Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengantar dan pengertian sistem informasi kesehatan

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelola informasi di seluruh tingkat


pemerintahan secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan dalah
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932 /Menkes /SK/ VIII/ 2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesehatan dari sudut pandang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan
dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum
dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer
Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an.
Salah satu rumah sakit pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk mendukung
operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan
dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada
beberapa rumah sakit pemerintahNamun, tampaknya komputerisasi dalam bidang perumah
sakitan, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak Ketidakberhasilan
dalam pengembangan sistem nformasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan
yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-fakor penetu keberhasilan (critical succes
factors)dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh.
Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala haljuga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih
jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-perrubahan di negara lain dalamberbagai sektor
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari peran
serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidan-bidang dan lingkup
pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer dibidang piranti lunak maupun
perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang
sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja
apapun akan ada cara untuk dilakukan melalui media komputer, dengan catatan bahwa
pengguna juga harus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada
akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya
manusia yang menggunakannya.Rumahsakit, sebagai salah satu institusi pelayanan
kesehatan masyarakat akan melayani transaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian
layanan dan tindakan dalam banyak hal akan mempengaruhi kondisi dan rasa nyaman dari
pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar
jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang
harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam kondisi terpadu. Karena selain
memberikan layanan rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai
operasionalnya. Melihat situasi tersebuat, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit
menggunakan sisi kemajuan komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya
dalam upaya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara manual.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan
penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat sendiri, serta ditandai adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor
pemerintah dalam upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai
dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit
infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan
menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem
kesehatan yang yang saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan
kecamatan sampai ke tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut
memerlukan sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap
kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat
dapat diketahui, difahami, diantisipasi dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Departemen
Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang
melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat.
Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum
berjalan sebagaimana mestinya.Dengan demikian sangat dibutuhkan dibangunnya
sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar
program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan
informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.Sistem informasi yang ada
saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1.Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belumterintegrasi,


Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama.
2.Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) diberbagai
jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3.Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untu kmengelola
dan mengembangkan sistem informasi
4.Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi.
5.Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sisteminformasi, sehingga
seringkali timbul keengganan bagi petugas untukmemasuki atau dipromosikan menjadi
pengelola sistem informasi.

2.2 pemanfaatan aplikasi informasi dan teknologi dalam bidang kesehatan atau
keperawatan

Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi


telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Dengan penerapan
telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien
dan peningkatan parstisipasi keluarga yang aktif. Dalam memberikan asuhan keperawatan
secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek,
SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien
dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara
startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan
asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :

1. Faktor Legalitas

2. Faktor Financial

3. Faktor Skill

4. Faktor Motivasi

Tujuan dari telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan


difokuskan pada dimensi dari urgensi. Sehingga  perawat-perawat akan lebih terfokus pada
informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Cara berkomunikasi yang baik sangat
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang positif dari konsultasi melalui telephone. Komunikasi
yang baik akan berdampak pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah untuk
diterima dan dipahami. Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk
mengikuti saran-saran dari perawat.  Teknik pendekatan yang disukai dalam rangka membina
hubungan antara klien dan tenaga professional merupakan Sebuah komunikasi yang berpusat
pada klien.

Saat ini, telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat. Melalui telenursing, perawat mampu melakukan monitoring (memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan
pasien melalui interrnet), pendidikan kesehatan, follow up, pengkajian dan pengumpulan
data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan perawatan
multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam praktek telenursing, perawat
melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi terhadap hasil
perawatan. Dalam rangka efisiensi dan efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien
terhubungkan secara langsung menggunakan system transmisi elektronik. Dan perawat juga
menggunakan teknologi seperti internet, computer, telephone, alat pengkajian digital, dan
perlengkapan telemonitoring system audio-vidio (Dengan melakukan video conference,
pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak
napas), satelit dan system komunikasi yang lain. Telenursing menggunakan channel
elektromagnetik (wire, radio, optical) untuk mengirim suara, data dan sinyal video
komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi
elektrik atau optic antara manusia dan atau computer.

Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat berpengalaman klinik
yang telah pension atau tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun masih dapat
memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga menghindari kontak langsung,
meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan privasi ruang dan waktu bagi pasien
dan perawat. Khususnya akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing
ini bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat terlarang /alkoholik.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Telenursing

Ada empat  faktor penting yang mempengaruhi implementasi telenursing. Empat faktor


tersebut yaitu:

1.      Aspek Sistematika
2.      Aspek Ekonomi

3.      Aspek Sosial

4.      Aspek Teknikal

Kelebihan dan kekurangan Telenursing

Kelebihan Telenursing

1.      Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu.

2.      Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan.

3.      Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan.

4.      Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi.

5.      Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah
dengan jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan.

6.       Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses
penyedia layanan melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse
Assosiation, 1999).

7.      Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan
merata.

8.      Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)


dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).

9.      Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan


diterapkannya telenursing  semakin  meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan
meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk
memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. Seorang perawat dengan pelatihan
khusus  dapat menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini  bermanfaat karena klien
membutuhkan dukungan yang  tidak mungkin didapatkan dengan kontak langsung.

Kekurangan dan hambatan dalam telenursing

1.   Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas
pelayanan kesehatan. Kekhawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung
dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.

2.   Kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya
hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu
aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko terhadap
keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :

1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, rumah sakit dan
nursing home).

2. Dengan sumber daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis.

3. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit.

4. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring
yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan
pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan
teknologi.

5. Berhasil dalam menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses
untuk perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber. Selain manfaat di atas
telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance
learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing
dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran online dan
Multimedia Distance Learning.

Contoh aplikasi informasi dan teknologi dalam bidang kesehatan atau keperawatan

1.D’Health

aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit yang berfungsi untuk memudahkan
pelayanan Rumah Sakit menjadi lebih cepat, rapi dan efisien dalam pengelolaan
informasinya.

Manfaat

Adapun fungsi dan manfaat D’Health sebagai aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit adalah:

 Membantu mengatur sistem informasi Rumah Sakit terintegrasi lebih baik.


 Sebagai basis data dan acuan dalam pengambilan keputusan di Rumah Sakit.
 Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja Rumah Sakit yang lebih dan
transparan

keunggulan
D’Health merupakan aplikasi SIM RS yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat melalui fitur-fitur
dalam aplikasinya. Berikut keunggulan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit D’Health:

 Sistem dikembangkan berbasis web open source dan modular sehingga dapat diakses
darimana saja dengan multi browser serta dikembangkan dengan mudah di kemudian
hari
 Terintegrasi dengan BPJS, INA-CBGs dan ready to connect dengan sistem pelayanan
kesehatan lainnya
 Setiap modul terintegrasi dengan baik
 User friendly  atau mudah digunakan karena dapat menyesuaikan dengan ketrampilan
dan bahasa pengguna
 Sesuai standar KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit)
 Memiliki CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) yang sudah dalam
sistem dengan baik
 Memiliki Mobile Doctor & Mobile Patient yang terintegrasi dengan sistem utama

2.automated IV pumps

Manfaat

Berfungsi untuk mengontrol dosis dan tetesan yang diberikan terdapat software yang akan langsung
otomatis menghitung dan mengatur berdasarkan dosis yang dibutuhkan
3.electronic healt records

Rekam medis elektronik yang sudah banyak di aplikasikan di rumah sakit sistem ini
membantu perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan lebih efisien,tidak
hanya itu data yang tersimpan dalam sistem ini akan dengan mudah diakses oleh tenkes lain
untuk digunakan dalam keperluan pengobatan
vvv

Anda mungkin juga menyukai