Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar Belakang
Subsistem farmasi, alat kesehatan, dan makanan meliputi berbagai
kegiatan untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan
mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar;
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat
esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya
dalam negeri.

Fornas tersebut merupakan daftar obat yang disusun oleh Komite


Nasional Penyusunan Formularium yang mengatur penggunaan obat
pada pelayanan kesehatan masyarakat, dan menjadi acuan bagi fasilitas
layanan kesehatan untuk penulisan resep pada era JKN. Obat yang
tercantum dalam Fornas, diupayakan diproduksi dan terdistribusi secara
merata di Indonesia.

Pemilihan obat esensial yang tepat dan pemusatan upaya pada


penyediaan obat esensial tersebut terbukti telah meningkatkan akses obat
serta penggunaan obat yang rasional.

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui kemandirian dan ketersediaan obat


era JKN. Diharapkan hasil yang diperoleh terkait kemandirian obat generik
pada era JKN dapat menjadi masukan bagi pemerintah khususnya
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk perbaikan
kemandirian dan ketersediaan obat dalam rangka pelaksanaan JKN. 3.

Dalam hal ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat


diutamakan pada obat esensial, sedangkan dari aspek jaminan mutu
diberlakukan pada semua jenis obat.

2. Pembahasan
words here to make this summary more specific to a topic.Strict Scan [?]
REKOMENDASI 1: MEMPERKECIL DEFISIT, MEMBUKA RUANG
FISKAL YANG LEBIH BESAR, DAN MENJAMIN KECUKUPAN DANA
JKN Sejauh ini, upaya-upaya untuk mengatasi defisit pembiayaan JKN
yang sudah dilakukan adalah, antara lain, pemberian dana talangan dari
aset BPJS Kesehatan, pencairan iuran PBI di muka, pembelanjaan
strategis untuk beberapa layanan kesehatan, intervensi langsung melalui
suntikan dana APBN, dan kebijakan penyesuaian iuran yang terbaru
berdasarkan Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua Perpres No. 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

Pemerintah juga perlu meningkatkan kontribusi sektor swasta, dalam hal


ini perusahaan asuransi komersial, dalam pembiayaan JKN. Untuk
mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan perbaikan mekanisme koordinasi
penyelenggara untuk menyelaraskan antara konsep ganti rugi dalam
program asuransi komersial dan layanan kesehatan terkendali dalam JKN.
Selain pendanaan dan kolaborasi dengan sektor swasta, peningkatan
efisiensi layanan perlu dilakukan untuk memastikan pembiayaan JKN
yang berkelanjutan.

Peningkatan efisiensi layanan dapat dilakukan melalui pengendalian mutu


dan biaya layanan dalam bentuk pemantauan antipenipuan, penerapan
asesmen teknologi kesehatan, dan peninjauan ulang pemanfaatan JKN,
serta pelaksanaan pembelanjaan strategis.

REKOMENDASI 2: MENGEDEPANKAN PENCEGAHAN PENYAKIT DAN


PENERAPAN PRINSIP FARMAKOEKONOMIK DALAM MANAJEMEN
PENYAKIT KATASTROPIK/KRONIS Sebagai penyakit yang
perawatannya membutuhkan waktu lama dan biaya besar, penyakit
katastropik/kronis menyerap pembiayaan JKN yang cukup besar.

Berbagai penelitian menemukan bahwa negara-negara, seperti Jepang,


Tiongkok, Selandia Baru, Finlandia, dan Inggris, yang menginvestasikan
lebih banyak anggaran kesehatannya untuk meningkatkan upaya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit berhasil menurunkan prevalensi dan
kasus kematian akibat penyakit jantung dan penyakit tidak menular
lainnya.

Pengedepanan aspek promosi kesehatan dan pencegahan penyakit


adalah tugas semua pihak, baik pemerintah dan BPJS Kesehatan maupun
pihak-pihak nonpemerintah.

KONAS dipergunakan sebagai petunjuk dalam bertindak dari berbagai


pemangku kepentingan di Indonesia KONAS merupakan sistem terbuka
berinteraksi, interelasi dan interdependensi yang sinergis dengan
lingkungan strategis baik di tingkat lokal, nasional, regional dan global
yang dinamis dan perlu mengikuti perkembangan.

Anda mungkin juga menyukai