Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu

ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK “X”


KOTA MATARAM BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 73
TAHUN 2016

Baiq Lenysia Puspita Anjani*, Yuli Fitriana*, Reza Afifatul Hasanah*


*
Program Studi D3 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Email: baiqlenysia@gmail.com

Tanggal Submit Tanggal Penerimaan Tanggal Publish


18 September 2021 16 Desember 2021 25 Desember 2021

ABSTRAK
Tenaga kefarmasian di Apotek memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada
masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa tenaga kefarmasian berperan penting dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien. Tenaga kefarmasian harus menjalankan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. Tujuan Penelitian
ini untuk mengetahui Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek “X” Kota
Mataram Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. Metode yang digunakan yaitu
Pendekatan Kualitatif, dengan sumber data primer yaitu Cheklist dan wawancara sesuai
dengan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, serta sumber data sekunder yang mendukung
data primer pada penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di
Apotek “X” Kota Mataram Berdasarkan Permenkes No 73 Tahun 2016 diperoleh hasil
sebagai berikut, standar pelayanan kefarmasian pada kegiatan pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek “X” sudah sepenuhnya diterapkan.
Standar pelayanan kefarmasian pada kegiatan pelayanan farmasi klinik, informasi obat
terkait farmakokinetik tidak dilakukan. Kegiatan konseling tidak dilakukan konseling yang
terdokumentasi, kegiatan pelayanan kefarmasian dirumah belum sepenuhnya dilaksanakan.
Pemantauan terapi obat dan monitoring efek samping obat belum dilaksanakan
sepenuhnya.
Kata Kunci: Evaluasi; Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek; Permenkes RI Nomor
73 Tahun 2016.

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 29
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

ABSTRACT
Pharmaceutical personnel in pharmacies provide health services directly to the
community, this shows that pharmaceutical personnel play an important role in improving
patients’s quality of life. Pharmaceutical personnel must carry out pharmaceutical services
in accordance with pharmaceutical service standards in pharmacies based on the Minister
of Health Regulation Number 73 of 2016. This study aims to determine the standard
application of pharmaceutical service at the "X" Pharmacy of Mataram City based on the
Minister of Health Regulation Number 73 of 2016. Method of this study is Qualitative
approach, with primary data were checklist and interviews based on the Minister of Health
Regulation Number 73 of 2016. Results of this study at the "X" Pharmacy of Mataram City
based on the Minister of Health Regulation Number 73 of 2016 were Pharmaceutical
service standards in management of pharmaceutical preparations, medical devices, and
medical consumables at the "X" Pharmacy of Mataram City have been fully implemented.
Standards of pharmaceutical services in clinical pharmacy service activities, drug
information related to pharmacokinetics are not carried out. Counseling is not
documented, pharmaceutical services at home are not yet fully implemented. Monitoring
of drug therapy and monitoring of drug side effects have not been fully implemented.
Keywords: Evaluation; Pharmaceutical Service Standards in Pharmacy; the Minister of
Health Regulation Number 73 of 2016.

PENDAHULUAN menunjukkan bahwa tenaga kefarmasian


Apoteker dapat berperan aktif ikut beperan aktif dalam meningkatkan
dalam meningkatkan kualitas hidup kualitas hidup pasien. Kesalahan dalam
pasien dengan konsep Pharmaceutical pelayanan kefarmasian yang berkaitan
care di Apotek. Beberapa kegiatan yang dengan pengobatan pasien dimungkinkan
dapat dilakukan oleh Apoteker di Apotek terjadi, oleh karena itu diharapkan tenaga
diantaranya adalah skrining resep, kefarmasian khususnya Apoteker mampu
pelayanan informasi obat, pemantauan mencegah, mengidentifikasi, dan
terapi obat, serta pelayanan kefarmasian mengatasi masalah tersebut. Peraturan
di rumah menjadi kegiatan penting dalam Menteri Kesehatan Republik Indonesia
upaya meningkatkan kualitas hidup Nomor 73 Tahun 2016 adalah standar
pasien (Kemenkes RI, 2014). yang harus menjadi acuan tenaga
Tenaga kefarmasian di Apotek kefarmasian dalam melakukan praktek di
melakukan pelayanan kesehatan kepada Apotek.
masyarakat secara langsung, ini

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 30
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

Standar pelayanan kefarmasian di dalam penelitian ini adalah Apoteker


beberapa Apotek yang terletak di daerah- Pengelola Apotek yang memiliki STRA
daerah belum dilaksanakan dengan dan memiliki SIPA.
optimal berdasarkan Undang-Undang. Jenis data yang digunakan dalam
Penelitian terdahulu mengenai standar penelitian ini bersifat narasi, dan uraian
pelayanan kefarmasian di apotek di juga penjelasan data dari informan baik
beberapa daerah masih menggunakan lisan maupun data dokumen yang
aturan Permenkes Nomor 35 Tahun 2014 tertulis, perilaku subjek yang diamati di
dan Kepmenkes Nomor : lapangan juga menjadi data dalam
1027/Menkes/SK/IX/ 2004. Beberapa pengumpulan hasil penelitian ini.
penelitian sebelumnya menunjukkan Sumber data primer dalam penelitian ini
bahwa pelayanan kefarmasian yang didapatkan dengan menggunakan lembar
dilakukan masih belum memenuhi observasi cheklist atau daftar pertanyaan
Standar pelayanan Kefarmasian di yang diajukan secara wawancara kepada
Apotek (Ningrum dkk, 2018; Prabandari, informan, lembar observasi cheklist
2018). tentang standar pelayanan kefarmasian
Berdasarkan permasalahan ter- berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun
sebut maka tujuan dari penelitian ini 2016. Sumber data sekunder dalam
adalah untuk mengetahui Bagaimana penelitian ini adalah STRA SIPA, Resep,
Standar Pelayanan Kefarmasian di Kartu Stok, Faktur, Surat Pesanan, Buku
Apotek “X” Kota Mataram Berdasarkan Defecta dan dokumentasi berupa foto
Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. untuk mendukung penelitian ini. Data
Apotek “X” terletak di Kota Mataram hasil penelitian di analisis dengan
dengan lokasi yang strategis juga ramai analisis data induktif. Analisis data
dengan pasien yang membeli obat bebas induktif adalah penarikan kesimpulan
maupun menggunakan resep. Pelayanan yang berasal dari fakta khusus dan ditarik
kefarmasian di Apotek “X” juga sering kesimpulan secara umum (Sugiyono,
dilakukan karena banyaknya interaksi 2017).
dengan masyarakat.
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN Informan dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan pen- adalah Apoteker Pengelola Apotek
dekatan kualitatif. Penelitian ini di (APA) yang berusia 30 tahun dan telah
lakukan pada bulan September 2021 di bekerja di Apotek “X” selama 3 tahun.
Apotek “X” Kota Mataram. Informan Rata-rata jam kerja APA adalah 2-4 jam

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 30
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

perhari dengan 3-5 hari kerja setiap etiket, sampai pengecekan ulang obat
minggunya. Hasil wawancara dengan yang akan diberikan kepada pasien sudah
APA di Apotek “X” untuk pengelolaan dilakukan di Apotek “X”. Tahap
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
medis habis pakai sudah dilakukan sesuai pasien dengan penyampaian informasi
dengan Permenkes Nomor 73 Tahun mengenai obat dari mulai dosis, cara
2016. pakai, efek samping, efikasi, keamanan,
Perencanaan pengadaan sediaan hingga harga sudah dilakukan di Apotek
farmasi menggunakan pertimbangan pola “X” kecuali informasi tentang farmako-
penyakit, konsumsi, budaya serta kinetik obat yang tidak disampaikan
kemampuan masyarakat. Pengadaan kepada pasien.
sediaan farmasi melalui distributor resmi Pelayanan farmasi klinis tahap
dan melakukan penerimaan sesuai konseling di Apotek “X” dilakukan oleh
dengan surat pesanan. Penyimpanan Apoteker dengan pasien untuk
sediaan farmasi dilakukan dengan tidak menyelesaikan masalah pasien terkait
merubah wadah aslinya dan sistem obat, tetapi Apotek “X” tidak
penyimpanannya berdasarkan bentuk menyediakan formulir konseling untuk
sediaan, farmakologi, alfabetis serta mendokumentasikan hasil kegiatan
memperhatikan sistem FIFO dan FEFO. konseling yang dilakukan. Tahap
Pencatatan dan pelaporan dilakukan rutin Pelayanan Kefarmasian di Rumah,
setiap bulan dengan laporan internal dan Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan
laporan sediaan farmasi serta laporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Narkotika dan Psikotropika melalui tidak dilakukan di Apotek “X”.
aplikasi SIPNAP. Pemusnahan resep Sumber daya manusia di Apotek
dalam Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 “X” adalah Apoteker dan Tenaga Teknis
dilakukan setiap 5 tahun sekali, tetapi di Kefarmasian (TTK) telah memenuhi
Apotek “X” pemusnahan resep dilakukan persyaratan administrasi sesuai dengan
setiap tahun. Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, selalu
Pelayanan farmasi klinis pada melakukan pengembangan diri dengan
tahap pengkajian resep di Apotek “X” pendidikan dan pelatihan mengenai ilmu
sudah melakukan kajian administrasi, kefarmasian, serta memenuhi tanggung
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan jawab dan etika profesi sesuai standar
klinis sesuai dengan Permenkes Nomor yang berlaku. Atribut praktik untuk
73 Tahun 2016. Tahap dispensing dari tenaga kefarmasian yang seharusnya
penyiapan obat, memberikan label atau dikenakan saat berpraktik yaitu tanda

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 31
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

pengenal dan jas praktik untuk Apoteker 2009 juga disampaikan bahwa setiap
tidak dikenakan saat melakukan penyerahan dan pelayanan obat
pelayanan kefarmasian. berdasarkan resep dokter dilakukan oleh
Sarana dan prasarana di Apotek Apoteker (PP RI, 2009). Hal ini
“X” memenuhi ketentuan dalam menjelaskan bahwa kehadiran Apoteker
Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 yaitu adalah mutlak (Dominica dkk, 2016).
tersedianya ruang pelayanan dan Waktu kerja informan dibawah
penerimaan obat atau resep, ruang racik waktu kerja berdasarkan ketentuan yang
atau penyiapan obat, ruang penyimpanan berlaku. Rendahnya kehadiran APA di
sediaan farmasi serta ruang untuk berkas apotek karena jam kerjanya telah
atau arsip Apotek. Ruang konseling ditentukan oleh Pemilik Sarana Apotek
adalah salah satu sarana dan prasaran (PSA). APA di Apotek “X” juga bekerja
yang harusnya ada dalam Apotek, tetapi sebagai Apoteker Pendamping di Rumah
di Apotek “X” tidak tersedia ruang Sakit. Rendahnya kehadiran APA
konseling. berdasarkan ketentuan jam kerja
mengindikasikan bahwa pelayanan
PEMBAHASAN kefarmasian di apotek belum
Penelitian ini telah mendapatkan dilaksanakan secara optimal berdasarkan
kelaikan etik (ethical clearance) dari berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun
Universitas Islam Al-Azhar nomor 2016.
31/EC-04/FK-06/UNIZAR/IX/2021. Pengelolaan Sediaan farmasi, Alat
Informan telah menyetujui menjadi Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai
informan pada penelitian ini dengan yang dilaksanakan di Apotek “X” Kota
menandatangani informed consent. Mataram sudah memenuhi Standar
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam Permenkes No. 73 Tahun 2016
Apotek “X” sebagai informan pada pene- kecuali pemusnahan resep obat yang
litian ini, hadir di apotek rata-rata 2-4 jam tidak dilakukan setiap 5 tahun tetapi
perhari selama 3-5 hari dalam seminggu. setiap tahun dilakukan. Pemusnahan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 resep obat dilakukan 1 tahun sekali,
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan karena stok opname dilakukan 1 tahun
yang disampaikan dalam pasal 77 ayat 2 sekali sekaligus memeriksa obat-obat
adalah waktu kerja pekerja selama 7 jam ED. Jadi pemusnahan resep dilakukan
1 hari dan 24 jam 1 minggu untuk 6 hari bersamaan dengan pemusnahan obat ED.
kerja dalam 1 minggu (UU RI, 2013). Perencanaan pengadaan sediaan
Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 32
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

habis pakai di Apotek “X” didasarkan Apotek “X” dilakukan sesuai Permenkes
pada pola penyakit, pola konsumsi, No. 73 Tahun 2016 dengan
budaya dan kemampuan masyarakat memperhatikan bentuk sediaan,
(Diana dkk, 2019). Pengadaan sediaan golongan obat, Farmakologi dan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis Alfabetis. Sistem pengeluaran barang
habis pakai di Apotek “X” dilakukan oleh menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
Apoteker dengan membuat Surat Sistem FIFO (First In First Out) adalah
Pesanan (SP) yang ditujukan ke obat yang masuk terlebih dahulu dan
distributor atau Pedagang Besar Farmasi tanggal kadaluarsanya lebih awal harus
(PBF) melalui jalur resmi. Pembuatan dikeluarkan terlebih dahulu. Obat yang
Surat Pesanan (SP) dan pemilihan PBF baru datang diletakkan paling belakang
sudah sesuai dengan Permenkes No. 73 dan obat yang telah lama diletakkan pa-
Tahun 2016. SP obat keras, obat bebas, ling depan. Hal ini bertujuan untuk
obat bebas terbatas, precursor, dan dikeluarkannya terlebih dahulu obat yang
psikotropika dibuat rangkap 2, serta SP telah lama dibandingkan dengan obat
Narkotika dibuat rangkap 4 sesuai yang baru datang. Umumnya obat-obat
ketentuan. Pertimbangan pemilihan PBF yang baru datang memiliki waktu
untuk pemesanan obat adalah PBF yang kadaluarsa yeng lebih panjang, sehingga
resmi telah memiliki faktur pajak dan obat-obat lama yang memiliki waktu
cepatnya pengiriman barang ke Apotek. kadaluarsa lebih singkat diletakkan
Penerimaan barang yang datang paling depan dan dikeluarkan terlebih da-
dari PBF di Apotek “X” dilakukan oleh hulu (First Expired First Out) atau
Apoteker atau Tenaga Teknis FEFO.
Kefarmasian disertai dengan faktur Obat bebas dan bebas terbatas
penjualan barang dan surat pesanan. diletakkan dilemari etalase obat bebas,
Penerimaan barang atau perbekalan secara farmakologis atau berdasarkan
farmasi dilakukan dengan menyesuaikan khasiat obat dan disusun sesuai Alfabetis.
faktur penjualan barang dengan barang Penyimpanannya juga berdasarkan
datang. bentuk sediaannya, bentuk sediaan cair
Penyimpanan obat atau bahan obat seperti emulsi atau tetes mata dipisahkan
disimpan dalam wadah asli dari pabrik dengan bentuk sediaan padat seperti
dalam kondisi yang sesuai sehingga tablet, kapsul dan serbuk. Obat keras atau
keamanan dan stabilitasnya terjamin obat yang harus dibeli dengan resep
(Asyikin, 2018; Latifah dkk, 2016). dokter dan perbekalan farmasi lainya
Sistem penyimpanan dan pengeluaran di disimpan berdasarkan bentuk sediaan

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 33
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

dan disimpan menurut Alfabetis. Sediaan baik dapat dicegah dengan melakukan
yang stabilitasnya di pengaruhi oleh suhu pengkajian dan pelayanan resep
berkisar antara 2-8ºC seperti suppositoria (Maryati, 2013; Wintariani dkk, 2018).
dan injeksi insulin disimpan pada lemari Apoteker dan Tenaga Teknis
pendingin. Kefarmasian di Apotek “X” telah
Pengendalian sedian farmasi, alat melakukan pengkajian resep atau
kesehatan, dan bahan medis habis pakai skrining resep dan dispensing
di Apotek “X” menggunakan kartu stok sepenuhnya sesuai dengan Permenkes
sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun No.73 tahun 2016.
2016. Kartu stok terdiri dari tanggal obat Pelayanan informasi obat yang
yang datang, nama PBF, nomor batch, dilakukan di Apotek “X” sudah sesuai
tanggal ED, jumlah barang masuk dan dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016
keluar, serta sisa stok. Kartu stok kecuali informasi terkait farmakokinetik,
memudahkan saat melihat sisa stok obat, karena keterbatasan waktu dan juga
juga digunakan saat menyesuaikan kekurangan tenaga kerja. Kegiatan
dengan jumlah fisik obat agar tidak dapat konseling di Apotek “X” sudah
kekeliruan stok. dilakukan sesuai Permenkes No. 73
Pelaporan di Apotek “X” di- Tahun 2016 tetapi belum menyediakan
lakukan sesuai dengan Permenkes No. 73 lembar dokumentasi kegiatan konseling
Tahun 2016, kebutuhan manajemen di Apotek. Kegiatan konseling di Apotek
apotek menggunakan pelaporan internal “X” juga kurang rutin dilakukan karena
yang terdiri dari laporan keuangan, waktu yang dibutuhkan untuk konseling
barang, dan lainnya yang dilaporkan lebih lama sehingga tidak kondusif saat
setiap bulan. Pelaporan Narkotika dan jumlah pasien sedang ramai yang
Psikotropika dilakukan setiap bulan mengantri di Apotek.
melalui aplikasi online yaitu SIPNAP. Kegiatan Pelayanan kefarmasian
Pelayanan farmasi klinik di dirumah, Pemantauan Terapi Obat dan
Apotek adalah pelayanan kefarmasian Monitoring Efek Samping obat belum
yang dilakukan secara langsung pada dilaksanakan di Apotek “X”, karena
pasien, meliputi sediaan farmasi, alat kurangnya tenaga kefarmasian dan
kesehatan, dan bahan medis habis pakai keterbatasan waktu Apoteker untuk
dengan tujuan untuk meningkatkan melakukan kegiatan tersebut. Apoteker
kualitas hidup pasien (Fajarini, 2018). sebagai tenaga kefarmasian diharapkan
Kelalaian pencantuman informasi terkait dapat melakukan pelayanan kefarmasian
obat dan penulisan resep yang kurang dirumah, khususnya untuk pasien lansia

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 34
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

dan pasien dengan terapi pengobatan dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016,
penyakit kronis seperti Hipertensi dan kecuali penggunaan Atribut Praktik yaitu
Diabetes Mellitus (Alrosyidi dan jas praktik dan tanda pengenal. Hal ini
Kurniasari, 2020). Pelayanan kefarmasi- disebabkan oleh kurang nyamannya
an dirumah tidak dilakukan lagi oleh Apoteker menggunakan jas praktik saat
Apoteker karena kondisi pandemi Covid- kondisi suhu panas atau tinggi. Jas
19. Apotek “X” melakukan pelayanan praktik dan tanda pengenal Apoteker
kefarmasian di rumah terakhir di tahun perlu digunakan saat melakukan
2018 dan dihentikan sementara sampai pelayanan kefarmasian di Apotek
batas waktu yang belum ditentukan. sebagai identitas untuk menimbulkan
Perlunya melakukan pemantauan kepercayaan pasien terhadap profesi
terapi obat adalah untuk memastikan tenaga kefarmasian di Apotek.
bahwa terapi yang didapatkan oleh Sarana dan Prasarana di Apotek “X”
pasien terbukti efektif dengan melihat sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun
efikasi dan efek samping yang terjadi 2016 kecuali ruang konseling yang
(Juwita dkk, 2019; Yuniar dan belum tersedia, karena keterbatasan
Handayani, 2016). Pasien anak-anak, ibu bangunan Apotek dan belum adanya
hamil, ibu menyusui, lanjut usia, pasien pasien yang membutuhkan konseling
yang menerima terapi lebih dari 5 jenis pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan
obat, pasien dengan gangguan hati atau Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, ruang
ginjal adalah pasien yang perlu men- konseling harus memiliki satu set meja
dapatkan pemantauan terapi obat dan kursi konseling, lemari buku, buku-
(Sukamanto, 2017; Ihsan dkk, 2014; buku refrensi, leaflet, poster, alat bantu
Atmini, 2010). Efek samping obat adalah konseling, buku catatan konseling dan
respon yang merugikan atau yang tidak formulir catatan pengobatan pasien.
diharapkan terjadi pada pemberian obat
dengan dosis normal untuk tujuan SIMPULAN
profilaksis, diagnosis, dan terapi. Oleh Standar pelayanan kefarmasian
karena itu monitoring terjadinya efek pada kegiatan pengelolaan sediaan
samping obat perlu dilakukan oleh tenaga farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
kefarmasian sebagai salah satu pelayanan habis pakai di Apotek “X” sudah
farmasi klinik (Kemenkes RI, 2016). sepenuhnya diterapkan berdasarkan
Sumber daya manusia yang Permenkes Nomor 73 tahun 2016.
bekerja di Apotek “X” sudah memenuhi Kegiatan pelayanan farmasi klinik belum
kriteria persyaratan administrasi sesuai sepenuhnya diterapkan berdasarkan

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 35
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

Permenkes Nomor 73 tahun 2016 yaitu Dominica, D., Putra, D. P., & Yulihasri,
Y. (2016). Pengaruh Kehadiran
informasi terkait farmakokinetik pada
Apoteker Terhadap Pelayanan
kegiatan Pelayanan Informasi Obat tidak Kefarmasian di Apotek di Kota
Padang. Jurnal Sains Farmasi &
dilakukan, tidak adanya dokumentasi
Klinis, 3(1), 99–107.
saat kegiatan konseling, kegiatan
Fajarini, H. (2018). Implementasi
Pelayanan Kefarmasian di Rumah belum
Peraturan Menteri Kesehatan RI
dilaksanakan, Pemantauan terapi obat No. 73 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
dan Monitoring Efek samping obat
Parapemikir: Jurnal Ilmiah
belum dilaksanakan. Sumber Daya Farmasi, 7(2), 260–269.
Manusia di Apotek “X” belum Ihsan, S., Rezkya, R., & Akib, N. I.
sepenuhnya menerapkan standar (2014). Evaluasi Mutu Pelayanan di
Apotek Komunitas Kota Kendari
Permenkes Nomor 73 tahun 2016 dengan Berdasarkan Standar Pelayanan
tidak menggunakan atribut praktek. Kefarmasian’. Jurnal Farmasi Dan
Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1(2),
Sarana dan Prasarana di Apotek “X” 30–35.
belum sepenuhnya sesuai dengan
Juwita, D. A., Arifin, H., & Perdana, J.
Permenkes Nomor 73 tahun 2016 karena (2019). Kajian kepuasan pasien
tidak tersedianya ruang konseling. terhadap pelayanan kefarmasian di
Apotek rawat jalan RSUP DR. M.
Djamil Padang. Jurnal Farmasi
REFERENSI Higea, 11(1), 32–40.
Alrosyidi, A. F., & Kurniasari, S. (2020). Kemenkes RI. (2014). Peraturan
Pelaksanaan Standar Pelayanan Menteri Kesehatan Republik
Kefarmasian di Apotek Kabupaten Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Pamekasan Tahun 2020. Journal of Tentang Standar Pelayanan
Pharmacy and Science, 5(2), 55– Kefarmasian di Apotek, Jakarta.
59.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan
Asyikin, A. (2018). Studi Implementasi Menteri Kesehatan Republik
Sistem Penyimpanan Obat Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
Berdasarkan Standar Pelayanan tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek Sejati Kefarmasian di Apotek, Jakarta.
Farma Makassar. Media Farmasi,
14(1), 85–90. Latifah, E., Pribadi, P., & Yuliastuti, F.
(2016). Penerapan standar
Atmini, K. D. (2010). Analisis aplikasi pelayanan kefarmasian di apotek
standar pelayanan Kefarmasian di Kota Magelang. Jurnal Farmasi
Apotek kota Yogyakarta. Sains Dan Praktis, 2(1), 11–17.
Universitas Gadjah Mada.
Maryati, D. (2013). Evaluasi Standar
Diana, K., Tandah, M. R., & Basuki, M. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
(2019). Pelaksanaan standar Wilayah Kota Salatiga tahun 2011
pelayanan kefarmasian di apotek sesuai perundangan yang Berlaku.
Kota Palu. As-Syifaa Jurnal Universitas Muhammadiyah
Farmasi, 11(1), 45–54. Surakarta.

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 36
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424
ISSN 2460-9749 (PRINT) Jurnal Kedokteran : Media Informasi Ilmu
ISSN 2620-5890 (ONLINE) Kedokteran dan Kesehatan

Ningrum, D. M., Yuliana, D., & Bayani,


F. (2018). Evaluasi Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Lombok Tengah Berdasarkan
Kemenkes No.
1027/MENKES/SK/IX/2004 NTB.
Jurnal Kesehatan Qamarul Huda,
6(2), 57–68.

PP RI. (2009). Peraturan Pemerintah


Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta.

Prabandari, S. (2018). Gambaran


Manajemen Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Permata
Kota Tegal. Parapemikir: Jurnal
Ilmiah Farmasi, 7(1).

Sukamanto, H. (2017). Evaluasi


Kepuasan Pasien Terhadap
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Rawat Jalan Rsup Dr. Wahidin
Sudirohusodo Kota Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta, CV.

UU RI. (2013). Undang-Undang Nomor


13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Jakarta.

Wintariani, N. P., Dewi, D. A. P. S., &


Agustini, N. P. D. (2018). Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kesesuaian Pelaksanaan Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Wilayah Denpasar Tahun 2017.
Jurnal Ilmiah Medicamento, 4(1),
55–59.

Yuniar, Y., & Handayani, R. S. (2016).


Kepuasan Pasien Peserta Program
Jaminan Kesehatan Nasional
terhadap Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 39–48.

Copyright by Author
Vol. 07 No. 01 2021 37
DOI: http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran.v7i1.424

Anda mungkin juga menyukai