Anda di halaman 1dari 14

PERANAN SISTEM INFORMASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
Beatrik Paulina
Welmince Ofias
Christofel Letlora
Agustela Wenai
Yeanet F Mandosir
Ari Susanto
Afria Wenda

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perawat memiliki peran penting dalam melakukan dokumentasi keperawatan. Di


Korea Selatan menunjukkan yang melakukan dokumentasi keperawatan terdiri dari perawat
pelaksana sebesar 40,4%, ketua tim perawat 38,0%, kepala keperawatan 16,6% dan perawat
administrasi dan perawat ruang infeksi masing-masing 2,5 % (Lee et al., 2019). Sedangkan
di Indonesia dokumentasi keperawatan dilakukan oleh perawat dimana 57,2% kegiatan
perawat adalah melakukan dokumentasi keperawatan di pelayanan primer dan 46,8%
kegiatan di rumah sakit perawat melaksanakan dokumentasi keperawatan (Saputra, 2018;
Saputra et al., 2019). Hal ini memberikan tuntutan terhadap pentingnya pelaksanaan
dokumentasi keperawatan.
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat disebabkan oleh
berbagai faktor. Di Malaysia menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi sangat
membantu dalam meningkatkan pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dan
di Amerika menunjukkan bawah dokumentasi disebabkan oleh faktor pengetahuan perawat
sebesar 62% (Karp, et al, 2019; Rojjanasrirat, 2018). Di Indonesia pengetahuan perawat
tentang dokumentasi masih rendah yang disebabkan oleh faktor pendidikan, kemampuan dan
keterampilan serta penggunaan teknologi informasi (Kamil et al., 2018). Sehingga upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan
adalah melalui perubahan dokumentasi berbasis kertas ke berbasis elektronik dimana
menyediakan layanan informasi tentang dokumentasi pada platform yang digunakan (Oreofe
& Oyenike , 2018; Salameh, et al, 2019).
Penggunaan dokumentasi keperawatan berbasis elektronik sangat efektif bagi perawat
(Cassano, 2018). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Padila et al., (2018) dimana hasil
penelitian terdapat rancangan sistem program yang memiliki keunggulan untuk mengirim
data pelaporan dokumentasi medis pasien yang meliputi keluhan utama, tipe penyakit yang
dirasakannya (ringan, sedang dan berat), visualisasi data secara image, sound dan text,
bahkan video dapat digunakan sebagai alat detektor kesehatan pasien berbasis digital melalui
video mail, dan riwayat kesehatan keluarga dengan teknik multimedia medical records yang
terkoneksi dengan pusat layanan kesehatan RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu. Di amerika
menunjukkan 71 % sudah mampu melakukan dokumentasi keperawatan menggunakan
teknologi informasi dan 71,98% perawat setuju dan sudah memahami menggunakan
dokumentasi berbasis elektronik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang
dokumentasi keperawatan (Chand & Sarin, 2019; McNicol, et al, 2018). Di Indonesia,
dokumentasi keperawatan mencapai 71,2% dan 73,2% yang dilaksanakan masing-masing di
rumah sakit dan di tingkat pelayanan primer (Pratama et al., 2018; Saputra & Arif, 2019).
Proses pelaksanaan dokumentasi berbasis elektronik tentunya harus sesuai dengan standar
dokumentasi keperawatan dan terminology dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

Terminology yang digunakan dalam praktik pendokumentasi keperawatan umumnya adalah


menggunakan NNN (Nanda-I, NIC & NOC) Linkage. Di Afrika, penerapan terminology
NNN Linkage sudah dilaksanakan di tingkat pelayanan primer (Omonigho, 2019).
Sedangkan di Nigeria penggunaan terminology NNN Lingkage dalam praktik dokumentasi
masih dipengaruhi oleh faktor pengetahuan (73,8%), serta 66,7% perawat di Nigeria setuju
penggunaan terminology NNN Linkage dalam praktik dokumentasi keperawatan (Olatubi, et
al, 2019). Sedangkan di Indonesia penggunaan terminology dalam praktik dokumentasi
keperawatan berbasis elektronik sudah diterapkan di berbagai rumah sakit maupun di tingkat
pelayanan primer (Saraswasta & Hariyati, 2019). Penggunaan terminology NNN Linkage
dalam praktik dokumentasi keperawatan berbasis elektronik akan lebih meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman perawat tentang proses dokumentasi keperawatan (Chae et al.,
2020).
Model sistem informasi keperawatan pada saat sekarang sudah banyak berkembang.
Sistem informasi keperawatan di tatanan pelayanan puskesmas yang dikembangkan adalah
ANNISA. ANNISA merupakan singkatan dari Andra’s Nursing Informatic System
Application yaitu suatu model sistem informasi keperawatan yang digunakan sebagai bentuk
instrumen dokumentasi keperawatan ditatanan praktik keperawatan komunitas yang
berorientasi pada nomenklatur NNN Linkage. Pengembangan ini digunakan pada semua
tahapan dokumentasi asuhan keperawatan. Aspek dokumentasi asuhan keperawatan
meliputi: pengkajian, diganosa, intervensi, implementasi berdasarkan lima strategi intervensi
keperawatan komunitas dan evaluasi (Giacomo & Santin, 2019; Peltonen et al., 2019).
Data yang didapat di puskesmas se-kota pekanbaru menunjukkan bahwa dokumentasi
asuhan keperawatan di Puskesmas belum ada. Data menunjukkan 9 dari 10 perawat
mengemukakan ketidakmampuan untuk melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
Sejalan dengan hal tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota pekanbaru juga mengungkapkan
bahwa puskesmas juga belum memiliki laporan dokumentasi asuhan keperawatan.
Penerapan dokumentasi asuhan keperawatan berbasis elektronik di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru juga belum ada. Seluruh puskesmas yang ada di kota pekanbaru
dilaksanakan dengan menggunakan catatan kertas. Tentunya hal ini akan menyebabkan
catatan yang tidak lengkap dan cenderung mengalami kesalahan dalam pencatatan.
Tantangan yang paling utama adalah melakukan perubahan dalam bentuk dokumentasi
berbasis kertas ke dokumentasi berbasis komputerisasi. Upaya tersebut menjadi fokus
peneliti untuk mampu mengembangkan suatu sistem informasi dengan mengedepankan
standar asuhan keperawatan yang ada di pelayanan primer sesuai dengan tugas perawat
kesehatan masyarakat. Tentunya apabila masalah tersebut dapat dicapai, pengembangan
sistem informasi keperawatan yang terintegrasi merupakan strategi yang utama dalam
memudahkan perawat dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan. Adapun fokus
lain dalam proses penelitian ini adalah agar perawat dapat menggunakan aplikasi ANNISA
sebagai salah satu model aplikasi dokumentasi berbasis elektronik dalam meningkatkan
praktik dokumentasi keperawatan sehingga dokumentasi keperawatan dapat berkualitas
dapat tercapai sesuai standar praktik dokumentasi keperawatan.
Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan, karena
memiliki proporsi yang paling besar dan melakukan asuhan secara komperhensif kepada
pasien selama 24 jam, karenanya seorang perawat harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas sesuai dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi. Salah satu yang penting dilaksanakan adalah
pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat akhir – akhir ini, sangat mempengaruhi
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini karena dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut maka masyarakat mudah mendapatkan informasi
tentang kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang kesehatan akan meningkat.
Dengan semakin pesatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi penyedia
layanan kesehatan maupun organisasi kesehatan, efektifitasnya justru mulai dipertanyakan.
Data dan informasi kesehatan tersebar membentuk pulau-pulau informasi yang saling
tertutup di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi kesehatan. Pertukaran dan
komunikasi data lintas organisasi terbentur kendala standarisasi dan interoperabilitas system.

B. Rumusan Masalah
Berdasar Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah menjadi:
a. Peranan Manajemen Sistem informasi kesehatan
b. Konsep pengembangan sistem informasi kesehatan dan keperawatan
c. Aplikasi manajemen sistem informasi kesehatan di rumah sakit dan Puskemas
dipapua
C. Tujuan Umum:
penulisan ini adalah Efektifitas sistem informasi di puskesmas dalam
pendokumentasian perawat dalam Asuhan Keperawatan. Kajian bertujuan
mengidentifikasi pemanfaatan teknologi kesehatan dan system informasi dalam proses
asuhan keperawatan. Serta mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dan dapat memepermudah bagi perawat
dalam memonitor klien.
D. Maaf Penulis:
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak
dicapai, maka manfaat yang dapat diharapakan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi Penulis:
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang sistem informasi kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan :
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat
digunakan sebagai referensi bagi penulisan makalah selanjutnya.
3. Bagi Profesi:
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Definisi

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun,


dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi
keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer
dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan membantu meningkatkan kualitas
dokumentasi. Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi
oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan komputer. Untuk meningkatkan
kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah menyoroti kebutuhan
untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk
profesional perawat. (Docker, et all.,2003). Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini
adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering
ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.Sering
kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang
banyak, kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih
terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung
proses keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam
dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan keperawatan
bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.
Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga memungkinkan
penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen keperawatan dan penelitian
keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang
menyatakan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya
Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (Q-DIO).Penelitian ini mendukung
penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi keperawatan diagnosis, intervensi, dan
hasil asuhan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan kualitas
dokumentasi, perawat membutuhkan dukungan melalui pendidikan agar mengetahui langkah-
langkah untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi
diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya peningkatan
dokumentasi tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-DIO dapat berguna sebagai
alat audit dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara
elektronik. (Mueller, et all.2006).

2. Keutungan mengunakan Sistem Informasi Keperawatan

 Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan


 Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan arsip.
 Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
 Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan
mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
 Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat
 Meningkatkan produktivitas kerja.
 Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan

3. Pemanfaatan Teknologi Kesehatan Dalam Aplikasi Keperawatan


Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa
bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi
dan telemonitoring
Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan
perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical)
untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai
komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara manusia dan atau
computer
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth.
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke
pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan nursing home)
2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring yang
sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan pelayanan
untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi
5. berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
keperawatan( model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan. Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference,
pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning.

4. Manfaat Sistem Informasi Keperawatan


Maaf penerapan system informasi keperawatan dilingkungan rumah sakit salah
satunya adalah membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian Asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien yang
diberikan oleh perawat diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan
mengunakan proses keperawatan.
Perawat menggunakan system informasi keperawatan dengan tujuan untuk
mengkaji pasien secara jelas, menyiapkan rencana keperawatan
mendokumentasikan Asuhan Keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas Asuhan
Keperawatan. Perawat dapat memiliki pandangan terhadap data secara integrasi
( Misalnya integrasi anatara perawat dan dokter dalam rencana keperawatan pasien
) dengan memanfaatkan system informasi keperawatan tersebut perawat dapat
menghemat waktu unuk melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan
pencatatn secara manual. Disamping itu, data yang tercatat dengan menggunakan
system informasi keperawatan akan lebih terjamin. Keberadaannya resiko data
yang dicatat akan hilang sangat kecil. Berbeda dengan pencacatan yang
berdasarkan paper baser, dimana kemungkinan untuk hilangnya data sangat
mungkin untuk terjadi. Selain itu keberadaan sistem informasi keperawatan juga
akan meningkatkan keefektifan dan efisien kerja dari tenaga perawat
( Cheryl ,2007).
 Maaf yang diperoleh bila rumah sakit menggunkan sistem informasi keperawatan,yaitu:
1. Manajemen lebih efisien

2. Penggunaan sumber biaya lebih efektif

3. Meninggkatkan program perencanaan

4. Meningkatkan pendayagunaan perawat ( Cornelia, 2007)

 Manfaat sistem informasi dalam keperawatan 9( Malliarou & zyga.2009):

1. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nursen station

2. Mengurangi pengunaan kertas

3. Dokumentasi keperawatan secara otomatis

4. Standar yang sama dalam perawatan ( Prosese keperawatan)

5. Mengurangi biaya

6. Kualitas pelayanan keperawatan dapat diukur


 Menurut American Assciation of nurse Executive (1993) dalam saba & McCrmick (2001)
menggemukakan manfaat penting dalam pengunaan in formasi teknologi, yaitu :

1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya traf perawat

2. Meningkatkan pelayanan dalam menitoring pasien

3. Meningkatka dokumentasi

4. Meningkat komunikasi

5. Meningkatkan perencanaan

6. Meningkatkan standar praktik perawat

7. Kemampuan menetapkan masalah

8. Meningkatkan evaluasi keperawatan dan

9. Mendukung organisasi yang dinamik

B. Sistem Informasi Dalam Keperawatan


Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL) berbasis TI
(Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data, perawat tinggal
memilih data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara
automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah sesuai
data yang dipilih. Komputer akan membantu melakukan analisis data yang dimasukan
oleh perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien. Dengan menggunakan sistem
“pakar” maka perawat sedikit terkurangi bebannya dalam melakukan analisis data untuk
dijadikan diagnosa keperawatan. Masalah yang munculpun menjadi semakin riil dan
akurat, karena masalah yang dimunculkan oleh komputer merupakan analisa baku.
Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh komputer,
berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer akan secara
automatis menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah keperawatan. Perawat
tinggal memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di sinilah,
peran perawat tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir tetap di
tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima atau tidak
oleh perawat (Maria, 2009).

C. Teknologi Proses Asuhan Keperawatan


Ketrampilan perawat juga merupakan factor penting yang tidak bisa diabaikan,
mengingat standar yang dipakai adalah standar internasional. Bahasa label dalam NIC
adalah sesuatu yang baru, belum popular disamping membutuhkan pemahaman yang
cukup mendalam.
Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis
komputer, walaupun perawat umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Padahal pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak
untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form
mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian secara
tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang. Selain itu
pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan
menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut
diperlukan.
Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih
lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian yaitu standart operating
procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka kredit
perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line,
mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat & monitoring aktifitas perawat
laporan shift dan monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam


memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di penuhi.
Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan
kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam memberikan
kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan perkembangan teknologi
dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut membuat
keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan
keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa masih
banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk manajemen kesehatan di rumah
sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi transaksi (misalnya data
administratif, keuangan dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun
demikian, jika sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar.
Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga
kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena pemahaman yang
keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah satu
kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan
tenaga ahli yang baik, terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada
nilai lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security,
konfidensialitas dan privacy data medis.
Dalam penggunaan TI terutama computer dapat berpengaru negative jga bagi kesehatan
pnggunanya apabila dalam penggunaannya tidak baik. Yaitu dari Posisi duduk, jarak pandang
monitor dengan mata, intensitas cahaya monitor, sirkulasi udara ruangan, keamanan kabel
jaringan, dan cara menggunakan computer. Apabila hal ini tidak diperhatikan dapat
mngakibatkan gangguan kesehatan.
Referensi
(Saputra, 2018; Saputra et al., 2019).
(Karp, et al, 2019; Rojjanasrirat, 2018). (Kamil et al., 2018. (Omonigho, 2019). primer
(Pratama et al., 2018; Saputra & Arif, 2019). (Chae et al., 2020). (Giacomo & Santin, 2019;
Peltonen et al., 2019).

Hariyati, R.T. (2005) Pemanfatan teknologi informatika dalam dunia pendidikan. Jurnal
Keperawatan Indonesia 9 (1) Maret 2005, p.2631

Helvie, C. O. (1998). Advanced practice nursing in the community. United State of Amerika:
Sage publication.Inc

Indrajit, R.E. (2004). Pengembangan kurikulum informatika kesehatan berbasis kompetensi pada
program pendidikan dokter dan ilmu keperawatan. Seminar dan work shop UGM,
Desember 2004

Jones, H. (2004). Designing web based education courses for nurses. USA: Nursing Standard

Kozlowski, D. (2002). Using on line learning in traditional face to face environment computer in
Nursing.

Madjd, S. (2002). Use information resources by computer. Singapura:Bradford

Maki, W. & Maki, R. (2002). Multimedia comprehension skill predict differential outcome of
web-based and lecture courses. Journal of experimental Psychology Applied 8.2

Purwanto, E, dkk (2006) Laporan kunjungan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Laporan
tidak dipublikasikan.

Reece, I. & Walker. (2000). Teaching, training, and learning. (Fourd edition). Sunderland:
Business Education Publishers.
Rhee, H., Miner, S., Sterling M., Halterman, J.S., & Fairbanks, E. (2014). The development of
an automated device for asthma monitoring for adolescents: methodologic approach and
user acceptability. JMIR Mhealth Uhealth, 2(2), 27. doi: 10.2196/mhealth.3118

Rosdakarya Wibowo, H (2006) Problem pendidikan di Indonesia dalam www.apindonesia.com


Diakses 5 Maret 2019

Sittig, D.F., & Singh, H. (2012). Electronic health record and national patient-safety goals. The
New England Journal of Medicine, 367(19), 1854-1860.

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2002/2003) dalam www.namline.edu/apkbr/


basisdata.html, diakses 7 Maret 2019

Sun, Y., Wang, N., Guo, X, Peng, Z. (2013). Understanding the acceptance of mobile health
services: a comparison and integration of alternative models. Journal of Electronic
Commerce Research, 14(2).

Syah, M (2000). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja

Wibowo, H (2006) Problem pendidikan di Indonesia dalam www.apindonesia.com Diakses 19


November 2019.

Anda mungkin juga menyukai