PRAKTIKUM II
ALZHEIMER
OLEH :
Nurlinda Sari (171200193)
I. TUJUAN PRATIKUM
1. Mengetahui definisi dari penyakit alzheimer
2. Mengetahui klasifikasi penyakit alzheimer
3. Mengetahui patofisiologi penyakit alzheimer
4. Mengetahui tatalaksana penyakit alzheimer (Farmakologi & Non-Farmakologi)
5. Dapat menyelesaikan kasus terkait penyakit alzheimer secara mandiri dengan
menggunakan metode SOAP
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50- 60%) dan
kedua oleh cerebrovaskuler (20%) (Japardi, 2002). Penyakit Alzheimer adalah penyakit
degeneratif otak dan penyebab paling umum dari demensia. Hal ini ditandai dengan
penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan keterampilan kognitif lainnya yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Penurunan
ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang terlibat dalam fungsi kognitif
telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal.
a. Keadaan Umum
Diagnosis penyakit Alzheimer bergantung pada pengujian status mental yang
menyeluruh dan tes neuropsikologi, riwayat medis dan psikiatris, neurologis ujian,
wawancara pengasuh dan keluarga anggota, serta laboratorium dan pencitraan data
untuk mendukung diagnosis dan menyingkirkan penyebab lainnya.
b. Tanda dan Gejala (Chisholm-burns et al, 2008)
• Estrogen
Gejala depresi yang umum pada pasien dengan AD, terjadi pada
sebanyak 50% dari pasien. Apatisme mungkin bahkan lebih sering,
namun gejala ini mungkin sulit untuk dibedakan pada pasien demensia.
Dalam prakteknya, pengobatan dengan selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) dimulai paling sering pada pasien dengan AD,
berdasarkan profil efek samping dan bukti keberhasilan. Manfaat telah
ditunjukkan dengan sertraline, citalopram, fluoxetine, dan paroxetine,
meskipun paroxetine menyebabkan efek antikolinergik lebih besar dari
SSRI lainnya. Serotonin / norepinefrin reuptake inhibitor seperti
venlafaxine mungkin menjadi alternatif. Fungsi serotonergik juga
mungkin memainkan peran dalam beberapa gejala perilaku lain dari
AD, dan beberapa studi mendukung penggunaan SSRI dalam
pengelolaan perilaku, bahkan dalam ketiadaan depresi. Antidepresan
trisiklik memiliki khasiat mirip dengan SSRI, namun umumnya harus
dihindari karena aktivitas antikolinergiknya (Dipiro et al, 2008).
• Terapi lainnya
Karena antipsikotik dan terapi antidepresan telah menunjukkan
efikasi moderat dan hanya menimbulkan resiko efek samping yang tidak
diinginkan, obat-obat lainnya dapat digunakan untuk mengobati perilaku
mengganggu dan agresi pada gangguan kejiwaan dan neurologis lainnya
telah diusulkan sebagai pengobatan alternatif yang potensial. Alternatif
tersebut adalah benzodiazepin, buspirone, selegiline, karbamazepin, dan
asam valproat. Oxazepam khususnya, telah digunakan untuk mengobati
kecemasan, agitasi, dan agresi, tapi obat–obat tersebut umumnya
menunjukkan khasiat rendah bila dibandingkan dengan antipsikotik.
Gejala nonkognitif adalah aspek yang paling sulit dari AD untuk
pengasuh. Antipsikotik dan antidepresan telah berguna untuk manajemen
yang efektif dari perilaku, psikotik, dan gejala depresi pasien, sehingga
mengurangi beban pengasuh dan memungkinkan pasien untuk
menghabiskan waktu tambahan di rumah. Efek samping tetap menjadi
perhatian penting pada pengobatan pasien (Dipiro et al, 2008).
3.1 ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Form SOAP.
2. Form Medication Record.
3. Catatan Minum Obat.
4. Kalkulator Scientific.
5. Laptop dan Koneksi Internet.
BAHAN :
1. Text Book
2. Data nilai normal laboratorium
3. Evidence terkait ( Journal, Systematic, Review , Meta Analysis
4.1 KASUS
DAFTAR PUSTAKA