Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.

1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN


2723-1887

EVALUASI PENGKAJIAN RESEP HIGH ALERT DI DEPO IGD RUMAH


SAKIT PEMERINTAH DI BANDUNG

Ida Erna Widiyawati1, Lulu Afifah Paradipta, Siti Saidah


1
Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Al-Ghifari

ABSTRAK

Kelengkapan resep merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena
dapat membantu mengurangi terjadinya medication error. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi kelengkapan resep bulan Januari s.d. Mei tahun 2020 di Rumah
Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan
secara retrospektif terhadap resep. Pemilihan depo obat IGD sebagai sampel
berdasarkan pada kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan oleh peneliti. Metode
pengambilan sampel resep dilakukan dengan menggunakan metode quota
sampling, didapatkan sebanyak 343 resep. Resep diolah dan dievaluasi kelengkapan
resep sesuai dengan literatur. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa masih
terdapat resep yang tidak memenuhi aspek kelengkapan resep khususnya jenis obat
high alert di Depo IGD RSHS kota Bandung sehingga dikhawatirkan dapat memicu
terjadinya medication error.

Kata kunci: Kelengkapan resep, Resep High Alert

ABSTRACT

Prescription completeness is a very important aspect in prescribing because it can help reduce the
occurrence of medication errors. This study aims to evaluate the completeness of the recipes from
January to January until. May 2020 at Hasan Sadikin Hospital (RSHS) Bandung. This research is
descriptive in nature, conducted retrospectively on the recipe. The selection of ED drug depots as
samples was based on the inclusion and exclusion criteria set by the researchers. The sampling
method for the recipe was done by using the quota sampling method, obtained 343 recipes. The
recipe is processed and evaluated for the completeness of the recipe in accordance with the
literature. From the results of the study, it was concluded that there were still prescriptions that did
not meet the completeness aspect of the prescription, especially the high alert type of medicine at
the IGD Depo RSHS Bandung city so it was feared that it could trigger medication errors.

Key words: Recipe completeness, High Alert Recipe

25
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

PENDAHULUAN program SPSS (Statistical Package for The


Social Science) 20.0.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Penelitian ini merupakan jenis
Sakit merupakan bagian yang tidak penelitian observasional yang bersifat
terpisahkan dari sistem pelayanan deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi untuk menggambarkan atau menganalisis
kepada pelayanan pasien, penyediaan suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu (Sugiyono, 2005:21) dengan metode
dan terjangkau bagi semua lapisan retrospektif yaitu pengambilan sampel yang
masyarakat termasuk pelayanan farmasi telah terjadi, artinya pengumpulan data
klinik (PERMENKES, 2016). dimulai dari akibat yang telah terjadi.
Pelayanan farmasi klinik adalah Penelitian ini mengambil data resephigh
penerapan pengetahuan obat untuk alertselama bulan Januari sampai dengan
kepentingan pasien, dengan memerhatikan Mei 2020.
kondisi penyakit pasien dan kebutuhannya Dalam menghitung ukuran sampel
untuk mengerti terapi obatnya (Siregar, yang diambil maka menggunakan teknik
2006). Pelayanan ini memerlukan Slovin (Sugiyono, 2014). Berdasarkan
hubungan profesional dekat dengan hasil perhitungan bahwa resep yang
apoteker, pasien, dokter, perawat dan diambil sebanyak 343 lembar resep sebagai
dengan lain-lain yang terlibat memberikan jumlah sampel minimal yang diperoleh
perawatan kesehatan (Siregar, 2006). dalam penelitian. Jumlah tersebut adalah
Dengan kata lain, farmasi klinik adalah jumlah resep yang diambil dari bulan
pelayanan berorientasi pasien, berorientasi Januari sampai dengan Mei 2020. Untuk
penyakit, berorientasi obat, dan dalam validasi hasil penelitian, maka jumlah
praktek berorientasi antardisiplin (Blissitt, lembar resep yang digunakan dalam
C.W., 2004). penelitian ini adalah 343 lembar resep.
Pengkajian order dokter merupakan Agar karakteristik sampel tidak
proses penilaian suatu order dokter menyimpang dari populasinya, maka
terhadap suatu persyaratanadministrasi, sebelum dilakukan pengambilan sampel
farmaseutik dan klinis yang dilakukan oleh perlu ditentukan kriteria sampel, meliputi
apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian kriteria inklusi dan kriteria ekslusi. Kriteria
terlatih yang bertanggung jawab terhadap inklusi yaitu subyek penelitian dapat
pelayanan farmasi di suatu unit kerja. mewakili dalam sampel penelitian yang
METODOLOGI PENELITIAN
memenuhi syarat sebagai sampel, dan
kriteria ekslusi adalah subyek penelitian
Bahan penelitian yang digunakan tidak dapat mewakili sampel karena tidak
dalam penelitian ini adalah data sekunder memenuhi syarat sebagai sampel
yang diperoleh dari resep high alert yang penelitian, dimana kriteria tersebut
masuk di depo IGD Rumah Sakit Hasan menentukan dapat atau tidaknya sampel
Sadikin Bandung bulan Januari sampai Mei digunakan (Notoatmojo, 2010).
2020. Kriteria inklusi pada penelitian ini
Dalam penelitian tentang evaluasi adalah: a) Resep obat high alert yang
pengkajian obat high alert ini, data yang dikelola oleh unit depo IGD. b) Analisa
telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan resep dalam penelitian ini berdasarkan
dilakukan analisis. Analisis data menggu- Standar Pengkajian Resep obat high alert di
nakan program Microsoft Excel 2013 dan depo IGD.

26
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

Kriteria eksklusi pada penelitian ini diminta, cara pemakaian; informasi


adalah resep non high alert yang dikelola di lainnya. Untuk menganalisis resep-resep
depo IGD. tersebut digunakan parameter berupa
Pengolahan data yang dilakukan pedoman penulisan resep yaitu Peraturan
meliputi analisis univariat. Analisis Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016.
univariat adalah analisis yang digunakan Penelitian dilakukan dengan
untuk menganalisis setiap variabel yang ada memeriksa satu per satu resep high alert
secara deskriptif (Notoatmojo, 2003). medication (HAM) pada bulan Januari
Analisis univariat merupakan metode sampai dengan Mei 2020. Pemeriksaan
analisis yang paling mendasar terhadap yang dimaksud adalah nama dokter, SIP,
suatu data yang dapat menampilkan angka dan alamat dokter; tanda tangan atau paraf
hasil pengukuran, ukuran tendensi sentral, dokter penulis resep; nama, alamat, umur,
ukuran depresi/deviasi/variability, penya- jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama
jian data ata tingkat kemiringan data. Hasil obat, potensi, dosis, jumlah obat yang
pengukuran dapat ditampilkan dalam diminta dan cara pemakaian.
bentuk angka, ata sudah diolah menjadi Penelitian ini hanya sebatas
prosentase, rasio, prevalensi. Ukuran menganalisis kelengkapan resep. Untuk
tendensi meliputi perhitungan mean, selanjutnya diharapkan dapat dianalisis
median, kuartil, desil presentilm, modus. tentang kerasionalan resep-resep obat
Ukuran disperse meliputi perhitungan tersebut dan mengetahui faktor-faktor yang
rentang, deviasi rata-rata, variansi, standar mempengaruhi ketidaklengkapan resep
deviasi, coeficiens of variancy. Penyajian tersebut.
data dapat dalam bentuk narasi, tabel, Setelah melakukan penelitian dan
grafik, diagram maupn gambar. pengambilan data, maka diperoleh hasil
Adapun data dengan menggunakan analisis analisis kelengkapan resep HAM pada
univariat adalah kelengkapan resep high bulan Januari sampai dengan Mei 2020 di
alert pada bulan Januarisampai Mei 2020 di Depo IGD RSHS, sesuai dengan jumlah
Depo IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin sampel penelitian yang diambil selama
Bandung. Analisis yang dilakukan bulan Januari sampai Mei 2020yaitu
didasarkan pada pengamatan satu persatu sebanyak 343 lembar resep, dimana
dengan cara mencatat semua bentuk-bentuk sebanyak 60 lembar resep tidak tercantum
kelengkapan resep dengan menggunakan alamat pasien, 16 lembar resep tidak
formulir yang telah dibuat. tercantum umur, 11 lembar resep tidak
tercantum tanggal penulisan resep, dan 9
HASIL DAN PEMBAHASAN lembar tidak tercantum identitas pasien.
Analisis Kelengkapan Resep Berdasar-
Penelitian ini dilaksanakan pada kan Kajian Administrasi
bulan Juni dan Juli 2020 di Depo IGD Resep yang diperoleh kemudian
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dilakukan pengkajian secara administasi
(RSHS) dengan data penelitian yang sesuai dengan PERMENKES RI No. 72
diambil yaitu data resep obat high alert tahun 2016 tentang standar kefarmasian di
pasien RSHS. Kelengkapan resep harus rumah sakit yang menyebutkan bahwa
mencantumkan: nama, SIP, dan alamat kajian administrasi meliputi nama pasien,
dokter; tanda tangan atau paraf dokter tanggal lahir pasien, jenis kelamin, nomor
penulis resep; nama, alamat, umur, jenis rekam medis, berat badan pasien, nama
kelamin, dan berat badan pasien; nama dokter, paraf dokter, tanggal penulisan
obat, potensi, dosis, jumlah obat yang resep, nomor SIP, ruang perawatan pasien.

27
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

Diketahui bahwa analisis kajian pelayanan sesuai PERMENKES No. 72


administrasi resep yang dilakukan di Depo tahun 2016 yaitu penulisan bentuk sediaan
IGD RSHS Bandung masih memenuhi seanyak 306 lembar resep (89,2%),
syarat standar pelayanan sesuai kekuatan sediaan sebanyak 290 lembar
PERMENKES No. 72 tahn 2016 yaitu resep (84,5%), aturan pakai sebanyak 343
penulisan nama pasien, tanggal lahir, lembar resep (100%), rute pemberian
nomor rekam medis, nama, paraf, nomor seanyak 296 lembar resep (86,3%), cara
SIP dokter, tanggal order dokter/tanggal pemberian 281 lembar resep (81,9%), dosis
resep, ruang perawatan pasien/unit. Terlihat sebanyak 343 lembar resep (100%), jumlah
dalam tabel tersebut bahwa resep yang obat sebanyak 343 lembar resep (100%)
mencantumkan nama pasien sebanyak 279 dan stabilitas obat sebanyak 293 lembar
lembar resep (81,3%), tanggal lahir resep (85,4%) serta ketersediaan obat
sebanyak 277 lembar resep (80,8%), jenis sebanyak 283 lembar resep (82,5%).
kelamin seanyak 343 lembar resep (100%), Hasil penelitian menunjukkan
nomor rekam medis sebanyak 343 lembar bahwa terdapat 18,1% resep tidak
resep (100%), berat badan sebanyak 280 mencantumkan cara pemberian obat
lembar resep (81,6%),nama dokter merupakan nilai ketidaklengkapan tertinggi
sebanyak 343lembar resep (100%), nomor dalam kajian farmasetik. Akan tetapi
SIP dokter seanyak 343 lembar resep jumlah tersebut masih dalam toleransi
(100%),parafdokter sebanyak 277 lembar karena masih di bawah angka 50%.
resep (80,8%), nama obat sebanyak 343 Sehingga kajian kelengkapan penulisan
lembar resep (100%), tanggal resep resep dari segi farmasetik masih memenuhi
sebanyak 276 lembar resep (80,5%), dan persyaratan kelengkapan penulisan resep.
ruang perawatan pasien/unit sebanyak 343 Analisis Kelengkapan Resep Berdasar-
lembar resep (100%). Dengan demikian kan Kajian Klinis
dapat di simpulkan bahwa kajian Analisis resep selanjutnya adalah
administratif masih memenuhi persyaratan berdasarkan kajian klinis, yang meliputi
sebagaimana disebutkan dalam Ketepatan pasien, Kelayakan obat, dosis,
PERMENKES No. 72 tahn 2016. frekuensi, dan rute pemberian, Duplikasi
Hasil ketidaklengkapan identitas terapeutik, Alergi obat, interaksi obat serta
pasien pada penlisan usia pasien sangat kontra indikasi
penting, apabila usia pasien tidak Berdasarkan Tabel 4.3. di atas, dapat
dicantumkan maka akan kesulitan dalam diketahui bahwa analisis kajian klinis resep
penghitungan ketepatan dosis pasien, yang dilakukan di Depo IGD RSHS
sehingga dokter harus mencantumkan usia Bandung masih memenuhi syarat standar
pasien pada resep. pelayanan sesuai PERMENKES No. 72
Analisis Kelengkapan Resep Berdasar- tahun 2016 yaitu penulisan ketepatan
kan Kajian Farmasetik indikasi sebanyak 310 lembar resep
Analisis resep selanjutnya adalah (90,4%), interaksi obat sebanyak 312
berdasarkan kajian farmasetik, yang lembar resep (91%), alergi obat sebanyak
meliputi Nama, bentuk dan kekuatan obat, 299 lembar resep (87,2%) dan kontra
Aturan pakai, Rute pemberian dan cara indikasi sebanyak 323 lembar resep
pemberian, Dosis dan jumlah obat, serta (94,2%)
Stabilitas obat.
Diketahui bahwa analisis kajian
farmasetik resep yang dilakukan di Depo
IGD RSHS masih memenuhi syarat standar

28
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

HASIL DAN PEMBAHASAN menjamin keaslian resep tersebut, dalam


penelitian ini peneliti menemukan beberapa
PERMENKES No. 72 tahun 2016 resep yang memililiki paraf dokter.
menyebutkan resep harus ditulis dengan Terdapat 277 lembar resep atau sekitar
jelas dan lengkap dan harus mencantum- 80,8% resep yang tanpa paraf dokter.
kan: nama dokter, SIP, dan alamat dokter; Dalam penelitian ini, peneliti
tanda tangan atau paraf dokter penulis menemukan 276 lembar resep atau sekitar
resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin, 80,5% resep yang tidak mencantumkan
dan berat badan pasien; nama obat, potensi, tanggal pembuatan resep. Tanggal
dosis, jumlah obat yang diminta, cara pembuatan resep sangat penting agar dapat
pemakaian; informasi lainnya. Dalam disimpan menurut urutan tanggal
penelitian ini, semua resep tercantum nama pembuatan resep dan resep yang telah
dokter penulis resep yaitu 817 lembar resep, disimpan melebihi 3 tahun dapat
811 lembar resep tidak tercantum SIP dimusnahkan. Selain itu juga agar diketahui
dokter dan 817 resep tidak tercantum tanggal pembuatan resep, sehingga pihak
alamat dokter. Nama dokter, SIP, alamat, apotek dapat memeriksa apakah resep
telepon,paraf atau tanda tangan dokter tersebut benar-benar asli atau tidak asli.
sertatanggal penulisan resep sangat penting Contohnya obat-obat golongan narkotika
dalam penulisan resep agar ketika Apoteker seperti Morfin, obat golongan ini ketika
Pengelola Apotek melakukan skrining diresepkan oleh dokter, berarti obat tersebut
resep kemudian terjadi kesalahan mengenai diperlukan pada saat itu juga. Jadi dengan
kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk adanya tanggal pembuatan resep, ketika
sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompa- terjadi selisih tanggal antara tanggal
tibilitas, cara dan lama pemberian, dokter pembuatan resep dan tanggal penebusan
penulis resep tersebut bisa dapat langsung resep, pihak apotek bisa melakukan
dihubungi untuk melalukan pemeriksaan penolakan dengan tidak melayani resep
kembali. tersebut atau menghubungi kembali dokter
Format inscriptio suatu resep dari penulis resep tersebut karena ada
rumah sakit sedikit berbeda dengan resep kemungkinan pemalsuan resep.
pada praktik pribadi. Menurut PER- Pada penelitian ini tidak ditemukan
MENKES RI No. 147/MENKES/PER/ adanya resep tanpa kekuatan obat.
I/2010 izin operasional rumah sakit adalah Kekuatan obat diperlukan dalam penentuan
izin yang diberikan untuk menye- dosis. Mengingat adanya obat yang sama
lenggarakan pelayanan kesehatan setelah tetapi dikemas dengan kekuatan berbeda,
memenuhi persyaratan dan standar. Akan misalnya Amoxan 500 mg dan Amoxan
tetapi pada lembar resep di RSHS Bandung 250 mg, maka kekuatan obat perlu ditulis
tetap mencantumkan nomor SIP dokter. Hal dalam peresepan. Tetapi biasanya ada
ini akan dapat memberikan perlindungan kesepakatan tidak tertulis dalam pelayanan
kepada pasien dan memberikan kepastian obat tersebut bahwa jika kekuatan obat
hukumserta jaminan kepada masyarakat tidak tertulis maka diberikan obat dengan
bahwa dokter tersebut benar-benar layak kekuatan kecil.
dan telah memenuhi syarat untuk Penulisan jumlah obat dalam resep
menjalankan praktik seperti yang telah mutlak diperlukan untuk menentukan
ditetapkan oleh Undang-Undang Republik lamanya terapi yang diberikan kepada
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004. pasien. Jika jumlah obat tidak dituliskan
Paraf atau tanda tangan dokter juga dalam resep, maka berapa banyak obat yang
berperan penting dalam resep agar dapat harus diberikan kepada pasien tidak dapat

29
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

ditentukan, yang berakibat pada tidak dapat diketahui penyebab tidak lengkapnya
dilayaninya resep. Dan untuk dapat penulisan resep di RSHS Bandung adalah
melayaninya diperlukan konfirmasi lagi tingginya tingkat kesibukan dokter
kepada dokter, padahal untuk konfirmasi sehubungan dengan banyaknya pasien yang
bukan merupakan hal yang mudah harus dilayani setiap harinya atau setiap
dilakukan karena mengingat tingkat kali melakukan visite.
kesibukan kedua belah pihak, yaitu dokter Selain itu format blanko resep yang
dan farmasis. Situasi ini dapat menghambat tersedia di RSHS Bandung tidak lengkap.
pelayanan dan disamping itu juga akan Akibatnya pengisian data pasien pada
dapat memberikan peluang untuk blanko resep menjadi tidak lengkap. Dalam
penyalahgunaan misalnya pada resep wawancara tersebut terungkap bahwa bagi
psikitropika. Pasien bisa saja menulis dokter tidak ada masalah untuk memenuhi
sendiri jumlah obatnya sesuai persyaratan kelengkapan resep yang diper-
keinginannya. lukan, selama formatnya dapat menunjang
Pada resep, cara pakai obat harus keperluan dan tidak mengganggu
dituliskan dengan lengkap dan jelas agar pelayanan.
tidak memicu terjadinya administration Pada bulan Maret sampai dengan
error. Misalnya obat harus diminum 1 jam Mei 2020 terjadi penurunan jumlah resep
sebelum makan, atau 2 jam sesudah makan, yang masuk ke Depo IGD RSHS
harus dikunyah dulu atau harus dihisap dibandingkan dengan jumlah resep yang
seperti permen dan sebagainya. Dengan masuk pada bulan Januari dan Pebruari
informasi tersebut diharapkan pasien akan 2020. Hal tersebut dikarenakan sedang
dapat menggunakan obat dengan benar. terjadi pandemi Covid-19 dan
Dalam penelitian ini, peneliti hanya pemberlakuan PSBB di Kota Bandung.
melihat cara pemberian atau aturan pakai Pada bulan Februari jumlah resep yang
obat seperti obat diminum 3 kali 1 sehari masuk ke Depo IGD RSHS mulai
dan obat diminum sebelum makan atau mengalami penurunan akan tetapi tidak
setelah makan, peneliti mendapatkan hasil begitu signifikan, dan pada bulan Mei 2020
343 lembar resep atau 100% resep memiliki juga terjadi kembali kenaikan jumlah resep
aturan pakai tersebut. yang masuk ke Depo IGD RSHS.
Aturan pakai atau cara pakai obat Berdasarkan pengamatan dilapangan
tergantung pada sediaan obat dan jenis obat dikaitkan dengan fenomena yang sedang
atau indikasi obat tersebut. Misalnya obat terjadi yaitu pandemi Covid-19 yang
kolesterol seperti Simvastin, obat ini menjadi faktor utama penurunan dan
diminum pada malam hari. Obat Kaptopril, kenaikan jumlah resep yang masuk ke Depo
obat ini diminum pada saat lambung IGD RSHS, dismping itu pemberlakuan
kosong (1 sampai 2 jam sebelum makan protokol Covid-19 memberikan kantribusi
atau sesudah makan) agar memaksimalkan terhadap jumlah pasien yang
penyerapan (absorbsi). penanganannya melalui IGD. Pengadaan
Akan tetapi dalam resep biasanya ruangan khusus bagi pasien Covid-19
tidak terdapat aturan spesifik seperti itu. merupakan faktor yang memberikan
Aturan atau cara pakai obat seperti itu pengaruh langsung terhadap penggunaan
sudah menjadi tugas bagi petugas ruang IGD dalam penanganan pasien rumah
apotekmengetahui aturan pakai obat-obat sakit.
tersebut tanpa harus dokter menuliskan Terkait penurunan dan kenaikan
aturan pakai tersebut.Hasil wawancara jumlah resep yang masuk ke Depo IGD
dengan salah satu dokter penulis resep RSHS dengan kajian penulisan resep baik

30
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

kajian secara administratif, kajian farmasetik. Dalam penelitian ini


farmasetik maupun kajian klinis dalam berdasarkan kajian farmasetik pada RSHS
penelitian ini, seperti dapat dilihat pada Bandung terdapat ketidaksesuaian dengan
analisis data dilapangan bahwasannya di Permenkes no. 72 tahun 2016, yang
RSHS secara keseluruhan kelengkapan menempati urutan pertama yaitu kekuatan
penulisan resep masih memenuhi sediaan, diikuti dosis obat, selanjutnya cara
persyaratan yang ditetapkan dalam penggunaan dan yang terakhir bentuk
Permenkes nomor 72 tahun 2016. sediaan. 3) Secara klinis. Kelengkapan
Berdasarkan penelitian yang kajian klinis resep yang tidak sesuai dengan
dilakukan oleh Phalke dkk., (2011) di Permenkes No. 72 tahun 2016 yang
Indiamenyebutkan bahwa kesalahan dalam tertinggi yaitu interaksi obat, selanjutnya
penulisan resep yang dilakukan olehdokter ketepatan dosis dan yang terakhir yaitu
dapat disebabkan oleh kurangnya kualifi- frekuensi pemberian obat.
kasi dari dokter tentang pencantuman
alamat praktik dokter, Surat Izin Praktik Saran
dokter, cara penulisanresep yang lengkap
1. Kepada dokter, dalam penulisan resep
dan jelas, tidak tercantumnya berat badan
diharapkan dapat mengikuti peraturan
pasien, serta ketepatan dosis. Beberapa hal
Permenkes No. 72 tahun 2016 agar
yang terjadi dilihat dari analisis data pada
dapat meningkatkan efek terapi obat
penelitian ini, diantara yaitu masih terdapat
gna meminimalisir terjadinya
ketidaklengkapan penulisan resep, walau-
kesalahan pengobatan
pun jumlahnya tidak signifikan, akan tetapi
2. Kepada apoteker, dalam pelayanan
dari ketidakleng-kapan penulisan resep
resep perlu ditingkatkan skrining resep
obat tersebut akan memberikan efek
dan mengacu pada Permenkes No. 72
terhadap proses terapi terhadap pasien.
tahun 2016 sehingga terapi obat yang
Banyaknya pasien membatasi waktu dokter
diberikan meningkat
dalam memberikan pelayanan khususnya
3. Perlu ditingkatkan lagi komunikasi
dalam kelengkapan penulisan resep,
antara dokter dan apoteker agar
sehingga hal ini memungkinkan terjadinya
meningkatkan efek terapi obat untuk
medication error.
RSHS Bandung khususnya

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Simpulan
Penelitian ini masih banyak Aslam M., Tan C., Prayitno A., 2003.
terdapat ketidakjelasan dalam penulisan Farmasi Klinis, Menuju Pengobatan
resep pasien IGD Rumah Sakit Hasan Rasional dan Penghargaan Pilihan
Sadikin Bandung berdasarkan Permenkes Pasien. Jakarta: PT. Elexmedia
No. 72 tahun 2016 tentang standar Komptindo
pelayanan resep di rumah sakit. Hasil Cohen, M. 1999. Medical Errors.
kelengkapan resep menunjukkan bahwa: 1) American Pharmaceutical
Secara adminis-trasi. Ketidaklengkapan Association. Washington DC
administrasi resep yang ditulis oleh dokter Dwiprahasto, I., Kristin, E., 2008, Masalah
pada RSHS Bandungpada urutan pertama dan Pencegahan Medication Error,
yaitu penu-lisan umur pasien, selanjutnya Bagian Farmakologi dan
penulisan ruangan dan yang terakhir yaitu Toksikologi/Clinical Epidemiology &
tanggal penulisan resep. 2) Secara
31
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2021 Vol 3 No.1 7-14 p-ISSN 2338-6851/ e-ISSN 2723-1887

Biostatistics Unit. Fakultas Australasian Medical Journal AMJ.,


Kedokteran UGM/RS.Dr.Sardjito. ed. 4, vol. 1, p. 4-8
Yogyakarta Safitri, M., Zazuli, Z., & Dentiarianti. 2016.
Eileen J. Carter,Pouch SM,Larson EL.The Studi Pengelolaan Obat-obatan
Relationship Between Emergency Look Alike (Rupa Mirip) di Instalasi
Department Crowding and Patient Farmasi Rumah Sakit X di Kota
Outcomes: A Systematic Review. Cimahi
New York : Colombia Universitry .Seminar Nasional Farmasi (SNIFA)
Schoolof Nursing: 2014. J Nurs 2 UNJANI
Scholarsh. [di citasi tanggal 2 Siregar Charles. J.P. 2006. Farmasi Klinik
februari2016]. Tersedia dari: Teori dan Penerapan. Jakarta : EGC
http://www.ncbi.nlm.nih.gov Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004).
Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Patologi Modern. Untuk Perawat. Penerapan. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Sugiyono, 2014. Metode Penelitian
Jakarta. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Hartayu, T.S., Aris, W. (2005). Kajian Bandung : Alfabeta
Kelengkapan Resep yang Berpotensi Sutoto et al., 2012. Instrumen Akreditasi
Menimbulkan Medication Error di 2 Rumah Sakit Standar Akreditasi
Rumah Sakit dan 10 Apotek di Versi 2012 1st ed., Jakarta
Yogyakarta. Hal. 89-100 Soepojo P, Koentjoro T. & Utarini A. 2002.
Hicks WE. 1995. Practice standars of Benchmarking of Hospital
ASHP. Bethesda : The American Accreditation System in Indonesia
Society ofHospital Pharmacist Inc. and Australia. Jurnal Manajemen
Mamarimbing, M., Fatimawali, B., Widdhi, Pelayanan Kesehatan, vol 5.
2012, Evaluasi Kelengkapan Swarjana, I ketut, 2012. Metodologi
Administrasi Resep dari Dokter Penelitian Kesehatan Definisi
Spesialis Anak pada Tiga Apotek di Populasi dan Sampel. Yogyakarta,
Kota Manado, Program Studi Andi Offset
Farmasi FMIPA UNSRAT, Manado
Miller, J. B. & Stiver, I. 1998. The Healing
Connection. Boston, M A :
BeaconPress
Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nur Aini, Farida. 2014. Gambaran
Penyimpanan Obat High Alert
Medication di Instalasi Farmasi
RSUD Dr.Mohamad Saleh Kota
Probolinggo. Skripsi Akademi
Farmasi Putra Indonesia Malang,
Phalke,V.D., Mishra, A., dan Sikchi,S.
2011. Prescription Writing Practices
in a Rural Tertiary Care Hospital in
Western Maharashtra, India:

32

Anda mungkin juga menyukai