk menyebabkan kerusakan jantung, karenanya penderita dengan riwayat
penyakit jantung memiliki prognosis yang paling jelek.
V. Pathways
Infeksi dimulai ketika viral spike (S) glycoprotein menempel pada reseptor sel
inang pelengkap. Setelah perlekatan, protease sel inang membelah dan mengaktifkan
protein lonjakan yang menempel pada reseptor. Bergantung pada protease sel inang
yang tersedia, pembelahan dan aktivasi memungkinkan virus untuk memasuki sel
inang dengan endositosis atau fungsi langsung dari selubung virus dengan membran
inang. Saat memasuki sel inang, partikel virus tidak dilapisi, dan genomnya memasuki
sitoplasma sel. Genom RNA coronavirus memiliki 5 ′ topi terabilasi dan 3 tail ekor
polyadenylated, yang memungkinkan RNA untuk melekat pada ribosom sel inang
untuk diterjemahkan. Tuan ribosom menerjemahkan kerangka pembacaan awal yang
tumpang tindih dari genom virus dan membentuk poliprotein yang panjang.
Polyprotein memiliki protease sendiri yang membelah polyprotein menjadi beberapa
protein nonstruktural. (Fehr AR, Perlman S 2015)
1. Replikasi
Sejumlah protein nonstruktural bergabung untuk membentuk multi-protein
replicase-transcriptase complex (RTC). Protein replicase-transcriptase utama
adalah RNA-dependent RNA polimerase (RdRp). Ini terlibat langsung dalam
replikasi dan transkripsi RNA dari untai RNA. Protein nonstruktural lainnya di
kompleks membantu dalam proses replikasi dan transkripsi. Misalnya, protein
non-struktural exoribonuclease, memberikan kesetiaan ekstra pada replikasi
dengan menyediakan fungsi proofreading yang tidak dimiliki oleh RNA
polimerase yang bergantung pada RNA.
2. Release
Salah satu fungsi utama kompleks adalah mereplikasi genom virus. RdRp secara
langsung memediasi sintesis RNA genomik rasa negatif dari RNA genomik rasa
positif. Ini diikuti oleh replikasi RNA genomik rasa positif dari RNA genomik
rasa negatif. Fungsi penting lain dari kompleks adalah untuk menyalin genom
virus. RdRp secara langsung memediasi sintesis molekul RNA subgenomik rasa
negatif dari RNA genomik rasa positif. Ini diikuti oleh transkripsi molekul RNA
subgenomik-indra negatif ke mRNA indra-positif yang sesuai.
RNA genomik rasa positif yang direplikasi menjadi genom dari virus progeni.
MRNA adalah transkrip gen dari sepertiga terakhir genom virus setelah kerangka
pembacaan awal yang tumpang tindih. MRNA ini diterjemahkan oleh ribosom
inang menjadi protein struktural dan sejumlah protein tambahan. Terjemahan
RNA terjadi di dalam retikulum endoplasma. Protein struktural virus S, E, dan M
bergerak di sepanjang jalur sekretori ke kompartemen perantara Golgi. Di sana,
protein M mengarahkan sebagian besar interaksi protein-protein yang diperlukan
untuk perakitan virus setelah ikatannya dengan nukleokapsid. Virus progeni
kemudian dilepaskan dari sel inang dengan eksositosis melalui vesikula sekretori.
3. Transmisi
Penularan coronavirus dari manusia ke manusia umumnya diperkirakan terjadi di
antara kontak dekat melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan oleh bersin dan
batuk. Interaksi protein spike coronavirus dengan reseptor sel host inangnya
sangat penting dalam menentukan tropisme jaringan, infektivitas, dan rentang
spesies virus. Coronavirus SARS, misalnya, menginfeksi sel-sel manusia dengan
menempel pada reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2)
VI. Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan
menanyakan gejala yang dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien
bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum
gejala muncul. Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan
pemeriksaan lanjutan berikut: Uji sampel darah Tes usap tenggorokan untuk meneliti
sampel dahak (tes PCR) Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-
paru. WHO telah menerbitkan beberapa protokol pengujian untuk penyakit ini
Pengujian menggunakan reaksi berantai polimerase transkripsi-balik secara waktu
nyata (rRT-PCR). Spesimen untuk pengujian dapat berupa usap pernapasan atau
sampel dahak. Pada umumnya, hasil pengujian dapat diketahui dalam beberapa jam
hingga 2 hari (WHO, 2020)
VII. Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi corona virus hingga saat ini masih bergantung pada anti-
pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi. Jika terdapat kasus SARS yang
mencurigakan, pasien harus diisolasi, lebih baik di ruangan yang bertekanan negatif,
disertai dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien
SARS. Pada awalnya akan digunakan steroid dan antiviral drug ribavirin untuk
pengobatan, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini, bahkan sekarang ini
justru banyak yang mencurigai bahwa ribavirin tidak baik bagi kesehatan. Ribavirin
analog dengan nukleo Ribavirin 400 mg tiap 8 jam (1200 mg sehari) dikonsumsi
selama 3 hari (atau sampai mencapai kondisi stabil) Lalu ribavirin 1200 mg 2 kali
sehari(2400 mg sehari)
Di China, obat dari tanaman tradisional telah digunakan secara teratur
dikombinasikandengan obat sintetik untuk mengobati SARS dan dipercaya dapsecara
efektif. Test in vitro menghasilkan pendapat bahwa interferon diperbolehkan dan
menjadi pilihan dalam pengobatan SARS. Oseltamivir phbitor terhadap
neuraminidase untuk pengobatan influenza A dan B. Obat ini juga sering diresepkan
bersama dengan obat-obat lain yang digunakan untuk pengobatan SARS si China.
Antibodi prevalensinya meningkat seiring dengan umur, dan ditemukan lebih dari 90
% pada orang dewasa. Kebanyakan virus yang bagus, namun dengan adanya reinfeksi
sering diindikasikan keadalam lingkungan hidup ini terdapat bermacam-macam jenis
coronavirus. Jenis virus yang telah menginfeksi manusia tidak akan menginfeksi
hewan. Pada kebanyakan infeksi pernafasan, coronavirus sering terjai karena adanya
kontak antar manusia yang semakin dekat. Kebanyakan kejangkitan terjadtiap
beberapa tahun dengan siklus hidup yang tergantung dari jenis coronavirus.
Gefektif digunakan untuk menyembuhkan para penderita SARS. sid, dimana
pemakaiannya ra intravena untuk paling • ri) (Triperdi,2013)
VIII. Komplikasi
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi
serius berikut ini:
Pneumonia
nfeksi sekunder pada organ lain
Gagal ginjal
Acute cardiac injury
Acute respiratory distress syndrome
Kematian
IX . PENCEGAHAN
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-
19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-
faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
1. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di
tempat umum. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci
tangan.
2. Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (social
distancing).
3. Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan
hewan, cuci tangan setelahnya. Masak daging sampai benar-benar matang
sebelum dikonsumsi.
4. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang
tisu ke tempat sampah. Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit
demam, batuk, atau pilek. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan
kebersihan lingkungan.
5. Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP
(orang dalam pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar
virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu: Jangan keluar rumah, kecuali
untuk mendapatkan pengobatan. Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda
mengalami gejala gangguan pernapasan yang disertai demam atau memenuhi
kriteria PDP (pasien dalam pengawasan).
6. Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila
tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda
dengan yang digunakan orang lain.
7. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai
Anda benar-benar sembuh. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan
dengan orang yang sedang sedang sakit.
8. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain. Pakai masker dan sarung tangan bila
sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain.
9. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.
(PDPI, 2020)
Daptar pustaka
Huang, Chaolin; Wang, Yeming; Li, Xingwang; Ren, Lili; Zhao, Jianping; Hu, Yi;
Zhang, Li; Fan, Guohui; Xu, Jiuyang; Gu, Xiaoying; Cheng, Zhenshun (24
Januari 2020). "Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus
in Wuhan, China". Lancet (dalam bahasa Inggris).
Triverdi M., 2013. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) avavilbale from:
http://emedicine.medscape.com/article/237755-overview#a0156