Anda di halaman 1dari 4

Dampak teknologi informasi dalam meningkatkan patient safety

dan kualitas pelayanan pasien


Dampak teknologi informasi dalam meningkatkan patient safety

Beberapa waktu yang lalu Menteri Kesehatan, Dr. Fadilah Supari mencanangkan gerakan nasional
keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit. Lalu, apa hubungannya dengan teknologi informasi?

Saat ini, berbagai rumah sakit sudah mulai menerapkan sistem informasi rumah sakit berbasis komputer
untuk mendukung manajemen keuangan (khususnya billing systems). Jika rumah sakit sudah melewati
tahap tersebut, langkah selanjutnya adalah pengembangan sistem informasi klinik. Di sini, peran penting
teknologi informasi tidak lepas dari potensinya untuk mencegah medical error.

Seperti kita ketahui, ada dua pandangan mengapa error dapat muncul di rumah sakit.
 error terjadi karena kesalahan individual tenaga kesehatan.
 kesalahan individual tidak akan muncul jika manajemen memiliki mekanisme untuk mencegah.
Teknologi informasi dapat berperan dalam mencegah kejadian medical error melalui tiga mekanisme
yaitu:
 pencegahan adverse event
 memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event
 melacak serta menyediakan umpan balik
mengenai adverse event dengan rincian sebagai berikut:

1. Pencegahan adverse event

Hasil penelitian klinis memerlukan waktu lama (rata-rata 17 tahun) sampai diterapkan dalam praktek
sehari-hari. Penyediaan fasilitas teknologi informasi akan mendorong penyebarluasan informasi dengan
cepat. Sehingga, sekarang di berbagai rumah sakit pendidikan mulai tersedia fasilitas Internet agar para
residen dan dokter dapat dengan cepat mengakses perkembangan ilmu kedokteran terbaru serta
menggunakannya (evidence based medicine).

Pencegahan adverse event yang lebih riil adalah penerapan sistem pendukung keputusan (SPK) yang
diintegrasikan dengan sistem informasi klinik. Berbagai macam contoh SPK mampu memberikan alert
kepada dokter yang muncul secara cepat pada situasi kritis yang kadang membahayakan keselamatan
pasien.

Pada kondisi tersebut, informasi yang lengkap sangat penting dalam pengambilan keputusan misalnya:
 nilai laboratorium abnormal
 kecenderungan vital sign
 kontraindikasi pengobatan maupun kegagalan prosedur tertentu.
Pencegahan adverse event juga dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai aplikasi yang
memungkinkan pemberian obat serta dosis secara akurat. Penggunaan barcode serta barcode reader
untuk kemasan obat akan mencegah kesalahan pengambilan obat.

2. Memberikan respon cepat setelah terjadinya adverse event.


Selanjutnya, sistem informasi klinik yang baik akan mampu memberikan umpan balik secara cepat jika
terjadi kesalahan atau adverse event. Contoh yang menarik adalah pengalaman penarikan obat rofecoxib
(keluaran Merck). Begitu FDA mengeluarkan rilis mengenai penarikan obat tersebut, salah satu rumah
sakit di AS dengan cepat mengidentifikasi seluruh pasien yang masih mendapatkan terapi obat tersebut,
kemudian memberitahukan secara tertulis maupun elektronik mengenai penghentian obat tersebut dan
memberikan saran untuk kembali ke rumah sakit agar mendapatkan obat pengganti.

Semua surat kepada 11 ribuan pasien terkirim sehari kemudian. Dalam waktu 7 jam dokter yang
menggunakan sistem informasi klinikpun tidak akan menemukan daftar obat tersebut dalam daftar
peresepan, karena sudah langsung dikeluarkan dari database obat.

3. Melacak dan menyediakan umpan balik secara cepat

Teknologi database dan pemrograman saat ini memungkinkan pengolahan data pasien dalam ukuran
terra byte secara cepat. Metode datawarehouse dan datamining memungkinkan komputer mendeteksi
pola-pola tertentu dan mencurigakan dari data klinis pasien. Metode tersebut relatif tidak memerlukan
operator untuk melakukan analisis, tetapi komputer sendirilah yang akan memberikan hasil analisis dan
interpretasi tersebut.
Oleh karena itu, istilah rekam kesehatan elektronik menjadi kata kunci. Ketika data rekam medis pasien,
obat, protokol klinik, aset rumah sakit diintegrasikan dalam suatu database elektronik rumah sakit dapat
mewujudkan tiga hal tersebut di atas.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi akan membantu dalam pencapaian patient
safety melalui upaya-upaya perbaikan komunikasi, melengkapi program sistem informasi dengan
berbagai kalkulasi, pengembangan sistem pendukung keputusan, respon cepat setelah adverse event
maupun pencegahan adverse event. Disamping itu, upaya pengembangan arsitektur sistem informasi
yang memungkinkan tenaga kesehatan mengakses pengetahuan kedokteran terbaru.

Tantangan

Namun demikian, ada tiga kendala utama yaitu


 finansial
 kultural
 ketiadaan standar.
Berbagai contoh di atas memerlukan investasi finansial yang tidak sedikit. Di sisi yang lain, banyak rumah
sakit yang menganggap teknologi informasi hanya sebagai komoditas, bukan sebagai sumber daya
strategis. Yang menguntungkan, tenaga kesehatan kita sebenarnya juga semakin aware terhadap
teknologi informasi. Saya mencatat bahwa dokter baru kita saat ini semakin familiar dengan teknologi
informasi dan komunikasi.
Ketika fasilitas hotspot disediakan di lingkungan kampus, semakin banyak mahasiswa yang
memanfaatkannya baik melalui laptop maupun handheld. Di Kanada, 50% dokter yang berusia di bawah
35 tahun menggunakan PDA. Hal ini menunjukkan bahwa difusi teknologi informasi cukup cepat. Faktor
kultural yang dapat menghambat adalah bagaimana mengintegrasikan sistem informasi klinik ke dalam
workflow seorang dokter. Pada tingkat yang lebih tinggi, sampai sekarang Indonesia belum mendadopsi
standar pertukaran data kesehatan secara elektronik (HL 7)maupun standar data untuk berbagai data
klinis dan keperawatan (SNOMED, LOINC dan NANDA).

Rumah sakit harus seharusnya menerjemahkan patient safety ke dalam rencana strategis
pengembangan sistem informasi rumah sakit. Dimulai dari pembentukan tim sistem informasi rumah sakit
yang akan menerjemahkan bisnis rumah ke dalam rencana strategis sistem informasi dan teknologi
informasi, pengembangan infrastruktur (mulai dari database pasien elektronik, workstation), hingga ke
pelatihan kepada staf medis, keperawatan dan non medis. Selain itu, keterlibatan dokter merupakan
salah satu kunci utama keberhasilan penerapan sistem informasi klinik. Pada tingkat yang lebih tinggi,
rumah sakit perlu bekerjasama dengan dinas kesehatan dan pihak asuransi maupun organisasi untuk
sharing data serta melakukan evaluasi pelayanan medis melalui database rekam medis.
Dampak Teknologi Informasi pada Pelayanan Kesehatan

Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat. Hampir diseluruh penjuru dunia menggunakan teknologi
informasi. Kehadiran teknologi informasi sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kehadirannya
membawa perubahan yang berarti. Salah satunya bagi saran kesehatan, teknologi sangat membantu
dalam memberikan pelayanan di tempat-tempat kesehatan.

Teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Teknologi Informasi (TI), atau
dalam bahasa inggris dikenal dengan Information Technologi (IT) adalah istilah umum untuk teknologi
apapun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengonsumsikan atau
menyebarkan informasi.
Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat
(Depkes RI 2009).

 Teknologi Informasi pada Pelayanan Kesehatan


Teknologi dalam perkembangannya saat ini sudah menunjukkan berbagai manfaat yang besar disemua
bidang. Salah satunya bidang kesehatan, teknologi informasi memiliki peran yang sangat banyak untuk
kemajuan pelayanan dibidang kesehatan

Salah satu contoh pengaruh teknologi informasi bagi kesehatan adalah pada saat pendaftaran pasien di
rumah sakit, dulu awalnya pendaftaran masih sangat manual, hanya menggunakan kertas dan polpen,
hal tersebut mengakibatkan pelayanan kepada pasien agak lama. Namun sekarang hampir semua
tempat pelayanan kesehetan menggunakan sistem komputerisasi karena efek dari perkembangan
teknologi informasi.

Pelayanan kepada pasien lebih cepat dan efisien serta tidak membuang banyak waktu dan tenaga.
Contoh lain seperti saat akan melakukan pengindekan dan pelaporan akan sangat mempermudah
petugas, karena data-data sudah ada di komputer, berbeda dengan yang dahulu masih harus
mengumpulkan berkas-berkas pasien dan mendata kembali.

Upaya-upaya pengembangan teknologi dalam kesehatan banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bergelut di sistem informasi, sehingga nantinya akan dapat mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan yang semakin canggih dan semakin praktis. Salah satu upaya pengembangan teknologi untuk
meningkatkan sistem informasi kesehatan adalah dengan memberikan pendidikan tentang teknologi
informasi pada mahasiswa Rekam Medis. Dalam perkuliahan seorang perekam medis tidak hanya
mempelajari tentang kode penyakit saja, akan tetapi juga diajarkan tentang teknologi informasi yang
nantinya akan dapat merancang bagaimana pelayanan agar menjadi lebih cepat dan efisien.

 Dampak Positif pada Bidang Kesehatan


Perkembangan Teknologi Informasi saat ini dan pada masa yang akan datang memiliki beberapa
dampak positif bagi pelayanan kesehatan atau dibidang kesehatan.

Beberapa contoh dampak positif dari perkembangan Teknologi Informasi bagi kesehatan, diantaranya :
a. Teknologi Komputer

Dengan teknologi komputer kita dapat mencari informasi dan merancang atau menyusun rancangan
untuk alat-alat kedokteran sehingga akan dapat merubah atau meningkatkan kualitas peralatan medis
atau kesehatan. Semua informasi medis, termasuk yang dihasilkan dari sinar X, tes laboratorium, dan
monitor detak jantung, dapat ditransmisikan ke dokter lain dalam format digital. Semua itu menggunakan
teknologi komputer.

b. Teknologi Transfer Gambar


Dengan adanya teknologi transfer gambar akan mempermudah dan mempercepat pelayanan dan
pekerjaan para dokter serta petugas kesehatan yang lain. Karena dengan adanya teknologi transfer
gambar dokter dapat mengontrol pasien dari jarak jauh, misalnya transfer hasil CT scan. Hal tersebut
dapat mempercepat pemeriksaan oleh dokter.

c. Penerapan Teknologi Informasi dalam Kesehatan.


Sistem berbasis kartu cerdas (smart card) dapat digunakan juru medis untuk mengetahui riwayat
penyakit pasien yang datang ke rumah sakit karena dalam kartu tersebut para juru medis dapat
mengetahui riwayat penyakit pasien.

d. Rekam Medik Elektronik dan Perangkat Komputerisasi


Dengan adanya rekam medik elektronik dan komputerisasi ini dapat mengetahui bagaimana
perkembangan kesehatan seseorang, misalnya pada pasien yang menderita penyakit jantung, dengan
alat tersebut dapat dilihat bagaimana keadaan jantung atau kondisi jantung pasien sehingga nantinya
dapat membuat pasien penyakit jantung bisa mendapatkan obat yang sesuai.

 Teknologi Informasi dan Rekam Medis (Harapan)


Pada mata kuliah Teknologi Informasi Pada Sarana Pelayanan Kesehatan kita mempelajari bagaimana
membuat atau merancang sebuah sistem untuk pelayanan kesehatan. Ini merupakan mata kuliah yang
sangat berpengaruh untuk kemajuan sistem pelayanan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan.

Walaupun masih mempelajari dasar-dasarnya saja akan tetapi, saya berharap nantinya bisa
mengembangkan dasar-dasar tersebut. Karena nantinya saya akan kembali ke daerah asal saya dan
akan berusaha untuk meningkatkan sistem pelayan kesehatan yang ada di tempat-tempat pelayanan
kesehatan agar lebih efisien dalam memberikan pelayanan.

Saya juga berhapa bahwa mata kuliah ini tidak hanya mempelajari tentang mendesain saja, akan tetapi
bagaimana cara untuk menjadikan desain yang kita buat itu nyata atau cara untuk membuat programnya
sehingga dapat kita gunakan atau terapkan langsung, tanpa meminta bantuan dari orang-orang yang ahli
informatika.

Anda mungkin juga menyukai