Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKINGINAN

PEMBELIAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI


BMC MAYAPADA HOSPITAL TAHUN 2019

Prawira Weka Akbari, Yanuar Jak, Teguh Wiyono


Program Studi S2 Magister Administrasi Rumah Sakit
Universitas Respati Indonesia

ABSTRAK
Pelayanan farmasi adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang tidak terpisahkan dan berorientasi
pada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu. Proses perencanaan strategi pemasaran instalasi farmasi
merupakan suatu hal yang sangat penting yang terdiri dari konsep bauran 7p. Dalam hal ini terdapat permasalahan yaitu
terdapat rata-rata 8-12% resep Instalasi Rawat Jalan BMC Mayapada Hospital yang tidak kembali ke Instalasi Farmasi
RS BMC setiap bulannya. Hal ini menjadikan permasalahan tersebut layak untuk diteliti agar dapat mengetahui faktor-
faktor apa saja yang berperan dalam ketidakinginan pembelian obat pasien rawat jalan di Instalasi farmasi BMC
Mayapada Hospital. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan korelasi antara faktor 7p (product, price, place, promotion, process, people, physical
evidence) dengan ketidakinginan pasien rawat jalan dalam melakukan pembelian obat di Instalasi Farmasi BMC
Mayapada Hospital. Hasil penelitian pada penelitian ini adalah didapatkan bahwa keseluruhan dari 7 variabel faktor
yang termasuk dalam 7p tersebut memiliki pengaruh korelasi signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap kepuasan
keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi BMC Mayapada Hospital. Sedangkan faktor yang paling berperan dengan
kepuasan secara keseluruhan adalah pada faktor promosi (r=0,858) dan faktor yang paling sedikit berperan dengan
kepuasan secara keseluruhan adalah pada faktor produk (r=0,674).

Kata Kunci: instalasi farmasi, bauran pemasaran, ketidakinginan pembelian obat

ABSTRACT

Pharmaceutical services are an inseparable part of the hospital health service system that is oriented towards patient
services, the supply of quality drugs, the planning process of pharmaceutical installation marketing strategies is a very
important thing which consists of the concept of a marketing mix 7p . In this case there is a problem that there is an
average of 8-12% prescription for Outpatient Installation at BMC Mayapada Hospital that does not return to the BMC
Hospital Pharmacy Installation every month. This makes the problem feasible to be investigated in order to find out
what factors play a role in the unwillingness to purchase outpatient medicine at BMC Mayapada Hospital Pharmacy.
This study is included in a quantitative study with a descriptive approach to find out whether there is a correlation
between the 7p factor (product, price, place, promotion, process, people, physical evidence) with the unwillingness of
outpatients to purchase drugs at the BMC Mayapada Hospital Pharmacy Installation. The results of this study were
found that all of the 7 variable factors included in the 7p had a significant correlation of p = 0,000 (p <0.05) to the
overall satisfaction of the BMC Mayapada Hospital Pharmacy Installation service. While the factor that plays the most
role with overall satisfaction is the promotion factor (r = 0.858) and the factor that has the least role with overall
satisfaction is the product factor (r = 0.674).

Keywords: pharmaceutical installation, marketing mix, drug purchase unwillingness

PENDAHULUAN
Industri kesehatan merupakan suatu industri memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dari
yang pertumbuhannya semakin pesat dari tahun ke tahun. pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini khususnya
Semakin pesatnya pertumbuhan industri kesehatan di rumah sakit kepada para pasien atau konsumen dalam
masa kini menjadikan persaingan yang lebih ketat dalam bidang kesehatan. Rumah sakit saling bersaing dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan yang terbaik dengan pada berbagai unit seperti unit rawat jalan, unit rawat
tujuan mendapatkan kepuasan pasien. Hal ini juga inap, IGD hingga ICU. Namun, terdapat permasalahan
menjadi sebuah prioritas yang dirancang oleh pemerintah yang didapatkan pada proses penjualan obat pasien rawat
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang jalan yaitu terdapat rata-rata sekitar 8-12% resep Instalasi
berorientasi pada kepuasan pasien, yaitu dengan Rawat Jalan tidak kembali ke Instalasi Farmasi BMC
terbentuknya UU No. 36 Tahun 2009 bab II pasal 3. Mayapada Hospital setiap bulannya. Hal ini menjadikan
Dengan adanya regulasi atau payung hukum permasalahan tersebut layak untuk diteliti agar dapat
yang dibuat oleh pemerintah secara langsung menjadikan mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berperan
para pihak petugas dan tenaga kesehatan di rumah sakit dalam ketidakinginan pembelian obat pasien rawat jalan
dapat memberikan pelayanan terbaiknya dalam bidang di Instalasi farmasi BMC Mayapada Hospital.
medis maupun non medis. Peningkatan mutu dan kualitas
rumah sakit dilakukan pada seluruh bidang pelayanan RANCANGAN PENELITIAN
termasuk pelayanan instalasi farmasi. Proses perencanaan Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif
strategi pemasaran instalasi farmasi merupakan suatu hal dengan pendekatan deskriptif dan menggunakan
yang sangat penting dalam meningkatkan penjualan obat rancangan penelitian cross sectional (potong lintang).
maupun alat kesehatan terhadap pasien rawat jalan BMC Pada penelitian ini dilakukan penilaian dan analisis
Mayapada Hospital. Sehingga dalam hal ini berbagai mengenai keadaan objek yang diteliti berdasarkan
langkah-langkah strategi pemasaran perlu dilakukan. pengumpulan data dan pengambilan sampel yang
Fajar Laksana (2008:4-5) menerangkan bahwa pemasaran berperan dalam ketidakinginan pasien rawat jalan dalam
merupakan suatu kegiatan yang memberikan penawarkan melakukan pembelian obat. Pengumpulan data dan
suatu produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen. pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan
Sementara itu, manajemen pemasaran merupakan suatu kuantitatif, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat
kegiatan pertukaran produk melalui aktivitas mix hubungan korelasi antara ketujuh faktor pemasaran
marketing yaitu Product, Price, Promotion, Place, bauran yaitu produk, harga, lokasi, promosi, proses,
Process, People, Physical Evidence. petugas, dan bukti fisik dengan ketidakinginan pasien
Instalasi farmasi merupakan bagian terpenting rawat jalan dalam melakukan pembelian obat di instalasi
dan memiliki pengaruh besar terhadap berbagai farmasi BMC Mayapada Hospital.
operasional di dalam rumah sakit. Instalasi farmasi Penelitian ini dilakukan di BMC Mayapada Hospital yang
merupakan salah satu instalasi dalam sebuah rumah sakit berlokasi di Jl. Padjajaran Indah V no. 97, Bogor pada
yang dapat diandalkan menjadi pusat pendapatan bulan Juni-Agustus 2019. Populasi dalam penelitian ini
terbesar. (Rakhmisari D, 2006). Perkiraan pendapatan adalah pasien rawat jalan yang tidak membeli obat di
yang dapat dicapai yaitu sekitar 50-60 % dari seluruh total Instalasi Farmasi BMC Mayapada Hospital selama 1
anggaran rumah sakit (Trisnantoro L,2004). Dalam hal ini bulan. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini
Instalasi Farmasi RS BMC Mayapada juga merupakan berjumlah 100 sampel. Peneliti memberikan kuesioner
bagian penting yang tidak terpisahkan dalam proses yang berisi pertanyaan tertutup kepada pelanggan (pasien
operasional rumah sakit. Saat ini Instalasi Farmasi atau keluarga pasien) yang tidak menebus obat di Instalasi
menjadi tulang punggung dalam melakukan pelayanan Farmasi BMC Mayapada Hospital.
persediaan dan pendistribusian obat hingga alat kesehatan
HASIL DAN PEMBAHASAN No Penghasilan f %
Karakteristik responden 1 <Rp3.000.000 10 10
2 Rp3.000.000 33 33
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 –
responden. Karakteristik ini bertujuan dalam menilai Rp5.000.000
3 Rp5.000.000 30 30
beberapa kartakteristik yang terdapat dalam penelitian di

antaranya yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, Rp10.000.00
0
pekerjaan, dan riwayat pembelian.
4 >Rp10.000.000 27 27
Jumlah 100 100
(30%) berusia 21 hingga 30 tahun, 29 orang
No Jenis Kelamin f % No Riwayat Pembelian sebelumnya f %
1 Laki-laki 61 61 1 Ya 87 87
2 Perempuan 39 39 2 Tidak 13 13
Jumlah 100 100 Total 100 100
(29%) berusia 31 hingga 40 tahun, 21 orang
(21%) berusia 41 hingga 50 tahun, dan 11 orang
(11%) berusia lebih dari 50 tahun. Pada faktor
pendidikan terakhir didapatkan 22 orang (22%)
lulusan SMA, 64 orang (64%) lulusan S1, dan 4
No Usia f % orang (4%) lulusan S2. Pada faktor penghasilan
1 <21 tahun 9 9
2 21-30 tahun 30 30 didapatkan 10 orang (10%) berpenghasilan
3 31-40 tahun 29 29 kurang dari Rp3.000.000, 33 orang (33%)
4 41-50 tahun 21 21
berpenghasilan Rp3.000.000 – Rp5.000.000, 30
5 >50 tahun 11 11
Total 100 100 orang (30%) berpenghasilan Rp5.000.000–
Rp10.000.000, dan 27 orang (27%)
berpenghasilan lebih dari Rp10.000.000. Pada
No Pendidikan f %
1 SD 0 0 faktor riwayat pembelian responden sebelumnya
2 SMP 0 0 didapatkan 87 responden (87%) pernah membeli
3 SMA 22 22
4 D3 13 13 obat di Instalasi Farmasi BMC Mayapada
5 S1 64 64 Hospital sebelumnya dan 13 responden lainnya
6 S2 4 4
(13%) belum pernah membeli obat sebelumnya
7 S3 0 0
Jumlah 100 100 di Instalasi Farmasi BMC Mayapada Hospital.
Distribusi Analisis Univariat variabel
Pada faktor jenis kelamin dapat
diketahui bahwa jumlah responden laki-laki
Kepuasan Produk f %
Tidak Puas 52 52
Puas 48 48
Kepuasan Harga f %
yaitu 61 orang (61%) sedangkan sisanya adalah Tidak Puas 42 42
perempuan sebanyak 39 orang (39%). Pada Puas 58 58
faktor usia dapat diketahui bahwa terdapat 9
orang (9%) kurang dari 21 tahun, 30 orang
Hospital. Seddangkan pada distribusi responden

Kepuasan Lokasi f % terhadap kepuasan harga didapatkan bahwa 42


Tidak Puas
Kepuasan Promosi 46 f 46% responden (42%) merasa tidak puas dan 58
PuasPuas
Tidak 54 45 5445
responden (58%) merasa puas terhadap harga
Puas 55 55
obat yang ditawarkan. Pada distribusi frekuensi
kepuasan responden terhadap lokasi terdapat 46
responden (46%) merasa tidak puas dan 54
Kepuasan Proses f %
TidakPetugas
Puas 40 40 responden (54%) merasa puas terhadap lokasi
Pelayanan f %
Puas
Tidak Puas 6360 60
63 Instalasi Farmasi BMC Mayapada Hospital. Pada
Puas 37 37 distribusi kepuasan responden terhadap promosi
terdapat 45 responden (45%) merasa tidak puas

Bukti Fisik f % Kepuasan Total


Tidak Puas Kepuasan
52 Total
52 Keseluruhan
Puas 48
Keseluruhan 48 Tidak Puas
Tidak Puas
Puas
Puas Kepuasan Tidak 44 8 52
Kepuasan Tidak 35 11 46
Produk Puas
Lokasi Puas Puas 12 36 48
Puas 21 33 54 56 44 100
56 44 100 dan 55 responden (55%) merasa puas terhadap
promosi yang dilakukan Instalasi Farmasi. Pada
Pada distribusi responden terhadap
distribusi frekuensi kepuasan responden terhadap
variabel produk didapatkan 52 responden (52%)
proses terdapat 40 responden (40%) merasa tidak
merasa tidak puas dan 48 responden (48(%)
puas dan 60 responden (60%) dikategorikan
merasa puas terhadap produk obat yang
cukup puas terhadap proses pelayanan instalasi
Kepuasan Total
farmasi. Pada distribusi frekuensi kepuasan
Keseluruhan
Tidak Puas responden terhadap proses didapatkan 63
Puas responden (63%) merasa tidak puas dan 37
Kepuasan Tidak 36 6 42 responden (37%) merasa puas terhadap
Harga Puas pelayanan petugas. Sedangkan pada distribusi
Puas 20 38 58
56 44 100 frekuensi kepuasan responden terhadap bukti
fisik didapatkan 52 responden (52%) merasa
Kepuasan Total tidak puas dan 48 responden (48%) merasa puas
Keseluruhan terhadap bukti fisik.
Tidak Puas
Hubungan Kepuasan Faktor 7p dengan Kepuasan
Puas
Keseluruhan
Kepuasan Tidak Puas 38 7 45
Puas 18 37 55
Promosi
56 44 100

ditawarkan Instalalasi Farmasi BMC Mayapada


Kepuasan Total Kepuasan Total
Keseluruhan Keseluruhan
Tidak Puas Tidak Puas
Puas Puas
Kepuasan Tidak Puas 36 4 40 Kepuasan Tidak 49 14 63
Puas 20 40 60 Pelayanan Puas
Proses
56 44 100 Puas 7 30 37
Pada hubungan antara kepuasan faktor produk dengan Petugas
56 44 100
kepuasan terhadap keseluruhan faktor 7P menunjukkan 7p yang ada di Instalasi Farmasi BMC Mayapada
bahwa dari total 52 responden (52%) yang tidak puas Hospital. Sementara itu, pada uji statistik diperoleh nilai
terhadap produk didapatkan 44 responden (44%) merasa P=0,000 yang dapat disimpulkan bahwa terdapat
tidak puas dan 8 responden (8%) puas terhadap hubungan korelasi yang signifikan antara penilaian
keseluruhan faktor 7p. Sedangkan pada 48 responden kepuasan faktor harga dengan tingkat kepuasan
(48%) yang merasa puas terhadap produk terdapat 12 keseluruhan faktor 7P. Selain itu, pada analisis korelasi
responden (12%) merasa tidak puas dan 36 responden pearson didapatkan nilai r hitung adalah 0,740 (> r tabel
(36%) lainnya merasa puas terhadap keseluruhan faktor 0,195). Pada penelitian Irawan (2008: 39) dinyatakan
7p yang ada di Instalasi Farmasi BMC Mayapada bahwa kemudahan dan biaya memiliki keterkaitan
Hospital. Sementara itu, pada uji statistik diperoleh nilai dengan kepuasan dimana tingkat kepuasan pelanggan
P=0,000 yang dapat disimpulkan bahwa terdapat semakin meningkat jika suatu pelayanan relative mudah,
hubungan korelasi yang signifikan antara penilaian Kepuasan Total
kepuasan faktor produk dengan tingkat kepuasan Keseluruhan
keseluruhan faktor 7P. Selain itu, pada analisis korelasi Tidak Puas

pearson didapatkan nilai r hitung adalah 0,674 (> r tabel Puas


Kepuasa Tidak Puas 41 11 52
0,195). Dalam menyelesaikan ini perlu kerjasama yang
n bukti Puas 15 33 48
baik antara pihak Instalasi farmas dan pihak dokter dalam 56 44 100
fisik
menjelaskan pada pasien tentang produk obat yang efisien, dan nyaman dalam mendapatkan suatu pelayanan
ditawarkan kepada pasien. Seperti yang dikatakan oleh atau produk. Jika melihat pada penelitian ini korelasi
Rosjid (1997), suatu manajemen seharusnya berusaha antara kepuasan terhadap harga dan kepuasan
memberikan pelayanan terbaik dalam memenuhi segala keseluruhan menunjukkan bahwa pasien yang berobat
kepentingan konsumen demi meningkatkan minat beli rawat jalan merasa harga obat yang ditawarkan cukup
kembali sehingga pelanggan merasa puas. mahal dan memiliki harga yang berbeda dengan harga
Pada hubungan antara kepuasan faktor harga obat yang dijual di pasaran. Hal ini membuat persepsi di
dengan kepuasan terhadap keseluruhan faktor 7P masyarakat sehingga terdapat beberapa pasien yang ingin
menunjukkan bahwa dari total 42 responden (42%) yang membandingkan harga yang ada tersebut dan memilih
tidak puas terhadap harga didapatkan 36 responden (36%) untuk membelinya di apotek luar RS.
merasa tidak puas dan 6 responden (6%) puas terhadap Pada hubungan antara kepuasan faktor
keseluruhan faktor 7p. Sedangkan pada 58 responden lokasi dengan kepuasan terhadap keseluruhan
(48%) yang merasa puas terhadap harga terdapat 20 faktor 7P menunjukkan bahwa dari total 46
responden (20%) merasa tidak puas dan 38 responden responden (46%) yang tidak puas terhadap lokasi
(38%) lainnya merasa puas terhadap keseluruhan faktor didapatkan 35 responden (35%) merasa tidak
puas dan 11 responden (6%) lainnya puas lainnya merasa puas terhadap keseluruhan faktor
terhadap keseluruhan faktor 7p. Sedangkan pada 7p yang ada di Instalasi Farmasi BMC
54 responden (54%) yang merasa puas terhadap Mayapada Hospital. Sementara itu, pada uji
lokasi terdapat 21 responden (21%) merasa tidak statistik diperoleh nilai P=0,000 yang dapat
puas dan 33 responden (33%) lainnya merasa disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi
puas terhadap keseluruhan faktor 7p yang ada di yang signifikan antara penilaian kepuasan faktor
Instalasi Farmasi BMC Mayapada Hospital. promosi dengan tingkat kepuasan keseluruhan
Sementara itu, pada uji statistik diperoleh nilai faktor 7P. Selain itu, pada analisis korelasi
P=0,000 yang dapat disimpulkan bahwa terdapat pearson didapatkan nilai r hitung adalah 0,858 (>
hubungan korelasi yang signifikan antara r tabel 0,195). faktor promosi yang dilakukan
penilaian kepuasan faktor lokasi dengan tingkat oleh instalasi farmasi agar dapat mencapai citra
kepuasan keseluruhan faktor 7P. Selain itu, pada yang baik dari pasien yang berkunjung. Seperti
analisis korelasi pearson didapatkan nilai r yang dikatakan oleh Lupiyoadi (2006: 120)
hitung adalah 0,732 (> r tabel 0,195). Melihat bahwa promosi merupakan salah satu variable
permasalahan ini menunjukkan bahwa hal ini dalam bauran pemasaran yang sangat penting
lebih dikarenakan lokasi ruang tunggu Instalasi dilaksanakan oleh perusahaan dalam
Farmasi terdapat tepat di sebelah depan pintu memasarkan produk jasa.
masuk lobby RS dan berada di sebelah lorong Pada hubungan antara kepuasan faktor
jalan menuju ke lantai 2 yang tidak terdapat proses dengan kepuasan terhadap keseluruhan
sekat pembatas. Sebaiknya hal ini dapat menjadi faktor 7P menunjukkan bahwa dari total 40
perhatian pihak manajemen BMC Mayapada responden (40%) yang tidak puas terhadap
Hospital dalam mengantisipasi permasalahan ini. proses didapatkan 36 responden (36%) merasa
Hal ini berkaitan dengan pernyataan bahwa salah tidak puas dan 4 responden (4%) lainnya puas
satu faktor yang cukup berperan terhadap terhadap keseluruhan faktor 7p. Sedangkan pada
keberhasilan suatu pelayanan jasa adalah lokasi 60 responden (60%) yang merasa puas terhadap
fasilitas jasa, hal ini disebabkan lokasi memiliki faktor promosi terdapat 20 responden (20%)
kaitan yang erat dengan pasar potensial yang merasa tidak puas dan 40 responden (40%)
terkait. (Tjiptono dan Chandra, 2005: 49) lainnya merasa puas terhadap keseluruhan faktor
Pada hubungan antara kepuasan faktor 7p yang ada di Instalasi Farmasi BMC
promosi dengan kepuasan terhadap keseluruhan Mayapada Hospital. Sementara itu, pada uji
faktor 7P menunjukkan bahwa dari total 45 statistik diperoleh nilai P=0,000 yang dapat
responden (45%) yang tidak puas terhadap disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi
promosi didapatkan 38 responden (38%) merasa yang signifikan antara penilaian kepuasan faktor
tidak puas dan 7 responden (7%) lainnya puas proses dengan tingkat kepuasan keseluruhan
terhadap keseluruhan faktor 7p. Sedangkan pada faktor 7P. Selain itu, pada analisis korelasi
55 responden (55%) yang merasa puas terhadap pearson didapatkan nilai r hitung adalah 0,791 (>
faktor promosi terdapat 18 responden (18%) r tabel 0,195). Dari hasil ini menunjukkan bahwa
merasa tidak puas dan 37 responden (37%) terdapat sebagian besar pasien yang kurang puas
terhadap waktu tunggu obat. Menurut palayanan merupakan faktor penting yang
Wahyuningsih.E,dkk (2003), faktor yang terkait mempengaruhi persepsi pasien terhadap dimensi
langsung dengan keinginan untuk membeli obat kualitas pelayanan.
di IFRS adalah proses yang berlangsung selama Pada hubungan antara kepuasan faktor
pelayanan. Sehingga dengan adanya bukti fisik dengan kepuasan terhadap
permasalahan ini diharapkan dapat menjadi keseluruhan faktor 7P menunjukkan bahwa dari
koreksi bagi Instalasi Farmasi dalam total 52 responden (52%) yang tidak puas
meningkatkan pelayanannya dengan terhadap bukti fisik didapatkan 41 responden
mempercepat waktu tunggu obat pasien rawat (41%) merasa tidak puas dan 11 responden
jalan, pada proses pembuatan obat racikan (11%) lainnya puas terhadap keseluruhan faktor
hingga obat jadi. 7p. Sedangkan pada 48 responden (48%) yang
Pada hubungan antara kepuasan faktor merasa puas terhadap faktor bukti fisik terdapat
pelayanan petugas dengan kepuasan terhadap 15 responden (15%) merasa tidak puas dan 33
keseluruhan faktor 7p menunjukkan bahwa dari responden (33%) lainnya merasa puas terhadap
total 63 responden (63%) yang tidak puas keseluruhan faktor 7p yang ada di Instalasi
terhadap pelayanan petugas didapatkan 49 Farmasi BMC Mayapada Hospital. Sementara
responden (49%) merasa tidak puas dan 14 itu, pada uji statistik diperoleh nilai P=0,000
responden (14%) lainnya puas terhadap yang dapat disimpulkan bahwa terdapat
keseluruhan faktor 7p. Sedangkan pada 37 hubungan korelasi yang signifikan antara
responden (37%) yang merasa puas terhadap penilaian kepuasan faktor bukti fisik dengan
faktor pelayanan petugas terdapat 7 responden tingkat kepuasan keseluruhan faktor 7P. Selain
(7%) merasa tidak puas dan 30 responden (30%) itu, pada analisis korelasi pearson didapatkan
lainnya merasa puas terhadap keseluruhan faktor nilai r hitung adalah 0,776 (> r tabel 0,195). Hal
7p yang ada di Instalasi Farmasi BMC ini berarti bahwa sebagian besar pasien masih
Mayapada Hospital. Sementara itu, pada uji kurang puas terhadap bukti fisik yang diberikan
statistik diperoleh nilai P=0,000 yang dapat oleh Instalasi Farmasi sebagai contoh dalam hal
disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi desain interior ruangan tunggu, pemilihan cat
yang signifikan antara penilaian kepuasan faktor ruangan, penerangan ruangan, hingga kursi
pelayanan petugas dengan tingkat kepuasan ruang tunggu. Sehingga dengan adanya
keseluruhan faktor 7P. Selain itu, pada analisis permasalahan seperti ini diharapkan dapat
korelasi pearson didapatkan nilai r hitung adalah menjadi perbaikan dalam tata letak dan lokasi
0,777 (> r tabel 0,195). Dengan ini dapat ruang tunggu agar pasien dapat terus merasa
dikatakan bahwa sebagian besar responden nyaman. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
masih banyak merasa pelayanan petugas yang Engel J (1993) yang mengatakan bahwa faktor
ada hingga saat ini masih belum cukup baik penting yang terkait langsung dengan keinginan
dirasakan oleh pasien. Seperti yang dikatakan pasien untuk membeli obat di IFRS adalah
Zeithami, V.A. et al dalam pelayanan jasa proses yang berlangsung selama pelayanan dan
(1990), keramahan petugas dan kemudahan kenyamanan dalam menunggu, yaitu dengan
penampilan fisik yang menarik dan tersedianya kepuasan keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi
saranan penunjang. BMC Mayapada Hospital dengan nilai korelasi
KESIMPULAN dan SARAN pearson didapatkan r=0,858.
Hasil penelitian yang dilakukan diBMC e. Faktor proses (process) memiliki pengaruh
Mayapada Hospital bertujuan untuk mengetahui korelasi signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap
faktor apa saja yang berperan dalam kepuasan keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi
ketidakinginan pasien rawat jalan membeli obat BMC Mayapada Hospital dengan nilai korelasi
di Instalasi Farmasi RS. Responden pada pearson didapatkan r=0,791.
penelitian ini padalah pasien rawat jalan yang f. Faktor petugas (people) memiliki pengaruh
tidak ingin membeli obat di Instalasi Farmasi korelasi signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap
BMC Mayapada Hospital. Penelitian ini kepuasan keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi
menggunakan teknik cross sectional dengan BMC Mayapada Hospital dengan nilai korelasi
menggunakan instrument kuesioner yang pearson didapatkan r=0,777.
mengacu pada pertanyaan berisi komponen 7P g. Faktor bukti fisik (physical evidence) memiliki
(product, price, place, promotion, people, pengaruh korelasi signifikan p=0,000 (p<0,05)
process, evidence based). Kesimpulan yang terhadap kepuasan keseluruhan pelayanan Instalasi
diperoleh dari hasil penelitian antara lain : Farmasi BMC Mayapada Hospital dengan nilai
1 Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa keseluruhan korelasi pearson didapatkan r=0,776.
dari 7 variabel faktor yang termasuk dalam 7P 2 Dari ketujuh faktor 7p didapatkan faktor yang
(product, price, place, promotion, process, people, paling berperan dengan kepuasan secara
physical evidence) didapatkan bahwa : keseluruhan adalah pada penilaian faktor promosi
a. Faktor produk (product) memiliki pengaruh (promotion) dengan nilai korelasi pearson tertinggi
korelasi signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap yaitu r=0,858.
kepuasan keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi 3 Dari ketujuh faktor 7p didapatkan faktor yang
BMC Mayapada Hospital dengan nilai korelasi paling sedikit berperan dengan kepuasan secara
pearson didapatkan r=0,674. keseluruhan adalah pada penilaian faktor produk
b. Faktor harga (price) memiliki pengaruh korelasi (product) dengan nilai korelasi pearson terendah
signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap kepuasan yaitu r=0,674.
keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi BMC
Mayapada Hospital dengan nilai korelasi pearson 7.1 Saran
didapatkan r=0,740. Dari hasil penelitian, peneliti ingin
c. Faktor lokasi (place) memiliki pengaruh korelasi memberikan saran yang dapat menjadi masukan
signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap kepuasan yang membanun bagi pihak BMC Mayapada
keseluruhan pelayanan Instalasi Farmasi BMC Hospital. Diharapkan pihak BMC Mayapada
Mayapada Hospital dengan nilai korelasi pearson Hospital khususnya Instalasi Farmasi BMC
didapatkan r=0,732. Mayapada Hospital dapat berfokus pada kualitas
d. Faktor promosi (promotion) memiliki pengaruh pelayanan yang berorientasi pada kepuasan
korelasi signifikan p=0,000 (p<0,05) terhadap
pasien. Maka dari itu, saran dari peneliti adalah dipegang oleh 1 apoteker sehingga proses
sebagai berikut: peracikan obat dapat berjalan lebih efisien dan
a. Dapat bekerjasama dengan pihak manajemen dan lebih cepat. Selain itu, mutu pelayanan pun dapat
pihak dokter agar sebaiknya setiap dokter yang meningkat dengan waktu tunggu obat yang dapat
menangani pasien dapat lebih komunikatif dalam dipersingkat.
memberikan penjelasan yang lengkap terhadap  Membuat sistem penulisan resep secara online
produk obat yang diresepkannya (efek samping, dari instalasi rawat jalan menuju instalasi
kegunaan, manfaat,dll). farmasi. Hal ini diharapkan agar peracikan dan
b. Pihak manajemen dan instalasi farmasi dapat persiapan obat dapat berjalan lebih awal
melakukan perbandingan harga obat yang dijual di sehingga tidak harus menunggu pasien
Instalasi Farmasi BMC Mayapada Hospital dengan menyerahkan resepnya terlebih dahulu.
apotek luar RS sehingga harga yang ditawarkan f. Membuat evaluasi kinerja petugas Instalasi
dapat bersaing dan tetap terjangkau bagi pasien Farmasi BMC Mayapada secara berkala setiap
yang berkunjung. bulannya yang mengacu pada SOP yang berlaku
c. Dapat memperbaiki tata ruang tunggu Instalasi dengan berororientasi pada kepuasan pasien
Farmasi dari mulai tata letak kursi ruang tunggu, sehingga mutu pelayanan yang dilakukan oleh
penyerahan resep, hingga pengambilan obat agar seluruh petugas farmasi dapat terus
meningkatkan kenyamanan pasien yang
berkunjung.
d. Pihak instalasi farmasi dan pihak manajemen dapat
bekerjasama dalam melakukan peningkatan citra
instalasi farmasi agar dalam melakukan penjualan
obat-obatan dan alat kesehatan dengan melakukan
strategi promosi yang efektif pada pasien yang DAFTAR PUSTAKA
berkunjung.
e. Waktu tunggu yang dibutuhkan saat menebus obat Anief M. 2008. Manajemen Farmasi, Yogyakarta.
agar lebih dipersingkat sehingga pasien tidak Universitas Gajah Mada Press
menunggu terlalu lama.khususnya saat frekuensi Chandra A, Jatra I. 2014. Pengaruh Usia, Tingkat
pasien sedang tinggi. Terdapat beberapa solusi Pendapatam dan Kepribadian Pada Perilaku Keluhan
yang dapat dilakukan agar membenahi hal ini, Konsumen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
diantaranya adalah : Universitas Udayana.
 Meningkatkan jumlah pegawai khususnya Cravens DW. 2000. Strategic Marketing. Sixth edition.
apoteker yang bertugas meracik dan menyiapkan Irwin McGraw Hill.
obat pada pasien. Seperti yang diketahui shift Desya. 2012. Layanan online. http://mazayadesya.
apoteker yang bertugas di IFRS BMC hanya blogspot.co.id/2012/09/layanan-online.html [7
terdapat 5-7 apoteker sedangkan jumlah rata-rata September 2016].
pasien rawat jalan yang membeli obat sekitar 385 Gangeshwer DK. 2013. E-Commerce or internet
pasien setiap harinya. Idealnya 30 pasien marketing: a business review from Indian context.
International Journal of U- and eService, Science Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
and Technology 6(6): 187–194. Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P.W. 1995. Kefarmasi di Rumah Sakit, Jakarta
Perilaku konsumen, Edisi keenam (terjemahan). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia I No
Binarupa Aksara. Jakarta. 129/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan
Engel J, Blackwill R, Miniard W. 1993. Perilaku Minimal Rumah Sakit
Konsumen, Edisi VI; Binapura Aksara, Jakarta. Lupiyoadi R. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa Edisi
Laksana F. 2008. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Penerbit Graha Ilmu Mulyatiningsih E. 2013. Metode Penelitian Terapan
Ghozali I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Program IBM SPSS. Yogyakarta. Universitas Manurung LP. 2010. Analisis Hubungan Tingkat
Diponegoro. Kepuasan Pasien Rawat Jalan Dengan Minat Pasien
Hizrani M. dkk. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap Menebus Kembali Resep Obat di Instalasi Farmasi
Terhadap Mutu Pelayanan dan Hubungannya dengan RSUD Budhi Asih Tahun 2010. Tesis Program Studi
Minat Beli Ulang di RS X di Jakarta Tahun 2002. Kajian Administrasi Rumah Sakit, FKM-UI.
2003. Jurnal Manajemen & Administrasi Rumah Naninda WD. 2015. Pengaruh Bauran Pemasaran
Sakit Indonesia; No.1; Vol IV. terhadap Keputusan Konsumen Memilih Rumah
Hogarth JM; Hilgert MA; Jane M. Kolodinsky; Jinkook Makan Rawon Nguling Surabaya. Jurnal Ilmu dan
Lee. 2001. Problems with credit cards: An Riset Manajemen vol. 4 no. 2, hal. 1-15.
exploration of consumer complaining behaviors. Ngai, Eric W.T; Vincent C.S. Heung; Y.H. Wong and
Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction Fanny K.Y. Chan. 2006. Consumer Complaint
and Complaining Behavior, Vol.14, ABI/INFORM behavior of Asians and Non-Asians about Hotel
Research, pp. 88-107 Services. European Journal of Marketing, Vol. 41,
Hurriyati R. 2010. Bauran Pemasaran dan Loyalitas No. 11/12, pp.1375-1391.
Konsumen. Bandung: Alfabetha Oh H, Kwon KN. 2009. Emerals article : an explanatory
Irawan H. 2008. Membedah strategi Kepuasan study of sales promotion for multichannel
pelanggan. Cetakan pertama: PT. Gramedia: Jakarta Quick JD, Rankin JR, Lain. RO, et al. 1997. Managing
Kemenkes RI. 2010, Pedoman Penyusunan Formularium Drug Supply : The Selection, Procurement,
Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Distribution and Use of Pharmaceuticals, 2nd Ed;
dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Revised and Expanded, Kumarian Press.
Jakarta Rakhmisari D. 2006. Bahan Kuliah Manajemen Instalasi
Kotler P, Armstrong G. 2018. Principles of Marketing Farmasi Rumah Sakit. Program Diploma III
th
17 ed.Essex. UK : Pearson Education Limited. Perumahsakitan FK UI, Jakarta.
Kotler P, Armstrong G. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Rusly. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta:
Jakarta: Erlangga. Kementrian Kesehatan RI
Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Rosjid H. 1997. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Jalan
Jakarta: Erlangga. Terhadap Mutu Pelayanan Rumah Sakit Nurmala
Suri Sukoharjo dengan Metode SERVQUAL. Tesis
Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Trisnantoro L. 2004. Perubahan Sistem Manajemen dan
FKM-UI. Pelayanan Prima.Workshop Penggunanaan Konsep
Sampurno. 2011. Manajemen Pemasaran Farmasi. Farmakoekonomi Untuk Pelayanan Prima Di Sektor
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Obat. Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Universitas Gadjahmada. Yogyakarta.
Setiawan B. 1991. Aspek Pengembangan di Instalasi Tjiptono F. 2016. Pemasaran. Yogyakarta: CV Andi
Farmasi, Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus; Offset.
71 : 130 – 33. Tjiptono F, Chandra G. 2005. Service, Quality, &
Siregar CJP. 2004, Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Satisfaction. Yogyakarta: Penerbit Andi
Kedokteran ECG, Jakarta, 20, 37-42. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Tentang Kesehatan, Jakarta.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Yannopoulos. 2011. Impact of the internet marketing
Bandung: Alfabeta. strategy formulation. International Journal of
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Business and Socil Science 2(18): 1–7.
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Yulizar, A. 2004. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap
Bandung: Alfabeta. Terhadap Mutu Pelayanan dan Hubungannya dengan
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Minat Beli Ulang di Rumah Sakit Wisma Rini
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Pringsewu Lampung. Tesis Program Studi Kajian
Bandung: Alfabeta. Administrasi Rumah Sakit, FKM-UI
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Zeithaml VA, Bitner MJ. 2003 Service Marketing
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Integrating Customer Focus Across the Firm, 3 rd
Bandung: Alfabeta. edition. Boston. Irwin McGraw Hill
Swastha B, Dharmesta, Irawan. 2008. Manajemen
Pemasaran Modern. Liberty. Yogyakarta. Zeithaml VA. Parasuraman A, Berry LL. 1990.
Trisnantoro L. 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Delivering Quality Service ; Balancing Customer
Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit. Perception and Expectations, The Free Press, New
Yogyakarta: Gajah Mada University Press York.

Anda mungkin juga menyukai