Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Kemajuan TIK telah banyak berperan di dalam meningkatkan efisiensi serta
memperluas akses layanan kesehatan.Pelayanan kesehatan saat ini sudah dimulai dengan
menggunakan komputer berbasis TIK atau disebut sebagai e-health, sedangkan di bidang
pelayanan kefarmasian berbasis TIK disebut e-pharmacy.
Menurut Permenkes No.26 Tahun 2018 dimana E-Farmasi adalah sistem elektronik
yang digunakan dalam penyelenggaraan kefarmasian. Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi
yang selanjutnya disingkat PSEF adalah badan hukum yang menyediakan, mengelola, dan/atau
mengoperasikan E-Farmasi untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain.
Era industri 4.0 yang mengutamakan penggunaan sistem informasi, internet, serta
kecerdasan buatan sudah merambah ke berbagai sektor, termasuk dalam sektor farmasi. Salah
satu wujud nyata peranan teknologi terhadap dunia farmasi adalah munculnya e-prescribing atau
resep elektronik. E-prescribing merupakan perangkat lunak yang dirancang secara spesifik untuk
memudahkan pelayanan peresepan obat, mulai dari penulisan resep (prescribing), pembacaan
resep (transcribing), penyiapan hingga penyerahan resep (dispensing), serta administrasi dan
monitoring.
Berdasarkan pengamatan Troyen A. Brennan, MD, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala
Petugas Medis CVS Health, sering ditemukan pasien yang tidak mengetahui bahwa obat mereka
yang tertera dalam resep tidak tercakup atau memiliki harga yang lebih tinggi dari perkiraan
hingga mereka sampai di apotek. Hal ini mengakibatkan pasien tidak mengisi resep, tidak patuh.
Pada akhirnya, biaya perawatan kesehatan malah bertambah tinggi karena pasien tidak
melaksanakan terapi kesehatan dengan obat-obatan sehingga penyakit yang diderita tak kunjung
sembuh.