Anda di halaman 1dari 7

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALASI FARMASI RSUD DATOE


BINANGKANG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT

DEVELOPMENT STRATEGY OF PHARMACY INSTALLATION USES SWOT


ANALYSIS AT RSUD DATOE BINANGKANG IN BOLAANG
MONGONDOW REGENCY
Wahyu Mila Ardiany1)*, Gayatri Citraningtyas1), Deby A. Mpila1)
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115
*milaardiany@gmail.com

ABSTRACT
Pharmacy Installation plays a role in providing quality health services in Hospitals, it was
necessary to have an analysis of the development strategy of the Pharmacy Installation at RSUD
Datoe Binangkang in accordance with internal and external conditions. This studied aims to
determine the development strategy in the Pharmacy Installation of RSUD Datoe Binangkang used
SWOT analysis. The methods used in this research are quantitative and qualitative methods with
descriptive research designs used questionnaires, interviews and observations. The results showed
that the Pharmacy Installation of RSUD Datoe Binangkang was at coordinates point x = 1,048 and
y = 0,779. The Pharmacy Installation of RSUD Datoe Binangkang was at the first quadrant and it
can be said to be strong and likely. Conclusions gained that the strategy used was an aggressive
strategy.

Keywords: Development strategy, Pharmacy Installation, SWOT

ABSTRAK

Instalasi Farmasi berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Rumah
Sakit, sehingga diperlukan adanya analisis strategi pengembangan Instalasi Farmasi di RSUD Datoe
Binangkang yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan strategi pengembangan di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang dengan
menggunakan analisis SWOT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian deskriptif menggunakan kuisioner,
wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Binangkang berada pada titik koordinat x = 1,048 dan y = 0,779. Instalasi Farmasi RSUD Datoe
Binangkang berada pada kuadran pertama sehingga dapat dikatakan kuat dan berpeluang.
Kesimpulan yang didapat bahwa strategi yang digunakan adalah strategi agresif.

Kata kunci: Strategi pengembangan, Instalasi Farmasi, SWOT

390
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN


Standar pelayanan Instalasi Farmasi Waktu dan Tempat Peneliatian
Rumah Sakit menyatakan bahwa pelayanan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
farmasi tak terpisahkan dari sistem pelayanan Januari - Juli 2020 di RSUD Datoe
kesehatan Rumah Sakit yang utuh dan Binangkang Kabupaten Bolaang
berorientasi kepada pelayanan pasien, Mongondow.
penyediaan obat yang bermutu, serta
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi Jenis dan Rancangan Penelitian
seluruh lapisan masyarakat. Instalasi Farmasi Penelitian ini merupakan jenis
Rumah Sakit adalah unit pelaksana fungsional penelitian non eksperimental dengan
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan rancangan deskriptif menggunakan metode
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
(Depkes RI, 2009). diperoleh melalui kuisioner sedangkan data
Instalasi Farmasi berperan dalam kualitatif diperoleh melalui wawancara dan
kelancaran pelayanan kesehatan juga sebagai observasi langsung.
sumber pendapatan terbesar di Rumah Sakit.
Maka strategi pengembangan Instalasi Alat dan Bahan
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) perlu dilakukan Alat
dalam menghadapi persaingan dengan Rumah Alat yang digunakan dalam penelitian
Sakit lain (Siregar, 2003). SWOT adalah ini adalah alat tulis menulis, lembar kuisioner,
singkatan dari, Strenght atau kekuatan, alat perekam suara dan kamera untuk
Weakness atau kelemahan, Oppurtunity atau dokumentasi.
peluang, dan Threat atau ancaman. SWOT ini
biasa digunakan untuk menganalisis suatu Bahan
kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana Bahan yang digunakan dalam penelitian
untuk melakukan suatu program kerja ini terdiri dari dua data yaitu:
(Buchari Alma, 2008). 1. Data Primer
Saat ini, Instalasi Farmasi RSUD Data primer yang digunakan dalam
Datoe Binangkang sedang berupaya untuk penelitian ini diperoleh dari kuisioner yang
meningkatkan mutu pelayanan. Oleh sebab diisi oleh responden, observasi dan
itu, perlu dilakukan evaluasi pengembangan wawancara kepada karyawan juga kepala
Instalasi Farmasi agar dapat meningkatkan IFRS.
mutu pelayanan serta mengetahui aspek mana 2. Data Sekunder
saja yang masih perlu ditingkatkan. Data sekunder yang digunakan dalam
Berdasarkan aspek lingkungan tersebut maka penelitian ini adalah literatur-literatur,
dapat digunakan pendekatan menggunakan jurnal dan artikel penelitian yang
analisis SWOT. Berdasarkan uraian latar mendukung data primer.
belakang diatas peneliti merasa perlu adanya
penelitian tentang strategi pengembangan Populasi Penelitian
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang Populasi dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis SWOT di Kabupaten kepala IFRS, 12 karyawan IFRS serta seluruh
Bolaang Mongondow. pasien atau keluarga pasien rawat inap yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk menebus obat di Instalasi Farmasi.
menentukan strategi pengembangan di
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang Sampel Penelitian
dengan menggunakan analisis SWOT. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pasien atau keluarga
pasien rawat inap yang menebus obat di

391
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang turn around) dan kuadran 4 (strategi
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi defensif). Selanjutnya disusun matriks SWOT
sebagai berikut: serta menentukan strategi alternatif
1. Kriteria Inklusi berdasarkan analisis SWOT sesuai letak
a. Bersedia berpartisipasi dengan mengisi kuadran.
kuisioner yang diberikan.
b. Pasien atau keluarga pasien rawat inap HASIL DAN PEMBAHASAN
yang lebih dari satu kali menebus obat Karakteristik Responden
di Instalasi Farmasi RSUD Datoe Karakteristik responden pada
Binangkang. penelitian ini dibagi kedalam 3 kelompok
2. Kriteria Eksklusi yaitu jenis kelamin, umur dan pendidikan
a. Pasien atau keluarga pasien rawat inap terakhir.
yang baru pertama kali menebus obat di
Instalasi Farmasi RSUD Datoe Tabel 1. Karakteristik Responden
Binangkang. Karakteristik Total
Besaran sampel pada penelitian ini n (%)
diukur menggunakan Rumus Slovin Jenis Kelamin
(Sugiyono, 2011) adalah sebagai berikut: Laki-laki 32 25,8
N Perempuan 92 74,2
n
1  Ne 2 Usia (Depkes,
2009)
Keterangan:
17 - 25 Tahun 28 22,6
n = Jumlah sampel yang diambil
26 - 35 Tahun 44 35,5
N = Jumlah populasi
36 - 45 Tahun 29 23,5
e = Persentase kesalahan sampel, e = 0,05
46 - 56 Tahun 11 8,8
(5%)
56 - 65 Tahun 11 8,8
> 65 Tahun 1 0,8
Berdasarkan perhitungan diatas maka
minimal sampel yang digunakan dalam Pendidikan
penelitian ini berjumlah 124 responden. SD 22 17,7
SLTP 23 18,5
Analisis Data SLTA 59 47,6
Kuisioner yang digunakan mengacu Sarjana 20 16,2
pada kuisioner servqual serta pembobotan Keterangan:
menggunakan skala likert. Selanjutnya n = Jumlah Pasien/keluarga pasien
dihitung analisis gap antara skor kinerja % = Persentase
dengan skor harapan. Hasil olah data
Hasil penelitian karakteristik jenis
disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
kelamin responden terbanyak didominasi oleh
dijumlahkan serta dihitung rata-rata nilai
kelompok perempuan yaitu sebanyak 74,2%.
persentasenya. Analisis SWOT dilakukan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengguna
dengan menentukan faktor-faktor internal dan
pelayanan kesehatan oleh wanita lebih tinggi
eksternal, kemudian menentukan kudran
dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut
berdasarkan jumlah skor dari internal factor
dikarenakan wanita mempunyai kejadian dan
analysis summary (IFAS) dan external factor
risiko penyakit yang lebih besar dibandingkan
analysis summary (EFAS). Terdapat empat
dengan laki-laki.
kuadran, dimana masing-masing kuadran
Responden terbanyak berada pada
memiliki alternatif-alternatif strategi, yaitu
rentang usia 26-35 tahun yaitu sebanyak
kuadran 1 (strategi agresif), kuadran 2
35,5%. Usia berpengaruh terhadap pola pikir
(strategi diversifikasi), kuadran 3 (strategi
seseorang, hal ini di buktikan dengan hasil
392
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

penelitian Sulo, et al. (2019) menyatakan kinerja Instalasi Farmasi RSUD Dataoe
bahwa persepsi seseorang terhadap suatu Binangkang dengan harapan pasien/keluarga
pelayanan terbangun salah satunya pasien rawat inap terhadap kualitas pelayanan.
berdasarkan pada pengalamannya dimasa lalu. Menurut Al Borie (2013) idealnya nilai gap
Menurut Notoatmodjo (2005) antara kinerja dan harapan adalah nol, artinya
menyatakan bahwa tingkat pendidikan kinerja yang diberikan telah sesuai dengan
merupakan salah satu faktor yang harapan pasien. Angka negatif menunjukkan
mempengaruhi harapan dan persepsi pasien adanya harapan pasien yang belum terpenuhi,
terhadap pelayanan kesehatan. sedangkan angka positif menunjukkan
harapan pasien telah terpenuhi. Hasil analisis
Analisis Gap Lima Dimensi Kualitas gap lima dimensi dapat dilihat pada tebel 2.
Pelayanan
Gap (kesenjangan) dari kelima
dimensi menggambarkan selisih antara
Tabel 2. Analisis Gap Lima Dimensi
No. Dimensi kualitas pelayanan Kinerja Harapan Gap
1. Tangible 3,26 3,59 -0,33
2. Reliability 3,49 3,71 -0,22
3. Assurance 3,50 3,64 -0,14
4. Emphaty 3,57 3,47 -0,01
5. Responsiveness 3,59 3,73 -0,14
Tabel diatas menunjukan selisih gap tersedianya 12 poli klinik dengan dokter
antara kinerja dan harapan. Gap terbesar spesialis di setiap polinya. Sedangkan
berada pada dimensi tangible yaitu sebesar kelemahan dari Instalasi Farmasi RSUD
-0,33 sedangkan gap terkecil berada pada Datoe Binangkang, yaitu lokasi RSUD kurang
dimensi emphaty yaitu sebesar -0,01 sehingga strategis, sarana & pra sarana yang belum
menyebabkan belum terpenuhinya kepuasan optimal, letak IFRS jauh dari bangsal dan
pasien. Penelitian Sulo, et al. (2019) kurang terciptanya komunikasi antara pasien
menyatakan bahwa indeks kepuasan secara dengan karyawan farmasi.
keseluruhan maupun setiap dimensi Peluang yang dimiliki oleh Instalasi
menunjukan nilai negatif yang berarti pasien Farmasi RSUD Datoe Binangkang adalah
masih merasa belum puas terhadap pelayanan dukungan pemerintah daerah, bekerjasama
di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. dengan BPJS dan menerapkan kebijakan satu
pintu. Selain itu, ada juga ancaman bagi
Analisis SWOT Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang
Analisis SWOT digunakan untuk yaitu mengikuti perkembangan IPTEK di era
merumuskan strategi dengan mengidentifikasi globalisasi, kualitas sumber daya manusia
faktor-faktor internal maupun eksternal secara dalam persaingan era globalisasi, adanya
sistematis. Berikut ini merupakan rangkuman apotek pelengkap dan tuntutan customer
dari hasil pembobotan dan peratingan yang terhadap pelayanan informasi obat.
dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
Kekuatan yang dimiliki Instalasi
Farmasi RSUD Datoe Binangkang, yaitu
merupakan satu-satunya Rumah Sakit di
daerah tersebut, memiliki standar operasional
pelayanan, sebagai rumah sakit rujukan dan

393
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

Tabel 3. Hasil Internal Factor Analysis Summary


Faktor Kekuatan Bobot Rating Skor
RSUD Datoe Binangkang merupakan satu-satunya Rumah 0,181 4 0,727
Sakit di daerah tersebut
Adanya standar oprasional pelayanan 0,136 3 0,409
Sebagai rumah sakit rujukan 0,136 3 0,409
Tersedianya 12 poli klinik dengan dokter spesialis di setiap 0,136 3 0,409
polinya
Jumlah 13 1,954
Faktor Kelemahan
Lokasi RSUD kurang strategis 0,091 2 0,181
Sarana dan pra sarana yang belum optimal 0,091 2 0,181
Letak IFRS jauh dari bangsal 0,136 2 0,272
Kurang terciptanya komunikasi antara pasien dengan karyawan 0,091 3 0,272
farmasi
Jumlah 9 0,906
Total 1,00

Tabel 4. Hasil External Factor Analysis Summary


Faktor Peluang Bobot Rating Skor
Dukungan pemerintah daerah 0,222 4 0,889
RSUD Sudah bekerjasama dengan BPJS 0,111 3 0,333
Kebijakan satu pintu 0,167 4 0,667
Jumlah 11 1,889
Faktor Ancaman
Mengikuti perkembangan IPTEK di era globalisasi 0,111 2 0,222
Kualitas sumber daya manusia dalam persaingan era globalisasi 0,111 2 0,222
Adanya apotek pelengkap di dalam RSUD 0,111 3 0,333
Tuntutan customer terhadap kelengkapan obat 0,167 2 0,333
Jumlah 9 1,11
Total 1,00
Hasil analisis kekuatan dan kelemahan Strategi yang perlu diterapkan pada
pada Instalasi Farmasi RSUD Datoe Instalasi Farmasi RSUD Datoe Binangkang
Binangkang memperoleh angka positif adalah menggunakan kekuatan untuk
sebesar 1,048. Hal ini menunjukan bahwa memanfaatkan peluang jangka panjang, yaitu
kekuatan Instalasi Farmasi RSUD Datoe dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
Binangkang masih lebih besar dari sumber daya manusia, mengoptimalkan
kelemahannya. Selain itu, untuk hasil analisis pasien BPJS dan meningkatkan pelayanan
peluang dan ancaman pada Instalasi Farmasi farmasi yang lebih fokus pada kepuasan
RSUD Datoe Binangkang juga memperoleh pasien. Analisis tersebut dirangkum secara
angka positif sebesar 0,779. Hal tersebut singkat dalam matrik SWOT yang dapat
berarti peluang Instalasi Farmasi RSUD dilihat pada tabel 5.
Datoe Binangkang masih lebih besar dari
ancaman yang ada.

394
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

Tabel 5. Matrik SWOT


KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
1. RSUD Datoe Binangkang 1. Lokasi RSUD kurang
IFAS merupakan satu-satunya strategis
Rumah Sakit di daerah 2. Sarana dan pra sarana yang
tersebut belum optimal
2. Adanya standar operasional 3. Letak IFRS jauh dari
pelayanan bangsal
EFAS 3. Sebagai Rumah Sakit 4. Kurang terciptanya
rujukan komunikasi antara pasien
4. Tersedianya 12 poli klinik dengan karyawan farmasi
dengan dokter spesialis
disetiap polinya
PELUANG (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Dukungan pemerintah 1. Meningkatkan kualitas dan 1. Penambahan sarana dan
daerah kuantitas sumber daya prasarana yang menunjang
2. RSUD sudah bekerjasama manusia pelayanan farmasi lebih
dengan BPJS 2. Mengoptimalkan pasien optimal
3. Kebijakan satu pintu BPJS 2. Meningkatkan pelayanan
3. Meningkatkan pelayanan farmasi yang fokus pada
farmasi yang lebih fokus kepuasan pasien serta
pada kepuasan pasien pelayanan informasi obat
3. Membuat depo farmasi di
bangsal rawat inap
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Mengikuti perkembangan 1. Meningkatkan pelayanan 1. Meningkatkan sarana dan
IPTEK di era globalisasi kefarmasian agar mampu pra sarana di Instalasi
2. Adanya apotek pelengkap bersaing Farmasi guna mendukung
di RSUD Datoe 2. Menambah fasilitas IPTEK, kelancaran pelayanan
Binangkang untuk menunjang kepada pasien
3. Kualitas sumber daya pelaksanaan pelayanan 2. Meningkatkan kualitas
manusia dalam persaingan kefarmasian karyawan di Instalasi
era globalisasi 3. Meningkatkan kinerja Farmasi agar menciptakan
4. Tuntutan customer karyawan dengan cara efektivitas dan efisiensi
terhadap pelayanan pendidikan dan pelatihan dalam pengelolan obat
informasi obat 4. Membuat ruangan untuk 3. Menambah fasilitas IPTEK,
konseling pasien agar menunjang pelayanan
farmasi klinik dan informasi
obat

KESIMPULAN
Instalasi Farmasi RSUD Datoe ada. Hal ini menunjukan bahwa Instalasi
Binangkang berdasarkan faktor internal dan Farmasi RSUD Datoe Binangkang berada
eksternal berada pada posisi kuadran pertama, pada posisi kuat dan peluang. Sehingga
yang berarti kekuatan yang dimiliki Instalasi strategi yang cocok digunakan adalah strategi
Farmasi RSUD Datoe Binangkang masih agresif menggunakan alternatif seperti
lebih besar daripada kelemahan serta peluang peningkatkan kemampuan dalam
yang dimiliki lebih besar dari ancaman yang melaksanakan kegiatan kefarmasian,

395
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 9 Nomor 3 Agustus 2020

penambahan fasilitas agar pelayanan farmasi Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.


lebih optimal, peningkatan kualitas dan Departemen Kesehatan Republik
kuantitas SDM, pengoptimalan pasien BPJS, Indonesia, Jakarta.
dan fokus pada customer satisfaction.
Depkes RI. 2009. Klasifikasi Umur Menurut
SARAN Kategori. Ditjen Yankes, Jakarta.
Bagi peneliti lain yang tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut tentang Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik
strategi pengembangan Instalasi Farmasi Indonesia Nomer 44 Tentang Rumah
RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Sakit. Departemen Kesehatan Republik
Mongondow untuk melakukan penelitian Indonesia, Jakarta.
dengan menggunakan metode lain seperti
matriks Boston Consuling Group (BCG), Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
matriks Strategic Position and Action Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Evaluation (SPACE), matriks Eksternal
Factor Evaluation (EFE), matriks Internal Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan dan
Factor Evaluation (IFE) dan matriks Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Competition Profile (CP). Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Siregar. C.J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit


Teori & Penerapan. EGC, Jakarta.
Al Borie., Damanhouri A.M. 2013. Patient’s
statisfaction of service quality in Saud Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
hospital: a servqual analysis. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfa
International Journal Of Health Care Beta, Bandung.
Quality Assurance 26(1): 20-30.
Sulo,R.H.,Hartono,E.,Oetari,R.A. 2019.
Buchari Alma. 2008. Manajemen Pemasaran Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan
dan Pemasaran Jasa. CV Alfabeta, Terhadap Kepuasan Pasien Rawat
Bandung. Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit X Kota Surakarta. Jurnal Ilmiah
Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri manuntung. 5(1):81-90.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah
Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan

396

Anda mungkin juga menyukai