Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KETERSEDIAAN TENAGA KESEHATAN DENGAN

MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI KLINIK MITRA KELUARGA


SEJAHTERA SUKOWONO JEMBER

Rafi Mahendra, Supriyadi, Zuhrotul Eka Yulis A

Jl. Karimata 49 Jember. Telp: (0331) 332240 Fax: (0331) 337957 Email:
Fikes@unmuhjember.ac.id Website: http://fikes.unmuhjember.ac.id Email:
rafimahendrany27@gmail.com

ABSTRAK

Ketersediaan tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan yang terlibat dan bekerja dalam
upaya meningkatkan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
ketersediaan tenaga kesehatan dengan mutu pelayanan kesehatan. Desain penelitian
menggunakan teknik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini
adalah pasien dan keluarga pasien di klinik Mitra Keluarga Sejahtera. Teknik sampling
menggunakan purposive sampling sebanyak 70 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Hasil dianalisis menggunakan uji statistik spearman rho dengan
nilai kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan responden sesuai terhadap
ketersediaan tenaga kesehatan (62,9%) dan sesuai dengan mutu pelayanan kesehatan
(64,3%). Hasil uji statistik diperoleh hasil ρ (0,000) < α (0,05) sehingga ada hubungan
antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan mutu pelayanan kesehatan.
Perawat sebagai tenaga kesehatan diharapkan kedepannya dapat meningkatkan kesehatan
masyarakat.

Kata Kunci : Ketersediaan Tenaga Kesehatan,Mutu Pelayanan Kesehatan


Daftar Pustaka (2000-2016)

1
2

The Correlation between the Availability of Health-Care Workers


with Health Care Standard at Clinic Mitra Keluarga Sejahtera
Sukowono Jember

ABSTRACT

The availability of health-care workers are health-cares who involved and worked in
improving health. Health care standard is a performance that showed excellence. The
purpose of this research was to know the correlation between the availability of health-
care workers with health care standard. The design of this research used correlation with
cross sectional approach. The populations of this research were patients and the families’
at Clinic Mitra Keluarga Sejahtera. The sampling technique used purposive samplings
that were 70 respondents. The data collection used questionnaire. The result analysis used
statistics test of spearman rho with score α = 0,05. The result of this research showed that
the respondents were accordant to availability of health-care (62,9%) and accordant to
health care standard (64,3%). The result of statistics resulted ρ (0,000) < α (0,05) thus
there was a correlation between the availability of health-care with health care standard.
Nurse as health-care hopefully can improve public health in the future.

Key words: The Availability of Health-Care, Health Care Standard


Bibliography (2000-2016)
3

PENDAHULUAN lebih dari satu jenis tenaga kesehatan


Kesehatan merupakan salah satu
dan dipimpin oleh seorang tenaga
aspek yang dapat menentukan tinggi
medis serta pelayanan klinik relatif
atau rendahnya kualitas hidup manusia
lebih terjangkau dikunjungi oleh
karena kesehatan dibutuhkan untuk
masyarakat (PERMENKES RI Nomor
menopang segala aktivitas
28, 2011). Indikator keberhasilan
dikehidupan sehari-hari (Todaro,
pelayanan kesehatan yang bermutu
2016). Kesehatan adalah kebutuhan
adalah ketersediaan tenaga kesehatan
dasar setiap manusia untuk mencapai
meliputi jumlah, waktu dan kualitas
tujuan dan mencapai kemakmuran.
SDM yang cukup sesuai dengan
Masyarakat dalam meningkatkan
fungsi dan tugas setiap personel.
derajat kesehatan harus ditujukan oleh
Tersedianya tenaga kesehatan
empat faktor, terutama sarana
yang bermutu dengan jumlah yang
pelayanan kesehatan. Pelayanan
memadai merupakan hal penting bagi
kesehatan adalah suatu tempat yang
pembangunan kesehatan di daerah
digunakan dalam menyelenggarakan
dalam mencapai tujuan pembangunan
upaya pelayanan kesehatan, baik
kesehatan secara lebih baik.
promotif, preventif, kuratif maupun
Departemen Kesehatan Republik
rehabilitatif yang dilakukan oleh
Indonesia (Depkes RI,2009)
pemerintah, pemerintah daerah atau
menyatakan bahwa tujuan
masyarakat (PERMENKES RI Nomor
pembangunan sektor kesehatan adalah
75, 2014). Klinik menjadi salah satu
meningkatkan kesadaran, keinginan
sarana pelayanan kesehatan yang ada
dan kemampuan hidup sehat bagi
di Indonesia. Klinik dituntut untuk
setiap orang supaya terwujud derajat
memberikan pelayanan yang bermutu
kesehatan masyarakat yang tinggi.
sesuai dengan standar yang ditetapkan
Terkait pentingnya tenaga
dan dapat menjangkau seluruh
kesehatan, Bambang (2012)
masyarakat karena klinik merupakan
menyatakan salah satu unsur penting
fasilitas pelayanan kesehatan yang
dalam mencapai tujuan pembangunan
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang lebih baik adalah
kesehatan perorangan dalam
sumber daya manusia (SDM)
menyediakan pelayanan medis dasar
kesehatan. Berdasarkan Undang
atau spesialistik, diselenggarakan oleh
4

Undang RI nomor 36 tahun 2014 rawat inap dan rawat jalan di Klinik
tentang tenaga kesehatan, dijelaskan Mitra Keluarga Sejahtera Sukowono
bahwa tenaga kesehatan adalah setiap Jember dengan rata rata pasien
orang yang mengabdikan diri dalam perbulan 350 pasien.
bidang kesehatan yang untuk jenis Sampel Penelitian
tertentu memerlukan kewenangan Sampel yang digunakan dalam
untuk melakukan upaya kesehatan. penelitian ini 70 responden dari 350
Ketersediaan tenaga kesehatan sangat total sampel yang berobat di Klinik
penting dan berpengaruh terhadap Mitra Keluarga Sejahtera Sukowono
peningkatan seluruh aspek dalam Jember.
sistem pelayanan kesehatan bagi Teknik Sampling
seluruh masyarakat. SDM pelaksana Teknik pengambilan sampel
pelayanan kesehatan adalah dalam penelitian ini menggunakan
dokter/spesialis, dokter gigi, perawat, purposive sampling.
dan bidan (Mukti,2013). Waktu dan Tempat Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang Penelitian dilakukan pada bulan
di atas, maka peneliti tertarik untuk Juli 2019 di Klinik Mitra Keluarga
melakukan penelitian dengan judul, Sejahtera Sukowono Jember.
Hubungan Ketersediaan Tenaga Pengumpulan Data
Kesehatan Dengan Mutu Pelayanan Alat ukur yang digunakan untuk
Kesehatan DI Klinik Mitra Keluarga melakukan penelitian berupa
Sejahtera Sukowono Jember kuesioner yang berisi pernyataan.
Prosedur Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian,
Desain Penelitian peneliti menyusun proposal untuk
Desain penelitian ini adalah mengadakan penelitian, setelah
korelasi dengan menggunakan proposal disetujui oleh institusi
pendekatan cross sectional. Pendidikan, peneliti mengajukan ijin
penelitian kepada Klinik Mitra
Populasi Penelitian Keluarga Sejahtera Sukowono Jember.
Populasi dalam penelitian ini Sebelum melakukan penelitian di
adalah pasien dan keluarga pasien klinik, peneliti mengajukan perijinan
5

kepada pihak Badan Kesatuan Bangsa


dan Politik di Kabupaten Jember,
setelah itu surat diserahkan kepada
pihak Klinik Mitra Keluarga Sejahtera
Sukowono Jember untuk perijinan
pengambilan data penelitian sesuai HASIL PENELITIAN
dengan kebutuhan peneliti. A. Data Umum
Setelah mendapatkan ijin dari 1. Jenis Kelamin
pihak pengelola klinik. Peneliti Tabel 1 Distribusi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di Klinik
mencari responden yang sesuai
Mitra Keluarga Sejahtera Sukowono
dengan kriteria penelitian. Setelah Jember Juli 2019 (n=70)
mendapatkan responden, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan yang
akan dilakukan oleh peneliti. Setelah
calon responden memahami maksud
dan tujuan dari peneliti, maka peneliti
memberikan lembar persetujuan untuk
diminta menandatangani lembar 7. Pendidikan Terakhir
persetujuan bahwa calon responden Tabel 7 Distribusi Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir di
siap menjadi responden. Setelah wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Juli
mendapatkan responden, maka (n=70)
peneliti membagikan kuesioner untuk
Frekuensi Persentase
Pendidikan
mendapatkan data yang diharapkan (orang) (%)
oleh peneliti. SD 12 7,1
SMP 40 57,1
SMA 18 25,7
Total 70 100

8.Pekerjaan
Tabel 8 Distribusi Responden
Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah
Kerja Puskesmas Jelbuk Jember Juli
2019 (n=70
6

9. Pendapatan dalam 1 bulan 3. Hubungan Peran Keluarga Dengan


Kejadian Stunting Pada Anak Usia
Tabel 9 Distribusi Responden
Toddler Di Wilayah Kerja
Berdasarkan Pendapatan dalam 1
Puskesmas Jelbuk Jember
Bulan di Wilayah Kerja Puskemas
Tabel 12 Distribusi Responden
Jelbuk Jember Juni 2019 (n=70)
Berdasarkan Hubungan Pern
Frekuensi Persentas Keluarga Dengan Kejadian Stunting
Pendidikan
(orang) e (%) Pada Anak Usia Toddler Di Wilayah
SD 12 7,1 Kerja Puskesmas Jelbuk Jember Juni
SMP 40 57,1 (n=70)
SMA 18 25,7
Statistik
Total 70 100 Variabel Koefisien
P Value
Korelasi
B. Data Khusus
1. Peran Keluarga Peran
0,000 0,953
Tabel 10 Distribusi Responden Keluarga
Berdasaekan Peran Keluarga di Kejadian
wilayah Kerja Puskesmas Jebuk Stunting
Jember Juli (n=70)
Berdasarkan tabel 5.12 dengan uji
statistik menggunakan uji Spearmen
Peran Persentase Rho diperoleh hasil p value = 0,000
Frekuensi < 0,05 sehingga H0 ditolak yang
Keluarga (%)
Baik 55 78,6 berarti terdapat hubungan Peran
Sedang 7 10 Keluarga Dengan Kejadian Stunting
Kurang 8 11,4 Pada Anak Usia Toddler Di Wilayah
Total 70 100 Kerja Puskesmas Jelbuk Jember.

2. Kejadian Stunting PEMBAHASAN


1. Peran Keluarga dalam
Tabel 11 Distribusi Responden Kejadian Stunting
Berdasarkan Kejadian stunting di Berdasarkan penelitian
Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Jember
Juli (n=70) yang telah dilakukan pada seluruh
sampel penelitian yang berjumlah
Kejadian Persentase
Frekuensi 70 responden seperti yang
stunting (%)
Normal 54 77,1 terdapat pada tabel 5.6, peran
Stunting 16 22,9 keluarga dalam kewaspadaan
Total 70 100,0 terhadap kejadian stunting
dikategorikan baik sebanyak 55
orang (78,6%), sedang sebanyak 7
orang (10,0%), dan kurang
sebanyak 8 orang (11,4%).
7

Peran adalah kumpulan perlu keterlibatan ayah dalam


dari perilaku yang secara relatif pengasuhan. Seorang ayah
homogen dibatasi secara normatif mempunyai tanggung jawab yang
dan diharapkan dari seorang yang sama dengan ibu dalam
menempati posisi sosial yang pengasuhan sehingga anak dapat
diberikan. Peran berdasarkan pada mencapai perkembangan fisik,
pengharapan atau penetapan peran komunikasi, kognisi dan sosial
yang membatasi apa saja yang secara optimal. Meski demikian
harus dilakukan oleh individu di tetap terdapat pembagian peran
dalam situasi tertentu agar ayah dan ibu yang spesifik sesuai
memenuhi pengharapan diri atau kodrat dan gender. Untuk
orang lain terhadap mereka mempersiapkan anak supaya
(Andarmoyo, 2012). tumbuh dan berkembang baik
maka perlu pengasuhan dari
Keluarga adalah kumpulan
orang-orang di sekitarnya
dua orang atau lebih yang hidup
terutama peran orang tuanya
bersama dengan keterikatan
sendiri, yaitu ayah dan ibu.
aturan dan emosional, dan
Namun kenyataanya dalam
individu mempunyai peran
kehidupan keluarga umumnya di
masing-masing yang merupakan
Indonesia yang paling utama
bagian dari keluarga (Suprajitno,
berfungsi sebagai pengasuh
2004 dalam Indriyani 2014).
adalah ibu.
Menurut peneliti peran Dalam hal ini peneliti
keluarga dalam kewaspadaan berpendapat bahwa peran
terhadap kejadian stunting sudah keluarga yang baik dapat
dikatakan baik, dengan mengatasi angka kejadian
keseluruhan responden mayoritas stunting pada anak. Peran
ibu peneliti menyatakan bahwa keluarga menggambarkan
peran pengasuhan anak lebih seperangkat perilaku antar
condong dilakukan oleh ibu, pribadi, sifat kegiatan yang
padahal untuk mencapai berhubungan dengan pribadi
perkembangan anak yang optimal dalam posisi dan situasi tertentu,
8

karena di dalam lingkungan Kejadian balita pendek


keluarga anak dapat (stunting) di Indonesia menempati
memaksimalkan asupan gizi serta urutan ke-2 dunia setelah Laos.
tumbuh kembangnya anak. Sekitar 5 juta dari 12 juta balita
Peranan anggota keluarga dalam (38,6%) di Indonesia memiliki
perkembangan bayi, pada bulan tinggi badan di bawah rata-rata
pertama, secara tidak langsung tinggi badan balita di dunia. Data
adalah memberi dukungan Riset Kesehatan Dasar
emosional kepada ibu. Keluarga (Riskesdas) tahun 2015
mempunyai peranan penting dan memperlihatkan bahwa status gizi
strategis dalam meningkatkan balita pendek di Indonesia adalah
pertumbuhan dan perkembangan 43,8%. Persentase tersebut relatif
anak usia dini, bahwa anak tidak menunjukkan perbaikan jika
memerlukan perhatian dari dibandingkan dengan data
orangtuanya bukan hanya dari Riskesdas tahun 2010 (35,6%)
ibunya saja. Oleh karena itu dan tahun 2007 (36,8%)
peneliti tertarik untuk melakukan (Kementrian Kesehatan RI,
penelitian peran keluarga dalam 2013). Terjadinya stunting pada
kejadian stunting. balita sering kali tidak disadari,
2. Kejadian Stunting Pada Anak dan setelah dua tahun baru
Usia Toddler terlihat ternyata balita tersebut
Berdasarkan penelitian pendek. Masalah gizi yang kronis
yang telah dilakukan pada seluruh pada balita disebabkan oleh
sampel penelitian yang berjumlah asupan gizi yang kurang dalam
70 responden seperti yang waktu yang cukup lama akibat
teerdapat pada tabel 5.7, orang tua atau keluarga tidak tahu
responden dengan tumbuh atau belum sadar untuk
kembang normal berjumlah 54 memberikan makanan yang sesuai
toddler (77,1%) sedangkan dengan kebutuhan gizi anaknya.
dengan kategori stunting Penanggulangan stunting
berjumlah 16 toddler (22,9%). dengan pendekatan multi sektor
dalam pembangunan pangan dan
9

gizi meliputi produksi, dalam kategori yang baik.


pengolahan, distribusi, hingga Meskipun dalam data penelitian
konsumsi pangan, dengan masih terdapat beberapa angka
kandungan gizi yang cukup, presentase yang menunjukan
seimbang, serta terjamin kejadian stunting. Berdasarkan
keamanannya. Sasaran program hasil teori dan fakta peneliti
gizi lebih difokuskan terhadap ibu beranggapan bahwa asupan energi
hamil sampai anak usia 2 tahun berhubungan langsung dengan
(Republik Indonesia, 2012). defisit pertumbuhan fisik dan
Kurangnya pemberian ASI dan anak. Asupan energi yang rendah
pemberian MP-ASI yang terlalu juga dipengaruhi oleh
dini dapat meningkatkan risiko ketidaktahuan ibu tentang
terjadinya stunting terutama pada stunting yang memiliki anggapan
awal kehidupan (Adair dan bahwa anaknya tidak mengalami
Guilkey, 1997). Besarnya masalah gizi sehingga ibu tidak
pengaruh ASI eksklusif terhadap memiliki usaha khusus dalam
status gizi anak membuat WHO meningkatkan asupan energi
merekomendasikan agar untuk anaknya.
menerapkan intervensi Hasil wawancara dengan
peningkatan pemberian ASI ibu balita yang menjadi responden
selama 6 bulan pertama sebagai penelitian menunjukkan bahwa
salah satu langkah untuk alasan ibu balita yang tidak
mencapai WHO Global Nutrition memberikan ASI eksklusif pada
Targets 2025 mengenai penurunan anaknya karena ASI tidak keluar
jumlah stunting pada anak pada saat anak lahir sehingga bayi
dibawah lima tahun (WHO, diberikan susu formula sebagai
2014). pengganti. Setelah ASI sudah
Menurut peneliti angka lancar maka ASI diberikan kepada
kejadian stunting di Wilayah anaknya dengan ditambah susu
Kerja Puskesmas Jelbuk yang formula. Selain itu, makanan
terdiri dari desa Panduman dan tambahan ASI diberikan lebih
desa Sucopangepok termasuk
10

awal agar bayi tidak menangis pendapatan rumah tanga tinggi


atau rewel. 25,3% konsumsi protein tinggi, dan
3. Hubungan Peran Keluarga 11,8% untuk konsumsi energi
Dengan Kejadian Stunting Pada tinggi. Dari beberapa faktor
Anak Usia Toddler di Wilayah tersebut dapat mempengaruhi
Kerja Puskesmas Jelbuk kejadian stunting pada anak usia 0-
Adanya hubungan peran 59 bulan.
keluarga yang baik akan dapat Bila dilihat dari penelitian
mencegah angka kejadian diatas, peneliti berpendapat bahwa
stunting pada anak usia toddler. peran keluarga yang meliputi dari
Dalam penelitian ini setelah beberapa banyak faktor dapat
dilakukan pengolahan data mempengaruhi kejadian stunting
kuesioner menggunakan uji pada anak. Jika peran dukungan
spearman rho pada 70 responden keluarga dilakukan dengan cara
diperoleh hasil p value 0,000 yang baik, maka kejadian stunting
<0,005. Dengan demikian H1 pada anak akan dapat dicegah
diterima yang berarti ada atau diatasi begitupun sebaliknya.
hubungan peran keluarga dengan Hal ini peneliti menyimpulkan
kejadian stunting pada anak usia kurangnya gizi yang dialami
toddler di Wilayah Kerja balita, praktek pengasuhan yang
Puskesmas Jelbuk. belum efektif, terbatasnya akses
Berdasarkan penelitian kesehatan di wilayah tertentu, dan
yang dilakukan oleh Citaningrum, terbatasnya informasi mengenai
2012 dengan hasil pendapatan pola konsumsi makanan bergizi ,
rumah tangga, konsumsi energi, dimana dengan bertambahnya
dan konsumsi protein yang rendah pengetahuan pada keluarga
memiliki presentase yang besar tentang pentingnya 1000 HPK
dibandingkan yang tinggi, 63,1% (Hari Pertama Kehidupan)
dan untuk pendapatan rumah diharapkan muncul kesadaran
tangga rendah, 74,7% untuk pada ibu akan pentingnya
konsumsi protein rendah 88,2% pemberian gizi dan pengawasan
berbanding dengan 36,9% tumbuh kembang anak, sehingga
11

dapat mencegah terjadinya Jelbuk Jember, mayoritas toddler tidak


stunting ataupun asupan gizi mengalami stunting.
3. Peran Keluarga Berhubungan dengan
buruk.
Kejadian Stunting pada Anak Usia
Pada dasarnya status gizi
Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas
anak dapat dipengaruhi oleh
Jelbuk Jember
faktor langsung dan tidak
langsung, faktor langsung yang DAFTAR PUSTAKA
berhubungan dengan stunting Agus, Yunita et all. (2016). Peran
Keluarga Dalam Pembinaan Budi
yaitu karakteristik anak berupa Pekerti Anak Usia Sekolah Dasar.
berat badan lahir rendah, Diakses tanggal 7 Desember
2018.
konsumsi makanan berupa asupan AL-Rahmad, A. H., Miko, A., & Hadi, A.
energi rendah dan asupan protein (2013). Kajian stunting pada
anak balita ditinjau dari
rendah. Faktor langsunglainnya pemberian ASI eksklusif, MP-ASI,
yaitu pola pengasuhan dengan status imunisasi dan karakteristik
keluarga di Kota Banda Aceh. J
tidak ASI eksklusif, pelayanan Kesehatan Ilmiah
kesehatan berupa status imunisasi Nasuwakes, 6(2), 169-184.
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan
yang tidak lengkap, dan Keluarga: Konsep Teori, Proses
karakteristik keluarga berupa dan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
pekerjaan orang tua, pendidikan
Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat
orang tua dan status ekonomi
Pendidikan Ibu, Pendapatan
keluarga merupakan faktor tidak Keluarga, Kecukupan Protein &
Zinc dengan Stunting (Pendek)
langsung yang mempengaruhi
pada Balita Usia 6 35 Bulan di
stunting. Kecamatan Tembalang Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas
KESIMPULAN Diponegoro, 1(2).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Anisa, P. (2012). Faktot-Faktor Yang
ditarik kesimpulan antara lain: Berhubungan Dengan Kejadian
1. Peran keluarga di Wilayah Kerja Stunting Pada Balita Usia 24-59
Bulan Di Kelurahan Kalibaru
Puskesmas Jelbuk Jember sudah Depok. Fakultas Kesehatan
dalam kategori baik. Masyarakat: Universitas
2. Kejadian stunting pada anak usia Indonesia.

toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Anugraheni, H. S., & Kartasurya, M. I.


(2012). Faktor risiko kejadian
stunting pada anak usia 12-36
12

bulan di Kecamatan Pati, Tehnik Analisis Data. Jakarta:


Kabupaten Pati (Doctoral Salemba Medika.
dissertation, Diponegoro
University). Hendrayati & Ramlan Asbar. (2018).
Faktor Determinan Kejadian
Apriliyani et all. (2017). Perbedaan Stunting pada Balita Usia
Karakteristik Balita Stunting Di 12 sampai 60 Bulan. Diakses
Perdesaan Dan Perkotaan. tanggal 30 November 2018.
Diakses tanggal 20 Desember
2018. Indriyani, Diyan & Asmuji. (2014). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas.
Ares M, Hardinsyah, tuhiman H. (2012). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Determinan Gizi Kurang Dan
Stunting Pada Anak Umur 0-36 Iram Barida Maisya & Andi Susilowati.
Bulan Berdasarkan Data (2017). Peran Keluarga Dan
Program Keluarga Harapan Lingkungan Terhadap Psikososial
(PKH). Bogor: Jurnal Gizi Dan Ibu Usia Remaja. Diakses tanggal
Pangan. 9 Desember 2018.

Aridiyah, FO et all. (2015). Faktor- Istiono, W. W., Suryadi, H., & Haris, M.
Faktor Yang Mempengaruhi (2009). Analisis faktor-faktor
Kejadian Stunting Pada Anak yang mempengaruhi status gizi
Balita Di Wilayah Pedesaan Dan balita. Berita Kedokteran
Perkotaan Jember. e-Jurnal Masyarakat, 25(3), 150.
Pustaka Kesehatan, 3 (1).
Kementrian Kesehatan RI. Riset
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Suatu Pendekatan Praktik. Tahun 2013. Jakarta : Badan
Jakarta: Rineka Cipta. penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kemenkes RI, 2013.
Devi, M. (2012). Analisis Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Maria Nova & Olivia Afriyanti. (2018).
Status Gizi Balita Di Hubungan Berat Badan, ASI
Pedesaan. Teknologi dan Eksklusif, MP-ASI dan Asupan
Kejuruan: Jurnal teknologi, Energi dengan Stunting pada
Kejuruan dan Balita Usia 24-59 Bulan. Diakses
Pengajarannya, 33(2). Tanggal 6 Desember 2018.

Effendi. (1998). Dasar-Dasar Notoadmojo, S. (2012). Metologi


Keperawatan Kesehatan Penelitian Kesehatan. Jakarta:
€Masyarakat. Jakarta: EGC. Rineka Citra.

Friendman, M. (2010). Buku Ajar Ni’mah C, Muniroh L. (2015).


Keperawatan Keluarga: Riset, Hubungan Tingkat Pendidikan,
Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Tingkat Pengetahuan, Dan Pola
Jakarta: EGC. Asuh Ibu Dengan Wasting Dan
Stunting Pada Balita Keluarga
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Miskin. Surabaya: Media Gizi
Penelitian Keperawatan Dan Indonesia.
13

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Weny, Lestary et all. (2018). Stunting:


Ilmu Keperawatan Edisi 2. Studi Konstruksi Sosial
Jakarta: Salemba Medika. Masyarakat Perdesaan Dan
Perkotaan Terkait Gizi Dan Pola
Nursalam. (2017). Pendekatan Praktek Pengasuhan Balita. Diakses
Metologi Riset Keperawatan. tanggal 20 Desember 2018.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Wulandari, Dewi & Meira Irawati.
Pusat data dan Informasi Kementrian (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan RI. Situasi Balita Anak. Yogyakarta: Pustaka
pendek. Jakarta : Depkes RI, Pelajar.
2016.
Puspitawati, Herien. (2013). Konsep Dan
Teori Keluarga. Diakses tanggal 7
desember 2018.
Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan
Keluarga Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Trihono, et all. (2015) Pendek (stunting)
di Indonesi, Masalah dan
Solusinya.Jakarta: Lembaga
Penerbit Balitbangkes.
UNICEF (2012). Undernutrition
Contibutes To Nearlyhal Of All
Deats In Children Under 5 And Is
Widespread In Asia And Africa.
Diakses Januari 2019.
UNICEF, WHO, World Bank, (2017).
Level and Trends in Children
Malnutrition. Diakses Desember
2018.
Vaozia, Syifa & nuryanto. (2016).
Faktor Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 1-3 tahun (Studi Di
Desa Menduran Kecamatan Brati
kabupaten Grobogan). Journal Of
Nutrition College, Volume 5,
Nomor 4, Tahun 2016. Halaman
314-320.
Yuniar, (2006). Peran Keluarga. Jakarta:
Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai