Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA


HALUSINASI PENDENGARAN DAN DX MEDIS PSIKOTIK NON
ORGANIK (F.28) DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSJ MENUR
SURABAYA

Disusun Oleh :

Ade Larasati S 183.0002 Nuril Mufidah Chosim 183.0073


Ayu Cahyaningtyas 183.0018 Nurul Azizah 183.0075
Farid Armansyah 183.0041 Putri Wardah Nafisah 183.0077
Fifin Erwiyana 1830043 Risca Novia Wardani 183.0081
Gisca Febriana Z 183.0047 Riza Agustin 183.0083
Ida Fatmawati 183.0048 Selviana Dwi S 183.0088
Mar’atus Sholikhah 183.0058 Yulia Damayanti 183.0106
Nevinda Hervi F 183.0066 Yuniar Indah P 183.0108
Nila Puji P 183.0068 Yunita Sovia H 183.0113

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap
individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi
jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ada beberapa jenis gangguan jiwa,
salah satunya yaitu harga diri rendah. Harga diri rendah adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi
ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan melalui perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri (Muhith,
2010).

WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami


gangguan mental, sekitar 10% adalah orang dewasa dan 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya.
Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan
akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Menurut National Institute of
Mental Health (NIMH) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun
2004, di perkirakan 26,2 % penduduk yang berusia 18 tahun atau lebih mengalami
gangguan jiwa (NIMH, 2011). Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk (Depkes, 2016).

Komunikasi terapeutik dan dukungan serta motivasi dapat menjadikan


solusi penghubung antara perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan
pasien sebagai pengguna mengalami gangguan asuhan keperawatan, karena
komunikasi terapeutik dapat mengakomodasikan perkembangan status kesehatan
yang dialami pasien. Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic
meliputiaspek positif yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan
bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
kegiatan pasien di rumah,adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin
memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya harga diri rendah dengan
pelayanan kesehatan secara holistic dan komunikasi terapeutik dalam
meningkatkan kesejahteraan dan aspek positif yang dimiliki klien serta mencapai
tujuan yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah pada Nn. A di Ruang Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri :
Harga diri rendah.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian data pada pasien Nn. A dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah.
b. Penulis mampu mempelajari cara mengidentifikasi diagnose atau
masalah potensial pada pasien Nn. A dengan gangguan konsep diri :
harga diri rendah.
c. Penulis mampu mempelajari cara menentukan intervensi secara
menyeluruh pada pasien Nn. A dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah.
d. Penulis mampu mempelajari cara pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien Nn. A dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
e. Penulis mampu mempelajari cara mengevaluasi asuhan keperawatan
pada Nn. A Dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Mahasiswa
Menambah pengetahuan atau pengalaman nyata dalam
penatalaksanaan dan pendokumentasian terhadap harga diri rendah.
b. Pasien dan Keluarga
Menambah pengetahuan dalam perawatan dan dapat menerapkan
dirumah apa yang telah diajarkan perawat dirumah sakit
c. Institusi
Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang telah
diberikan kepada mahasiswa
d. Rumah Sakit
Mengetahui perkembangan pasien dan dapat mengevaluasi tindakan
keperawatan yang telah diberikan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Yusuf, 2015). Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil daripengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realita dunia.
Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami
kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang
negatif.Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut:
a. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Idealdiri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
Ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga, ambisi, keinginan, dan
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi
masyarakat setempat.
c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan identitas
diri, harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan
diri sendiri tanpasyarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan
kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial.
Peranyang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peranyang di terima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh
individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan
keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa
remaja. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap dirisendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).
2.2 Klasifikasi Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya.Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa.
2.3 Rentang Respon Konsep Diri
Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi


positif rendah identitas
diri

Keterangan:
a. Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
denganlatar belakang pengalaman nyata yang
sukses dan diterima
b. Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri
c. Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam
kematangan aspek psikososial, kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
d. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan,
kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
Menurut Maslow karakteristik aktualisasi diri meliputi:
1. Realistik
2. Cepat menyesuaikan diri dengan orang lain,
3. Persepsi yang akurat dan tegas
4. Dugaan yang benar terhadap kebenaran/kesalahan
5. Akurat dalam memperbaiki masa yang akan datang
6. Mengerti seni, musik, politik, filosofi
7. Rendah hati
8. Mempunyai dedikasi untuk bekerja
9. Kreatif, fleksibel, spontan dan mengakui kesalahan
10. Terbuka dengan ide-ide baru
11. Percaya diri dan menghargai diri
12. Kepribadian yang dewasa
13. Dapat mengambil keputusan
14. Berfokus pada masalah
15. Menerima diri seperti apa adanya
16. Memiliki etika yang kuat
17. Mampu memperbaiki keadilan (Yusuf, 2015).
2.4 Penyebab
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal,
seperti: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan
keadaan sakit.
2.4.1 Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa
kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau
gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon
orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri, sehingga
individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal
menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tergantung pada orang lain
serta gagal mengembangkan kemampuan diri. Sikap orang tua yang terlalu
mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna. Sedangkan faktor
biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah.
Misalnya anak lahir menilai dirinya negatif.

2.4.2 Faktor Presipitasi


Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau
stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor yang
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan
diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu
dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri. Individu yang dituntut untuk selalu berhasil akan merasa
tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan, ia membuat standar yang
tidak dapat dicapai. Sehingga sistem keluarga disini tidak berfungsi dengan baik.
(Muhith, 2015). Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran
yang dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu. Stuart dan Sundeen, 1991
mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Transisi perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap
tahap perkembangan harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas
perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi
konsep diri
b. Transisi peran situasi
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau
berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya
status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status
menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran,
yaitu konflik peran tidak jelas atau peran berlebihan
c. Transisi peran sehat-sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan
berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi
semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan
harga diri
2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah
adalah:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Pasien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, suka menyendiri
e. Percaya diri kurang. Pasien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih
alternatif tindakan
f. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan
g. Mengkritik diri sendiri
h. Perasaan tidak mampu
i. Pandangan hidup yang pesimis
j. Penurunan produktivitas
k. Penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat, 2007).
Gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi sebagai berikut:
a. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah
Sepuluh cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah:
1) Mengejek dan mengkritik diri sendiri, pasien mempunyai
pandangan negatif tentang dirinya, klien sering mengatakan dirinya
bodoh dan tidak tahu apa-apa
2) Merendahkan/mengurangi martabat, pasien menghindari,
mengabaikan atau menolak kemampuan yang nyata dimiliki
3) Rasa bersalah dan khawatir, pasien menghukum dirinya sendiri,
ini dapat ditampilkan berupa: fobia, obsesi, klien menolak dirinya
sendiri
4) Manifestasi fisik: tekanan darah meningkat, penyakit
psikosomatis dan penyalahgunaan obat
5) Menunda keputusan, pasien sangat ragu-ragu dalam mengambil
keputusan, rasa aman terancam, seseorang mungkin tidak melaporkan
perilaku kasar terhadap dirinya
6) Gangguan berhubungan karena ketakutan, penolakan dan harga
diri rendah, pasien menjadi kejam, merendahkan diri atau engesploitasi
orang lain, perilaku ini adalah menarik diri atau isolasi sosial yang
disebabkan oleh perasaan tidak berharga
7) Menarik diri dari realitas, bila kecemasan yang disebabkan oleh
penolakan diri sendiri mencapai tingkat berat atau panik, pasien
mungkin mengalami gangguan asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu
atau paranoid
8) Merusak diri, harga diri rendah dapat mendorong pasien
mengakhiri kehidupannya
9) Merusak atau melukai orang
10) Menolak tekanan
b. Perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas terjadi karena
kegagalan mengintegrasikan berbagai identifikasi pada masa kanak-kanak
secara selaras dan harmonis.Perilaku yang berhubungan dengan identitas
kabur adalah hubungan interpersonal yang kacau atau masalah hubungan
intim. Pasien mengalami kesukaran tampil sesuai dengan jenis kelaminnya.
c. Perilaku berhubungan dengan depersonalisasi
Jika individu mengalami tingkat panik dan kecemasan maka respon mal
adaptif terhadap masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan klien
menarik diri dari realitas.Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
Ini merupakan perasaan asing akan diri sendiri. Pasien sukar membedakan
dirinya dengan orang lain/lingkungan. Depersonalisasiadalah pengalaman
subjektif yang dapat merusak ego.Depersonalisasi dapat terjadi pada depresi,
skizofrenia, mania dan gangguan mental organik.
2.6 Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan
konsep diri dibagi dua yaitu:
a. Koping jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis,
misalnya: pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat
dan obsesi nonton televisi.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki
kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang
kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri
sendiri dan orang lain.
b. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan
individu.Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan
karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin
remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan
ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk
melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering digunakan adalah:
fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.Dalam keadaan yang semakin berat dapat
terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis,
neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan
dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.

2.7 Penelitian Terkait


Pada penelitian yang berjudul (Pengaruh Tak Stimulasi Persepsi; Bercerita
Tentang Pengalaman Positif Yang Dimiliki Terhadap Harga Diri Pada Pasien Harga Diri
Rendah Di Rsjd Dr. Amino Gondohutomo) di lakukan oleh Deni Hermawan, dkk thn
2015, penelitian ini menggunakan quasi eksperiment dan menggunakan rancangan
penelitian one group pretest-postest design.
Populasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah semua pasien harga diri
rendah yang di rawat inap di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien harga diri rendah di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebanyak 36 orang, sampel berjumlah 36 responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Alat pengumpul data yang digunakan yaitu prosedur TAK stimulasi persepsi, lembar
kuesioner harga diri bersumber dari “Rosenberg’s Self-Esteem Scale”. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wilcoxon.
Proses pelaksanan TAK stimulasi persepsiresponden bercerita tentang
pengalaman positif yang dimiliki untuk meningkatkan harga dirinya dengan menggali
kemampuan positif individu, danmembantu anggotanya berhubungan satu dengan yang
lain, serta mengubah perilaku yang distruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada
pada kontribusi dari setiap anggota, dan di dalam kelompok seseorang dapat berbagi
pengalaman dan saling menemukan hubungan interpersonal yang baik dan merasa diakui
dan di hargai. Kegiatan ini juga melatih responden untuk mempersepsikan stimulus yang
pernah di alami. Diharapkan respon responden terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan pada saat bercerita menjadi adaptif untuk meningkatkan harga diri.
Penelitian ini didapatkan bahwa Berdasarkan karakteristik responden rata - rata
responden berusia 30 tahun, jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama masing-masing
sebanyak 18 responden (50,0%), pendidikan sebagian besar SMP sebanyak 18 responden
(50,0%), pekerjaan responden sebagian besar wiraswasta sebanyak 25 responden
(69,4%).
Sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang
pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata 13,44 yang mengalami
harga diri rendah. Sesudah diberikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi;
bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki mempunyai skor nilai rata-rata
17,25yang mengalami harga diri rendah. Ada pengaruh yang signifikan antara terapi
aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang pengalaman positif yang dimiliki
terhadap peningkatan tingkat harga diri pada pasien harga diri rendah, dengan nilai p
value 0,000 (α < 0,05)
Hasil penelitian sebagian besar responden mengalami peningkatan harga diri
ditandai dengan berkurangnya tanda gejala yang dimiliki. Dari hasil uji analisa
menunjukan bahwa terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi; bercerita tentang
pengalaman positif yang dimiliki memberikan pengaruh positif terhadap harga diri klien
sehingga dapat memudahkan klien untuk bersosialisasi baik di lingkungan rumah sakit.
2.8 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri
rendah adalah:
a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik
b. Gangguan citra tubuh
c. Perubahan penampilan peran
d. Ideal diri tidak realistik
e. Ketidakberdayaan
f. Isolasi sosial: menarik diri
g. Resiko perilaku kekerasan (Muhith, 2015).
2.9 Akibat
Pasien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial: menarik diri, perubahan penampilan peran,
keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan.
2.10 Pohon Masalah

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Gangguan citra tubuh


2.11 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan
1) Isolasi sosial : menarik diri
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3) Gangguan citra tubuh
b. Data yang perlu dikaji
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama : Gangguan - Mengungkapkan ingin - Merusak diri sendiri
konsep diri: harga diri diakui jati dirinya - Merusak orang lain
rendah - Mengungkapkan tidak - Menarik diri dari
ada lagi yang peduli hubungan sosial
- Mengungkapkan tidak - Tampak mudah
bisa apa-apa tersinggung
- Mengungkapkan - Tidak mau makan
dirinya tidak berguna dan tidak tidur
- Mengkritik diri sendiri
2. Masalah Keperawatan: - Mengkritik diri sendiri - Tampak sedih dan
Penyebab gangguan citra - Mengungkapkan tidak melakukan
tubuh perasaan main aktivitas yang
terhadap diri sendiri seharusnya dapat
- Mengungkapkan malu dilakukan
dan tidak bisa bila - Wajah tarnpak
diajak melakukan murung
sesuatu - Pasien terlihat lebih
- Perasaan tidak mampu suka sendiri
- Perasaan negatif - Bingung bila
mengenai dirinya disuruh memilih
sendiri alternatif tindakan
3. Masalah Keperawatan: - Mengungkapkan tidak - Ekspresi wajah
Akibat isolasi sosial : berdaya dan tidak kosong
menarik diri ingin hidup lagi - Tidak ada kontak
- Mengungkapkan mata ketika diajak
enggan berbicara bicara
dengan orang lain - Suara pelan dan
- Pasien malu bertemu tidak jelas
dan berhadapan
dengan orang lain

2.12 Diagnosa Keperawatan


a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
citra tubuh
2.13 Rencana Tindakan Keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
1) Tujuan umum
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2) Tujuan khusus
a) Pasein dapat membina hubungan saling percaya
1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik
2. Sapa pasien dengan ramah secara verbal dan nonverbal.
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai pasien
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
b) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien
2. Hindarkan pemberian penilaian negatif setiap bertemu
pasien
3. Utamakan memberi pujian yang realistik
c) Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
2. Diskusikankemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
3. Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuaidengan
kemampuan yang dimiliki
4. Rencanakan aktivitasbersama pasien yang dapat dilakukan
setiap hari
5. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
pasien
6. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien
lakukan
d) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan
2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan di rumah
e) Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat pasien dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga dengan memberikan dukungan selama
pasien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
f) Hasil yang diharapkan
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap
penyakit yang diderita
2. Pasien menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya
(fisik, intelektual, sistem pendukung)
3. Pasien berperan serta dalam perawatan dirinya
4. Percaya diri pasien menetapkan keinginan atau tujuan
yang realistik
b. Gangguan konsep diri harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh.
1) Tujuan umum
Pasien menunjukkan peningkatan harga diri
2) Tujuan khusus
a) Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling
percaya
1. Bina hubungan perawat – pasien yang terapeutik
2. Salam terapeutik
3. Komunikasi terbuka, jujur dan empati
4. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Beri
kesempatan mengungkapkan perasaan pasien terhadap
perubahan tubuh.
5. Lakukan kontrak untuk program asuhan keperawatan
(pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan)
b) Pasien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
1. Diskusikan perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
2. Observasi ekspresi pasien pada saat diskusi
c) Pasien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(tubuh, intelektual, keluarga) oleh pasien diluar perubahan
yang terjadi
2. Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih
dimiliki pasien
3. Pasien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh.
4. Dorong pasien untuk merawat diri dan berperan serta
dalam asuhan klien secara bertahap
5. Libatkan pasien dalam kelompok klien dengan masalah
gangguan citra tubuh
6. Tingkat dukungan keluarga kepada pasien terutama
pasangan.
d) Pasien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan
masalah yang dihadapi
1. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet) sebagai sumber
informasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
2. Dorong paisen memilih cara yang sesuai
e) Pasien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas
tubuh
1. Membantu pasien mengurangi perubahan citra tubuh
2. Rehabilitasi bertahap bagi pasien
f) Hasil yang diharapkan
1. Pasien menerima perubahan tubuh yang terjadi
2. Pasien memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang
terjadi
3. Pasien dapat beradaptasi dengan cara-cara yang dipilih
dan digunakan
BAB 3
TINJAUAN KASUS
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RS. JIWA DAERAH MENUR SURABAYA
Ruang Rawat : Wijaya Kusuma Tanggal Dirawat : 06 Desember 2018

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. S Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2018
Umur : 19 Tahun RM No. : 05-xx-xx
Informan : Pasien dan Rekam Medis

II. ALASAN MASUK


Pasien mengatakan dia dibawa ke IGD RS. Jiwa Menur karena tidak bisa
tidur, gemetar, dan seperti kejang. Klien juga mengatakan kasihan dengan
ayahnya yang rela mencari biaya untuk pengobatan dirinya. Dirumah dia merasa
disalahkan oleh ibuny tirinya karena ayahnya dan adik tirinya sakit-sakitan.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Tidak
2. Pengobatan sebelumnya ? Belum pernah
3. Pengalaman
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik - - -
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam keluarga - - -
Tindakan kriminal - - -
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Klien mengatakan bahwa dirinya belum pernah
masuk RS Jiwa Menur.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalamai gangguan jiwa ? Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien mengatakan bahwa klien pernah di PHK dari pekerjaannya 5 tahun yang
lalu dan karena hal itu klien ditinggalkan oleh istrinya dengan meninggalkan
seorang anak.
Masalah keperawatan : respon pasca trauma
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 100/70 mmHg, N :88, S : 36,4o, RR: 21x permenit
2. Ukur : TB : 150cm BB : 58kg
3. Keluhan fisik : Klien mengatakan selalu mengeluhkan bahwa dirinya
ingin tidur siang tetapi selalu saja tidak bisa tidur dengan nyenyak.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak ke 3
dari 3 bersaudara. Ibu kandung klien saat klien berusia 2,5 tahun. Lalu klien
dirawat oleh budhe dan pakdhenya di Jogjakarta sampai usia ±17 tahun. Pada
saat klien kelas 2 SMP, kakak laki-lakinya meninggal karena sakit usus.
Setelah itu ayahnya menikah lagi dan memiliki 1 orang anak. Karena klien
mengalami sakit, maka ayah klien memutuskan untuk membawa klien pulang
dan tinggal bersamanya di Gresik. Sedangkan kakak perempuannya tinggal
bersama suaminya di Surabaya.
Masalah Keperawatan : koping keluarga inefektif : ketidakmampuan
koping
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan bahwa dia sangat menyukai matanya
karena sangat mirip dengan mata ibunya.
b. Identitas : klien mengatakan namanya adalah Nn. A, usia 20 tahun,
alamat rumah di Gresik, klien mengatakan bahwa dia anak ke 3 dari 3
bersaudara, dia memiliki 1 orang adik tiri, klien mengalami putus sekolah
saat dia SMA.
c. Peran : klien mengatakan bahwa dia adalah seorang anak
d. Ideal diri : klien mengatakan bahwa ingin melanjutkan
sekolah lagi seperti anak-anak seusianya.
e. Harga diri : klien mengatakan bahwa dirinya sering dimarahi oleh ibu
tirinya karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan sakit-sakitan.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti
baginya adalah ayahnya karena saat ini ayahnya adalah satu-satunya orang
tua kandung yang dimiliki oleh klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan
saat dirumah klien mengikuti organisai karang taruna. Tetapi pada saat
MRS, kegiatan klien lebih banyak tidur, menonton tv dan mengikuti senam
pagi.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : dari hasil observasi
klien sulit memulai percakapan dengan orang yang baru ia kenal, tetapi
saat sudah kenal dan dekat klien mau memulai percakapan lebih dulu.

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan bahwa dirinya beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah : klien mengatakan saat dirumah dia menjalani
sholat 5 waktu, tetapi saat dirawat dirumah sakit dia tidak menjalani sholat
dan mengatakan “libur dulu mbak”.
Masalah Keperawatan : distress spiritual

VI. GENOGRAM
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Menikah
: Klien
: Tinggal serumah
: Meninggal

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan : Tidak rapi
Jelaskan : Klien terlihat kucel dan rambutnya berantakan,
tetapi klien mengatakan sudah mandi
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan : Tenang dan kooperatif
Jelaskan : Klien tidak mau memulai pembicaraan dengan
orang lain yang baru ia kenal, saat diajak berbicara klien berbicara dengan
suara yang keras dan intonasi cepat.
Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal
3. Aktivitas motorik : Lesu
Jelaskan : saat berjalan klien berjalan dengan pelan seperti
tidak bertenaga. Activity daily living klien juga diarahkan, dan klien lebih
banyak tidur-tiduran.
Masalah keperawatan : penurunan aktivitas motorik
4. Alam perasaan : sedih, khawatir
Jelaskan : klien menyatakan bahwa dia ingin tidur selamanya
saja, karena dia merasa menjadi beban untuk orang tuanya.
Masalah keperawatan : ansietas
5. Afek : datar, tidak sesuai
Jelaskan : ekspresi klien nampak datar saat diwawancarai
dan terkadang klien menunjukkan ekspresi yang tidak sesuai dengan cerita.
Masalah keperawatan : kerusakan interaksi sosial
6. Interaksi selama wawancara : -
Jelaskan : saat wawancara klien sangat kooperatif, kontak
mata klien baik.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Halusinasi :-
Jelaskan : tidak ada tanda-tanda halusinasi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir : tangensial
Jelaskan : klien hanya membicarakan hal yang itu-itu saja
tetapi bahasanya berbelit-belit.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
9. Isi pikir :-
Waham :-
Jelaskan : klien menceritakan sesuai dengan yang dialami
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran :-
Disorientasi :-
Jelaskan : klien mengatakan bahwa ini adalah RS Jiwa
Menur, klien mengetahui nama klien lain dan perawat yang merawatnya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Jelaskan : klien mengatakan ingat kejadian saat dipondok
pesantren dulu.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung :-
Jelaskan : klien mampu berkonsentrasi dengan baik
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian : gangguan ringan
Jelaskan : klien mengatakan tidak pernah mencekik lehernya
sendiri, tetapi ayahnya dan Rekam Medis menyatakan hal yang sebaliknya.
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir
14. Daya tilik diri : mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : klien tidak mengungkapkan alasan lain masuk ke
rumah sakit jiwa Menur selain tidak bisa tidur dan gemetar.
Masalah keperawatan :
1. Perubahan proses pikir
2. Resiko regimen terapi tidak efektif
VIII. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien menyediakan/memenuhi kebutuhan
Ya Tidak
Makanan √
Minuman √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Uang √
Jelaskan : Klien mampu melakukan activity daily
living secara mandiri dengan sedikit arahan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan total
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
BAK/BAB √
Ganti pakaian √
Jelaskan : Secara umum klien mandiri dengan sedikit arahan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Nutrisi
Ya Tidak
- Apakah ada puas dengan pola makan anda ? √
- Apakah anda makan memisahkan diri ? √
Jika Ya, jelaskan alasannya ? porsi makan klien memang sedikit, dari sebelum
MRS pun juga sedikit.
- Frekuensi makan sehari 3 kali
- Frekuensi udapan sehari 3 kali
- Nafsu makan : sedikit-sedikit
- Diet khusus : tidak ada
Jelaskan : porsi makan klien memang sedikit, bila diberi
porsi banyak tidak pernah dihabiskan
Masalah keperawatan : tidakada masalah keperawatan
c. Tidur
- Apakah ada masalah ? Tidak
- Apakah anda merasa segar setelah bangun tidur ? Ya
- Apakah anda kebiasaan tidur siang ? Tidak
Lamanya 10 jam
- Apa yang menolong anda untuk tidur ? berimajinasi
- Waktu tidur malam : Jam 20.00 WIB
- Waktu bangun jam 06.00 WIB
Beri tanda √ sesuai dengan keadaan klien.
Sulit untuk tidur √ Terbangun saat tidur √
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur √
Semnabolisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan : klien mengatakan bila tidur malam klien sering


terbangun di tengah malam tetapi tidur lagi, dan klien selalu ingin tidur siang
tetapi tidak pernah bisa tidur nyenyak.
Masalah keperawatan : Gangguan pola tidur
3. Kemampuan klien dalam
Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasarkan √
keinginan sendiri
Mengatur penggunaan obat √
Melakukan pemeriksaan kesehatan √
(follow up)

Jelaskan : Klien mampu melakukan activity daily living


secara mandiri namun belum mengetahui jenis obat dan kegunaannya.
Masalah keperawatan : resiko regimen terapeutik tidak efektif
4. Klien memiliki sistim pendukung
Ya Tidak
Keluarga √
Profesional/terapis √
Teman sejawat √
Kelompok sosial √

Jelaskan : Klien mengatakan saat dirumah kegiatan klien


selalu dibatasi oleh ayahnya.
Masalah keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau
hobi ? Ya
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa klien pernah bekerja
sebagai seorang security di salah satu Mall di Surabaya. Kemudian klien di
PHK dari pekerjaanya dan kemudian klien bekerja sebagai kloper koren.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/berlebih
Teknik reloksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
√ Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : tidak ada
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien mengatakan bahwa dirinya putus
sekolah saat SMA karena klien mengalami sakit ini.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : tidak ada
5. Masalah dengan perumahan, spesifik : tidak ada
6. Masalah ekonomi, spesifik : klien mengatakan bahwa klien ingin melanjutkan
sekolah, tetapi tidak memiliki cukup biaya, karena biaya yang dimiliki
ayahnya digunakan untuk pengobatan dirinya dan ayahnya.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : tidak ada
8. Masalah lainnya, spesifik : klien pernah mencekik lehernya sendiri
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
1. Penyakit jiwa
2. Koping
3. Penyakit fisik
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
XII. DATA LAIN-LAIN
WBC : 13,4 103/uL Nilai normal : 4,8-10,8 103/uL
RBC : 4,33 103/uL Nilai normal : 4,2-6,1 103/uL
HGB : 12,3 g/dL Nilai normal : 12-18 mg/dL
HCT : 37,0 % Nilai normal : 37-52 %
MXD :9% Nilai normal : 25-30 %
Chol : 163 mg/dL Nilai normal : < 200 mg/dL
Trigliserida : 139 mg/dL Nilai normal : <150 mg/dL
Asam Urat : 5,8 mg/dL Nilai normal : L : 3,4-7,0 ; P : 2,5 – 6,0 mg/dL
XIII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : F.28 (psikotik non organik)
Terapi Medik :
Clozapine 2 mg 1-0-1 tab

THD 2 mg -0- tab

Clonazepam 2 mg -0- tab

XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Ansietas
2. Defisit perawatan diri
3. Distress spiritual
4. Gangguan komunikasi verbal
5. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
6. Gangguan pola tidur
7. Kerusakan interaksi sosial
8. Ketidakmampuan koping keluarga
9. Koping individu tidak efektif
10. Kurang pengetahuan
11. Penurunan aktivitas motorik
12. Perubahan proses pikir
13. Resiko regimen terapeutik tidak efektif
14. Resiko tinggi mencederai
15. Respon pasca trauma
XV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
ANALISA DATA

NAMA :Tn. S NIRM : 05-41-82 RUANGAN : Wijaya Kusuma

Hari/Tgl Data Etiologi Masalah T.T


Kamis, DS :
06-12-2018  Pasien mengatakan sering mendengar Resiko Mencederai Diri Gangguan Persepsi
suara-suara yang tidak ada wujudnya, Sendiri, Orang lain dan
Sensori: Halusinasi
suara tersebut kadang menyuruh Tn. Lingkungan
S untuk berbuat jelek dan kadang Pendengaran
menyuruh berbuat baik.
Halusinasi Pendengaran
DO :
 Ketika diajak berbicara pasien dapat
menjawab dengan kooperatif dan Harga Diri Rendah
mampu memulai pembicaraan
 Intonasi bicara pasien cepat sehingga
perawat kurang memahami apa yang
diucapkannya
 Ekspresi wajah tidak sesuai
 Interaksi dengan orang lain kurang
karena pasien selalu di dalam kamar
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

Nama: Tn. S No. RM: 05-xx-xx Ruangan: Wijaya Kusuma

TGL DIAGNOSA PERENCANAAN RASIONAL


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA TINDAKAN KEPERAWATAN
EVALUASI
06/12/18 Gangguan Persepsi Pasien mampu: Setelah 2 kali SP 1
Sensori: Halusinasi  Mengenali pertemuan, pasien 1. Bina hubungan saling percaya 1. Hubungan saling percaya
Pendengaran halusinasi dapat: 2. Bantu pasien mengenal sebagai dasar interaksi yang
yang  Membina halusinasinya (isi, frekuensi, terapeutik antara perawat
dialaminya hubungan saling waktu terjadinya, situasi pencetus, dank lien
 Mengontrol percaya perasaan saat terjadi halusinasi) 2. Untuk mengetahui masalah
halusinasinya  Menyebutkan isi, 3. Latih mengontrol halusinasi yang dialami pasien
 Mengikuti waktu, frekuensi, dengan cara menghardik 3. Dengan latihan menghardik
program situasi pencetus, Tahap tindakannya meliputi: dapat membantu dalam
kegiatan perasaan a. Jelaskan cara menghardik mengontrol halusinasi
 Mampu halusinasi
memperagakan b. Peragakan cara menghardik
cara dalam c. Minta pasien memperagakan
mengontrol ulang
halusinasi d. Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Setelah 1 kali SP 2
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Mengetahui apakan pasien
mampu: 2. Latih berbicara/ bercakap-cakap mampu melakukan cara
 Menyebutkan dengan orang lain saat halusinasi mengontrol halusinasi yang
kegiatan yang muncul pertama (SP 1)
sudah dilakukan 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan 2. Dengan latihan bercakap-
 Memperagakan pasien cakap dapat memutus
cara bercakap- halusinasi yang dialami
cakap dengan pasien
orang lain
Setelah 2 kali SP 3
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1
mampu: dan SP 2)
 Menyebutkan 2. Latih kegiatan agar halusinasi tidak
kegiatan yang muncul
sudah Tahapan:
dilakukan a. Jelaskan pentingnya aktivitas yang
 Membuat teratur untuk mengatasi halusinasi
jadwal kegiatan b. Diskusikan aktivitas yang biasa
sehari-hari dan dilakukan oleh pasien
mampu c. Latih pasien melakukan aktivitas
memperagakan d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari
nya sesuaidenganaktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai
tidur malam)
e. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap perilaku
yang positif
Setelah 2 kali SP 4
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 1. Mengetahui apakah pasien
mampu: SP 2 dan SP 3) mampu melakukan cara
 Menyebutkan 2. Tanyakan program pengobatan mengontrol halusinasi
kegiatan yang 3. Jelaskan pentingnya penggunaan sesuai SP 1, Sp 2, dan Sp 3
sudah obat pada gangguan jiwa 2. Untuk mengetahui sejauh
dilakukan 4. Jelaskan akibat bila obat tidak mana pemahan pasien
 Menyebutkan digunakan sesuai program tentang obat-obatan yang
manfaat dari 5. Jelaskan akibat bila putus obat diminum
program 6. Jelaskan cara mendapatkan obat/ 3. Meningkatkan pengetahuan
pengobatan berobat pasien tentang fungsi obat
7. Jelaskam pengobatan 5B yang diminum dan
8. Latih pasien minum obat dampaknya jika tidak
9. Masukkan dalam jadwal harian minum obat secara teratur.
pasien 4. Dapat meningkatkan
pengetahuan pasien
5. Meningkatkan pengetahuan
pasien tentang dampak
apabila putus obat
6. Dapat membantu
memfasilitasi pasien dalam
mendapatkan obat
7. Dengan menjelaskan cara
minum obat 5B dapat
mencegah terjadinya
kesalahan dalam minum
obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S RM No.: 05-xx-xx Ruangan: Wijaya Kusuma

TGL DIAGNOSIS TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI

06/12/18 Gangguan Persepsi Sensori: S: klien menjawab pertanyaan dan menyebutkan namanya
Halusinasi Pendengaran
SP 1 O: - klien mampu memperkenalkan diri
1. Menjalin hubungan saling percaya
- Kontak mata pasien ada

- Klien lebih sering terlihat tidur di


kamar daripada aktivitas

A: SP 1 belum tercapai

P: lanjutkan BHSP
17/9/18 Gangguan konsep diri: Harga SP 1 S: klien tidak mampu menyebutkan hal positif yang
diri rendah dimiliki, klien mengingat nama perawat
1. Menjalin hubungan saling percaya

2. Mengidentifikasi hal positif pada diri O: - klien kooperatif

- Kontak mata ada

- Klien terlihat lebih sering tidur


dikamar

A: SP 1 belum tercapai

P: lanjutkan SP 1
18/9/18 Gangguan konsep diri: Harga SP 1 S: klien mengatakan hal positif yang dimiliki adalah
diri rendah mencuci baju, mencuci piring, dan menyapu
1. Mengidentifikasi hal positif yang dimiliki

2. Membantu klien menilai kemampuan yang O: - klien kooperatif


dapat digunakan
- Klien banyak bercerita tentang
3. Membantu memilih kegiatan yang akan dirinya
dilatih
A: Masalah belum teratasi
4. Melatih kemampuan yang dipilih klien

5. Memberi pujian terhadap keberhasilan klienP: Lanjutkan SP 1

6. Membantu menyusun jadwal kegiatan


19/9/18 Gangguan konsep diri : harga SP 1 S: klien mengatakan senang bisa dibantu membereskan
diri rendah tempat tidur
1. Membantu memilih kegiatan yang akan
dilatih O: - klien kooperatif
2. Melatih kemampuan yang dipilih klien
- Klien mampu mengikuti instruksi
3. Memberi pujian terhadap keberhasilan klien perawat
4. Membantu menyusun jadwal kegiatan
A: Masalah teratasi
20/9/18 Gangguan konsep diri : harga SP 2 S: klien mengatakan senang bisa memimpin teman-teman
diri rendah untuk senam pagi
1. Diskusikan dengan klien langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan O: - Klien kooperatif
2. Bersama dengan klien memeragakan
- Klien terlihat menikmati peran untuk
kegiatan yang akan ditetapkan
memimpin senam pagi
3. Memberi pujian terhadap keberhasilan klien
- Klien mampu mengikuti instruksi
4. Membantu memilih kegiatan yang akan
perawat
dilatih

A: Masalah teratasi

P: Lanjutkan SP 2
21/9/2018 Gangguan konsep diri : harga SP 2 S: klien mengatakan senang bisa memimpin teman-teman
diri rendah untuk senam pagi.
1. Diskusikan dengan klien langkah-langkah
pelaksanaan kegiatan O: - Klien kooperatif
2. Bersama dengan klien memeragakan
- Klien terlihat menikmati peran untuk
kegiatan yang akan ditetapkan
memimpin senam pagi
3. Memberi pujian terhadap keberhasilan klien
- Klien mampu mengikuti instruksi
4. Membantu memilih kegiatan yang akan
perawat
dilatih

- Klien nampak banyak tersenyum saat


memimpin senam pagi

A: Masalah teratasi

P: Lanjutkan SP 2
RENCANA KEPERAWATAN JIWA

Nama Klien : Nn. A


NIRM : 05-xx-xx Bangsal/tempat : Puri Anggrek

Perencanaan
No Tgl Dx
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional
1 16/9/18 Gangguan Klien dapat membina - Ekspresi 1. Membina hubungan Dengan membina
konsep diri: hubungan saling wajah bersahabat saling percaya, hubungan saling
Harga diri percaya - Ada kontak dilakukan dengan percaya antara
rendah mata cara: perawat dan klien
- Mau berjabat a. Ucapkan salam tiap dapat
tangan berinteraksi mempermudah
- Menyebutkan b. Berkenalan dengan dalam pengkajian
nama klien dan tindakan
- Menjawab c. Tanyakan perasaan keperawatan
salam klien hari ini
- Mau duduk d. Buat kontrak asuhan
berhadapan e. Tunjukkan empati
- Mau terhadap klien
mengutarakan masalah f. Penuhi kebutuhan
dasar klien jika
mungkin
2. 17/9/18 Gangguan - Membina hubungan Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien Dengan
konsep diri: saling percaya positif yang ada pada diri klien mengidentifikasi hal mengidentifikasi
Harga diri - Mengidentifikasi hal positif yang dimiliki hal positif yang
rendah positif yang dimiliki dengan cara: dimiliki klien dapat
klien a. Tanyakan pada klien membantu perawat
kemampuan yang untuk
dimiliki klien mengembalikan
b. Tanyakan apakah rasa percaya diri
kemampuan tersebut yang dimiliki klien
biasa dilakukan atau
tidak
3. 18/9/18 Gangguan Mengidentifikasi hal Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien Dengan
konsep diri: positif yang dimiliki positif yang ada pada dirinya mengidentifikasi hal mengidentifikasi
Harga diri klien positif yang dimiliki hal positif yang
rendah dengan cara: dimiliki klien dapat
a. Tanyakan pada klien membantu perawat
kemampuan yang untuk
dimiliki klien mengembalikan
b. Tanyakan apakah rasa percaya diri
kemampuan tersebut yang dimiliki klien
biasa dilakukan atau
tidak
c. Membantu klien
menilai kemampuan
yang dapat digunakan
d. Membantu memilih
kegiatan yang akan
dilatih
e. Melatih kemampuan
yang telah dipilih
f. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
4. 19/9/18 Gangguan - Klien dapat melatih - Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien melatih Dengan melatih hal
konsep diri: hal positif yang ada positif yang ada pada dirinya kemampuan yang dipilih positif yang ada
Harga diri pada dirinya - Klien dapat melakukan dengan cara: pada klien dapat
rendah - Klien dapat kegiatan yang sudah a. Diskusikan dengan membantu perawat
melakukan kegiatan dijadwalkan klien kegiatan yang untuk
yang s udah dilatih akan dipilih sebagai membiasakan klien
sesuai jadwal. kegiatan yang akan mengembangkan
dilakukan sehari-hari hal positif yang
b. Bersama klien dimiliki klien
peragakan kegiatan
yang ditetapkan
c. Berikan dukungan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan klien.
d. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
Gangguan Mengidentifikasi hal - Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien melatih Dengan melatih hal
konsep diri: positif yang dimiliki positif yang ada pada dirinya kemampuan yang dipilih positif yang ada
Harga diri klien, klien dapat - Klien dapat melakukan dengan cara: pada klien dapat
rendah melatih hal positif yang kegiatan yang sudah a. Diskusikan dengan membantu perawat
ada pada dirinya, klien dijadwalkan klien kegiatan yang untuk
dapat melakukan akan dipilih sebagai membiasakan klien
kegiatan yang sudah kegiatan yang akan mengembangkan
dilatih sesuai jadwal. dilakukan sehari-hari hal positif yang
b. Bersama klien dimiliki klien
peragakan kegiatan
yang ditetapkan
c. Berikan dukungan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan klien.
d. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
Gangguan Mengidentifikasi hal - Klien dapat menjelaskan hal Membantu klien melatih Dengan melatih hal
konsep diri: positif yang dimiliki positif yang ada pada dirinya kemampuan yang dipilih positif yang ada
Harga diri klien, klien dapat - Klien dapat melakukan dengan cara: pada klien dapat
rendah melatih hal positif yang kegiatan yang sudah a. Diskusikan dengan membantu perawat
ada pada dirinya, klien dijadwalkan klien kegiatan yang untuk
dapat melakukan akan dipilih sebagai membiasakan klien
kegiatan yang sudah kegiatan yang akan mengembangkan
dilatih sesuai jadwal. dilakukan sehari-hari hal positif yang
b. Bersama klien dimiliki klien
peragakan kegiatan
yang ditetapkan
c. Berikan dukungan
pada setiap kegiatan
yang dilakukan
klien.
d. Memberi pujian
terhadap
keberhasilannya
POHON MASALAH

Defisit Perawatan
Diri

Resiko Kekambuhan Resiko Bunuh Diri Penurunan


Aktivitas Motorik

Resiko regimen terapi Gangguan Konsep Kerusakan Kerusakan


inefektif Diri : HDR Interaksi Sosial Komunikasi

Keluarga tidak mampu Koping Individu


merawat Ansietas
inefektif

Koping Keluarga Kurang Pengetahuan


inefektif Keluarga

Distress Spiritual Gangguan Pola Respon Pasca Perubahan Proses


Tidur Trauma Pikir
BAB 4

PEMBAHASAN
4.1 Pembahsan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Nn. A di ruang Puri Anggrek RSJ
Menur Surabaya. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.

4.1.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
yang sistematis dalam pengumpulan data yang diperoleh dari semua sumber
terkait untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Muhith,
2016). Pengkajian juga dapat didefinisikan pengumpulan data, analisis data, dan
perumusan masalah pasien pada tahap awal proses keperawatan, dengan
pengumpulan data pasien meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual
secara holistic(Yusuf Aha, dkk, 2015), dan disertai pendokumentasian dalam
bentuk asuhan keperawatan untuk mengingat catatan atau sebagai alat
mengevaluasi perawat melakukan tindakan kepada pasien (Yanti & Warsito,
2013).

Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 September dengan pasien Harga Diri


Rendah. Pasien mengatakan dia dibawa ke IGD RS. Jiwa Menur karena tidak bisa
tidur, gemetar, dan seperti kejang. Klien juga mengatakan kasihan dengan
ayahnya yang rela mencari biaya untuk pengobatan dirinya. Dirumah dia merasa
disalahkan oleh ibu tirinya karena ayah dan adik tirinya sakit-sakitan. Alasan
masuk keluarga mengatakan klien pernah mencekik lehernya sendiri tepat
sebelum klien dibawa ke IGD RS. Jiwa Menur yang ke 3 kali ini. Klien
mengatakan bahwa pernah marah dan menodongkan pisau kepada ayahnya sambil
mengancam untuk membunuh ayahnya karena keinginannya tidak dipenuhi oleh
ayahnya. Faktor presdisposisi pasien sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Menur 3 kali, paman pasien pernah mengalami gangguan jiwa dengan gejala
Marah-marah, senyum-senyum tanpa alasan, dan suka berbicara sendiri, riwayat
pengobatan atau perawatan keluarga mengatakan bahwa pamannya menjalani
pengobatan tradisional, keadannya sekarang sudah membaik, dari uraian riwayat
keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan masalah keperawatan
ketidakmampuan koping keluarga.

Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkanklien mengatakan bahwa


saat SMP dirinya pernah mengalami kecelakaan dan mengharuskan kakinya
dioperasi, selain itu juga saat klien berusia 2,5 tahun ibu klien meninggal dunia
karena penyakit diabetes mellitus, dan kakak laki-lakinya yang dekat dengan klien
juga meninggal dunia karena kanker usus saat klien berusia 14 tahun (kelas 2
SMP), dengan diagnosa respon pasca trauma. Pasien selalu mengeluhkan bahwa
dirinya ingin tidur siang tetapi selalu saja tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Pada pengkajian konsep diri pasien didapatkan pasien tidak menyukai


salah satu bagian tubuhnya yaitu rambutnya seperti pada teori menurut
(Muhith, 2016) penilaian subjektif individu terhadap diri sendiri secara sadar dan
tidak sadar terhadap fungsi, peran dan pandangan tubuh, meliputi ketertarikan
talenta, ketrampilan, kemampuan kepribadian dll. namanya adalah Nn. A, usia
20 tahun, alamat rumah di Gresik, klien mengatakan bahwa dia anak ke 3 dari 3
bersaudara, dia memiliki 1 orang adik tiri. klien mengatakan bahwa dia sangat
menyukai matanya karena sangat mirip dengan mata ibunya. Klen ingin
melanjutkan sekolah lagi seperti anak-anak seusianya.
Hubungan sosial, klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti
baginya adalah ayahnya karena saat ini ayahnya adalah satu-satunya orang tua
kandung yang dimiliki oleh klien. Saat dirumah klien mengikuti organisai karang
taruna. Tetapi pada saat MRS, kegiatan klien lebih banyak tidur, menonton tv dan
mengikuti senam pagi. dari hasil observasi klien sulit memulai percakapan dengan
orang yang baru ia kenal, tetapi saat sudah kenal dan dekat klien mau memulai
percakapan lebih dulu. Klien beragama islam, saat dirumah dia menjalani sholat 5
waktu, tetapi saat dirawat dirumah sakit dia tidak menjalani sholat dan
mengatakan “libur dulu mbak”. Didapatkan masalah keperawatan distress
spiritual.
Mekanisme koping adalah penyelesaian masalah yang digunakan individu
untuk penyelesaian masalah, mengatasi perubahan, situasi yang mengancam
baik secara kognitif maupun perilaku (Nasir, A dan Muhith, A, 2011). Klien
tinggal bersama ayah, ibu tiri dan saudara tirinya. Penampilan pasien tidak rapih,
klien terlihat kucel dan rambutnya berantakan, tetapi klien mengatakan sudah
mandi. Pembicaraan cepat, keras, dan gugup. klien tidak mau memulai
pembicaraan dengan orang lain yang baru ia kenal, saat diajak berbicara klien
berbicara dengan suara yang keras dan intonasi cepatklien tidak mau memulai
pembicaraan dengan orang lain yang baru ia kenal, saat diajak berbicara klien
berbicara dengan suara yang keras dan intonasi cepat. saat berjalan klien berjalan
dengan pelan seperti tidak bertenaga. ADL klien juga diarahkan, dan klien lebih
banyak tidur-tiduran. klien menyatakan bahwa dia ingin tidur selamanya saja,
karena dia merasa menjadi beban untuk orang tuanya. ekspresi klien nampak datar
saat diwawancarai dan terkadang klien menunjukkan ekspresi yang tidak sesuai
dengan cerita. saat wawancara klien sangat kooperatif, kontak mata klien baik.
tidak ada tanda-tanda halusinasi. klien mengatakan tidak pernah mencekik
lehernya sendiri, tetapi ayahnya dan Rekam Medis menyatakan hal yang
sebaliknya. Klien makan tiga kali sehari. klien sulit tidur. Klien mengatakan dia
sering dimarahi oleh ibu tirinya, dan sering bertengkar dengan ibu tirinya.
Keluarga mengatakan bahwa klien pernah bekerja sebagai penggulung terpal
namun hanya bertahan 3 hari saja, setelah itu klien tidak bekerja karena mengeluh
badannya gemetar. Klien mendapatkan terapi Clozapine 2 mg (1-0-1 tab), THD 2

mg -0- tab), Clonatepam 2 mg -0- tab).

Hasil lab :

WBC : 13,4 103/uL Nilai normal : 4,8-10,8 103/uL


RBC : 4,33 103/uL Nilai normal : 4,2-6,1 103/uL
HGB : 12,3 g/dL Nilai normal : 12-18 mg/dL
HCT : 37,0 % Nilai normal : 37-52 %
MXD :9% Nilai normal : 25-30 %
Chol : 163 mg/dL Nilai normal : < 200 mg/dL
Trigliserida : 139 mg/dL Nilai normal : <150 mg/dL
Asam Urat : 5,8 mg/dL Nilai normal : L : 3,4-7,0 ; P : 2,5 – 6,0 mg/dL
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut videbeck dalam Nurjannah (2005), menyatakan bahwa diagnosa
keperawatan berbeda dengan diagnosa keperawatan bebeda dari diagnosa
psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap
masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari
yang merupakan perhatian utama diagnosa keperawatan. Dari pengelompokan
data, selanjutnya penulis merumuskan urutan yang mengurutkan kejadian masalah
gangguan jiwa pada pasien yang disebut pohon masalah (Yusuf Ah, 2015).

Pada diagnosa keperawatan ditemukan 3 diagnosa yaitu koping individu


inefektif, harga diri rendah dan resiko bunuh diri. Pada diagnosa koping individu
inefektif ditandai adanya pasien mengalami suatu ketidakmampuan dan
menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena
ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik,psikologis,perilaku dan atau kognitif).
Pasien merasa tidak mampu membantu kedua orang tuanya membersihkan rumah
atau bekerja karena apabila pasien melakukan itu semua, pasien akan merasa
capek dan kejang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yati & Sarni (2018), strategi
koping yang positif dapat memberikan manfaat agar individu mampumelanjutkan
kehidupan walaupun ia memiliki masalah. Manfaatnya yaitu untuk
mempertahankan keseimbangan emosi, mempertahankan citra diri (self image)
yang positif, mengurangi tekanan lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap
hal-hal yang negatif dari hubungan yang mencemaskan terhadap orang lain.

Pada diagnosa harga diri rendah ditandai dengan pasien mengatakan ibu
tirinya suka memarahinya dan mengatai dirinya anak yang sakit-sakitan dan
pemalas, pasien mengatakan merasa membebani ayahnya dan ingin mati saja.
Selain itu, pasien mengatakan dirinya tidak berguna sehingga pasien merasa
menarik diri. Hal ini setara dengan Nani & Makassar (2014), harga diri menjadi
tidak stabil karena remaja sangat memperhatikan dan mempedulikan kesan yang
mereka buat terhadap orang lain. Usaha untuk menyenangkan banyak orang akan
menghasilkan frustasi. Kegagalan dalam pencapaian pencarian jati diri inilah
menyebabkan remaja rentan mengalami harga diri rendah. Intervensi yang dapat
dilakukan menurut (Sasmita, Keliat, Padang, & Barat, 2010) dengan
menggunakan cognitive behaviour therapy (CBT) yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif perilaku klien harga diri rendah.
Pada diagnosa Resiko bunuh diri ditandai dengan anamnesa dari keluarga
pasien yang mengatakan bahwa pasien pernah mencekik lehernya sendiri.Hal ini
setara dengan Valentina & Helmi (2016) yang mengatakan ide bunuh diri
mengacu pada pikiran-pikiran tentang menyakiti atau membunuh diri sendiri.
Percobaan bunuh diri adalah suatu tindak- an yang tidak fatal, menyakiti diri
sendiri dengan maksud eksplisit untuk kematian. Tindakan bunuh diri adalah
tindakan menyakiti diri sendiri yang bersifat fatal dengan maksud eksplisit untuk
mati.
Pada tanggal 16 september 2018 dilakukan pengkajian dan didapatkan hasil,
DS: Px mengatakan sudah ditinggal ibunya sejak umur 2,5 tahun dan ditinggal
kakak laki-lakinya sejak usia kelas 2 SMP, ibu tirinya suka memarahinya, Px
merasa membebani ayahnya dan ingin mati saja, pasien merasa tidak berguna.
DO: Ketika diajak berbicara pasien dapat menjawab dengan kooperatif dan
mampu memulai pembicaraan, Intonasi bicara pasien cepat sehingga perawat
kurang memahami apa yang diucapkannya, Ekspresi wajah tidak sesuai Interaksi
dengan orang lain kurang karena pasien selalu di dalam kamar.

4.1.3 Intervensi Keperawatan


Menurut Ali dalam Nurjanah, rencana tindakan keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan
keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan klien dapat diatasi. Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama
dengan landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai
dengan SP (Standart Pelaksanaan) yang telah ditetapkan.

Menurut Kusumawati & Yudi (2010) tujuan umum berfokus pada


penyelesaian permasalahan dari diagnosis keperawatan dan dapat dicapai jika
serangkaian tujuan khusus tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelsaian
penyebab dari diagnosis keperawatan. Tujuan khusus merupakan rumusan
kemampuan klien yag perlu dicapai atau yang dimiliki. Kemampuan ini dapat
bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan pelayanan. Kemampuan pada
tuuan khusus terdiri dari 3 aspek yaitu: kemampuan kognitif, psikomotor, dan
afektif yang perlu dimiliki klien untuk menyelesaikan masalah.

4.1.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan rencana tindakan
keperwatan (Direja, A, 2011). Tindakan implementasi perlu divalidasikan apakah
rencana tindakan yang sudah ditetapkan sesuai dengan kondisi saat ini. Saat
memulai intervensi tindakan keperawatan pasien sebelumnya harus dikontrak agar
peran pasien sesuai dengan yang dijelaskan perawat. (Yusuf, 2015). Penulis akan
memaparkan hasil dari implementasi yang dilakukan pada tanggal 16-18
september 2018.

Pada tanggal 16 September 2018, dengan SP1 yaitu menjalin hubungan saling
percaya. Tanggal 17 September 2018 dilakukan kembali SP1 yaitu menjalin
hubungan saling percaya dan mengidentifikasi hal positif pada diri klien. Tanggal
18 september 2018 SP 1 yaitu menjalin hubungan saling percaya,
mengidentifikasi hal positif pada diri klien, membantu memilih kegiatan yang
akan dilatih, melatih kemampuan yang dipilih klien, memberi pujian terhadap
keberhasilan klien, membantu menyusun jadwal kegiatan. Tanggal 19 September
2018 SP 1 yaitu Membantu memilih kegiatan yang akan dilatih, Melatih
kemampuan yang dipilih klien, Memberi pujian terhadap keberhasilan klien,
Membantu menyusun jadwal kegiatan. Dan pada tanggal 20 September 2018
dilanjutkan SP 2 yaitu diskusikan dengan klien langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan, bersama dengan klien memeragakan kegiatan yang akan ditetapkan,
memberi pujian terhadap keberhasilan klien, membantu memilih kegiatan yang
akan dilatih. Tanggal 21 September 2018 SP 2 diskusikan dengan klien langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan, bersama dengan klien memeragakan kegiatan yang
akan ditetapkan, memberi pujian terhadap keberhasilan klien, membantu memilih
kegiatan yang akan dilatih.

4.1.5 Evaluasi
Menurut Kurniawati dalam Nurjannah (2005) evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi
dibagi dua menjadi 2 yaitu: evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus dan tujuan umum yang
telah ditentukan.

Evaluasi adalah kelanjutan dari proses yang dinilai berefek pada tindakan
keperawatan untuk pasien, evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau
evaluasi formatif, pelaksanaan tindakan yang sudah selesai dilakukan, dan (2)
evaluasi hasil atau sumatif, tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan pada
respons pasien yang dibandingkan dengan membandingkan pendekatan S: respons
subjeksi pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, O: respon
objektif terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, A: data subjektif dan objektif
untuk menyimpukan analisis terhadap masalah yang baru muncul, atau data
kontradiksi terhadap masalah yang ada. P: hasil analisis respon pasien untuk
ditindak lanjuti (Direja, A, 2011).

Evaluasi pada tanggal 16 September 2018 Subjektif, klien menjawab


pertanyaan dan menyebutkan namanya. Objektif, (1) klien mampu
memperkenalkan diri, (2) Kontak mata pasien ada, (3) Klien lebih sering terlihat
tidur di kamar daripada aktivitas. Assesment, SP 1 : masalah belum teratasi.
Planning, lanjutkan BHSP

Tanggal 17 September 2018 Subjektif, klien tidak mampu menyebutkan hal


positif yang dimiliki, klien mengingat nama perawat. Objektif, (1) klien
kooperatif, (2) Kontak mata ada, (3) Klien terlihat lebih sering tidur dikamar.
Assesment, SP 1 : SP 1 belum tercapai. Planning, lanjutkan SP 1.

Tanggal 18 September 2018 Subyektif, klien mengatakan hal positif yang


dimiliki adalah mencuci baju, mencuci piring, dan menyapu. Obektif, (1) klien
kooperatif, (2) Klien banyak bercerita tentang dirinya. Assesment, SP 1 : Masalah
belum teratasi. Planning, Lanjutkan SP 1.

Tanggal 19 September 2018 Subyektif, klien mengatakan senang bisa


dibantu membereskan tempat tidur. Obektif, (1) klien kooperatif, (2) Klien
mampu mengikuti instruksi perawat. Assesment, SP 1 : Masalah teratasi.
Planning, Lanjutkan SP 2.

Tanggal 20 September 2018 Subyektif, klien mengatakan senang bisa


memimpin teman-teman untuk senam pagi. Obektif, (1) Klien kooperatif, (2)
Klien terlihat menikmati peran untuk memimpin senam pagi, (3) Klien mampu
mengikuti instruksi perawat. Assesment, SP 1 : Masalah teratasi. Planning,
Lanjutkan SP 2.

Tanggal 20 September 2018 Subyektif, klien mengatakan senang bisa


memimpin teman-teman untuk senam pagi. Obektif, (1) Klien kooperatif, (2)
Klien terlihat menikmati peran untuk memimpin senam pagi, (3) Klien mampu
mengikuti instruksi perawat, (4) Klien nampak banyak tersenyum saat memimpin
senam pagi. Assesment, SP 1 : Masalah teratasi. Planning, Lanjutkan SP 2.

Evaluasi telah dilakukan penulis sesuai dengan keadaan klien dan


kekurangan penulis tidak dapat mencapai batas maksimal pada rencana yang
diharapkan. Dalam melaksanakan strategi pelaksanaan lanjutan, penulis
mendelegasikan kepada perawat yang sedang bertugas di ruang Puri Anggrek.
BAB 5

PENUTUP
5.1 Simpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Yusuf, 2015). Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Berdasarakan studi kasus asuhan keperawatan pada Nn. A dengan gangguan
harga diri rendah yang telah penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Pada pengkajian, data yang diperolehyaitu pasien mengatakan sudah


ditinggal ibunya sejak umur 2,5 tahun dan ditinggal kakak laki-lakinya
sejak usia kelas 2 SMP, Pasien mengatakan ibu tirinya suka memarahinya
dan mengatai dirinya anak yang sakit-sakitan dan pemalas, Px mengatakan
merasa membebani ayahnya dan ingin mati saja, Pasien mengatakan dirinya
merasa tidak berguna
2. Diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Nn. A
adalah gangguan harga diri rendah
3. Rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada Nn. A dengan tujuan
umum yaitu pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki, dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, dapat
menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai, dapat melatih kegiatan yang
sudah dipilih, dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3 hari
5. Evaluasi tindakan yang dilakukan penulis sampai pada strategi
pelaksanaan 2
o Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bias penulis berikan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :

1. Bagi institusi
a. Menambah referensi karya tulis ilmiyah tentang masalah keperawatan
jiwa khususnya pada masalah gangguan harga diri rendah.
b. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya
perumusan diagnosa tunggal khususnya pada asuhan keperawatan
jiwa gangguan harga diri rendah.
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khususnya pada masalah gangguan harga diri
rendah
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Oprasional Prosedure) yang
ditetapkan
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien gangguan harga diri rendah
b. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan SOAP pada klien
khususnya dengan gangguan harga diri rendah
4. Bagi klien dan keluarga
a. Klien diharapkan dapat mengikuti program terapi yang telah
direncanakan oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses
kesembuhan klien
b. Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam
mengatasi harga diri rendah baik di rumah sakit maupun dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.


Refika Aditama.

Deni Hermawan (2015). Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK) Vol...No…
Pengaruh Tak Stimulasi Persepsi; Bercerita Tentang Pengalaman Positif Yang
Dimiliki Terhadap Harga Diri Pada Pasien Harga Diri Rendah Di Rsjd Dr. Amino
Gondohutomo.
Direja, Ade H S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperwatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Keliat Budi Anna & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. EGC: Jakarta.
Keliat, B.A.. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Kemenkes. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-
kesehatan-jiwa-masyarakat.html. Diakses tanggal 21 September 2018

Muhith, A dan Nasir, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV


Andi offside.
Muhith, Abdul (2015) Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.
NIMH. (2011). Prevalence of mental ilness by disorder.
http://www.nimh.nih.gov/statistics/.

Nurjannah Intansari. (2005). Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Resiko


Kekerasan Diarahkan Pada Orang Lain dan Gangguan Sensori Persepsi.
Moco Medika: Yogyakarta.
Yanti, Retyaningsih I dan Warsito, Bambang E. (2013). Hubungan Karakteristik
Perawat, Motivasi dan Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi. Jurnal
Management Keperawatan, Vol 1 No 2. November 2013: 107-114.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Media.

Anda mungkin juga menyukai