Anda di halaman 1dari 11

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MINAT PEMANFAATAN ULANG PUSKESMAS


OLEH PASIEN UMUM

TELAAH JURNAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Telaah Jurnal
Pada program pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Oleh:
NAMA : HELVI SUDRAJAT
NPM : 20140000041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


STIKIM JAKARTA 2015
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MINAT PEMANFAATAN ULANG PUSKESMAS
OLEH PASIEN UMUM

HELVI SUDRAJAT
Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta

Abstrak: Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Tujaun penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung atau tidak
langsung beserta besarannya antara kualitas pelayanan, motivasi, dan lokasi terhadap minat
pemanfaatan ulang puskesmas. Metode potong lintang digunakan dalam penelitian ini. Semua
pasien umum yang berkunjung ke puskesmas dipilih sebagai unit analisis dan terpilih menjadi
sampel sebanyak 100 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012-Januari 2013. Data
dianalisis dengan Structural Equation Model (SEM) menggunakan software Smart-PLS. Hasil
penelitian menunjukkan nilai parameter yang positif dari variabel kualitas pelayanan (0,270) dan
motivasi pasien (0,434). T-value motivasi pasien adalah 5,760 dan kualitas pelayanan 2,781
sehingga berpengaruh signifikan terhadap minat pemanfaatan ulang puskesmas karena nilai t-
statistik>1,96 (=5%). Persentase pengaruh langsung dan tidak langsung semua variable
terhadap variable minat pemanfaatan ulang sebesar 36%. Disimpulkan variabel minat
pemanfaatan ulang dipengaruhi variabel kualitas pelayanan, motivasi dan lokasi puskesmas.
Semua variabel yang digunakan pada penelitian ini layak dipertimbangkan untuk dilakukan
intervensi. Disarankan penelitian selanjutnya memperluas obyek penelitian dan menambah
variabel lain yang secara teori memiliki pengaruh terhadap minat pemanfaatan ulang.
pembentukan gugus kendali mutu, bauran pemasaran serta integrasi program lintas sektor
melalui musrenbang tingkat kecamatan.

Kata Kunci: Kualitas pelayanan, motivasi, lokasi puskesmas

2
SEVERAL FACTORS THAT INFLUENCE TO INTEREST
REUSE PUBLIC HEALTH CENTER
BY GENERAL PATIENS
HELVI SUDRAJAT
Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta

Abstract: Public health center role in carrying out health efforts to increase awareness,
willingness and ability of healthy life for every resident to obtain optimal health status. The
purpose of this study to determine the effect of directly or indirectly with magnitude between
service quality, motivation, location and interest reuse of public health center. cross-sectional
method used in this study. All patients who visited the clinic generally chosen as the unit of
analysis and was elected a sample of 100 people. The study was conducted in December 2012-
January 2013. Data were analyzed with the Structural Equation Model (SEM) approach using
Smart-PLS soft- ware. The results showed a positive parameter value of the variable quality of
service (0,270) and the patient's motivation (0.434). t-value the patient's motivation is 5.760 and
service quality 2,781 and therefore contributes significantly to interest in reusing the public
health center because of the t-statistic values> 1.96 ( = 5%). Percentage of direct and indirect
influence of all variables on the utilization variable interest over 36%. Concluded variable interest
reused public health center influenced by recovering service quality, motivation and locations. All
variables used in this study should be considered for intervention. Recommended further research
to expand the research object and add other variables that have an influence on the theory of
interest reuse of public health center. establishment of quality control, marketing mix and
integration of cross-sectoral program through musrenbang sub-district leve.

Keywords: service quality, motivation, location public health center

3
Pendahuluan Hal inilah yang akan diungkap oleh
penelitian ini sebagai upaya membuktikan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
bahwa confirmatory theoretical model dapat
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
diterapkan sebagai cara berpikir dan tindakan
yang setinggi-tingginya ialah dengan
intervensi pada variabel prediktor dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
meningkatkan pemanfaatan ulang puskesmas.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
Sehingga setiap intervensi yang diberikan
masyarakat di tingkat dasar di Indonesia
memiliki alasan yang kuat dan masuk akal
adalah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
serta dapat disusun suatu strategi kebijakan
(Puskesmas) yang merupakan unit pelaksana
pelayanan kesehatan yang berbasis mutu.
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bertanggungjawab terhadap pembangunan
pengaruh dan besaran (nilai) variabel kualitas
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
pelayan, motivasi dan lokasi terhadap minat
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan
pemanfaatan ulang puskesmas oleh pasien
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
umum.
kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
Metode
yang optimal.1
Penelitian ini menggunakan desain
Suatu produk dikatakan bermutu apabila
penelitian crosssectional (belah melintang).
konsumen melakukan pembelian berulang
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
karena pengalaman yang didapat sebelumnya
Desember 2012 di suatu puskesmas. Populasi
sesuai dengan harapannya. Konsumen yang
penelitian adalah seluruh pasien umun yang
merasa puas dengan suatu produk maka
berkunjung ke puskesmas untuk
cenderung terus membeli dan
mendapatkan pelayanan kesehatan.8
menggunakannya serta memberi tahu orang
Kriteria inklusi adalah pasien umum
lain tentang pengalaman mereka yang
(lama) yang berasal dari wilayah kerja
menyenangkan dengan produk tersebut. Jika
puskesmas Sukanagalih dan pernah
tidak puas maka konsumen cenderung beralih
berkunjung untuk kedua kalinya, Orang tua
tempat serta mengajukan keberatan kepada
dari pasien yang berusia kurang dari 17
produsen, menceritakan pada orang lain
tahun, bisa baca tulis dan bersedia menjadi
bahkan mengecamnya.2.3
sampel dalam penelitian ini. Sedangkan
Motivation can be described as the
kriteria eksklusi adalah sedang sakit berat
driving force within individuals that impels
yang mengakibatkan sampel yang terpilih
them to action. Artinya motivasi adalah
tidak bisa mengisi kuesioner.
kekuatan pendorong dalam diri seseorang
Pemilihan sampel dilakukan dengan
yang memaksanya untuk melakukan suatu
cara rule of thumb sebanyak jumlah 100
tindakan.4
orang. Instrumen yang digunakan berupa
Sedangkan yang dimaksud dengan
daftar pertanyaan (kuesioner) yang mengukur
motivasi konsumen adalah keadaan di dalam
ke-4 variabel yaitu variabel kualitas
pribadi seseorang yang mendorong keinginan
pelayanan, motivasi pasien, lokasi puskesmas
individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
dan minat pemanfaatan ulang puskesmas.9.10
guna mencapai suatu tujuan.5
Kuesioner menggunakan sistem skoring
Selain itu juga lokasi puskesmas
berdasarkan pengukuran skala semantik
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
diferensial dengan penilaian skala nilai 1-5.
terhadap pemanfaatan kembali Puskesmas.6
Nilai 1 merupakan nilai terendah dan nilai 5
Lokasi merupakan faktor krusial yang
merupakan nilai tertinggi dari suatu penilaian
berpengaruh terhadap kesuksesan suata jasa,
atau persepsi pada suatu pertanyaan. Jumlah
karena lokasi erat kaitannya dengan pasar
pertanyaan pada setiap variabel bervariasi 9-
potensial penyedia jasa.7
20 pertanyaan.
Saat ini pemanfaatan ulang puskesmas
Keempat variabel memiliki 3-5
oleh pasien umum yang mempunyai
indikator. Variabel kualitas pelayanan terdiri
kemampuan untuk membayar cenderung
atas indikator daya tanggap, jaminan, bukti
menurun, apalagi makin banyaknya pesaing
langsung, Empati, dan Keandalan. Variabel
(klinik swasta) yang lebih memberikan
motivasi pasien terdiri atas indikator berusaha
kualitas pelayanan, sarana dan prasarana
memenuhi kebutuhan hidup, keinginan
yang lebih baik.
4
mengatasi masalah kesehatan yang timbul, Selanjutnya bila nilai semua
dan dorongan untuk berhasil dalam measurement model sudah fit, dilakukan
berperilaku hidup dan sehat. Variabel lokasi penilaian untuk mengukur besaran reliabilitas
puskesmas terdiri atas akses, kompetisi masing-masing lamda dengan melihat nilai
(pesaing), dan lingkungan. Sedangkan composit reliability. Nilai harus sama dengan
variable minat pemanfaatan ulang terdiri atas atau lebih besar dari 0,7. Bila nilai kurang
minat eksploratif, minat preferensial dan dari 0,7 indikator dianjurkan untuk tidak
minat referensial. dimasukan ke dalam model, khususnya untuk
Setiap indikator diukur dengan 3-5 butir model eksploratori. Composit reliability perlu
pertanyaan. Uji validitas butir pertanyaan diperkuat dengan nilai alpha Cronbach dari
untuk semua pertanyaan pada variabel dan masing masing variabel untuk mengetahui
reliabilitas instrumen dilaksanakan tingkat kekuatan refleksi indikator terhadap
bersamaan dengan pengambilan data variabelnya. Hubungan yang kuat harus
lapangan. Nilai validitas butir pertanyaan memiliki nilai lebih besar dari 0,6. Semua
setiap variabel yang nilainya < 0,195 tidak perhitungan tersebut dapat dilihat pada hasil
diikutsertakan dalam proses perhitungan PLS.11
selanjutnya. Dihitung juga nilai reliabilitas Nilai structural model yaitu besarnya
instrumen. Variasi jawaban semua daftar nilai hubungan antarvariabel yang dibangun
pertanyaan pada instrumen diujikan terhadap oleh model dan telah memiliki nilai goodness
4 karakteristik responden tersebut untuk of fit yang cukup. Nilai tersebut dapat dilihat
mengetahui apakah variasi jawaban pada perhitungan BT atau bootstrepping
responden terjadi sebagai akibat dengan melihat nilai original sample yang
karakteristiknya. Pengujian dilakukan dengan merupakan nilai path dan nilai significancy-
menggunakan uji chi square dengan program nya yaitu nilai T statistik. Nilai path tersebut
SPSS. Bila nilai uji chi square memiliki nilai signifikan bila nilai T lebih besar dari 1,96
p>0,05 maka pertanyaan atau pernyataan yaitu dengan tingkat kesalahan 5%.
pada instrumen tersebut tidak dipengaruhi Langkah selanjutnya adalah
variasi karakteristik responden.8 membangun persamaan untuk model dan
Data selanjutnya dianalisis menghitung nilai Q2 atau goodness of fit dari
menggunakan pendekatan structural equation model yang dibangun, yaitu menilai besaran
model (SEM) dengan software Smart-PLS. variasi data penelitian terhadap fenomena
Smart-PLS menghasilkan measurement yang dikaji dengan menghitung R2 pada
model (outer modelnya) lengkap dengan nilai masing-masing variabel terlebih dahulu.12
confirmatory factor analysis (CFA) dan
goodness of fit (GOF).11 Hasil
Nilai CFA diukur dengan melihat hasil Instrumen penelitian ini memiliki
olahan Smart-PLS pada nilai lamda (loading reliabilitas instrument sebesar (0,604-0,810).
factor). Nilai lamda harus lebih besar dari 0,5 Karakteristik semua variable endogen dan
pada pengujian outer loading untuk eksogen yang diteliti memiliki distribusi data
mengatakan indikator tersebut merupakan yang normal dan homogen. Selanjutnya
refleksi dari variabelnya. Bila nilai lamda dilakukan pengujian antara sebaran
kurang dari 0,5 maka harus diuji ulang karakteristik responden dengan jawaban yang
setelah dilakukan modifikasi indikator pada diberikan responden secara bivariat dengan
variabel tersebut. 11 uji chi square. Hasilnya menunjukkan tidak
Outer loading test (nilai loading factor) didapatkan variasi jawaban akibat variasi
dilengkapi dengan penilaian pada analysis karakteristik karena semua hasil uji chi
discriminant validity yaitu menilai indikator square pada setiap variabel memiliki nilai
reflektif suatu variabel dengan melihat nilai p>0,05 (0,252-0,709).
cross loading antara nilai indikator pada Adapun penyebaran karakteristik
variabel miliknya dan nilai indikator tersebut responden berdasarkan jenis kelamin yaitu:
pada variabel bukan miliknya atau cukup laki-laki 60% dan perempuan 40%. Bila
membaca nilai average variance extractor berdasarkan umur yaitu: umur 20-29 tahun
(AVE). Nilai AVE tersebut harus berada sebesar 34%, umur 30-39 tahun sebesar 28%,
sama atau lebih besar dari 0,5. 11 umur 40-49 tahun sebesar 17%, umur > 50
tahun sebesar 12% dan umur 17-19 tahun

5
sebesar 9%. Sedangkan bila dilihat Proses pembacaan dapat dilanjutkan
berdasarkan tingkat pendidikan yaitu SMP untuk GOF inner modelnya, seperti terlihat
sebesar 32%, SD sebesar 28%, SMA sebesar dalam gambar berikut ini :
27%, D3 sebesar 9% dan S1 hanya sebesar
4%. Sementara itu berdasarkan pekerjaan
yaitu IRT sebesar 28%, petani sebesar 19%,
pegawai swasta sebesar 16%, buruh sebesar
15%, pedagang sebesar 13% dan pelajar
hanya 9%.
Setelah mendapatkan frekuensi dan
profil responden, data kemudian di olah
dengan program Smart PLS 2.0 dari data
yang terkumpul yang sebelumnya terlebih
dahulu melalui proses pengolahan data. Hasil
ouput model dalam penelitian ini, dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2. inner Model (sebelum di
Trimming)

Berdasarkan gambar 2 diatas, terdapat


hubungan antar variabel pada model tidak
yang tidak signnifikan karena nilai T-Statistic
lebih kecil dani nilai kritis (1,96), diantaranya
konstrak kualitas pelayanan terhadap
motivasi pasien dan konstrak lokasi terhadap
minat pemanfaatan ulang. Meskipun sudah
dicoba untuk di Bootstrapping sampai dengan
jumlah sample dan cases 300, tapi tetap saja
T-Statistic masih dibawah nilai kritis yaitu
1,96. Maka langkah sleanjutnya dilakukan
Trimming. Model Trimming adalah model
yang digunakan untuk memperbaiki suatu
Gambar 1. Outer model model struktur analisis jalur dengan cara
mengeluarkan dari model variabel eksogen
Berdasarkan gambar 1 menunjukkan yang koefisien jalurnya tidak signifikan.
nilai GOF outer model memiliki lamda>0,5 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
untuk semua indikator pada masing-masing gambar berikut ini :
variabel (0,652-0,862) dengan nilai T statistik
yang signifikan (lebih besar dari 1,96).
Sementara itu nilai AVE untuk semua
konstrak lebih besar dari 0,5 sehingga dapat
disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran
model memiliki discriminant validity.
Sementara itu berdasarkan composite
reliability dari semua variabel > 0,7.
Sehingga dapat disimpulkan konstrak
memiliki reliabilitas yang tinggi..

Gambar 3. inner Model (setelah di Trimming)

6
Gambar 3 menunjukkan bahwa semua menurunkan nilai rho dengan tingkat akurasi
hubungan antarvariabel pada model memiliki minimal 95%.
hubungan yang signifikan pada nilai T >1,96 Selanjutnya untuk melihat nilai
yang berarti peningkatan atau penurunan koefisien untuk tiap jalur hipotesis dan nilai
variabel prediktor terhadap variabel dependen T-Statistiknya yang diperoleh dari hasil
sebesar 1 point akan meningkatkan atau output SmartPLS sebagai berikut:

Tabel 1
Nilai Path/Rho Langsung ke Variabel Intensi dengan T Statistik dan Signifikansi
pada Hubungan antar variabel pada Structural Model
Hubungan Antar Original Sample Tingkat Signifikansi
Nilai T H0
Variabel (Rho)
Lokasi puskesmas -> Berpengaruh Positif dan
0.788 18.581 Ditolak
motivasi pasien Signifikan

Motivasi pasien -> Berpengaruh Positif dan


0.434 5.760 Ditolak
pemanfaatan ulang Signifikan

Kualitas pelayanan -> Berpengaruh Positif dan


0.270 2.781 Ditolak
pemanfaatan ulang Signifikan
Sumber ; Diolah dari output SmartPLS, 2013
Hasil uji terhadap koefisien parameter
Pada tabel 1 di atas dapat dilihat antara kualitas pelayanan terhadap minat
bahwa hasil uji terhadap koefisien parameter pemanfaatan ulang menunjukkan ada
antara lokasi puskesmas terhadap motivasi pengaruh positif 0,270, sedangkan nilai T-
pasien menunjukkan ada pengaruh positif Statistic sebesar 2,78 dan signifikan pada
0.788, sedangkan nilai T-Statistic sebesar =5% (nilai Thitung > t tabel 1.96).Dengan
18,58 dan signifikan pada =5% (nilai Thitung demikian dari hasil uji tersebut menunjukkan
> t tabel 1.96). Kemudian dari tabel yang sama ketiga hipotesis dalam penelitini ini dapat
dapat diketahui bahwa motivasi pasien diterima.
berpengaruh positif terhadap minat Selanjutnya perhitungan persentase
pemanfaatan ulang. pengaruh antar variabel terhadap variabel
Hasil uji terhadap koefisien parameter minat pemanfaatan ulang puskesmas dapat
antara motivasi pasien terhadap minat dilihat dari tabel di bawah ini :
pemanfaatan ulang menunjukkan ada
pengaruh positif 0.434, sedangkan nilai T-
Statistic sebesar 5,76 dan signifikan pada
=5% (nilai Thitung > t tabel 1.96).

Tabel 2
Persentase Pengaruh Antar Variabel Terhadap
Variabel Minat Pemanfaatan Ulang Pada Model
Indirec Total
LV Direct Indirect Direct
Variabel Total t %
correlation rho rho %
%
Kualitas
pelayanan 0.245 0.270 0 0.270 6.62 0.00 6.62
Motivasi
pasien
0.418 0.434 0 0.434 18.14 0.00 18.14
Lokasi
Puskesmas 0.788 0.000 0.113 0.113 0.00 11.26 11.26
Jumlah 24.76 11.26 36.02
Sumber ; Diolah dari output SmartPLS, 2013

7
Dari data tabel 2 diatas, kualitas Hal tersebut menunjukkan model hasil
pelayanan mempunyai pengaruh langsung analisis dapat menjelaskan 71,54%
sebesar 6,62 % terhadap minat pemanfaatan keragaman data dan mampu mengkaji
ulang. Motivasi mempunyai pengaruh fenomena yang dipakai dalam penelitian,
langsung sebesar 18,12% terhadap minat sedangkan 28,46% dijelaskan komponen
pemanfaatan ulang. Sedangkan lokasi lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
puskesmas mempunyai pengaruh tidak
langsung terhadap minat pemanfaatan ulang Diskusi
melalui motivasi pasien sebesar 11,26%. Penelitian ini membuktikan bahwa
Dari analisis di atas dapat disimpulkan model teoretis yang ditawarkan secara
bahwa, pengaruh variabel prediksi (kualitas statistik dapat diterapkan pada populasi ini.
pelayanan, motivasi pasien dan lokasi) Selanjutnya diskusi difokuskan kepada hasil
dalam model terhadap minat pemanfaatan berupa pemberian arti pada angka statistik
ulang hanya 36 %, sedangkan sisanya yang didapat sehingga memberikan makna
sebesar 64% dipengaruhi oleh variabel lain pada pengambilan keputusan dan menjadi
di luar model. bahan pelajaran untuk puskesmas yang
Selanjutnya untuk melihat kekuatan lainnya.
yang dibangun oleh variabel eksogen dan Di puskesmas, pengaruh terbesar pada minat
atau endogen yang bersifat independen pemanfaatan ulang akan terjadi bila semua
terhadap variabel eksogen yang bersifat variabel diintervensi bersama-sama.
dependen dapat dilihat dari besar R Square Sementara itu secara sendiri variabel
pada variabel endogen tersebut yang dapat motivasi pasien yang memberikan kontribusi
dilihat pada tabel 6.30 di atas. Diketahui pengaruh terbesar pada minat pemanfaatan
besarnya R Square pada variabel minat ulang puskesmas, disusul kemudian oleh
pemanfaatan ulang = 0,247 (Galat variabel varaiabel kualitas pelayanan
minat pemanfaatan ulang yaitu 1-R22 adalah Minat (intention) merupakan
1-0,247=0,753). Artinya 75,3% minat pernyataan sikap mengenai bagaimana
pemanfaatan ulang dipengaruhi oleh faktor- seseorang akan berperilaku di masa yang
faktor lain selain faktor kualitas pelayanan akan datang.13 Niat pemanfaatan ulang dapat
dan motivasi pasien. Sedangkan R Square diartikan sebagai bagian dari tahapan
pada variable Motivasi pasien= 0,622 (Galat loyalitas konsumen. loyalitas sebagai
variabel Motivasi pasien yaitu 1-R12 adalah komitmen pelanggan bertahan secara
1- 0,622=0,378) Artinya 37,8% motivasi mendalam untuk berlangganan kembali atau
pasien dipengaruhi oleh faktor-faktor lain melakukan pembelian ulang produk jasa
selain faktor lokasi puskesmas. terpilih secara konsisten dimasa yang akan
Adapun model persamaan datang, meskipun pengaruh situasi dan
matematisnya untuk variabel minat usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi
pemanfaatan ulang adalah sebagai berikut; untuk menyebabkan perubahan prilaku.14
2 = 11 + 11 +2 Dalam penyelenggaraan praktik
0,247 minat pemanfaatan ulang = 0,270 kualitas pelayanan kesehatan di pusat pelayanan
pelayanan + 0,434 motivasi pasien +0,753 kesehatan misal di puskesmas, rumah sakit
dan model persamaan matematisnya untuk maupun di klinik swasta lima dimensi
variabel motivasi pasien : kualitas pelayanan kesehatan ini sampai
(1) = 32 + 1 sekarang masih berorientasi pada penyedia
0,622Motivasi pasien = 0,788 lokasi puskesmas+0,378 jasa yang terfokus pada pemenuhan standar-
Nilai Q-Square predictive relevance standar praktik, belum penilaian kualitas
berfungsi untuk menilai besaran keragaman sebagaimana harapan pasien.15
atau variasi data penelitian terhadap Tiga harapan atau tuntutan pasien
fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya terhadap kualitas pelayanan sebagai berikut:
sebagai berikut : 1) Terhadap personel pemberi pelayanan
Q2 = 1- {(1-R12) (1-R22 ) (1-R32 ) (1-R42 )} meliputi:
= 1 (1-0,622) (1- 0,247) (1-0) (1-0) (1) Responsif: petugas harus siap dan
= 0.715366 cepat melayani,
= 71,54%.
Galat model: 100% - 71,54% = 28,46%

8
(2) Kompeten: petugas harus Motivasi memainkan peran penting
mengetahui apa tugasnya dan dalam mempengaruhi perilaku konsumen,
bagaimana melaksanakan, oleh karena itu pemahaman terhadap
(3) Kesopanan: sikap ramahtamah, motivasi konsumen sangat penting.
hormat, beretika baik, sopan, dan Informasi dan pemahaman tentang motif
fleksibel, konsumen ini menjadi dasar pertimbangan
(4) Kredibilitas: dapat dipercaya dan dalam penyusunan strategi pemasaran. Salah
jujur, satu upaya yang bisa dilakukan oleh
(5) Sensitivitas: mengerti akan manajemen puskesmas adalah segmentasi
kebutuhan pasien, memberikan pasar sesuai motif konsumen dan
perhatian pasien, peka terhadap positioning. 19
lingkungan. Segmentasi pasar dilakukan sesuai
2) Terhadap tempat perawatan meliputi: dengan motif pasien. Misalnya setelah
1) akses: waktu yang sesuai dan mengetahui bahwa motif penting yang
tempat yang cocok, mendorong pasien minat memanfaatkan
2) keamanan: aman dan privacy, ulang puskesmas karena terdorong ingin
3) penampilan: fasilitas yang secara hidup sehat dengan mengatasi masalah yang
fisik menarik. dialaminya sekarang. Maka puskesmas dapat
3) Terhadap proses pelayanan lebih lanjut: mendesain pelayanan kesehatan yang ada
1) dapat dipercaya: kemampuan untuk lebih mengutamakan harapan pasien dalam
menyediakan apa yang telah pelayanan kesehatan atau jenis-jenis
dijanjikan, pelayanan yang lainnya lebih dikembangkan
2) komunikasi. 16 seperti penyuluhan individu atau konseling
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang terpadu dalam promosi kesehatan bagi
pasien para penyedia jasa akan masyarakat.
menimbulkan kepuasan terhadap pelayanan Hal lain yang dapat dilakukan
kesehatan yang diselenggarakannya. Makin puskesmas adalah pemosisian produk dalam
baik kualitas pelayanan menurut persepsi hal ini jasa pelayanan. Pemosisian
pasien pada akhirnya pelayanan tersebut produk/jasa sebaiknya juga mendasarkan
makin digemari, sehingga berkesempatan pada manfaat atau apa yang diinginkan oleh
untuk diminati kembali oleh pasien (semakin pasien. Pemosisian ini akan lebih efektif jika
loyal) melalui pemanfaatan ulang bauran pemasaran yang menyertainya
puskesmas. 17 relevan.
Faktor Psikologis merupakan salah Implikasi dari pemahaman tentang
satu faktor penentu dalam pengambilan motivasi konsumen dalam pemasaran di
keputusan dan merupakan faktor yang puskesmas bisa berupa: a) pengembangan
paling mendasar berupa proses kombinasi jenis pelayanan yang ada di puskesmas,
karakteristik seorang individu dalam dengan melihat sisi manfaat maupun desain
mengambil keputusan.16 Keputusan dengan memperhatikan motivasi pasien. b)
seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis Promosi. Promosi sebagai sarana untuk
yang utama salah satunya adalah motivasi.18 mengkomunikasikan produk kepada pasien
Motivasi terjadi karena adanya yang mampu menstimulasi motif pasien
kebutuhan, keinginan maupun harapan yang sehingga pasien benar-benar menyadari
tidak terpenuhi yang menyebabkan bahwa dirinya membutuhkan dan perlu
timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu segera melakukan sesuatu. Misalnya pasien
ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat dengan TB paru setelah mendapatkan
yang mendorong individu melakukan suatu informasi tentang penyakit TB paru melalui
perilaku tertentu guna memenuhi media penyuluhan (leaflet, brosur, stiker dll)
kebutuhan,keinginan dan hasrat tersebut. Di merasa terdorong untuk berkunjung secara
dalam melakukan perilaku inilah sangat rutin ke puskesmas sesuai anjuran dokter
dimungkinkan terjadi perbedaan antara dalam upaya mengatasi kesehatannya. c)
konsumen satu dengan yang lain, meskipun Distribusi, dalam strategi distribusi perlu
sebenarnya memiliki kebutuhan dan pemosisian yang dilakukan agar pelayanan
keinginan sama.19 kesehatan dapat di akses oleh semua lapisan
masyarakat. Dalam aplikasi pemosisian di

9
puskesmas dapat dilakukan dengan cara terbentuk loyalitas salah satunya dalam
puskesmas keliling yang dilakukan secara bentuk pemanfaatan ulang puskesmas oleh
rutin dan tanpa mengurangi kualitas pasien umum.
pelayanan.
Selain kedua variabel yang telah
Daftar Pustaka
dibahas diatas, ada satu variabel lagi yang
ikut mempengaruhi minat pemanfaatn ulang 1. Depkes. Keputusan Menteri Kesehatan
puskesmas yaitu lokasi puskesmas. RI Tentang Kebijakan dasar Pusat
Mengingat Puskesmas berperan dalam Kesehatan masyarakat. Jakarta. 2004
meningkatkan mutu masyarakat di bidang 2. Kotler dan Keller. Manajemen
kesehatan, maka kemudahan untuk Pemasaran. Jilid Satu. Edisi
menjangkau lokasi Puskesmas merupakan Ketigabelas. Erlangga. Jakarta.2009
salah satu hal penting yang perlu
3. Supriyanto dan Ernawaty. Pemasaran
diperhatikan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan tersebut. Hal ini sesuai dengan Industri dan Jasa Kesehatan. Andi
hasil peneitian terdahulu yang menyatakan Offset. Yogyakarta. 2010.
bahwa Puskesmas yang memadai tidak 4. Schiffman, L.G and Kanuk, L.L.
hanya memperhatikan jumlah atau kapasitas Consumer Behavior, USA, Prentice
pelayanannya tetapi juga meperhatikan Hall. New Jersey. 2007.
tingkat aksesibilitasnya. Tingkat 5. Setiadi, Nugroho .J. Perilaku
aksesibilitas tersebut tentunya Konsumen, Edisi 1. Kencana, Jakarta.
mempengaruhi minat masyarakat untuk 2003
mengunjungi Puskesmas.20 6. Efransyah,
Pada model penelitian awal Lutfan Lazuardi, Mubasysyir Hasanba
diketahui bahwa variabel lokasi puskesmas sri.
tidak berpengaruh langsung terhadap Akses Pelayanan Puskesmas Setelah
variabel minat pemanfaatan ulang Kebijakan Pelayanan Kesehatan Grat
puskesmas. Akan tetapi berpengaruh secara is Di Kota Lubuk Linggau. UGM,
tidak langsung terhadap variabel minat
2009.
pemanfaatan ulang melalui variabel
motivasi pasien. Hal ini harus menjadi 7. Tjiptono, Fandi, Candra G. Service,
perhatian bagi manajemen puskesmas untuk Quality, and Satisfaction. Andi
mengintervensi variabel motivasi pasien Offset.Yogyakarta. 2007.
dalam upaya meningkatkan pemanfaatan 8. Machfoedz, Ircham. 2005. Metodologi
ulang puskesmas oleh pasien umum. penelitian bidang kesehatan,
Sementara itu variabel lokasi puskesmas keperawatan dan kebidanan.
tidak mudah untuk di intervensi, misalnya Yogyakarta: Fitramaya
jalan yang rusak tidak bisa di intervensi oleh 9. Ghozali, Imam. Structural Equation
puskesmas, akan tetapi harus oleh lintas Modeling Teori, Konsep, dan Aplikasi
sektor terkait. Dengan demikian untuk dengan Program Lisrel 8.8.0. Semarang
variabel lokasi puskesmas khususnya yang : BP UNDIP. 2008
berkaitan dengan indikator akses menuju
10. Ferdinand, Augusty. Structural
pelayanan kesehatan harus ada keterpaduan
Equation Modelling Dalam Penelitian
antara lintas sektor melalui Musyawarah
Manajemen Aplikasi Model Model
Rencana Pembanguan tingkat Kecamatan.
Rumit Dalam Penelitian untuk Tesis
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan
Magister dan Disertasi Doktor.
bahwa variabel minat pemanfaatan ulang
Semarang : BP UNDIP. 2002.
puskesmas dipengaruhi oleh banyak variable
11. Jogiyanto, Konsep dan Aplikasi PLS
antara lain kualitas pelayanan, motivasi dan
untuk Penelitian Empiris, BPFE.
lokasi puskesmas. Untuk meningkatkan
Yogyakarta. 2009.
minat pemanfaatan ulang pasien umum di
12. Wijanto, Setyo Hari. Structural
Puskesmas, perlu dikaji kebijakan yang
Equation Modeling dengan Lisrel 8.8.
dapat memperbaiki kualitas pelayanan yang
Graha Ilmu. Yogyakarta.2008.
pada akhirnya menimbulkan tingkat
13. Setyaningsih, Rahmawati. Analisis
kepuasan yang tinggi pada pasien sehingga
faktor-faktor yang Mempengaruhi

10
ekuitas merek untuk Meningkatkan Magister Manajaemen Program Pasca
minat beli ulang. Tesis. Program Studi Sarjana Universitas Diponegoro,
Magister Manajaemen Program Pasca Semarang. 2006.
Sarjana Universitas Diponegoro, 18. Rakhmat Jalaludin. Psikologi
Semarang. 2008 Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya.
14. Setiawan Supriadi. Loyalitas Pelanggan Bandung. 2012
Jasa. IPB Press. Bogor. 2011.
19. Suryani, T. Perilaku Konsumen,
15. Solikhah. Hubungan Kepuasan pasien
dengan minat pasien dalam pemanfaatn Implikasi pada Strategi Pemasaran,
ulang pelayanan pengobatan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. 2008
Yogyakarta: Jurnal manajemen 20. Liestiani Enggar, Pengaruh
pelayanan vol.11 hal 192-199. 4 Aksesibilitas terhadap Wilayah
Desember 2008 Pelayanan Puskesmas di Kota
16. Kotler dan Armstrong. Dasar-Dasar Magelang berdasarkan Persepsi
Pemasaran. Indeks, Jakarta. 2008. Pengunjung, Tesis, Jurusan
17. Puspitasari Diana, Analisis Pengaruh perencanaan wilayah dan kota Fakultas
Persepsi Kualitas dan Kepuasan teknik universitas diponegoro
Pelanggan Terhadap Minat Beli Ulang Semarang. 2006.
(Studi Kasus pada Maskapai
Penerbangan Garuda Keberangkatan
Semarang) Tesis. Program Studi

11

Anda mungkin juga menyukai