Anda di halaman 1dari 5

Peran Apoteker dalam Perkembangan E-health dan E- Pharmacy pada Era Revolusi Industri 4.

0
Penerapan teknologi dan komunikasi dalam pembangunan infrastruktur yang terintegrasi salah
satunya dibidang kesehatan bertujuan untuk menunjang kehidupan masyarakat, terutama di era revolusi
industri 4.0 ini. Istilah revolusi industri 4.0, bagi masyarakat awam belum banyak diketahui. Revolusi
industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini
produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama.
Dengan adanya revolusi ini sendiri membawa banyaknya perubahan di berbagai sektor. Seperti yang pada
awalnya banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang besar, sekarang dapat
digantikan dengan penggunaan mesin teknologi. Dengan kemunculan revolusi ini, mengubah banyak hal di
berbagai sektor. Dimana yang pada awalnya membutuhkan banyak pekerja untuk menjalankan
operasionalnya, sekarang digantikan dengan penggunaan mesin teknologi. Dalam bidang Kesehatan,
revolusi industri 4.0 menciptakan proses digitalisasi industri yang menggiring layanan kesehatan, dimana
dalam penerapan TIK disebut juga dengan e-Health.
Di negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan TIK berbasis internet telah meningkat dengan
sangat pesat. Dengan adanya TIK, tentunya dalam hal ini dapat membantu dalam menghadapi berbagai
permasalahan kesehatan yang ada. Pertemuan Kementrian kesehatan dan Kementrian Komunikasi dan
Informasi yang membahas arah literasi TIK di bidang kesehatan (e-Health) dan menetapkan pemanfaatan
TIK di lingkungan Kementerian Kesehatan yang mana salah satunya adalah mendapatkan data dan
informasi dalam pengelolaan obat dan farmasi (e-Pharmacy). Konsep yang ditawarkan e-health meliputi
produk, sistem, dan layanan dalam informasi kesehatan. E-health juga memiliki pengertian bidang yang
muncul sebagai interaksi antara informatika medis,data kesehatan masyarakat dan informasi bisnis
kesehatan dengan mengacu pada pelayanan kesehatan dan informasinya yang disampaikan melalui internet
dan teknologi terkait. Dengan adanya peran e-health maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Sumber daya manusia industri kesehatan saat ini belum seluruhnya menguasai teknologi. Sistem
layanan tersebut membutuhkan infrastruktur informasi dan teknologi yang cukup, kecepatan internet yang
cukup, dan koneksi serta integrasi dengan pihak disiplin ilmu yang lain. Layanan ini bertujuan untuk
memberi informasi kesehatan kepada masyarakat dan memfasilitasi konsultasi kepada dokter tanpa harus
bertatap muka. Saat ini, ada pula aplikasi kesehatan berbasis mobile yang dapat disetel di perangkat seluler.
Kedua, e-health untuk penyedia layanan kesehatan. Pemanfaatannya untuk fasilitas kesehatan seperti
perekaman rekam medis dan peresepan obat di rumah sakit. Bagi dokter, sistem informasi dan teknologi
dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan akurasi diagnosis dan terapi. Ketiga, e-health untuk para
akademisi dan peneliti. E-health menjadi salah satu bagian dari sistem teknologi dan informasi yang
dimanfaatkan untuk penyaluran, manajemen, dan pengelolaan data kesehatan. Misalnya, yang sedang tren
saat ini, untuk melihat data sebaran penyakit Covid-19 akibat infeksi virus corona di dunia. Hasil olahan
data ini nantinya dipakai sebagai dasar pembuatan rekomendasi atau kebijakan kesehatan maupun
pengobatan.
Pemanfaatan e-health dalam bidang kefarmasian mengambil contoh penerapan TIK pada aspek e-
procurement, e-prescribing, dispensing, barcode for medicine identification, monitoring kepatuhan minum
obat, dan pelayanan informasi obat untuk memastikan penggunaan obat-obatan berkualitas mencakup
keefektifan obat,keamanan obat, meminimalkan kejadian efek samping obat, meningkatkan kepatuhan
pengobatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Aspek diatas dalam pengertiannya, e-
Procurement adalah proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara
elektronik dan berbasis web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi.
Pengertian dari e-prescribing atau peresepan elektronik adalah teknologi elektronik yang memungkinkan
dokter dan praktisi medis lainnya untuk menulis resep elektronik (e-resep) dan mengirimkannya ke
komputer apotek yang dikehendaki yang tergabung dalam jaringan e-prescribing, langsung dari tempat
praktik dokter/ tempat perawatan. Sedangkan barcode for medicine identification ,sistem pengendalian
persediaan yang menggunakan barcode untuk mencegah kelalaian dalam pendistribusian resep obat di
rumah sakit. Tujuan BCMA adalah untuk memastikan bahwa pasien menerima obat yang benar pada waktu
yang tepat dengan memvalidasi dan mendokumentasikan obat secara elektronik. Peran apoteker dalam
pelayanan kesehatan di era e-pharmacy ini, berevolusi dengan cepat dan TIK yang berbasis internet menjadi
penggerak utama. Peran Apoteker sebagai tenaga profesional kesehatan perlu meningkatkan perannya dalam
pemanfaatan teknologi digital untuk menukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keselamatan
pasien (patient safety).
Apoteker yang menggeluti bidang farmasi merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang
menguasai obat-obatan. Sebelum obat-obatan diedarkan dalam masyarakat, apoteker berperan penting dalam
pengujian kelayakan obat tersebut. Obat yang di jual, atau bahkan diproduksi apakah terjamin kualitas mutu
dan keamanannya. Maka dari itu kita membahas peran apoteker pada era revolusi industri 4.0. Seorang
apoteker tentunya akan memberikan pelayanan kesehatan bidang kefarmasian kepada pasien dengan cara
yang baik dengan berinteraksi kepada pasien. Selain itu pemanfaatan teknologi oleh apoteker dapat
digunakan dalam bidang industri dan bisnis farmasi.Pada bagian apoteker dalam pelayanan kesehatan,
apabila dihubungkan dengan revolusi industri 4.0 dimana teknologinya semakin canggih dan digital maka
diciptakan sebuah aplikasi yang dapat menunjang pelayanan kesehatan tersebut.
Apoteker dapat menggunakan aplikasi untuk memberi informasi bagaimana cara penggunaan obat,
indikasi obat tersebut, bahkan membuka ruang obrolan untuk pasien sehingga dapat berinteraksi atau
melakukan konseling. Apabila pasien sakit dapat memperoleh obat melalui apotek online dengan
menggunakan handphone dengan melalukan pemesanan obat melalui aplikasi maupun website dari apotek
yang bersangkutan. Pengiriman informasi peresepan obat dapat dilakukan tanpa menulis dikertas, alias
paperless. Dalam industri obat, apoteker dapat memproduksi produk obat yang tentunya terjamin mutunya
dengan pengelolaan obat berbasis revolusi industri 4.0 ini. Penggunaan teknologi canggih mempermudah
produksi obat, sehingga diciptakan dan dikembangkan alat yang dapat memonitor, serta mendeteksi mutu
obat, kualitas bahan baku obat sehingga aman digunakan oleh masyrakat.Selain peran apoteker diatas,
Apoteker harus terus menambah wawasan ilmu melalui media sosial, untuk menggali informasi tentang
kesehatan terlebih lagi dalam hal obat, penyakit, dan cara pengobatan. Diharapkan pada era revolusi industri
4.0 dapat diciptakan situs resmi yang fokus membahas masalah obat- obatan. E-pharmacy dalam bisnis
farmasi dapat digunakan untuk mempromosikan produk obat, sebagai contoh promosi produk kosmetika
secara online oleh apoteker untuk dipublikasikan kepada publik. Proses transaksi dilakukan antara seorang
apoteker dengan konsumen dengan pemanfaatan TIK.
Dari penerapan e-health dan e-pharmacy terdapat dampak positif dan dampak negatifnya bagi peran
apoteker. Dampak positif dalam penerapan TIK di era revolusi industri 4.0 antara lain pelayanan yang
diberikan apoteker kepada pasien lebih praktis, tidak memerlukan banyak tenaga, lebih mudah mendapatkan
obat yang dibutuhkan, privasi pasien lebih terjaga, informasi obat lebih detail, dan dapat bersaing dengan
negara lain. Selain ada positifnya, terdapat juga dampak negatifnya, apabila dimanfaatkan oleh oknum yang
tidak bertanggung jawab dapat menjadi bumerang bagi pasien karena keselamatannya bisa terlupakan.
Melalui pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kab/ Kota, yang memiliki sistem yang pemantauan terhadap Apotek yang tergabung
dalam e-pharmacy. Terkait pengawasan sediaan farmasi dilakukan oleh Badan POM. Sampai saat ini, ada
beberapa kasus yang timbul dari adanya e-pharmacy. Tetapi ada manfaat pula yang karena hal tersebut e-
pharmacy sendiri sebetulnya membutuhkan RUU yang mengatur pelaksanaannya supaya lebih sistematis.
Selain itu dampak yang dihasilkan pun dapat bermanfaat bagi apoteker dan konsumen.
Kemajuan e-pharmacy dapat dinilai dari kemampuan apoteker dalam menggunakan teknologi untuk
meningkatkan penerapan e-pharmacy pada masyarakat. Apoteker yang memahami penggunaan teknologi
akan cepat menguasai penggunaan e-pharmacy. Dokter yang menulis resep secara online akan mudah
memanfaatkan waktu dibandingkan dokter yang menulis resep dikertas resep. Apoteker diharapkan untuk
berkontribusi pada peningkatan pelayanan informasi obat (PIO) di media sosial, mempelajari aktivitas
online konsumen, dan merancang cara-cara baru dalam memberikan PIO kepada masyarakat khususnya
pasien. Peningkatan penerapan e-health di bidang farmasi mendukung pengembangan penerapan e-
health pada apoteker yang pada gilirannya dapat mendukung peningkatkan penerapan e-health pada
masyarakat umum. Apoteker di era e-health berkontribusi meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
obat, kepatuhan obat sehingga terjadi peningkatkan kualitas hidup dari masyarakat.
Dengan penerapan e-pharmacy dalam era revolusi industri 4.0, diharapakan peran farmasis khususnya
apoteker yang mana salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan
dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat.
Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan
sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien,
diantaranya layanan klinik, evaluasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Dalam
industri farmasi, aspek yang sangat dikedepankan adalah aspek mutu yang baik. Produk yang dihasilkan
terjamin keamanan dan produk lebih stabil. Berbagai tahapan proses produksi dan pengawasan mutu
dimulai dari bahan baku hingga menjadi kemasan, tentunya menyokong kualitas suatu produk.
Jadi, dalam menyongsong revolusi industri 4.0 seorang apoteker harus bisa lebih berperan dalam dunia
kesehatan seperti ikut serta dalam pelayanan pasien agar pasien dapat memperoleh informasi yang akurat
mengenai obat tersebut dan membuat beberapa alat canggih untuk penemuan alat kesehatan yang lebih
canggih agar dimasa depan banyak alat-alat farmasi yang dibuat untuk membantu pengembangan kesehatan
di Indonesia. Perubahan tersebut perlu dilakukan untuk merubah citra seorang apoteker di mata masyarakat
menjadi lebih baik lagi dan agar kita dapat bersinergi dengan profesi kesehatan lainnya dalam meciptakan
pelayanan kesehatan yang optimal bagi masa depan Indonesia yang lebih baik. Pengembangan e-Health pun
perlu terus dtingkatkan untuk memenuhi kebutuhan para pengguna layanan kesehatan, sehingga akan
tercipta e-health yang terintegasi, tepat sasaran dan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai