Kelompok 6
Apriliani (O1B1 19 004)
Delfi Lestary (O1B1 19 010)
Fismatullah (O1B1 19 015)
Wa Ode Roh Vivi Anggraini (O1B1 19 038)
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai ISPA atas.
Makalah ini ditulis sebagai salah satu bahan materi yang akan disampaikan
pada mata kuliah Farmakoterapi Terapan. Makalah ini berisi penjelasan tentang
definisi mengenai ISPA atasserta penanganannya.
Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat
memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam praktik pengobatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu penulis membuka diri menerima berbagai saran dan kritik demi
perbaikan masa mendatang.
Kendari,September 2019
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas
infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti
bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi
dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi
saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik
faringitis.
4
bayi/balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal
tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per
jam, atau seorang bayi tiap lima menit (Silalahi, L, 2004). Hasil penelitian fungsi
paru di negara sedang berkembang menunjukan bahwa kasus pneumonia berat pada
anak disebabkan oleh bakteri, biasnya streptococcus pneumoniae atau Haemophillus
influezae. Hal ini bertolak belakang dengan situasi di Negara maju, penyebab
utamanya adalah virus. Hampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISPbA), paling sering adalah
pneumoniae. Akan tetapi, tidak semua infeksi saluran pernapasan bawah akut dapat
menjadi serius: sebagai contoh bronchitis relative sering terjadi dan jarang fatal.
Pengalaman klinis dan studi interfensi di negara sedang berkembang menunjukkan
bahwa pengobatan dini dengan anti biotik dapat mengurangi angka kematian karena
pneumoniae. Banyak kematian akibat pneumoniae terjadi di rumah, beberapa
diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Kunci untuk mengurangi
angka kematian karena ISPA adalah dengan memastikan adanya akses yang lebih
baik pada penanganan kasus pneumoniae dan melakukan penanganan pada kasus
pneumoniae tepat pada waktunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPAa)?
2. Apa saja klasifikasi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas ( ISPAa ) ?
3. Bagaimana etiologi & patofisiologi dari penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Atas ( ISPAa ) ?
4. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (
ISPAa )
5. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Atas ( ISPAa )
5
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPAa)?
2. Mengetahui Etiologi & patofisiologi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (
ISPA ) ?
3. Mengetahui klasifikasi dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
?
4. Mengetahui cara mendiagnosis penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (
ISPA )
5. Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ISPA
Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas
infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti
bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi
dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi
saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik
faringitis.
akut yang meliputi saluran pernapasan bagian atas seperti rhinitis, faringitis, dan
bronkhiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu
14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran
pernapasan terdiri dari organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta sinus, ruang
7
B. Klasifikasi ISPA Atas
a. Otitis media
Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi
menjadi Otitis Media Akut, Otitis Media Efusi, dan Otitis Media Kronik.
Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media
mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga
berkaitan dengan adanya infeksi saluran napas atas dan alergi. Beberapa
anak yang memiliki kecenderungan otitis akan mengalami 3-4 kali episode
otitis pertahun atau otitis media yang terus menerus selama > 3 bulan (Otitis
media kronik).
terbangun pada malam hari, nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitis,
8
Manifestasi klinis otitis media kronik adalah dijumpainya cairan
air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi
oleh virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius. Hal ini
oleh bakteri. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak adalah
catarrhalis.
9
Otitis media kronik terbentuk sebagai konsekuensi dari otitis media
akut yang berulang, meskipun hal ini dapat pula terjadi paska trauma
dan tulang rawan (osteitis dan sclerosis). Bakteri yang terlibat pada
nyata.
Terapi Pokok
Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes
bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi pasien
risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan
ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risiko tinggi. Rejimen
antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama
pertama
- hipersensitivitas
10
- adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan
dosis.
b. Sinusitis
Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya
11
didahului oleh infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi
sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30
hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap
yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di
siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan
selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di
samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39ºC)
selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala
yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang
Sinusitis bakteri dapat pula terjadi sepanjang tahun oleh karena sebab
selain virus, yaitu adanya obstruksi oleh polip, alergi, berenang, benda asing,
tumor dan infeksi gigi. Sebab lain adalah immunodefisiensi, abnormalitas sel
kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau,
nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi.
12
serta menurunnya nafsu makan, malaise.
aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan kultur dan dijumpai lebih dari
gejalamenetap lebih dari 10 hari atau gejala memburuk setelah 5-7 hari.
bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung jernih dan cair.
infeksi virus saluran napas atas.25 Bakteri yang paling umum menjadi
sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya
Terapi Pokok
yang dapat dipilih tertera pada tabel 3.1. Untuk gejala yang menetap
setelah 10-14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari
13
- Lini pertama : Amoksisilin/Amoksisilin-clav Anak: 20-
Azitromisin, Levofloxacin.
c. Faringitis
yang masih memiliki anak usia sekolah atau bekerja di lingkungan anak-
anak.
14
Eksudat yang purulen mungkin menyertai peradangan. Gambaran
yang diandalkan.
hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-
10% pada faringitis dewasa. Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah
infeksi lain. Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari
15
influenza.
Terapi Pokok
dapat dimulai lebih dahulu bila disertai kecurigaan yang tinggi terhadap
16
yang setara. Lama terapi dengan antibiotika oral rata-rata selama 10 hari
dapat digunakan.
hari
Cefalosporin, Levofloksasin,
17
BAB III
KASUS ISPA
Pada kasus ini, anak R berusia 10 tahun pergi kerumah sakit bersama ibunya
datang dengan keluhan demam, nyeri tenggorokan selama 5 hari disertai Flu,
Pemeriksaan Fisik anak R lemas. Tekanan darah 110/80, Suhu 38,5 oC, Berat badan
33 Kg, Tinggi badan 120 cm. anak risky didiagnosa penyakit faringitis oleh dokter.
Penyelesaian :
- Identitas Pasien
Nama : An. Risky
Umur : 14 tahun
Monitoring
- Monitoring suhu badan < 37 oC
KIE
18
- Hindari resiko alergi cuaca dingin, terkena debu, minum minuman dingin
- Hindari paparan asap rokok
- Minum banyak air putih agar tidak mengalami dehidrasi.
- Jika suhu badannya sudah turun hentikan pemakaian obat paracetamol
- Pada penggunaan obat antibiotik harus dihabiskan untuk mengurangi resiko
kekambuhan.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis,
laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para
pembaca dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi
yang terpercaya dan dapat di pertanggungjawabkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009.
Bluestone CD, Klein JO. Otitis Media in Infants and Children. Philadelphia:WB
Saunders, 1988:15. BAB II
Bertram G.Katzung. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik. 12th ed. Jakarta: EGC
Gunawan, Gan Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen.
Jakarta:Farmakologi dan Terapeutik
Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparison
21