Disusun Oleh :
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Yusuf, 2015). Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil daripengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realita dunia.
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami
kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang
negatif.Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut:
a. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Idealdiri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
Ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi
masyarakat setempat.
c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan identitas
diri, harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan
diri sendiri tanpasyarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan
kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial.
Peranyang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peranyang di terima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh
individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan
keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap dirisendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).
2.2 Klasifikasi Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya.Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa.
2.3 Rentang Respon Konsep Diri
Respon adaptif Respon maladaptif
Keterangan:
a. Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
denganlatar belakang pengalaman nyata yang
sukses dan diterima
b. Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri
c. Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam
kematangan aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
d. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
Menurut Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi:
1. Realistik
2. Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
3. Persepsi yang akurat dan tegas
4. Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan
5. Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang
6. Mengerti seni, musik, politik, filosofi
7. Rendah hati
8. Mempunyai dedikasi untuk bekerja
9. Kreatif, fleksibel, spontan dan mengakui kesalahan
10. Terbuka dengan ide-ide baru
11. Percaya diri dan menghargai diri
12. Kepribadian yang dewasa
13. Dapat mengambil keputusan
14. Berfokus pada masalah
15. Menerima diri seperti apa adanya
16. Memiliki etika yang kuat
17. Mampu memperbaiki keadilan (Yusuf, 2015).
2.4 Penyebab
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal,
seperti: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan
keadaan sakit.
2.4.1 Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa
kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau
gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon
orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri, sehingga
individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal
menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain
serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sikap orang tua yang terlalu
mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna. Sedangkan faktor
biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah.
Misalnya anak lahir menilai dirinya negatif.
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. S Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2018
Umur : 19 Tahun RM No. : 05-xx-xx
Informan : Pasien dan Rekam Medis
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan bahwa dirinya beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah : klien mengatakan saat dirumah dia menjalani
sholat 5 waktu, tetapi saat dirawat dirumah sakit dia tidak menjalani sholat
dan mengatakan “libur dulu mbak”.
Masalah Keperawatan : distress spiritual
VI. GENOGRAM
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Menikah
: Klien
: Tinggal serumah
: Meninggal
06/12/18 Gangguan Persepsi Sensori: S: klien menjawab pertanyaan dan menyebutkan namanya
Halusinasi Pendengaran
SP 1 O: - klien mampu memperkenalkan diri
1. Menjalin hubungan saling percaya
- Kontak mata pasien ada
A: SP 1 belum tercapai
P: lanjutkan BHSP
17/9/18 Gangguan konsep diri: Harga SP 1 S: klien tidak mampu menyebutkan hal positif yang
diri rendah dimiliki, klien mengingat nama perawat
1. Menjalin hubungan saling percaya
A: SP 1 belum tercapai
P: lanjutkan SP 1
18/9/18 Gangguan konsep diri: Harga SP 1 S: klien mengatakan hal positif yang dimiliki adalah
diri rendah mencuci baju, mencuci piring, dan menyapu
1. Mengidentifikasi hal positif yang dimiliki
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan SP 2
21/9/2018 Gangguan konsep diri : harga SP 2 S: klien mengatakan senang bisa memimpin teman-teman
diri rendah untuk senam pagi.
1. Diskusikan dengan klien langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan O: - Klien kooperatif
2. Bersama dengan klien memeragakan
- Klien terlihat menikmati peran untuk
kegiatan yang akan ditetapkan
memimpin senam pagi
3. Memberi pujian terhadap keberhasilan klien
- Klien mampu mengikuti instruksi
4. Membantu memilih kegiatan yang akan
perawat
dilatih
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan SP 2
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
Perencanaan
No Tgl Dx
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional
1 16/9/18 Gangguan Klien dapat membina - Ekspresi 1. Membina hubungan Dengan membina
konsep diri: hubungan saling wajah bersahabat saling percaya, hubungan saling
Harga diri percaya - Ada kontak dilakukan dengan percaya antara
rendah mata cara: perawat dan klien
- Mau berjabat a. Ucapkan salam tiap dapat
tangan berinteraksi mempermudah
- Menyebutkan b. Berkenalan dengan dalam pengkajian
nama klien dan tindakan
- Menjawab c. Tanyakan perasaan keperawatan
salam klien hari ini
- Mau duduk d. Buat kontrak asuhan
berhadapan e. Tunjukkan empati
- Mau terhadap klien
mengutarakan masalah f. Penuhi kebutuhan
dasar klien jika
mungkin
2. 17/9/18 Gangguan - Membina hubungan Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien Dengan
konsep diri: saling percaya positif yang ada pada diri klien mengidentifikasi hal mengidentifikasi
Harga diri - Mengidentifikasi hal positif yang dimiliki hal positif yang
rendah positif yang dimiliki dengan cara: dimiliki klien dapat
klien a. Tanyakan pada klien membantu perawat
kemampuan yang untuk
dimiliki klien mengembalikan
b. Tanyakan apakah rasa percaya diri
kemampuan tersebut yang dimiliki klien
biasa dilakukan atau
tidak
3. 18/9/18 Gangguan Mengidentifikasi hal Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien Dengan
konsep diri: positif yang dimiliki positif yang ada pada dirinya mengidentifikasi hal mengidentifikasi
Harga diri klien positif yang dimiliki hal positif yang
rendah dengan cara: dimiliki klien dapat
a. Tanyakan pada klien membantu perawat
kemampuan yang untuk
dimiliki klien mengembalikan
b. Tanyakan apakah rasa percaya diri
kemampuan tersebut yang dimiliki klien
biasa dilakukan atau
tidak
c. Membantu klien
menilai kemampuan
yang dapat digunakan
d. Membantu memilih
kegiatan yang akan
dilatih
e. Melatih kemampuan
yang telah dipilih
f. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
4. 19/9/18 Gangguan - Klien dapat melatih - Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien melatih Dengan melatih hal
konsep diri: hal positif yang ada positif yang ada pada dirinya kemampuan yang dipilih positif yang ada
Harga diri pada dirinya - Klien dapat melakukan dengan cara: pada klien dapat
rendah - Klien dapat kegiatan yang sudah a. Diskusikan dengan membantu perawat
melakukan kegiatan dijadwalkan klien kegiatan yang untuk
yang s udah dilatih akan dipilih sebagai membiasakan klien
sesuai jadwal. kegiatan yang akan mengembangkan
dilakukan sehari-hari hal positif yang
b. Bersama klien dimiliki klien
peragakan kegiatan
yang ditetapkan
c. Berikan dukungan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan klien.
d. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
Gangguan Mengidentifikasi hal - Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien melatih Dengan melatih hal
konsep diri: positif yang dimiliki positif yang ada pada dirinya kemampuan yang dipilih positif yang ada
Harga diri klien, klien dapat - Klien dapat melakukan dengan cara: pada klien dapat
rendah melatih hal positif yang kegiatan yang sudah a. Diskusikan dengan membantu perawat
ada pada dirinya, klien dijadwalkan klien kegiatan yang untuk
dapat melakukan akan dipilih sebagai membiasakan klien
kegiatan yang sudah kegiatan yang akan mengembangkan
dilatih sesuai jadwal. dilakukan sehari-hari hal positif yang
b. Bersama klien dimiliki klien
peragakan kegiatan
yang ditetapkan
c. Berikan dukungan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan klien.
d. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
Gangguan Mengidentifikasi hal - Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien melatih Dengan melatih hal
konsep diri: positif yang dimiliki positif yang ada pada dirinya kemampuan yang dipilih positif yang ada
Harga diri klien, klien dapat - Klien dapat melakukan dengan cara: pada klien dapat
rendah melatih hal positif yang kegiatan yang sudah a. Diskusikan dengan membantu perawat
ada pada dirinya, klien dijadwalkan klien kegiatan yang untuk
dapat melakukan akan dipilih sebagai membiasakan klien
kegiatan yang sudah kegiatan yang akan mengembangkan
dilatih sesuai jadwal. dilakukan sehari-hari hal positif yang
b. Bersama klien dimiliki klien
peragakan kegiatan
yang ditetapkan
c. Berikan dukungan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan
klien.
d. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
POHON MASALAH
Defisit Perawatan
Diri
PEMBAHASAN
4.1 Pembahsan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Nn. A di ruang Puri Anggrek RSJ
Menur Surabaya. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.
4.1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
yang sistematis dalam pengumpulan data yang diperoleh dari semua sumber
terkait untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Muhith,
2016). Pengkajian juga dapat didefinisikan pengumpulan data, analisis data, dan
perumusan masalah pasien pada tahap awal proses keperawatan, dengan
pengumpulan data pasien meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual
secara holistic(Yusuf Aha, dkk, 2015), dan disertai pendokumentasian dalam
bentuk asuhan keperawatan untuk mengingat catatan atau sebagai alat
mengevaluasi perawat melakukan tindakan kepada pasien (Yanti & Warsito,
2013).
Hasil lab :
Pada diagnosa harga diri rendah ditandai dengan pasien mengatakan ibu
tirinya suka memarahinya dan mengatai dirinya anak yang sakit-sakitan dan
pemalas, pasien mengatakan merasa membebani ayahnya dan ingin mati saja.
Selain itu, pasien mengatakan dirinya tidak berguna sehingga pasien merasa
menarik diri. Hal ini setara dengan Nani & Makassar (2014), harga diri menjadi
tidak stabil karena remaja sangat memperhatikan dan mempedulikan kesan yang
mereka buat terhadap orang lain. Usaha untuk menyenangkan banyak orang akan
menghasilkan frustasi. Kegagalan dalam pencapaian pencarian jati diri inilah
menyebabkan remaja rentan mengalami harga diri rendah. Intervensi yang dapat
dilakukan menurut (Sasmita, Keliat, Padang, & Barat, 2010) dengan
menggunakan cognitive behaviour therapy (CBT) yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif perilaku klien harga diri rendah.
Pada diagnosa Resiko bunuh diri ditandai dengan anamnesa dari keluarga
pasien yang mengatakan bahwa pasien pernah mencekik lehernya sendiri.Hal ini
setara dengan Valentina & Helmi (2016) yang mengatakan ide bunuh diri
mengacu pada pikiran-pikiran tentang menyakiti atau membunuh diri sendiri.
Percobaan bunuh diri adalah suatu tindak- an yang tidak fatal, menyakiti diri
sendiri dengan maksud eksplisit untuk kematian. Tindakan bunuh diri adalah
tindakan menyakiti diri sendiri yang bersifat fatal dengan maksud eksplisit untuk
mati.
Pada tanggal 16 september 2018 dilakukan pengkajian dan didapatkan hasil,
DS: Px mengatakan sudah ditinggal ibunya sejak umur 2,5 tahun dan ditinggal
kakak laki-lakinya sejak usia kelas 2 SMP, ibu tirinya suka memarahinya, Px
merasa membebani ayahnya dan ingin mati saja, pasien merasa tidak berguna.
DO: Ketika diajak berbicara pasien dapat menjawab dengan kooperatif dan
mampu memulai pembicaraan, Intonasi bicara pasien cepat sehingga perawat
kurang memahami apa yang diucapkannya, Ekspresi wajah tidak sesuai Interaksi
dengan orang lain kurang karena pasien selalu di dalam kamar.
Pada tanggal 16 September 2018, dengan SP1 yaitu menjalin hubungan saling
percaya. Tanggal 17 September 2018 dilakukan kembali SP1 yaitu menjalin
hubungan saling percaya dan mengidentifikasi hal positif pada diri klien. Tanggal
18 september 2018 SP 1 yaitu menjalin hubungan saling percaya,
mengidentifikasi hal positif pada diri klien, membantu memilih kegiatan yang
akan dilatih, melatih kemampuan yang dipilih klien, memberi pujian terhadap
keberhasilan klien, membantu menyusun jadwal kegiatan. Tanggal 19 September
2018 SP 1 yaitu Membantu memilih kegiatan yang akan dilatih, Melatih
kemampuan yang dipilih klien, Memberi pujian terhadap keberhasilan klien,
Membantu menyusun jadwal kegiatan. Dan pada tanggal 20 September 2018
dilanjutkan SP 2 yaitu diskusikan dengan klien langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan, bersama dengan klien memeragakan kegiatan yang akan ditetapkan,
memberi pujian terhadap keberhasilan klien, membantu memilih kegiatan yang
akan dilatih. Tanggal 21 September 2018 SP 2 diskusikan dengan klien langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan, bersama dengan klien memeragakan kegiatan yang
akan ditetapkan, memberi pujian terhadap keberhasilan klien, membantu memilih
kegiatan yang akan dilatih.
4.1.5 Evaluasi
Menurut Kurniawati dalam Nurjannah (2005) evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dibagi dua menjadi 2 yaitu: evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus dan tujuan umum yang
telah ditentukan.
Evaluasi adalah kelanjutan dari proses yang dinilai berefek pada tindakan
keperawatan untuk pasien, evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau
evaluasi formatif, pelaksanaan tindakan yang sudah selesai dilakukan, dan (2)
evaluasi hasil atau sumatif, tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan pada
respons pasien yang dibandingkan dengan membandingkan pendekatan S: respons
subjeksi pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, O: respon
objektif terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, A: data subjektif dan objektif
untuk menyimpukan analisis terhadap masalah yang baru muncul, atau data
kontradiksi terhadap masalah yang ada. P: hasil analisis respon pasien untuk
ditindak lanjuti (Direja, A, 2011).
PENUTUP
5.1 Simpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Yusuf, 2015). Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Berdasarakan studi kasus asuhan keperawatan pada Nn. A dengan gangguan
harga diri rendah yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bagi institusi
a. Menambah referensi karya tulis ilmiyah tentang masalah keperawatan
jiwa khususnya pada masalah gangguan harga diri rendah.
b. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya
perumusan diagnosa tunggal khususnya pada asuhan keperawatan
jiwa gangguan harga diri rendah.
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khususnya pada masalah gangguan harga diri
rendah
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Oprasional Prosedure) yang
ditetapkan
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien gangguan harga diri rendah
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan SOAP pada klien
khususnya dengan gangguan harga diri rendah
4. Bagi klien dan keluarga
a. Klien diharapkan dapat mengikuti program terapi yang telah
direncanakan oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses
kesembuhan klien
b. Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam
mengatasi harga diri rendah baik di rumah sakit maupun dirumah
DAFTAR PUSTAKA
Deni Hermawan (2015). Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol...No…
Pengaruh Tak Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang Pengalaman Positif Yang
Dimiliki Terhadap Harga Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah Di Rsjd Dr. Amino
Gondohutomo.
Direja, Ade H S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperwatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Keliat Budi Anna & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. EGC: Jakarta.
Keliat, B.A.. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Kemenkes. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-
kesehatan-jiwa-masyarakat.html. Diakses tanggal 21 September 2018