Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan

Ikatan Apoteker Indonesia 2016


e-ISSN : 2541-0474

KEPUASAN PASIEN BPJS KESEHATAN TERHADAP KUALITAS


PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT (ANALISIS MENGGUNAKAN SERVQUAL MODEL
DAN CUSTOMER WINDOW QUADRANT)

Gesnita Nugraheni 1*, Liga Riskya Putri2, Catur Dian Setiawan1, dan I Nyoman Wijaya1
1
Departemen Farmasi Komunitas, Universitas Airlangga
2
Mahasiswa Prodi Sarjana Farmasi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

*Corresponding author email: gesnita@gmail.com

Abstrak
Latar belakang: Sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia baru beroperasi sejak 2014 melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan penting dilaksanakan untuk
mengupayakan pelayanan yang lebih baik, termasuk pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) sebagai fasilitas kesehatan tingkat 1 dari BPJS Kesehatan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pasien BPJS terhadap pelayanan kefarmasian di
puskesmas.
Metode: Sepuluh puskesmas di wilayah Surabaya Barat menjadi tempat pengambilan data. Responden dipilih secara
non-random dengan metode accidental sampling. Responden adalah peserta BPJS yang pernah mengambil obat di
puskesmas lebih dari sekali. Kuesioner dibuat berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas serta aspek
lain yang termasuk dalam Service Quality (SERVQUAL) Model, untuk dibandingkan antara kinerja dan harapan. Pilihan
jawaban menggunakan skala Likert. Uji validitas meliputi validasi isi, rupa, dan konstruk sedangkan uji reliabilitas
menggunakan cronbach alpha. Analisis prioritas perbaikan dilakukan menggunakan Customer Window Quadrant (CWQ).
Hasil penelitian: Item-item dalam kuesioner telah valid (r hitung>rtabel) dan reliabel (kinerja=0,879; harapan=0,850).
Seratus responden terdiri dari 84% perempuan, berusia 25-64 tahun (82%), bekerja disektor swasta/wiraswasta atau
ibu rumah tangga (96%) serta mayoritas berpendidikan terakhir SMA/sederajat (46%). Responden tidak puas pada
kelima aspek dalam SERVQUAL Model: (1) Tangible, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4) Assurance, dan (5) Empathy
(total=-5,60). Item-item yang harus ditingkatkan kinerjanya (kuadran A) sebagian besar berkaitan tentang peningkatan
pelayanan konseling obat seperti konfirmasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan, saran tentang
makanan/minuman yang sebaiknya dihindari, serta kualitas tempat penyerahan obat.
Kesimpulan: Dengan adanya harapan pasien BPJS terhadap kualitas pelayanan kefarmasian yang relatif tinggi,
apoteker seyogyanya melakukan evaluasi dan perbaikan berkesinambungan. Edukasi terhadap pasien BPJS mengenai
pelayanan kefarmasian yang baik juga diperlukan agar pasien menyadari pentingnya dilakukan pelayanan kefarmasian
yang bermutu.
Kata kunci: kepuasan pasien, kinerja, harapan, pelayanan kefarmasian, puskesmas

1. PENDAHULUAN tingkat pertama yang memiliki angka kunjungan


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial paling tinggi adalah Pusat Kesehatan Masyarakat
(BPJS) merupakan lembaga yang dibentuk untuk (Puskesmas) (3).
menyelenggarakan program jaminan sosial di Puskesmas merupakan unit pelaksana
Indonesia (1). Dalam pelaksanaannya, pemberian teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
pelayanan kesehatan pada pasien BPJS bertanggung jawab menyelenggarakan
menggunakan sistem rujukan berjenjang sesuai pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
kebutuhan medis. Sistem ini dimulai dari (4). Puskesmas harus menyelenggarakan upaya
Fasilitas Kesehatan (FasKes) tingkat pertama. kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
Pelayanan kesehatan tingkat pertama diberikan masyarakat yang ditunjang oleh pelayanan
oleh puskesmas, klinik, atau dokter keluarga kefarmasian (pharmaceutical care) yang
yang dipilih peserta saat pendaftaran (2). FasKes bermutu sesuai dengan Undang-undang Nomor
198
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

36 Tahun 2009 Pasal 54 Ayat 1 (5). dan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian
Pasien/masyarakat menilai pelayanan yang pada pasien BPJS Kesehatan di Puskesmas.
bermutu sebagai layanan yang dapat memenuhi
harapan dan kebutuhan yang dirasakannya. Mutu 2. METODE
dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh 2.1. Rancangan Penelitian
tenaga kesehatan berpotensi mempengaruhi Instrumen pada penelitian ini adalah
kepuasan pasien. kuesioner dengan 25 butir pertanyaan
Kepuasan merupakan perasaan senang menggunakan skala Likert agar dapat
atau kecewa yang muncul setelah mengekspresikan intensitas perasaan responden
membandingkan antara persepsi terhadap kinerja secara luas. Data yang digunakan dalam
atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan- penelitian merupakan data primer yaitu data
harapan (6). Dengan mengukur kepuasan pasien yang dihasilkan dari pengisian kuesioner pasien
akan dapat diketahui mutu dari pelayanan BPJS di Puskesmas. Penelitian ini
kesehatan. merupakan penelitian deskriptif. Metode yang
Surabaya merupakan kota terbesar digunakan dalam penelitian ini adalah kusioner
kedua setelah Jakarta. Surabaya adalah ibukota dengan pendekatan cross sectional. Lokasi untuk
provinsi Jawa timur yang mempunyai jumlah penelitian ini adalah 11 puskesmas induk di
penduduk yang tinggi yaitu sekitar 2.806.306 Surabaya Barat. Waktu penelitian yang
jiwa dengan luas area seluas 350,54 km2 (7). Di dilakukan untuk pengisian kuesioner pada bulan
Surabaya, jumlah peserta BPJS Kesehatan terus Maret-Mei 2016. Pengambilan data dilakukan
meningkat. Dengan meningkatnya jumlah pada hari Senin-Sabtu pada jam kerja.
peserta ini pelayanan kesehatan khususnya 2.2. Populasi dan Sampel Penelitian
pelayanan kefarmasian harus dapat dijaga Pasien anggota BPJS yang mendapatkan
kualitasnya agar dapat memberikan pelayanan pelayanan kefarmasian di puskesmas tempat
terbaik untuk dapat membantu tercapainya penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah
tujuan terapi dan meningkatkan kualitas hidup pasien BPJS yang mendapatkan pelayanan
pasien. kefarmasian di puskesmas, yang ditemui saat itu.
Berdasarkan latar belakang di atas maka Jumlah sampel yang diteliti adalah minimal
perlu diteliti pelayanan kefarmasian pasien BPJS 96,04 ~ 100 sampel yang dihitung berdasarkan
di Puskesmas. Informasi dari penelitian ini dapat persamaan Lwanga and Lemeshow (8).
digunakan untuk mendukung evaluasi kinerja

Keterangan:
N : Besar Sampel
Z1-/2 : Standar deviasi normal, ditentukan Z1-/2 = 1,96 yang sesuai dengan derajat kemaknaan 95%
P : Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apabila tidak diketahui
proporsi atau sifat tertentu tersebut, maka p = 0,5
d : 1-p
d : Tingkat kecermatan yang diinginkan, biasanya di masyarakat digunakan d sebesar 0,05

Dengan menetapkan Z = 1,96; p = 0,50; dan d = b. Pasien anggota BPJS yang datang atau
0,10 diperoleh jumlah sampel minimal 96,04 ~ berobat ke puskesmas lebih dari satu kali
100 responden. c. Pasien yang mendapat resep dan mengambil
obat di kamar obat atau Apotek di
Kriteria Inklusi: Puskesmas
a. Pasien anggota BPJS yang bersedia mengisi d. Pasien anggota BPJS yang berumur lebih
kuesioner dari 17 tahun karena sudah mempunyai

199
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

wewenang sendiri untuk mengambil suatu indikator yang ada, serta berdasarkan fakta-fakta,
keputusan. dalam melakukan analisis data, digunakan teknik
deskriptif analisis. Teknik ini dilakukan dengan
Pengambilan sampel pada penelitian ini mendeskripsikan data-data di lapangan, data
menggunakan metode non-random dengan tersebut dianalisis dan disimpulkan.
teknik accidental sampling, teknik ini dilakukan
dengan mengambil sampel yang kebetulan ada 2.3.1. Analisis SERVQUAL
atau tersedia sampai diperoleh sampel sebanyak SERVQUAL model yang digunakan
100 pasien. terdiri dari lima dimensi yaitu: 1) Tangible, 2)
2.3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Reliability, 3) Responsiveness, 4) Assurance, dan
Instrumen serta Analisis Data 5) Empathy (9). Servqual model ini banyak dan
Uji validitas pada penelitian ini telah lama digunakan pada penilaian kualitas di
menggunakan 3 uji validitas, yaitu uji validitas bidang jasa dibidang perbankan hingga bidang
isi, rupa, dan konstrak. Sedangkan untuk uji kesehatan (10,11). Dalam validasi isi, dimensi
realibitas menggunakan koefisien alpha tersebut diadaptasikan dengan Stndar Pelayanan
cronbach. Kefarmasian di Puskesmas dari Departemen
Penelitian ini menggunakan teknik Kesehatan RI tahun 2014 (12). Kepuasan pasien
analisis data yang bersifat kuantitatif, yaitu data dapat dinilai dari membandingkan skor kinerja
yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner, dengan skor harapan, apabila nilai skor kinerja
observasi, dan dokumentasi serta dikumpulkan melebihi dari harapan, maka dikatakan pasien
dan dikelompokkan berdasarkan indikator- merasa puas (9).

SERVQUAL Model
Instrument-25 item
25 item

k-h pada 12 item bernilai (+)


k-h pada 13 item bernilai (-)

Tangibles Reliability Responsiveness Assurance Empathy


k-h (0) k-h (-1,39) k-h (-0,54) k-h (-2,48) k-h (-0,49)

k-h Total (-4,90)

Gambar 1 Hasil Analisis Menggunakan SERVQUAL Model; k=kinerja; h=harapan

2.3.2. Customer Window Quadrant (CWQ) karakteristik produk ke dalam empat kuadran,
Untuk melihat kepentingan relatif yaitu (13):
pelanggan dapat dilihat pada kuadran jendela a. Kuadran A: berisi variabel-variabel yang
pelanggan (Customer Window Quadrant). harus menjadi prioritas utama karena
Kuadran jendela pelanggan adalah suatu alat pada kuadran ini tingkat harapan tinggi
analisis kesenjangan untuk memahami kepuasan sedangkan tingkat kinerja rendah.
dan kepentingan relatif pelanggan terhadap jasa b. Kuadran B: berisi variabel-variabel yang
yang diperoleh. Jendela Pelanggan membagi perlu dipertahankan karena pada kuadran ini

200
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

tingkat harapan tinggi dan tingkat kinerja d. Kuadran D: berisi variabel-variabel yang
tinggi. dianggap tidak terlalu penting oleh
c. Kuadran C: berisi variabel-variabel yang pelanggan, karena pada kuadran ini tingkat
mempunyai prioritas rendah karena pada kinerja tinggi dan tingkat harapan rendah.
kuadran ini tingkat harapan dan tingkat
kinerja rendah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.2. Demografi Responden


3.1. Gambaran Umum Penelitian Total responden adalah 100 orang yang
Penelitian ini dilakukan di 11 terdistribusi merata dari 10 puskesmas tempat
puskesmas di Surabaya. Satu puskesmas pengambilan data. Jenis kelamin perempuan
digunakan sebagai tempat pengambilan data mendominasi dengan 84 (84%), kategori usia 25-
untuk validasi konstruk dan 10 lainnya untuk 44tahun dan 45-64 sama-sama memiliki
mengambil data penelitian. Total tem dalam persentase tinggi yaitu masing-masing 41 orang
instrumen yang digunakan sebanyak 25 buah (41%). Jenis pekerjaan swasta/wiraswasta dan
telah memenuhi uji validitas isi, rupa dan ibu rumah tangga/tidak bekerja juga paling
konstruk (rtabel= 0,082). Instrumen ini reliabel banyak menjadi responden dengan 52 (52%) dan
dengan alpha cronbach >0.7 (kinerja=0,879; 44 (44%). Pelayanan puskesmas diselenggarakan
harapan=0,850). pada hari dan jam kerja sehingga didapatkan
profil demografi sebagaimana tabel 1.

Tabel 1 Demografi responden


Jumlah
Data
N (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 16 (16%)
Perempuan 84 (84%)
Umur
17-24 13 (13%)
25-44 41 (41%)
45-64 41 (41%)
>64 5 (5%)
Jenis Pekerjaan
Wiraswasta/swasta 52 (52%)
Ibu rumah tangga/tidak bekerja 44 (44%)
PNS/TNI/POLRI 1 (1%)
Pensiunan 3 (3%)
Lain-lain 0 (0%)
Pendidikan terakhir
Tidak Sekolah 6 (6%)
SD / sederajat 16 (16%)
SMP / sederajat 17 (17%)
SMA / sederajat 46 (46%)
Perguruan tinggi / sederajat 15 (15%)
Total 100 (100%)

3.3. Analisis SERVQUAL Model dan 13 item pernyataan yang bernilai negatif
Berdasarkan analisis kepuasan SERVQUAL (gambar 1). Jika dilihat dari perhitungan total,
Model, dari 5 dimensi dengan total 25 item, nilai yang dihasilkan adalah negatif (total=-
terdapat 12 item pernyataan yang bernilai positif 4,90). Perspektif pasien terhadap tem-item
201
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

kinerja relatif baik namun harapan relatif tinggi pemahaman pasien terhadap informasi yang
sehingga gap atau selisih separuh dari tem-item diberikan. Pada indikator ini Apoteker
kinerja-harapan bernilai negatif, artinya pasien memberikan kinerja yang rendah sedangkan
tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan. harapan tinggi. Tidak dilakukannya aktivitas ini
Dari hasil anlisis, dimensi yang mempunyai dimungkinkan terjadi karena terbatasnya waktu
angka kesenjangan paling tinggi adalah dan sumber daya, sehingga jika indikator ini
Assurance. Pada dimensi ini, salah satu indikator dilakukan dapat berdampak pada penumpukan
yang memiliki selisih kinerja-indikator yang pasien yang antri di apotek puskesmas. Data
besar adalah pada aktivitas petugas memastikan selisih kinerja-harapan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Penilaian Kinerja dan Harapan dari 5 Dimensi SERVQUAL Model

Skor Skor
Dimensi Kode Indikator Gap Kuadran
Kinerja Harapan
1 Ruang tunggu 3.73 4.21 -0.48 A
2 Informasi kesehatan 3.28 4.01 -0.73 C
3 Loket penyerahan obat 3.75 4.18 -0.43 A
Tangibles 18 Kondisi obat 4.78 4.33 0.45 B
19 Kemasan obat 4.86 4.32 0.54 B
20 Etiket obat 4.86 4.21 0.65 B
Rata-rata 4.21 4.21 0
Total 25.26 25.26 0
9 Informasi kegunaan obat 4.53 4.38 0.15 B
10 Informasi aturan pakai dan waktu pakai D
4.77 4.14 0.63
obat
11 Informasi lama penggunaan obat 4.18 4.26 -0.08 B
12 Informasi cara penggunaan obat 4.77 4.08 0.69 D
Reliablity 13 Informasi efek samping obat 3.71 4.13 -0.42 C
14 Informasi makanan yang dihindari 3.92 4.32 -0.4 A
15 Informasi penyimpanan obat 3.27 3.93 -0.66 C
16 Infomasi jika lupa minum obat 2.29 3.59 -1.3 C
Rata-rata 3.93 4.10 -0.17
Total 31.44 32.83 -1.39
8 Kemampuan menyelesaikan B
3.92 4.23 -0.31
Responsiveness permasalahan terkait obat
22 Kecepatan pelayanan 4.32 4.60 -0.28 B
Rata-rata 4.12 4.42 -0.30
Total 8.29 8.83 -0.54
4 Memastikan kebenaran penerima obat 4.40 4.23 0.17 B
5 Memastikan tepat indikasi dan tidak ada D
4.13 4.15 0.02
kontra indikasi
6 Memastikan status alergi 3.78 4.11 -0.33 C
7 Memastikan tidak ada interaksi obat 4.14 4.10 0.04 C
Assurance 17 Memastikan pemahaman terhadap A
1.99 4.33 -2.34
informasi yang diberikan
Rata-rata 3.69 4.18 -0.50
Total 18.44 20.92 -2.48
21 Kepedulian 4.40 4.21 0.19 B
23 Keramahan 4.58 4.26 0.32 B
24 Penggunaan bahasa 4.76 4.28 0.48 B
Empathy 25 Pemantauan penggunaan obat 2.20 3.68 -1.48 C
Rata-rata 3.99 4.11 -0.12
Total 15.94 16.43 -0.49
Nilai servqual total 99.37 104.27 -4.90
Rata-rata dari total 3.94 4.17 -0.22

202
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

3.3. Analisis Customer Window Quadrant (CWQ)


Berdasarkan hasil analisis Customer dilakukan. Pemberian informasi dapat
Window Quadrant (Gambar 2), maka dapat meningkatkan pemahaman pasien terhadap obat
diketahui bahwa terdapat empat indikator yang sehingga berpotensi meningkatkan kepatuhan
menjadi prioritas pertama dalam perbaikan yaitu minum obat (medication adherence).
yang terdapat dalam kuadran A. Yang pertama Yang ketiga adalah pada indikator
adalah indikator terkait ruang tunggu. terkait informasi tentang makanan dan minuman
Berdasarkan observasi peneliti, puskesmas yang harus dihindari selama penggunaan obat.
tempat penelitian mayoritas sudah memiliki Indikator ini penting, karena keberhasilan terapi
ruang tunggu yang mempunyai sirkulasi udara khususnya penyakit atau gangguan kesehatan
yang baik, tidak bising, tidak berbau menyengat tertentu juga tergantung pada makanan/minuman
dan luas. Kondisi ruang tunggu yang kurang yang harus dihindari, misalnya pada pasien
nyaman terlihat dari jumlah kursi tunggu yang hipertensi, hiperlipidemia atau diabetes. Apabila
tidak dapat menampung seluruh pasien. Untuk pasien hipertensi tetap mengkonsumsi makanan
mengatasi hal ini, puskesmas dapat menambah tinggi natrium, maka keberhasilan terapi obat
jumlah kursi serta memperluas ruang tunggu. hipertensi dapat tidak tercapai dan kualitas hidup
Yang kedua adalah pada indikator pasien tidak meningkat.
terkait tempat penyerahan obat. Pada indikator Yang terakhir adalah pada indikator
ini, seluruh puskesmas tempat penelitian tidak petugas memastikan pasien paham akan
memiliki tempat khusus untuk penyerahan obat informasi yang diberikan. Berdasarkan
serta konseling. Tempat penyerahan obat hanya pengamatan peneliti, aktivitas ini jarang
sebuah loket dengan loket kecil yang mana dilakukan karena keterbatasan waktu serta
apoteker terkadang susah untuk berkomunikasi tenaga dari tenaga kefarmasian di puskesmas.
dengan pasien. Di tempat penyerahan obat, Namun kinerja untuk item ini perlu untuk
privasi pasien juga terganggu karena tidak ditingkatkan, untuk memastikan pemahaman
adanya tempat khusus yang disediakan untuk pasien terhadap informasi yang diberikan
penyerahan obat serta konseling. Upaya-upaya sehingga meminimalisir permasalahan terkait
atau mekanisme yang dapat meningkatkan obat, misalnya pada cara atau waktu penggunaan
kenyamanan dalam pemberian informasi dapat obat.

A B

C D

Gambar 2. Hasil analisis kuadran jendela pelanggan (customer window quadrant). kuadran a
(harapan tinggi, kinerja rendah); kuadran b (harapan tinggi, kinerja tinggi); kuadran c
(harapan rendah, kinerja rendah); kuadran d (harapan rendah, kinerja tinggi)

203
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

4. KESIMPULAN 6. Gerson RF. Mengukur Kepuasan Pelanggan.


Dari hasil penelitian ini, diketahui Jakarta: PPM; 2004.
bahwa harapan pasien relatif tinggi pada hampir 7. Badan Statistika Surabaya. Jumlah
seluruh indikator, sehingga tuntutan untuk Penduduk Surabaya [Internet]. 2015.
memenuhi harapan tersebut relatif tinggi. Oleh Available from:
karena itu membutuhkan kualitas kinerja yang http://surabayakota.bps.go.id
sangat baik untuk dapat memuaskan pelanggan 8. Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Klar, J.,
(pasien). Secara keseluruhan, pasien tidak puas Lwangsa SK. Besar Sampel dalam
terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Penelitian Kesehatan (terj). Dibyo P
puskesmas. Hasil analisis Customer Window (penerj), editor. Yogyakarta: Gadjah Mada
Quadrant dapat dijadikan pertimbangan untuk University Press; 1997. 53-55 p.
menentukan prioritas perbaikan yang akan 9. Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. BLL.
dilakukan. Servqual: A Multiple-Item Scale for
Measuring Consumer Perceptions of Service
UCAPAN TERIMA KASIH Quality. J Retail. 1988;64(1):12.
Penulis mengucapkan terima kasih 10. Babakus, E., Mangold WG. Adapting the
kepada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Servqual Scale to Hospital Service: An
atas dana penelitian yang disediakan. Empirical Investigation. Health Serv Res.
1992;26(6).
DAFTAR PUSTAKA 11. Arsanam, P., Yousapronpaiboon K. The
1. Pemerintah RI. Undang-Undang Nomor 40 Relationship between Service Quality and
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Customer Satisfaction of Pharmacy
Nasional. Jakarta; 2004. Department in Public Hospitals. Int J Innov
2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Manag Technol. 2014;5(4).
Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 12. Kementrian Kesehatan RI. Standar
2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta; 2013. Permenkes No. 35 Tahun 2014. 2014.
3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 13. Rangkuti F. Measuring Customer
Jumlah Peserta BPJS Kesehatan. 2015. Satisfaction: Gaining Customer Relationship
4. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Strategy (Teknik Mengukur dan Strategi
Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan
2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Analisis Kasus PLN-JP). Jakarta: PT. SUN;
Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2004. 2002.
5. Pemerintah RI. Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta;

204

Anda mungkin juga menyukai