ABSTRAK
Apotek harus berpedoman pada standar pelayanan yang berlaku dalam melaksanakan
praktek pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian mengalami perubahan yang
semula hanya berfokus pada pengolahan obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang
komprehensif (pharmaceutical care) yaitu pelayanan yang langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap sistem pelayanan
kefarmasian di apotek Kimia Farma 274 Pamekasan. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan kuisioner dengan skala Likert. Hasil
dari penelitian yang dilakukan kepada 100 responden menunjukkan bahwa pelanggan
apotek kimia farma 274 Pamekasan merasa sangat puas terhadap lokasi dan tata
ruang apotek, ketersediaan perbekalan farmasi, waktu pelayanan, dan sikap tenaga
kefarmasian dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap apotek agar dapat meningkatkan
pelayanan kefarmasian dimasa yang akan datang dan pemacu sarana pelayanan
kefarmasian yang lain untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik lagi
kepada pelanggan.
Kata Kunci: Apotek, Kimia Farma 274 Pamekasan, Kepuasan Pelanggan, Pelayanan
Kefarmasian
Volume I No. 3, Oktober 2016 ISSN 2502 - 3764
Sutri Handayani
ABSTRAK
Evi Sa’adah
Magister Manajemen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Tatong Hariyanto
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Fatchur Rohman
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap
kepuasan dan loyalitas pasien di depo farmasi rawat jalan RSUD Gambiran.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional menggunakan
pendekatan cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 115 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan Structural Equation
Modelling (SEM). Pengujian ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
dilakukan berdasarkan nilai Critical Ratio (CR) > 1.96 dan nilai probability (p)<0.05.
Hasilnya menunjukkan bahwa pelayanan farmasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan pasien dengan nilai koefisien sebesar 0,881, pelayanan farmasi
tidak berpengaruh terhadap loyalitas pasien, dan kepuasan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas pasien dengan nilai koefisien sebesar 0,814. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa mutu pelayanan farmasi mempengaruhi loyalitas pasien
secara tidak langsung melalui kepuasan.
ABSTRAK
Saat ini pemerintah berupaya mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
bahwa setiap rakyat Indonesia berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran manajemen obat farmasi rawat jalan RS X dan menganalisis hubungan
manajemen obat dengan kualitas pelayanan farmasi rawat jalan RS X.
Manajemen obat ini termasuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu analitik
observasional dengan rancangan cross sectional study dengan sampel penelitian
pelanggan farmasi rawat jalan di RS X. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
dari 100 orang pelanggan rawat jalan dengan menggunakan metode consecutive
sampling.
Hasil penelitian mengunakan Pearson Correlation menunjukkan hubungan
manajemen obat dengan kualitas pelayanan farmasi rawat jalan yang bermakna
dengan nilai untuk aspek perencanaan (r=0,626; p<0,001), pengorganisasian
(r=0,409; p<0,001), pengarahan (r=0,359; p<0,001), dan pengawasan (r=0,426;
p<0,001) dengan R2 multiple 66,80%. Gambaran manajemen obat di farmasi rawat
jalan RS X menghasilkan nilai rata-rata 96,90% sehingga berada dalam kategori
sangat baik dan membuktikan hubungan kuat antara empat fungsi manajemen obat
terhadap kualitas pelayanan farmasi rawat jalan RS X.
Kata kunci: Evaluasi manajemen obat, kualitas pelayanan, Pearson Correlation
5. PENETAPAN KADAR METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK
ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS.
ABSTRAK
ABSTRAK
ABSTRAK
Peningkatan kebutuhan terhadap minyak atsiri berbanding lurus dengan
perkembangan industry modern dibidang industri parfum, makanan, kosmetik, obat-
obatan dan aroma terapi. Tanaman serai memiliki potensi sebagai penghasil minyak
atsiri dan bisa dimanfaatkan sebagai aromaterapi. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisa secara kuanitatif minyak atsiri dari tanaman serai (Cymbopogon sp.)
sebagai aromaterapi. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
ekstraksi tanaman serai yaitu bagian batang, bahan yang digunakan adalah simplisia
dan tahapan selanjutnya menganalisa mutu simplisia (kadar air) dan identifikasi
minyak atsiri (rendemen, ujiorganoleptik dan bobot jenis). Hasil penelitian
menunjukkan kadar air simplisia serai sebesar 6%, Presentase rendemen yang paling
tinggi pada sampel kering yaitu 0.72%. Hasil organoleptik menunjukkan minyak
atsiri dari simplisia serai berwarna kuning muda, berbau khas aromatic, rasa pahit dan
bobot jenis 0.878 gr/ml.
ABSTRACT
Bahan kimia obat yang sering ditambahkan ke dalam jamu pegal linu dan jamu
rematik adalah Asam Mefenamat, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kandungan kadar asam mefenamat dalam jamu pegal linu dan jamu rematik. Jamu
pegal linu dan jamu rematik digunakan pada penelitian ini yaitu 10 macam merek
jamu pegal linu dan jamu rematik yang beredar di kota manado. Parameter validasi
metode analisis adalah linearitas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ menggunakan
metode Spektrofotometri UV pada panjang gelombang maksimal 291 nm. Hasil yang
diperoleh uji presisi memenuhi syarat sesuai dengan nilai yaitu 99,992%. Akurasi
memenuhi syarat sesuai dengan nilai (80 - 100%) yaitu 86,3752%. Berdasarkan LOD
yang diperoleh yaitu 0,0534 dan LOQ yaitu 0,1781. Pada jamu sampel 1, 2, 4, 5, 7, 8,
9, dan sampel 10 mengandung asam mefenamat sebesar 0,4604 ppm, 0,4725 ppm,
0,3373 ppm, 0,2002 ppm, 0,5017 ppm, 0,4827 ppm, 0,3722 ppm dan 0,1802 ppm.
Sedangkan sampel 3 dan sampel 6 dengan kadar rata-rata 0,0262 ppm dan 0,0164
ppm, menunjukan konsentrasi di bawah LOD ini berarti asam mefenamat pada
sampel tidak terdeteksi.
Kata kunci : Asam Mefenamat, BKO, jamu pegal linu dan jamu rematik
9. Analisis Hubungan Kuantitatif Struktur Dan Aktivitas Senyawa Turunan
Triazolopiperazin Amida Menggunakan Metode Semiempirik AM1
Mudasir
Jurusan Kimia, FMIPA, UGM Yogyakarta
Dwi Siswanta
Jurusan Kimia, FMIPA, UGM Yogyakarta
ABSTRAK
Raja Ramadiansyah
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Ruswanto Ruswanto
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa hubungan kuantitatif struktur aktivitas (HKSA) dan desain
obat dari 12 senyawa turunan N’-benzoylisonicotinohydrazide terhadap
Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan
Escherichia coli berdasarkan pada perhitungan sifat kimia senyawa. Deskriptor yang
digunakan dalam analisa HKSA diantaranya deskriptor hidrofobik, deskriptor
elektronik dan deskriptor sterik. Data dekriptor diperoleh dari struktur hasil optimasi
sedangkan data binding affinity diperoleh dari jurnal penelitian dan data MIC dari
hasil pengujian secara in vitro. Analisa HKSA dilakukan dengan Multiple Linear
Regression (MLR) menggunakan metode backward pada program SPSS. Hasil
analisa HKSA menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuantitatif struktur dan
aktivitas dari 12 senyawa turunan N’-benzoylisonicotinohydrazide terhadap
Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan
Escherichia coli. Analisis hasil docking senyawa 3-{N'-[ (pyridine – 4 - yl)
carbonyl] hydrazinecarbonyl} phenyl acetate dan senyawa 4-nitro-N'-[(pyridin-4-
yl)carbonyl]benzohydrazide terhadap reseptor 2X23, senyawa N'-[(pyridin-4-
yl)carbonyl]-4-(pyrrolidine-1 sulfonyl) benzohydrazide terhadap resptor 1JIJ, serta
senyawa N'-[ (pyridine – 4 -yl) carbonyl] - 2,5 – bis (trifluoromethyl)
benzohydrazide terhadap reseptor 1KZN menunjukkan bahwa semua senyawa usulan
memiliki interaksi yang lebih baik terhadap masing-masingreseptor dibandingkan
dengan INH karena senyawa-senyawa tersebut memiliki nilai binding affinity lebih
kecil daripada INH. Hasil prediksi toksisitas menggunakan PreADMET menunjukkan
bahwa semua senyawa usulan menurut parameter ames test adalah mutagen.
ABSTRAK
Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No. 006 tahun 2012 tentang industri dan
usaha obat tradisional dinyatakan bahwa obat tradisional dilarang megandung bahan
kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat. Namun pada kenyataanya ada
beberapa perusahaan obat tradisional yang menambahkan bahan kimia obat pada
produknya. Salah satu dari bahan kimia yang ditambahkan adalah furosemid yang
memiliki khasiat sebagai diuretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
obat cina pelangsing yang beredar di Jakarta Timur yang mengandung furosemid dan
mengetahui kadar furosemid yang terkandung dalam obat cina pelangsing yang
beredar di Jakarta Timur. Penelitian dilakukan terhadap tiga sampel obat cina
pelangsing dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil
penelitian menunjukan bahwa ke tiga sampel obat cina pelangsing mengandung
furosemid. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan uji kuantitatif dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV pada panjang gelombang 277 nm. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kadar rata-rata furosemid dalam sampel A, B dan C
masing-masing sebesar 2,872 %, 5,92 %, dan 9,0 %. Maka dapat disimpulkan ketiga
sampel obat cina pelangsing tidak layak untuk dikonsumsi dan melanggar peraturan
kepala BPOM no HK.03.1.23.02.12.1248 Tahun 2012.
Kata kunci : Furosemid, Obat Cina Pelangsing, KLT, Spektrofotometri UV
JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2014, hlm. 13-17 Vol. 11
No. 1
ISSN : 1693-5683
ABSTRAK
Analisis kuantitatif isoflavon tempe secara cepat dan sederhana menggunakan KLT
densitometry sudah selesai. Fase gerak sistem adalah kloroform: metanol: etilasetat
(45: 5: 0,75). Kromatografi lapis tipis dilakukan pada pelat KLT aluminium. Mendaki
jarak dari 1 L sampel dilakukan 10 cm. Kemudian pelat dipindai pada 261 nm.
Sebuah linear diperoleh hubungan 0,08 - 2 g/spot dengan r= 0,9986. LOD dan LOQ
isoflavon adalah 0,014 g/spot dan 0,048 g/spot. Genistein yang terkandung dalam
tempe sebesar 0,151± 0,005 % b/b.
Kata kunci : tempe, isoflavon, KLT
13. Identifikasi Kandungan Parasetamol Pada Jamu Pegal Linu di Kawasan
Pasar Malam Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Sediaan jamu sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sudah dimulai sejak zaman
dahulu dalam upaya pencegahan penyakit, pengobatan serta mengembalikan
kebugaran. Bahan Kimia Obat (BKO) sering ditambahkan ke dalam sediaan jamu
untuk menambah khasiat jamu dan memberikan efek jamu yang lebih instan. Dengan
dosis yang tidak pasti akan menimbulkan efek samping yang sangat serius
bagi kesehatan.
Penelitian ini dilakukan dengan 5 sampel jamu pegal linu di kawasan pasar malam
kota Banjarmasin. Pengujian dilakukan secara analisis kualitatif menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji analisis kuantitatif menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Hasil uji secara kualitatif menunjukkan keberadaan BKO
parasetamol pada sampel C dan sampel D dan hasil uji secara kuantitatif
menghasilkan pada sampel C sebesar 8.,13 mg/Kg dan sampel D sebesar 6,28 mg/Kg.
Arifiyana, D.
Harjanti, Y. S.
Ebtavanny, T. G.
Akademi Farmasi Surabaya. Jl. Ketintang Madya No. 81 Surabaya – 60231, Jawa
Timur
Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang – 65145, Jawa Timur
ABSTRAK
Novia Ariani
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Muhammad Apriawan
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
ABSTRAK
16. Analisis Kandungan Asam Retinoat Pada Sediaan Krim Malam Yang
Beredar Di Toko X Kota Klaten Dengan Spektrofotometri UV-Vis
Yenni Kusuma Wardhani1, Anita Agustina Styawan, Choril Hana Mustofa Program
Studi D3 Farmasi, STIKES Muhammadiyah Klaten
Email: yenniksm06@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRAK
Produk olahan kelakai oleh masyarakat Kalimantan Tengah biasa diolah menjadi
sayur oseng kelakai, keripik kelakai, peye kelakai, kerupuk kelakai, stik kelakai dan
lain-lainnya yang berbahan dasar tumbuhan kelakai itu sendiri. Penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif dengan metode volumetri yaitu titrasi
permanganometri, dengan pendekatan laboratorium yang dilakukan melalui
serangkaian percobaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tumbuhan kelakai yang diperoleh pada Pasar Besar Kota Palangka Raya dan produk
olahannya pada dua industri rumahan yang terdapat di Kota Palangka Raya. Hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar zat besi pada daun
tanaman kelakai segar sebesar 3,285% atau setara dengan 3285mg/100 g. Sedangkan
kadar zat besi pada olahannya diperoleh hasil berupa keripik kelakai 1 sebesar
2,235% atau setara dengan 2235 mg/100 g dan keripik kelakai 2 sebesar 1,925% atau
setara dengan 1925 mg/100 g. Sehingga dapat disimpulkan kadar zat besi pada
tumbuhan kelakai cukup tinggi dan zat besi dalam keripik kelakai sendiri dapat
digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan zat besi hariannya.
Kata kunci : Zat Besi, Tumbuhan Kelakai, Keripik Kelakai, Titrasi Permanganometri
18. Analisis Kuantitatif Kadar Nitrit dalam Produk Daging Olahan di Wilayah
Denpasar Dengan Metode Griess Secara Spektrofotometri
Nur Habibah
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Bali
I G.A. Sri Dhyanaputri
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Bali
I Wayan Karta
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Bali
Ni Nyoman Astika Dewi
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Bali
ABSTRAK
Nitrit merupakan salah satu jenis bahan tambahan pangan (BTP) yang penting,
terutama dalam pengolahan produk daging olahan. Nitrit banyak digunakan sebagai
pengawet pada berbagai jenis daging olahan seperti sosis, kornet, nugget dan lain-
lain. Berbagai dampak negatif nitrit terhadap kesehatan manusia telah banyak
dilaporkan. Kelebihan nitrit dalam darah mampu menyebabkan terjadinya defisiensi
oksigen akibat pembentukan methemoglobin sehingga menyebabkan sindrom blue-
baby pada bayi. Untuk menjamin kemanan bahan pangan, pemerintah telah mengatur
ambang batas maksimal kandungan nitrit sebagai pengawet dalam produk daging
olahan melalui Permenkes nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 yaitu sebesar 125 mg/kg
bahan. Analisis dan monitoring kontinyu kandungan pengawet nitrit dalam bahan
pangan sangat penting dilakukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
18 sosis berbeda merk yang diperoleh dari berbagai wilayah di Denpasar. Pada
penelitian ini analis kuantitatif nitrit dalam sampel sosis dilakukan dengan metode
Griess secara spektrofotometri. Absorbansi larutan standar dan sampel diukur pada
panjang gelombang 520 nm setelah diinkubasi selama 30 menit.
Hubungan yang linier diperoleh dengan pengukuran larutan standar pada rentang
konsentrasi 0,1-0,5 ppm dengan harga R2 sebesar 0,997.
Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi sampel dan persamaan regresi linier yang
telah diperoleh, diketahui bahwa terdapat 6 sampel uji sosis memiliki kandungan
nitrit diatas ambang batas yang telahditetapkan, yaitu lebih dari 125 mg/kg bahan.
Kata kunci: metode Griess, analisis nitrit dalam produk daging olahan, metode
spektrofotometri
19. ANALISIS NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SAMPEL JAMU PEGAL
LINU YANG DIJUAL DI KABUPATEN SEMARANG SECARA KLT
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
ABSTRAK
Jamu Pegal Linu merupakan salah satu produk obat tradisional yang banyak diminati
oleh masyarakat karena memiliki banyak manfaat. Bahan Kimia Obat (BKO) sering
ditambahkan pada Jamu Pegal Linu untuk menambah khasiatnya, salah satunya
adalah Natrium Diklofenak. Berdasarkan Permenkes RI No. 24 tahun 2010, obat
tradisional dilarang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan Bahan Kimia Obat (BKO)
Natrium Diklofenak pada sediaan Jamu Pegal Linu yang dijual di Kabupaten
Semarang. Jenis penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental
laboratorium yang secara deskriptif menggambarkan hasil penelitian berdasarkan data
yang didapatkan. Metode penelitian terdiri dari uji organoleptis, analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif terhadap sampel Jamu Pegal Linu. Uji organoleptis dilakukan
dengan dengan cara mencicipi rasa, mencium bau, melihat warna dan meraba bentuk
sediaan sampel Jamu Pegal Linu. Analisis kualitatif dilakukan dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dan analisis kuantitatif dilakukan dengan Spektrofotometri UV-
Vis. Sampel B, D, dan E yang dijual di Kabupaten Semarang positif mengandung
Natrium Diklofenak berdasarkan nilai Rf yang didapatkan dari sampel berturut-turut
yaitu 0.28, 0.3, dan 0.3 mendekati nilai Rf baku Natrium Diklofenak yaitu 0.26. Fase
diam menggunakan Silica Gel 254 dan fase gerak menggunakan Etil Asetat dan N-
Heksan dengan perbandingan 25 : 25. Pada analisis kuantitatif diperoleh panjang
gelombang 275 nm dengan persamaan garis linier y = 0,0245x + 0,0989 dan nilai r =
0.9994 dengan kadar yang diperoleh pada sampel B, D, E berturut-turut adalah
39.27%, 2.67% dan 4.9%.
Kata kunci : Jamu pegal linu, natrium diklofenak, kromatografi lapis tipis,
spektrofotometri UV-Vis.
20. Penentuan Kadar Parasetamol Pada Obat Dan Jamu Tradisional
Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv/Vis
ABSTRAK
Maraknya jamu tradisional yang diedarkan di pasar pada daerah kota Denpasar
membuat banyak orang beralih untuk mengkonsumsinya. Salah satu jenis jamu
tradisional yang banyak dikonsumsi adalah jamu asam urat. Bahan kimia obat yang
sering ditambahkan dalam jamu tradisional adalah parasetamol sebagai penghilang
rasa nyeri. Menurut aturan pemerintah tidak diperbolehkan menambahkan bahan
kimia obat pada jamu tradisional karena sangat berbahaya bagi masyarakat yang
mengkonsumsi jamu asam urat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan kandungan kadar parasetamol dalam jamu asam urat. Jamu asam urat
yang digunakan pada penelitian ini yaitu 4 macam merek jamu asam urat yang di jual
di kota Denpasar. Dengan kriteria jamu asam urat paling diminati masyarakat.
Penelitian ini berhasil menentukan kandungan parasetamol pada obat dan jamu
tradisional secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode spektrofotometri. Metode
pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu dengan melakukan
pengenceran dan identifikasi kandungan parasetamol pada sampel obat dan jamu
tradisional dan kemudian dilanjutkan dengan rancangan experimental dengan prinsip
laboratoris in vitro untuk menguji kandungan parasetamol pada obat komersial dan
jamu tradisional. Penentuan kadar parasetamol pada 2 jenis obat parasetamol
memberikan hasil yang cukup akurat dengan nilai persen perolehan kembali yaitu
101,27% dan 100,17%. Sedangkan untuk penentuan senyawa parasetamol secara
kuantitatif pada 4 sampel jamu tradisional asam urat juga memberikan hasil yang
positif dengan adanya senyawa parasetamol yang ditunjukkan dengan nilai
konsentrasi pada jamu tradisional yaitu 9,570 ppm; 45,690 ppm; 47,382 ppm dan
45,262 ppm.
Kata kunci: Parasetamol, spektrofotometer UV-Vis