KAJIAN KONAS
SILFIE DANIYAH
SBF 252020542U
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, menyebutkan bahwa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
merupakan program jaminan yang memberikan perlindungan kesehatan kepada
peserta. Adapun manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
membayar iuran atau yang iurannya dibayar oleh pemerintah. Dalam program
JKN, peserta diberikan jaminan dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan
secara komprehensif, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk obat dan alat kesehatan.
Salah satu subsistem dalam JKN adalah sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan, tentunya obat merupakan komponen penting dalam upaya
pelayanan kesehatan. Subsistem farmasi, alat kesehatan, dan makanan meliputi
berbagai kegiatan untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan,
pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan
masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan
obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui
pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Obat adalah bahan atau paduan bahan,
termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untuk manusia.
2. TUJUAN
Kebijakan obat nasional dalam pengertian luas dimaksudkan untuk
meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, untuk
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan
yang hendak dicapai. Pemilihan obat esensial yang tepat dan pemusatan upaya
pada penyediaan obat esensial tersebut terbukti telah meningkatkan akses obat
serta penggunaan obat yang rasional. Semua obat yang beredar harus dijamin
keamanan, khasiat dan mutunya agar betul betul memberikan manfaat bagi
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan justru tidak merugikan kesehatan.
Bersamaan dengan itu masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan
penyalahgunaan obat.
3. RUANG LINGKUP
Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunkan
untuk mempengaruhi atau menyedilidki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi. Dengan demikian obat mencakup produk
biologi tidak termasuk mencakup obat. Dalam hal ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat diutamakan pada obat esensial, sedangkan dari aspek jaminan
mutu diberlakukan pada semua jenis obat.
PEMBAHASAN
Untuk memperluas ruang pendanaan JKN, opsi lain yang dapat diambil
adalah perluasan ruang fiskal melalui program/kebijakan dengan beberapa kriteria
tertentu. Di antaranya adalah kemudahan implementasi program/ kebijakan serta
dampak sosial, politik, dan ekonominya. Contoh program/kebijakan dengan
kriteria tersebut adalah, antara lain, (i) menaikkan harga bahan bakar minyak
(BBM) untuk pembiayaan JKN; (ii) mengalihkan subsidi BBM, gas, dan listrik;
(iii) mengoptimalkan pajak dosa (sin tax), termasuk menambah cukai alkohol,
memberlakukan cukai minuman manis (sugar sweetened beverages) dan makanan
tidak sehat lain, serta (iv) memungut asuransi wajib rokok.
PENUTUP
10 | K E B I J A K A N O B A T N A S I O N A L
DAFTAR ACUAN
Aidha, Cut Nurul dan Adrian Chrisnahutama (2020) ‘Defisit Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Usulan Alternatif Pendanaan yang Berkelajutan.’ Policy
Brief[dalamjaringan<http://theprakarsa.org/wpcontent/uploads/2020/05/Po
licy-Brief-22-Defisit-Jaminan-Kesehatan Nasional-JKN.pdf>[3Agustus
2020].
Bank Dunia (2020) ‘Kajian Belanja Publik 2020: Belanja untuk Hasil yang Lebih
Baik.’Laporan Bank Dunia [dalam jaringan]
<https://www.worldbank.org/in/country/indonesia/publication/indonesia-
public-expenditure-review> [23 Juli 2020].
Ezoe, Satoshi, Hiroyuki Noda, Naoki Akahane, Osamu Sato, Takashi Hama,
Tatsunori Miyata, Tomohiro Terahara, Manami Fujishita, Haruka
Sakamoto, Sarah Krull Abe, Stuart Gilmour, dan Tokuaki Shobayashi
(2017) ‘Trends in Policy on the Prevention and Control of Non-
Communicable Diseases in Japan.’ Health Systems & Reform 3 (4). DOI:
https://doi.org/10.1080/23288604.2017.1347125.
11 | K E B I J A K A N O B A T N A S I O N A L
World Health Organization (2014) ‘The Case for Investing in Public Health: A
Public Health Summary Report for EPHO 8.’ Summary Report [dalam
jaringan]<https://www.euro.who.int/data/assets/pdf_file/0009/278073/C
ase-Investing-Public-Health.pdf> [3 Agustus 2020].
Wu, Fei, Hiroti Narimatsu, Xiaoqiang Li, Sho Nakamura, Ri Sho, Genming Zhao,
Yoshinori Nakata, dan Wanghong Xu (2017) ‘Non-Communicable
Diseases Control in China and Japan.’ Global Health 13: 91. DOI:
10.1186/s12992-017-0315-8.
12 | K E B I J A K A N O B A T N A S I O N A L