Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

Journal homepage : http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jp

Hubungan Kualitas Sistem Informasi Farmasi dengan Pengguna dalam


Mendukung Pengelolaan Obat di Puskesmas Kota Yogyakarta
Correlation between Quality of Pharmaceutical Information System
and Users in Supporting Drug Management at Yogyakarta Primary
Health Center

Amrina Amalia Yogananda*


*Prodi Farmasi, Fakultas Industri Halal, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
e-mail : amrina@unu-jogja.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK/ABSTRACT

Kata Kunci : Penggunaan sistem informasi dalam pelayanan kefarmasian diharapkan


membantu farmasis untuk melakukan pengelolaan obat. Suatu sistem informasi
kualitas sistem
farmasi yang dikembangkan perlu dilakukan uji coba dan evaluasi sebelum
informasi farmasi,
diimplementasikan di suatu institusi. Tujuan penelitian untuk melakukan
pengguna sistem evaluasi sistem informasi farmasi dan mengetahui hubungan antara kualitas
informasi farmasi, sistem informasi farmasi terhadap pengguna dan manfaat penggunaan
pengelolaan obat, sistem informasi farmasi. Penelitian merupakan penelitian cross sectional
puskesmas dengan pendekatan analitik, dilakukan di puskesmas kota
Yogyakarta.Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan
wawancara. Subjek penelitian adalah 15 apoteker pengelola obat di
puskesmas kota Yogyakarta yang bersedia mengisi kuesioner. Data yang
diperoleh adalah data tingkat penggunaan, kepuasan pengguna, kualitas
sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, dan manfaat penggunaan sistem
informasi farmasi. Data dianalisis dengan korelasi Pearson. Hasil penelitian
menunjukkan kualitas teknologi, pengguna,dan manfaat penggunaan sistem
informasi farmasi dinilai cukup baik oleh responden dengan nilai 53,33 -
93,33%. Tidak ada hubungan antara kualitas PSS terhadap pengguna sistem
informasi farmasi (r = 0,360; p> 0,05). Ada hubungan antara pengguna
informasi farmasi terhadap manfaat penggunaan sistem informasi farmasi (r
= 0,758; p< 0,05).
Keyword : The use of information system in pharmaceutical care is expected to help
pharmacist to manage the drug. Pharmaceutical information system needed to
quality of
be tested before implementation. The aim of the study is to evaluate the
pharmaceutical pharmaceutical information system and analyze the correlation between
information system, quality of pharmaceutical information system, user of pharmaceutical
users of information system, and net benefit. This study was analytical study with cross
pharmaceutical sectional design in Yogyakarta primary health center. The instruments were
information system, questionnaire and interview. The respondent of the study was 15
drug management, pharmacists in Yogyakarta primary health center that willing to fill out the
primary health questionnaire. The data that gained was system use, user satisfaction,
center system quality, information quality, service quality, and net benefit then to
be analyzed with Pearson correlation. The result of the study was quite
good in pharmaceutical information system quality, user of pharmaceutical
information system, and net benefit (53,33 -93,33%). There was no
correlation between quality of pharmaceutical information system to user.
There was correlation between pharmaceutical information system user to
net benefit (r = 0,758; p< 0,05).

A. PENDAHULUAN
Teknologi informasi yang sedang dilakukan oleh Mpila [3], sedangkan untuk
berkembang saat ini menyediakan data aspek manajemen belum dilakukan uji
atau informasi secara cepat, akurat, dan coba terhadap sistem informasi farmasi.
efisien. Teknologi informasi yang Desain sistem yang digunakan adalah
berkembang dengan pesat harus model prototipe. Langkah-langkah dalam
diimbangi dengan pengembangan sistem informasi dengan
berkembangnya manajemen secara cepat metode prototipe adalah identifikasi
pula [1]. Penggunaan sistem informasi kebutuhan organisasi, pengembangan
semakin luas dan diterapkan pada berbagai prototipe awal, uji prototipe dan evaluasi,
sektor. Sektor kesehatan pun sudah mulai penggunaan prototipe [4]. Sistem informasi
menggunakan sistem informasi untuk farmasi PSS yang dikembangkan dengan
membantu pelayanan kesehatan. Puskesmas metode prototipe belum dilakukan uji coba
sebagai salah satu fasilitas kesehatan primer dan evaluasi sehingga sebelum
juga perlu didukung dengan pengelolaan diimplementasikan, harus dilakukan analisis
data dan informasi yang baik. Kebanyakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
puskesmas di Daerah Istimewa Yogyakarta organisasi.
kebanyakan masih menggunakan Menurut Yusof [5], untuk memperoleh
sistem manual untuk manfaat dari penerapan sistem informasi
pengelolaan obat. PSS, diperlukan kesesuaian antara faktor
Pengelolaan data obat secara manual, pengguna dengan teknologi. Dengan
mempunyai banyak kelemahan, antara lain demikian, peneliti ingin melakukan
waktu yang diperlukan cukup lama, hasil penelitian mengenai evaluasi sistem
yang diperoleh kurang akurat, dan informasi farmasi PSS dalam pengelolaan
kemungkinan terjadinya kesalahan semakin obat meliputi pengguna sistem informasi
besar. Pengelolaan perbekalan farmasi farmasi dan teknologi (sistem informasi
yang baik akan menunjang pelayanan farmasi PSS) untuk mendapatkan manfaat
farmasi di puskesmas yang baik pula kepada terhadap penggunaan sistem informasi
pasien [2]. Sistem informasi farmasi farmasi PSS. Aspek yang diteliti dalam
yang dikembangkan oleh Pusat Kajian dan penelitian meliputi gambaran kualitas
Konsultasi Industri, Manajemen, dan sistem informasi farmasi, gambaran
Pelayanan Kefarmasian Universitas Gadjah pengguna sistem informasi farmasi,
Mada disebut pharmacy support system gambaran manfaat bagi pengguna sistem
(PSS). Sistem informasi farmasi PSS infromasi, serta mengetahui hubungan
diharapkan akan membantu pekerjaan kualitas sistem informasi farmasi terhadap
kefamasian dalam hal manajemen atau pengguna dan manfaat yang diperoleh
pengelolaan obat dan farmasi klinik. Untuk pengguna.
uji coba terhadap aspek farmasi klinik, sudah
Penelitian dimulai dengan sosialisasi
sistem informasi PSS kepada apoteker,
B. METODE PENELITIAN dilanjutkan dengan uji coba sistem
informasi PSS. Pada tahap uji coba PSS,
Penelitian tersebut merupakan responden diminta untuk memasukkan
penelitian analitik dengan rancangan cross data resep, transaksi penjualan dan
sectional. Subjek penelitian adalah apoteker pembelian yang dilakukan ke dalam PSS.
penanggung jawab farmasi di puskesmas Setelah uji coba, kemudian responden
kota Yogyakarta yang berjumlah 15 orang. diberikan kuesioner dan dilakukan
Instrumen penelitian yang digunakan wawancara.
adalah kuesioner dan wawancara kepada
pengguna sistem informasi farmasi. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan kuesioner memodifikasi
instrumen yang dilakukan oleh Pratiwi [6] Karakteristik Responden
dengan menggunakan skala likert 1 sampai Berdasarkan jenis kelamin, jumlah
4 disesuaikan dengan kondisi PSS yang responden penelitian lebih banyak wanita
masih dalam tahapan uji coba. (93,99%) dan hanya 1 orang yang berjenis
Variabel yang diteliti adalah teknologi kelamin laki-laki (6,67%). Berdasarkan masa
(sistem informasi PSS), pengguna sistem kerja, sebanyak 13,33% responden
informasi farmasi PSS, dan manfaat memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun,
penggunaan sistem informasi farmasi PSS. sedangkan sebanyak 60,00% memiliki
Variabel teknologi meliputi aspek kualitas masa kerja 1-5 tahun, dan sebanyak
sistem (kemudahan penggunaan, 26,67% memiliki masa kerja lebih dari 5
kelengkapan, kehandalan, kemudahan tahun-10 tahun. Seluruh responden
dipelajari, keamanan), aspek kualitas penelitian berusia 25-35 tahun dan
informasi (informasi PSS lengkap, akurat, memiliki tingkat pendidikan sarjana.
mudag dipahami, dapat diuji Seluruh pengelola obat di puskesmas kota
kebenarannya, informasi selalu tersedia, Yogyakarta memiliki jabatan sebagai
informasi relevan dengan pekerjaan), dan apoteker. Penanggung jawab pelayanan
aspek kualitas layanan (kualitas layanan, kefarmasian di puskesmas adalah seorang
respon cepat, sikap empati, menyelesaikan apoteker [7].
masalah sampai selesai). Variabel pengguna
meliputi penggunaan sistem (minat Kualitas Sistem Informasi Farmasi
pengguna dalam menggunakan PSS, PSS Kualitas sistem informasi farmasi
mempermudah pekerjaan, pengguna meliputi kualitas sistem, kualitas informasi,
memgikuti pelatihan, keterampilan dan kualitas layanan. Hasil penelitian
menggunakan PSS) dan kepuasan mengenai kualitas sistem informasi farmasi
pengguna (teknologi membantu pekerjaan, dapat dilihat pada tabel 1 sampai 3.
menghemat waktu, senang bekerja dengan Sebanyak 93,33% responden menilai
PSS, PSS memuaskan, kemampuan PSS kualitas sistem yang dimiliki sistem informasi
sesuai tugas). Variabel manfaat meliputi farmasi cukup baik (Tabel 1). Sistem
akses informasi, efektif, efisien, dan tingkat informasi farmasi cukup mudah digunakan
kesalahan pada sistem informasi farmasi dan dipelajari karena menggunakan
PSS. bahasa yang mudah dimengerti pada
Untuk mengetahui hubungan antara tampilan menu. Menu yang tersedia pada
kualitas, pengguna, dan manfaat sistem informasi farmasi juga cukup lengkap
penggunaan sistem informasi farmasi karena memuat menu keluar masuknya
menggunakan korelasi Pearson. obat (transaksi pembelian, transaksi
Wawancara dilakukan kepada apoteker penjualan, data kunjungan), barang rusak
untuk menggali lebih dalam mengenai atau kadaluwarsa, jumlah stok minimal
permasalahan yang terjadi dalam sehingga membantu apoteker untuk
penggunaan sistem informasi farmasi. melakukan pengelolaan obat. Sistem
informasi farmasi cukup handal karena data
sisa stok obat yang ditampilkan sesuai
dengan perhitungan
manual jika responden memasukkan data Tabel 3. Gambaran Kualitas Layanan pada
dengan benar. Hak akses atau password Sistem Informasi Farmasidi Puskesmas Kota
diperlukan untuk menjaga kerahasian Yogyakarta
informasi yang terdapat dalam sistem
infromasi farmasi sehingga tidak semua Kriteria Skor Frekuensi Persentase
orang dapat mengakses, orang yang (%)
mengakses sistem informasi farmasi sesuai Baik >12-16 0 0,00
dengan kewenangan masing-masing. Cukup Baik >8-12 11 73,33
Penelitian yang dilakukan Hastuti [8] Kurang Baik 4-8 4 26,67
menunjukkan bahwa kepuasan pengguna Jumlah 15 100
terhadap sistem informasi masih rendah
disebabkan keluaran sistem informasi yang Sebanyak 80% responden menilai
kurang berkualitas dan belum membantu kualitas informasi cukup baik dan sebanyak
dalam manajemen obat seperti 20% responden menilai kualitas informasi
pengendalian stok, pelaporan, distribusi, kurang baik (Tabel 2). Kualitas informasi
serta mutasi obat sehingga perlu perbaikan dinilai berdasarkan keluaran sistem informasi
untuk kelengkapan, keakuratan, dan yang dihasilkan [9]. Kekurangan sistem
kecukupan sistem informasi. Sesuai dengan informasi farmasi pada saat uji coba yang
penelitian tersebut, meskipun responden menjadi penyebab responden menilai
menilai kualitas sistem cukup baik, tetap kurang antara lain belum adanya informasi
perlu dilakukan perbaikan pada PSS. mengenai tanggal kadaluwarsa obat
Perbaikan PSS diperlukan karena pada saat sehingga untuk mengetahui kadaluwarsa
uji coba PSS, harga jual beberapa item obat, petugas harus memeriksa fisik obat,
obat tidak dapat ditampilkan sehingga kemudian jumlah obat yang sudah
responden tidak dapat memasukkan data kadaluwarsa atau rusak dimasukkan di menu
penjualan obat, belum adanya tanggal obat rusak sehingga akan otomatis
kadaluwarsa obat pada bagian transaksi mengurangi stok. Ada beberapa item obat
pembelian. PSS masih memiliki kekurangan yang tidak dapat ditampilkan sehingga
sehingga sebelum diimplementasikan di tidak dapat mengurangi stok. Adanya
suatu institusi, perlu dilakukan perbaikan kesalahan saat entry data sehingga sisa stok
terlebih dahulu. tidak sesuai dengan seharusnya. Sistem
informasi farmasi saat uji coba
membutuhkan akses internet sehingga data
Tabel 1. Gambaran Kualitas Sistem pada keseluruhan yang dimasukkan dapat terlihat.
Sistem Informasi Farmasi di Puskesmas Kota Ada responden yang menilai kurang setuju
Yogyakarta jika sistem informasi farmasi digunakan
secara online karena data seluruh fasilitas
Kriteria Skor Frekuensi Persentase kesehatan (faskes) dapat terlihat, tetapi
(%) tidak bisa untuk melihat data satu faskes.
Baik >15-20 1 6,67 Hal tersebut dapat diatasi salah satunya
Cukup Baik >10-15 14 93,33
dengan adanya username dan password
Kurang Baik 5-10 0 0
yang spesifik untuk masing-masing
Jumlah 15 100
puskesmas sehingga data untuk satu faskes
dapat terlihat dan tersusun dengan baik
Tabel 2. Gambaran Kualitas Informasi
[10]
. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
pada Sistem Informasi Farmasidi Puskesmas dengan memasang versi offline dari sistem
Kota Yogyakarta informasi farmasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan institusi.
Kriteria Skor Frekuensi Persentase Tabel 3 memberikan gambaran
(%) kualitas layanan dari sistem infromasi
Baik >18-24 0 0,00 farmasi, sebanyak 73,33% responden
Cukup Baik >12-18 12 80,00 menilai kualitas layanan sistem informasi
Kurang Baik 6-12 3 20,00 farmasi cukup baik dan sebanyak 26,67%
Jumlah 15 100 menilai kualitas layanan kurang baik.
Adanya responden yang menilai kurang nyaman dengan sistem manual yang
baik kualitas pelayanan dapat disebabkan diterapkan di puskesmas. Perlu dilakukan
adanya kesalahan atau error pada menu pelatihan-pelatihan kepada pengguna
edit data yang belum terselesaikan saat uji sebelum sistem informasi farmasi diterapkan
coba. Untuk mengatasi permasalahan sehingga semua pengguna mampu
tersebut diperlukan waktu yang lebih lama menggunakan dengan baik. Dalam uji coba
untuk memeriksa dan mengatur ulang sistem informasi farmasi sebagian besar
pengaturan di sistem informasi farmasi responden sudah cukup terampil dalam
sehingga pada saat uji coba belum dapat menggunakan sistem informasi farmasi.
teratasi. Sistem informasi farmasi yang Sesuai dengan penelitian Purba [12], teknologi
diujicobakan secara bersamaan dan jika yang mudah digunakan berpengaruh pada
nyala listrik kurang stabil menyebabkan saat frekuensi penggunaan sistem informasi
data akan disimpan terjadi gangguan dan walaupun pengguna tidak memiliki latar
terhenti sebelum data berhasil disimpan belakang pendidikan formal maupun
sehingga harus dilakukan input ulang data. informal di bidang komputer. Sistem
Salah satu langkah untuk mengatasi hal informasi farmasi akan mempermudah
tersebut jika sistem informasi farmasi pekerjaan karena akan membantu
diimplementasikan di puskesmas dengan apoteker untuk memantau stok obat
memberikan pelatihan kepada tim IT terutama dengan adanya menu stok kosong
puskesmas sehingga dapat diatasi oleh apoteker dapat merekomendasikan kepada
internal puskesmas tidak perlu menunggu dokter untuk mengganti obat yang kosong
penanganan dari pihak provider dan tidak tersebut ataupun untuk melakukan
diperlukan waktu yang lama untuk pemesanan obat melalui Laporan Pemakain
menyelesaikan permasalahan tersebut, dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) saat
kecuali untuk permasalahan tertentu yang stok obat berada kurang dari stok
dibutuhkan penanganan dari pihak minimum.
provider.
Kualitas layanan akan mempengaruhi Tabel 4. Gambaran Penggunaan Sistem
niat pengguna untuk menggunakan sistem Informasi Farmasi di Puskesmas Kota
informasi dan kepuasan pengguna [9]. Yogyakarta
Kualitas layanan adalah dukungan sistem
dari departemen information and Kriteria Skor Frekuensi Persentase
technology (IT) kepada pengguna sistem (%)
informasi, penggunaan sistem adalah tingkat Baik >12-16 6 40,00
dan cara pengguna memanfaatkan Cukup Baik >8-12 8 53,33
Kurang Baik 4-8 1 6,67
kemampuan sistem informasi. Pelatihan dan
Jumlah 15 100
edukasi mengenai sistem informasi akan
berpengaruh pada tahap awal penggunaan
sistem informasi [11]. Sistem informasi farmasi
Tabel 5. Gambaran Kepuasan Pengguna
masih dalam tahapan uji coba sehingga
Sistem Informasi Farmasi di Puskesmas Kota
pelatihan dan edukasi kepada sangat
Yogyakarta
mempengaruhi kepuasan pengguna.
Kriteria Skor Frekuensi Persentase
Pengguna Sistem Informasi Farmasi (%)
Baik >15-20 4 26,67
Parameter pengguna sistem informasi
Cukup Baik >10-15 11 73,33
farmasi meliputi tingkat penggunaan
Kurang Baik 5-10 0 0,00
sistem dan kepuasan pengguna sistem
Jumlah 15 100
informasi farmasi dapat dilihat pada tabel 4
dan 5. Berdasarkan Tabel 4, sebanyak
Sebanyak 73,33% responden menilai
6,67% responden menilai sistem informasi
cukup puas dengan sistem informasi
farmasi kurang baik. Hal tersebut dapat
farmasi sesuai tabel 5, tetapi masih
disebabkan responden belum terbiasa
terdapat beberapa kekurangan pada sistem
menggunakan sistem informasi farmasi
informasi
dan sudah merasa
farmasi. Kekurangan yang dirasakan yang dapat dilihat pada Tabel 6.
responden saat uji coba sistem informasi Responden yang menilai kurang baik dapat
farmasi adalah banyak kolom yang harus disebabkan sistem informasi farmasi masih
diisi, Untuk meningkatkan kepuasan belum efektif jika diimplementasikan di
pengguna di puskesmas, perlu dilakukan puskesmas serta kemampuan sistem
penyesuaiaan antara sistem informasi farmasi informasi farmasi untuk menurunkan
dengan kebutuhan di puskesmas, seperti tingkat kesalahan pengguna dalam
sistem informasi farmasi ibuat sesuai dengan memasukkan data masih perlu dilakukan
format LPLPO sehingga apoteker tidak perbaikan. Sistem informasi farmasi belum
perlu melakukan entry data dua kali, perlu mampu menghasilkan laporan sesuai yang
ditambahkan menu peringatan untuk barang dibutuhkan oleh pengguna, jika sitem
yang hampir kadaluwarsa, perlu informasi farmasi akan diimplementasikan
ditambahkan menu edit untuk obat-obat di puskesmas, apoteker akan melakukan
yang keluar, meminimalkan jumlah kolom entry data dua kali, yaitu ke dalam sistem
yang harus diisi. Sistem informasi farmasi informasi farmasi dan data LPLPO. Perlu
cukup mampu mengendalikan stok obat. ada peringatan pada sistem jika terjadi
Dengan adanya menu stok kosong dimana kesalahan entry data oleh pengguna
menu tersebut menunjukkan bahwa obat sehingga tidak terjadi selisih jumlah obat
berada di bawah stok minimum sehingga yang besar antara sisa stok pada sistem
menjadi peringatan bagi apoteker untuk informasi farmasi dengan sisa stok secara
melakukan pemesanan kembali ataupun fisik. Seluruh indikator pada manfaat bagi
merekomendasikan kepada dokter untuk pengguna PSS memiliki nilai cukup baik.
mengganti obat yang masih memiliki sisa
di atas stok minimal. Tabel 6. Gambaran Manfaat bagi
Kekurangan PSS yang dirasakan Pengguna Sistem Informasi Farmasi di
responden saat uji coba adalah banyak Puskesmas Kota Yogyakarta
kolom yang harus diisi, sesuai dengan
penelitian Purba [12] yang mengatakan Kriteria Skor Frekuensi Persentase
kekurangan SIRS adanya entry data yang (%)
berulang. Hasil penelitian juga sesuai dengan Baik >12-16 2 13,33
Cukup Baik >8-12 11 73,33
penelitian Kunaedi [13] yang mengatakan
Kurang Baik 4-8 2 13,33
bahwa rata-rata kepuasan pengguna Jumlah 9 100
sistem informasi manajemen farmasi
termasuk kategori sedang karena sering Sistem informasi yang akan digunakan
terjadi error saat entry data. Untuk harus sesuai dengan kebutuhan pengguna
meningkatkan kepuasan pengguna PSS di sehingga dapat membantu meningkatkan
puskesmas, perlu dilakukan penyesuaiaan kinerja bagi pengguna [12]. Sistem informasi
antara PSS dengan kebutuhan di farmasi PSS memudahkan pengguna untuk
puskesmas, seperti PSS dibuat sesuai untuk mendapatkan informasi mengenai
dengan format LPLPO sehingga apoteker stok obat yang dapat dilihat setiap saat,
tidak perlu melakukan entry data dua kali, ada menu stok kosong yang menunjukkan
perlu ditambahkan menu peringatan untuk stok obat yang berada di bawah stok
barang yang hampir kadaluwarsa, perlu minimal ataupun stok obat, dan efisiensi
waktu dalam bekerja karena obat masuk dan
ditambahkan menu edit untuk obat-obat
keluar langsung dimasukkan ke dalam
yang keluar, meminimalkan jumlah kolom
sistem informasi farmasi sehingga dapat
yang harus diisi. diketahui stok obat terbaru.
Manfaat bagi Pengguna Sistem Informasi
Farmasi Hubungan Kualitas Sistem Informasi
Sebanyak 13,33% responden menilai Farmasi, Pengguna, dan Manfaat
sistem informasi farmasi masih kurang dalam Sebelum dilakukan analisis hubungan
memberikan manfaat bagi penggunaseperti antar variabel, dilakukan analisis
normalitas
data. Uji normalitas menggunakan one informasi farmasi tidak akan
sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data mempengaruhi pengguna tersebut.
termasuk terdistribusi normal jika p-value Berdasar tabel 7, diketahui nilai koefisien
lebih dari 0,05. Seluruh variabel penelitian korelasi antara pengguna sistem informasi
terdistribusi normal karena seluruh variabel farmasi terhadap manfaat penggunaan
memiliki nilai p lebih dari 0,05. Nilai p informasi farmasi sebesar 0,758. Nilai
untuk pengguna bernilai 0,910; untuk koefisien korelasi tersebut menunjukkan
kualitas sistem informasi farmasi sebesar korelasi kuat [14]. Nilai p antara pengguna
0,789; untuk manfaat sebesar 0,081. sistem informasi farmasi terhadap manfaat
penggunaan sistem informasi farmasi sebesar
Tabel 7. Hubungan Antara Kualitas, 0,001 sehingga H0 ditolak, terdapat
Pengguna, dan Manfaat Penggunaan Sistem hubungan antara pengguna sistem informasi
Informasi Farmasi farmasi terhadap manfaat penggunaan
sistem informasi. Menurut Yusof [5],
Variabel X Variabel Y Koefisien p-value manfaat dapat dinilai dengan manfaat
Korelasi Pearson
Teknologi Pengguna 0,360 0,188 langsung, pengaruh terhadap pekerjaan,
Pengguna Manfaat 0,758 0,001 efisiensi, keefektivan, penurunan
kesalahan, dan penurunan biaya. Sejalan
dengan hal tersebut, manusia sebagai
Berdasar tabel 7, diketahui nilai koefisien
pengguna sistem informasi farmasi dan
korelasi antara kualitas dan pengguna sistem
manfaat terhadap pengguna menunjukkan
informasi farmasi sebesar 0,360. Nilai
hubungan yang sangat kuat. Menurut
koefisien korelasi tersebut menunjukkan
responden, jika sistem informasi farmasi
korelasi rendah [14]. Nilai p antara kualitas
akan diimplementasikan di puskesmas,
dan pengguna sistem informasi farmasi
sistem informasi farmasi dapat
sebesar 0,188 sehingga H0 diterima, tidak
memberikan akses informasi yang
terdapat hubungan antara kualitas sistem dibutuhkan pengguna, membuat pekerjaan
informasi farmasi terhadap pengguna. Sistem menjadi lebih efektif dan efisien, serta
informasi kesehatan tidak akan menurunkan tingkat kesalahan. Sistem
memberikan manfaat jika tidak digunakan informasi farmasi dipandang mampu
oleh pengguna dan pengguna sistem mendukung pengelolaan obat dan
informasi tidak akan menggunakan jika ada pelayanan di puskesmas karena aspek
penghalang (barrier) pada penggunaan pengelolaan obat dan klinis terdapat dalam
sistem. Beberapa barrier penerapan sistem satu sistem, adanya stok obat kosong yang
sistem informasi antara lain kurang akan membantu apoteker untuk melakukan
terampil dalam menggunakan, tidak permintaan obat ataupun memberikan
menerima penggunaan sistem informasi, rekomendasi obat, membantu
dukungan yang kurang dari staf, pengendalian stok obat sebagai data
perubahan dari sistem sebelumnya [5]. Hal pembanding untuk stok manual.
tersebut karena sistem informasi farmasi
masih dalam tahap uji coba, masih ada
beberapa kekurangan pada tampilan D. KESIMPULAN
sistem informasi farmasi dan perlu
perbaikan sebelum diimplementasikan. Hasil penelitian menunjukkan kualitas
Selain itu, beberapa responden sudah sistem informasi farmasi PSS, pengguna
terbiasa dengan sistem manual dalam sistem informasi farmasi PSS, dan manfaat
pengelolaan obat sehingga masih perlu penggunaan sistem informasi farmasi PSS
penyesuaian dalam menggunakan sistem dinilai cukup baik oleh responden. Tidak
informasi farmasi. Sistem informasi farmasi ada hubungan antara kualitas sistem
juga masih dalam tahap uji coba, tidak ada informasi farmasi PSS terhadap pengguna
keharusan untuk menggunakan sistem sistem informasi farmasi PSS di puskesmas
informasi farmasi dan tidak ada sanksi kota Yogyakarta. Ada hubungan antara
yang dikenakan jika tidak menggunakan pengguna sistem informasi farmasi PSS
sehingga penggunaan sistem terhadap
manfaat penggunaan sistem informasi 7. Kementerian Kesehatan. Peraturan
farmasi PSS di puskesmas kota Yogyakarta. menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 74 Tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas.
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016.
Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang
8. Hastuti N. Analisis kepuasan pengguna
telah membantu sehingga penelitian ini
sistem informasi manajemen farmasi di
dapat terselesaikan dengan baik.
RSUD Dr. Moewardi Surakarta [Tesis].
Terimakasih terutama penulis sampaikan
kepada seluruh apoteker di puskesmas Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
Kota Yogyakarta yang bersedia menjadi 2011.
responden sehingga penelitian ini dapat
berjalan. 9. Jogiyanto. Model kesuksesan sistem
teknologi informasi. Yogyakarta: Andi
Offset; 2007.

PUSTAKA 10. Wibisono S, Munawaroh S. Sistem


informasi manajemen puskesmas
1. Sabarguna BS. Decision support system (Simpuskesmas) berbasis cloud
(DSS)/ sistem bantu keputusan (SBK) computing. Jurnal Teknologi Informasi
Untuk Pendukung pengambilan DINAMIK, 2012; 17(2): 141–146.
keputusan manajerial Di rumah sakit.
Yogyakarta: Konsorsium RSI Jateng-DIY; 11. Petter S, DeLone W, McLean E.
2004. Measuring information systems success:
models, dimensions, Measures, and
2. Kementerian Kesehatan. Sikda generik Interrelationships. European Journal of
Buletin Jendela Data dan Informasi Information Systems. 2008; 17: 236–
Kesehatan. Jakarta: Kementerian 263.
Kesehatan RI; 2011.
12. Purba EL. Akseptansi dan kepuasan
3. Mpila DA. Evaluasi pharmacy support pengguna sistem informasi rumah sakit
system (PSS) dalam identifikasi drug (SIRS) di rumah sakit umum daerah
related problems (DRPs) potensial pada (RSUD) Pematangsiantar [Tesis].
terapi pasien dengan penyakit Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
kardiovaskular [Tesis]. Yogyakarta: 2007.
Universitas Gadjah Mada; 2016.
13. Kunaedi A. Evaluasi dampak penerapan
4. Husein M, Wibowo A. Sistem sistem informasi manajemen farmasi
informasi manajemen. Yogyakarta: ditinjau dari kepuasan pengguna di
AMP JKPM; 2002. rumah sakit Pertamina Cirebon [Tesis].
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada;
5. Yusof MM, Paul RJ, Stergioulas LK. 2009.
Towards a framework for health
information systems evaluation. In: 14. Sugiyono. Statistika untuk penelitian.
Proceedings of the 39th Annual Hawaii Bandung: Alfabeta; 2015.
International Conference on System
Sciences (HICSS’06). IEEE; 2006. p. 1–
10.

6. Pratiwi A. Analisis penerapan sistem


informasi manajemen farmasi di rumah
sakit mata Dr. YAP Yogyakarta dengan
HOT fit model [Tesis]. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada; 2012.

Anda mungkin juga menyukai