Anda di halaman 1dari 6

Tugas

TEKNOLOGI FARMASI
REVIEW E-FARMASI

Oleh :

MERLYN H. IBRAHIM
O1B1 19 025

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
E-FARMASI

A. Pengertian E-Farmasi
E-Farmasi adalah sistem elektronik yang digunakan dalam penyelenggaraan
kefarmasian. Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi yang selanjutnya disingkat
PSEF adalah badan hukum yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan
E-Farmasi untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain.
E-Farmasi adalah media dalam memperoleh berbagai sediaan farmasi yang
menggunakan internet sebagai media penjualannya. Pada era pelayanan e-farmasi
nantinya, apoteker harus memastikan informasi obat yang disampaikan sudah
diterima dan dimengerti oleh pasien serta pengantaran obat harus dalam keadaan
tertutup dan menjamin kerahasiaan pasien. Ada berbagai macam pro dan kontra
dalam menanggapi hal ini. Hal yang paling utama difikirkan adalah dampaknya bagi
masyarakat dan juga apoteker itu sendiri, serta bagi oknum yang terlibat pada
penjualannya.
Persyaratan untuk memperoleh Pendaftaran PSEF terdiri atas:
1. STRA;
2. surat izin praktik apoteker;
3. dokumen proses bisnis aplikasi E-Farmasi;
4. perangkat untuk akses data ketersediaan sediaan farmasi, Alat Kesehatan, dan
BMHP dengan disertai petunjuk manualnya; dan
5. data Industri Farmasi, PBF dan/atau Apotek yang bekerjasama dengan PSEF.
B. Resep Elektronik
Resep yang dapat dilayani adalah Resep elektronik dan Resep non elektronik
yang dapat diverifikasi. Resep yang tidak dapat dilayani adalah resep yang tidak bisa
diverifikasi dokter penulis resepnya dan menunjukkan indikasi potensi adanya
penyalahgunaan obat. Resep harus disimpan setidaknya 5 tahun untuk menjaga
kerahasiaan data pasien dan penelusuran riwayat pengobatan.
Era industri 4.0 yang mengutamakan penggunaan sistem informasi, internet,
serta kecerdasan buatan sudah merambah ke berbagai sektor, termasuk dalam sektor
farmasi. Salah satu wujud nyata peranan teknologi terhadap dunia farmasi adalah
munculnya e-prescribing atau resep elektronik. E-prescribing merupakan perangkat
lunak yang dirancang secara spesifik untuk memudahkan pelayanan peresepan obat,
mulai dari penulisan resep (prescribing), pembacaan resep (transcribing), penyiapan
hingga penyerahan resep (dispensing), serta administrasi dan monitoring.
The Pharmacy Benefit Manager of CVS Health¸ sebuah perusahaan
kefarmasian di Amerika Serikat, melaksanakan e-prescribing dengan
mempertimbangkan kegunaan serta manfaat yang dapat diperoleh. Beberapa
kegunaan resep elektronik yang menjadi alasan utama penerapannya adalah sebagai
pemberi informasi tercepat terkait biaya obat serta pengurangan jumlah obat yang
harus ditebus, serta penyedia alternatif obat yang lebih murah.
Dr. Adamson, asisten profesor di Departemen Dermatologi dari University of
North Carolina, Chapel Hill, melakukan sebuah penelitian terhadap lebih dari 2.500
pasien klinik dermatologi dan menemukan bahwa keberadaan resep elektronik atau e-
prescribing dapat menurunkan tingkat ketidakpatuhan pasien dalam penebusan obat
dengan cukup signifikan. Penggunaan resep elektronik menunjukkan selisih risiko
ketidakpatuhan penebusan obat sebesar 17% lebih rendah dibandingkan dengan resep
kertas. Tak hanya itu, e-prescribing juga bermanfaat mengurangi risiko terjadinya
kesalahan membaca dan menerjemahkan resep, meningkatkan akurasi dosis dan
indikasi obat, mempercepat tahapan input data, memudahkan proses administrasi dan
pencatatan sejarah penggunaan obat pasien, hingga menghemat kertas.
Keberadaan resep elektronik memang memberikan begitu banyak keuntungan.
Kendala utama terwujudnya e-prescribing di rumah sakit dan klinik adalah biaya
pelaksanaan yang tidak sedikit, serta adaptasi tenaga kerja kesehatan yang
memerlukan waktu yang lama. Meskipun pekerja kesehatan sudah diimingi dengan
insentif untuk mengadopsi resep elektronik, masih banyak organisasi yang kesulitan
beradaptasi dengan sistem ini.
Permasalahan lain yang mungkin menjadi kesulitan pengembangan resep
elektronik adalah pelanggaran keamanan. Sistem e-prescribing yang berbasis web
dapat digunakan semua orang sehingga rentan terhadap pelanggaran keamanan.
Dalam transaksi resep elektronik, terdapat banyak data kesehatan rahasia yang dapat
disalahgunakan apabila prosedur keamanan tidak dijalankan dengan baik.
Di Indonesia sendiri, penggunaan e-prescribing masih sangat jarang karena
teknologi yang dianggap kurang memadai, serta sikap tenaga kerja medis yang belum
siap menerima sistem baru. Meskipun begitu, sudah ada beberapa rumah sakit
nusantara yang menyediakan pelayanan resep elektronik. Salah satu contohnya adalah
RSUP Dr. Sardjito sejak 2014. Namun, praktik resep elektronik ini hanya
diimpelentasikan di beberapa poli (poli edelwise) saja dan tidak diterapkan untuk
penyakit-penyakit kronis karena dikhawatirkan menimbulkan kesalahan.
Sebenarnya, keberadaan e-prescribing, terutama di Indonesia, masih kerap kali
menjadi perbincangan hangat di dunia kefarmasian. Fakta bahwa negara lain mampu
menyukseskan penggunaan resep elektronik meskipun harus menghadapi banyak
kesulitan di awal menjadi acuan bahwa Indonesia mungkin akan menggunakan sistem
yang sama di masa yang akan datang. Namun, semua itu kembali bergantung pada
ketersediaan dana serta inisiatif sumber daya manusia untuk turut berpartisipasi
dalam pelaksanaannya.
C. Informasi Obat
Pemberian informasi Obat dilakukan sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian di Apotek. Informasi obat dapat disampaikan secara tertulis dengan
disertai dengan tandatangan Apoteker, atau dengan video call, telpon, atau alat
elektronik lain yang dapat dipastikan integritasnya.
Produk yang dapat diberikan dalam pelayanan e-farmasi adalah:
1. Sedian Farmasi:Obat,obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik
2. Obat termasuk obat bebas dan obat keras dengan resep dokter.
D. Jasa Antaran
Pengantaran dapat dilakukan oleh jasa pengantaran yang merupakan bagian dari
apotek maupun pihak ketiga penyedia jasa antaran yang memiliki perjanjian
kerjasama dengan apotek dan PSE e-Farmasi.
E. Pembinaan Dan Pengawasan
1. Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
2. Kementerian Kesehatan memiliki sistem yang memungkinkan pemantauan
terhadap Apotek yang tergabung dalam e-farmasi
3. Terkait pengawasan sediaan farmasi dilakukan oleh Badan POM.
Referensi
Arifin, Sjamsul. dan Dirgahayu, Teguh. 2017. Evaluasi Implementasi Modul E-
Prescribing Rumah Sakit dengan Metode Pieces. Dikutip dari
https://www.researchgate.net/publication/322968058_Evaluasi_Implementasi_M
odul_EPrescribing_Rumah_Sakit_dengan_Metode_Pieces

Modern Medicine Network. 2015. E-prescribing update for health execs: Where are
we now? Dikutip dari http://www.managedhealthcareexecutive.com/mhe-
articles/e-prescribing-update-health-execs-where-are-we-now/page/0/1

Margareta Susi Widiastuti dan Iwan Dwiprahasto, 2014, Peran Resep Elektronik
Dalam Meningkatkanmedication Safetypada Proses Peresepan, Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan, 17 (1).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 Tentang


Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan

Wathoni, Nasrul., et al. 2016. Penelitian Buktikan Resep Elektronik Mampu


Tingkatkan Kepatuhan Pasien. Dikutip dari
http://farmasetika.com/2016/11/01/penelitian-buktikan-resep-elektronik-
manurunkan-tingkat-kesalahan-peresepan/

Anda mungkin juga menyukai