ABSTRACT
Pharmacy Installation plays a role in providing quality health services in Hospitals, it was
necessary to have an analysis of the development strategy of the Pharmacy Installation at RSUD
Datoe Binangkang in accordance with internal and external conditions. This studied aims to
determine the development strategy in the Pharmacy Installation of RSUD Datoe Binangkang used
SWOT analysis. The methods used in this research are quantitative and qualitative methods with
descriptive research designs used questionnaires, interviews and observations. The results showed
that the Pharmacy Installation of RSUD Datoe Binangkang was at coordinates point x = 1,048 and
y = 0,779. The Pharmacy Installation of RSUD Datoe Binangkang was at the first quadrant and it
can be said to be strong and likely. Conclusions gained that the strategy used was an aggressive
strategy.
ABSTRAK
Instalasi Farmasi berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Rumah
Sakit, sehingga diperlukan adanya analisis strategi pengembangan Instalasi Farmasi di RSUD Datoe
Binangkang yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan strategi pengembangan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang dengan
menggunakan analisis SWOT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian deskriptif menggunakan kuisioner,
wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Binangkang berada pada titik koordinat x = 1,048 dan y = 0,779. Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Binangkang berada pada kuadran pertama sehingga dapat dikatakan kuat dan berpeluang.
Kesimpulan yang didapat bahwa strategi yang digunakan adalah strategi agresif.
390
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020
391
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang turn around) dan kuadran 4 (strategi
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi defensif). Selanjutnya disusun matriks SWOT
sebagai berikut: serta menentukan strategi alternatif
1. Kriteria Inklusi berdasarkan analisis SWOT sesuai letak
a. Bersedia berpartisipasi dengan mengisi kuadran.
kuisioner yang diberikan.
b. Pasien atau keluarga pasien rawat inap HASIL DAN PEMBAHASAN
yang lebih dari satu kali menebus obat Karakteristik Responden
di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Karakteristik responden pada
Binangkang. penelitian ini dibagi kedalam 3 kelompok
2. Kriteria Eksklusi yaitu jenis kelamin, umur dan pendidikan
a. Pasien atau keluarga pasien rawat inap terakhir.
yang baru pertama kali menebus obat di
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Tabel 1. Karakteristik Responden
Binangkang. Karakteristik Total
Besaran sampel pada penelitian ini n (%)
diukur menggunakan Rumus Slovin Jenis Kelamin
(Sugiyono, 2011) adalah sebagai berikut: Laki-laki 32 25,8
N Perempuan 92 74,2
n
1 Ne 2 Usia (Depkes,
2009)
Keterangan:
17 - 25 Tahun 28 22,6
n = Jumlah sampel yang diambil
26 - 35 Tahun 44 35,5
N = Jumlah populasi
36 - 45 Tahun 29 23,5
e = Persentase kesalahan sampel, e = 0,05
46 - 56 Tahun 11 8,8
(5%)
56 - 65 Tahun 11 8,8
> 65 Tahun 1 0,8
Berdasarkan perhitungan diatas maka
minimal sampel yang digunakan dalam Pendidikan
penelitian ini berjumlah 124 responden. SD 22 17,7
SLTP 23 18,5
Analisis Data SLTA 59 47,6
Kuisioner yang digunakan mengacu Sarjana 20 16,2
pada kuisioner servqual serta pembobotan Keterangan:
menggunakan skala likert. Selanjutnya n = Jumlah Pasien/keluarga pasien
dihitung analisis gap antara skor kinerja % = Persentase
dengan skor harapan. Hasil olah data
Hasil penelitian karakteristik jenis
disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
kelamin responden terbanyak didominasi oleh
dijumlahkan serta dihitung rata-rata nilai
kelompok perempuan yaitu sebanyak 74,2%.
persentasenya. Analisis SWOT dilakukan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengguna
dengan menentukan faktor-faktor internal dan
pelayanan kesehatan oleh wanita lebih tinggi
eksternal, kemudian menentukan kudran
dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut
berdasarkan jumlah skor dari internal factor
dikarenakan wanita mempunyai kejadian dan
analysis summary (IFAS) dan external factor
risiko penyakit yang lebih besar dibandingkan
analysis summary (EFAS). Terdapat empat
dengan laki-laki.
kuadran, dimana masing-masing kuadran
Responden terbanyak berada pada
memiliki alternatif-alternatif strategi, yaitu
rentang usia 26-35 tahun yaitu sebanyak
kuadran 1 (strategi agresif), kuadran 2
35,5%. Usia berpengaruh terhadap pola pikir
(strategi diversifikasi), kuadran 3 (strategi
seseorang, hal ini di buktikan dengan hasil
392
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020
penelitian Sulo, et al. (2019) menyatakan kinerja Instalasi Farmasi RSUD Dataoe
bahwa persepsi seseorang terhadap suatu Binangkang dengan harapan pasien/keluarga
pelayanan terbangun salah satunya pasien rawat inap terhadap kualitas pelayanan.
berdasarkan pada pengalamannya dimasa lalu. Menurut Al Borie (2013) idealnya nilai gap
Menurut Notoatmodjo (2005) antara kinerja dan harapan adalah nol, artinya
menyatakan bahwa tingkat pendidikan kinerja yang diberikan telah sesuai dengan
merupakan salah satu faktor yang harapan pasien. Angka negatif menunjukkan
mempengaruhi harapan dan persepsi pasien adanya harapan pasien yang belum terpenuhi,
terhadap pelayanan kesehatan. sedangkan angka positif menunjukkan
harapan pasien telah terpenuhi. Hasil analisis
Analisis Gap Lima Dimensi Kualitas gap lima dimensi dapat dilihat pada tebel 2.
Pelayanan
Gap (kesenjangan) dari kelima
dimensi menggambarkan selisih antara
Tabel 2. Analisis Gap Lima Dimensi
No. Dimensi kualitas pelayanan Kinerja Harapan Gap
1. Tangible 3,26 3,59 -0,33
2. Reliability 3,49 3,71 -0,22
3. Assurance 3,50 3,64 -0,14
4. Emphaty 3,57 3,47 -0,01
5. Responsiveness 3,59 3,73 -0,14
Tabel diatas menunjukan selisih gap tersedianya 12 poli klinik dengan dokter
antara kinerja dan harapan. Gap terbesar spesialis di setiap polinya. Sedangkan
berada pada dimensi tangible yaitu sebesar kelemahan dari Instalasi Farmasi RSUD
-0,33 sedangkan gap terkecil berada pada Datoe Binangkang, yaitu lokasi RSUD kurang
dimensi emphaty yaitu sebesar -0,01 sehingga strategis, sarana & pra sarana yang belum
menyebabkan belum terpenuhinya kepuasan optimal, letak IFRS jauh dari bangsal dan
pasien. Penelitian Sulo, et al. (2019) kurang terciptanya komunikasi antara pasien
menyatakan bahwa indeks kepuasan secara dengan karyawan farmasi.
keseluruhan maupun setiap dimensi Peluang yang dimiliki oleh Instalasi
menunjukan nilai negatif yang berarti pasien Farmasi RSUD Datoe Binangkang adalah
masih merasa belum puas terhadap pelayanan dukungan pemerintah daerah, bekerjasama
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. dengan BPJS dan menerapkan kebijakan satu
pintu. Selain itu, ada juga ancaman bagi
Analisis SWOT Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang
Analisis SWOT digunakan untuk yaitu mengikuti perkembangan IPTEK di era
merumuskan strategi dengan mengidentifikasi globalisasi, kualitas sumber daya manusia
faktor-faktor internal maupun eksternal secara dalam persaingan era globalisasi, adanya
sistematis. Berikut ini merupakan rangkuman apotek pelengkap dan tuntutan customer
dari hasil pembobotan dan peratingan yang terhadap pelayanan informasi obat.
dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
Kekuatan yang dimiliki Instalasi
Farmasi RSUD Datoe Binangkang, yaitu
merupakan satu-satunya Rumah Sakit di
daerah tersebut, memiliki standar operasional
pelayanan, sebagai rumah sakit rujukan dan
393
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020
394
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020
KESIMPULAN
Instalasi Farmasi RSUD Datoe ada. Hal ini menunjukan bahwa Instalasi
Binangkang berdasarkan faktor internal dan Farmasi RSUD Datoe Binangkang berada
eksternal berada pada posisi kuadran pertama, pada posisi kuat dan peluang. Sehingga
yang berarti kekuatan yang dimiliki Instalasi strategi yang cocok digunakan adalah strategi
Farmasi RSUD Datoe Binangkang masih agresif menggunakan alternatif seperti
lebih besar daripada kelemahan serta peluang peningkatkan kemampuan dalam
yang dimiliki lebih besar dari ancaman yang melaksanakan kegiatan kefarmasian,
395
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020
396