PEMBAHASAN
Saat ini, berbagai rumah sakit sudah mulai menerapkan sistem informasi
rumah sakit berbasis komputer untuk mendukung manajemen keuangan
(khususnya billing systems). Jika rumah sakit sudah melewati tahap tersebut,
langkah selanjutnya adalah pengembangan sistem informasi klinik. Di sini, peran
penting teknologi informasi tidak lepas dari potensinya untuk mencegah medical
error.
Seperti kita ketahui, ada dua pandangan mengapa error dapat muncul di
rumah sakit.
pencegahan adverse event
memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event
melacak serta menyediakan umpan balik
1. Pencegahan adverse event
Oleh karena itu, istilah rekam kesehatan elektronik menjadi kata kunci.
Ketika data rekam medis pasien, obat, protokol klinik, aset rumah sakit
diintegrasikan dalam suatu database elektronik rumah sakit dapat mewujudkan
tiga hal tersebut di atas. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi
akan membantu dalam pencapaian patient safety melalui upaya-upaya perbaikan
komunikasi, melengkapi program sistem informasi dengan berbagai kalkulasi,
pengembangan sistem pendukung keputusan, respon cepat setelah adverse event
maupun pencegahan adverse event. Disamping itu, upaya pengembangan
arsitektur sistem informasi yang memungkinkan tenaga kesehatan mengakses
pengetahuan kedokteran terbaru.
finansial
kultural
ketiadaan standar.
Salah satu contoh pengaruh teknologi informasi bagi kesehatan adalah pada
saat pendaftaran pasien di rumah sakit, dulu awalnya pendaftaran masih sangat
manual, hanya menggunakan kertas dan polpen, hal tersebut mengakibatkan
pelayanan kepada pasien agak lama. Namun sekarang hampir semua tempat
pelayanan kesehetan menggunakan sistem komputerisasi karena efek dari
perkembangan teknologi informasi.
Pelayanan kepada pasien lebih cepat dan efisien serta tidak membuang
banyak waktu dan tenaga. Contoh lain seperti saat akan melakukan
pengindekan dan pelaporan akan sangat mempermudah petugas, karena data-
data sudah ada di komputer, berbeda dengan yang dahulu masih harus
mengumpulkan berkas-berkas pasien dan mendata kembali.
Perkembangan Teknologi Informasi saat ini dan pada masa yang akan
datang memiliki beberapa dampak positif bagi pelayanan kesehatan atau
dibidang kesehatan.
a. Teknologi Komputer
Sistem berbasis kartu cerdas (smart card) dapat digunakan juru medis untuk
mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang ke rumah sakit karena
dalam kartu tersebut para juru medis dapat mengetahui riwayat penyakit
pasien.
Saya juga berhapa bahwa mata kuliah ini tidak hanya mempelajari tentang
mendesain saja, akan tetapi bagaimana cara untuk menjadikan desain yang kita
buat itu nyata atau cara untuk membuat programnya sehingga dapat kita
gunakan atau terapkan langsung, tanpa meminta bantuan dari orang-orang yang
ahli informatika.
II. Peran Kerja Tim untuk Patient Safety
Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap
adalah:
Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga
keselamatan pasien rawat inap di rumah sakit :
2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh dokter dan berbagai
profesi lain sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang
efektif untuk memberikan pelayanan. Peran pasien dan keluarga
mewujudkan komunikasi efektif adalah:
Pengelolaan pasien rawat inap tidak hanya mejadi tanggung jawab tim
kesehatan tetapii melibatkan juga pribadi pasien sendiri dan keluarga,
maka setiap bagian perlu menjalankan peran masing-masing sesuai
tugasnya karena proses kerja sama yang baik merupakan dasar yang kuat
untuk memperoleh hasil optimal.
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005).
Dalam Kamus Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang
menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,
replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi.
Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi.
Menurut Utama 2006, Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan
atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit,
dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah
sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan
self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
B. Rantai Infeksi
Menurut Perry Potter, 2005 proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling
terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur diantaranya:
1. Reservoir
Merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tanah.
2. Jalan Masuk
Merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan
dari berbagai kuman, seperti saluran pencernaan, pernapasan,
pencernaan, kulit dan lain-lain.
3. Inang (host)
Merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat
didukung oleh ketahanan kuman.
4. Jalan Keluar
Merupakan tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir, seperti
sistem pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
5. Jalur Penyebaran
Merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara dan
lain-lain.
C. Cara Penularan Mikroorganisme
D. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi
Selain faktor- faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau nutrisi,
tingkat stress pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.
E. Infeksi Nosokomial
Kata nosokomial berasal dari kata dalam bahasa yunani Nosokomien yang
artinya rumah sakit atau tempat perawatan. Kata itu sendiri berasal dari Norus
artinya penyakit, komeion berarti merawat. Nosokomial diartikan segala sesuatu
yang berasal atau berhubungan dengan rumah sakit atau tempat perawatan.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam
sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber
pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,
maupun sumber lainnya.
Penyebab Infeksi Nosokomial akan menjadi kuman yang berada di
lingkungan Rumah Sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien
sendiri, yaitu kuman Endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkaan bahwa
kejadian Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang secara potensial dapat dicegah
atau sebaliknya dapat juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah.
Infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan
yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik
melalui :
1. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi
kepada pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda
dan alat kesehatan yang lainnya.
2. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak
langsung yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke
dalam lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari
dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
4. Sumber Lainnya
Yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang
ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas
kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
1. Agen penyakit
Macam-macam agen penyakit dapat berupa kuman, virus, jamur,
parasit atau rickettsia. Dan macam-macam agen penyakit ini
ditentukan pula oleh patogenitasnya, virulensinya, daya invasifnya
dan dosis infeksinya.
2. Reservoir/sumber
Semua kuman ada reseviornya/sumbernya seperti virus, reseviornya
adalah manusia, kuman positif gram manusia, tetapi kuman negatif
dapat manusia dapat juga alam seperti Pseudomonas. Apabila
reseviornya manusia, maka dapat berasal dari traktus respiratorius,
traktus digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah
(hepatitis B).Kuman itu akan ada diudara pada debu seperti
Salmonella, pada droplet seperti Mycrobacterium atau pada kulit yang
lepas.
3. Lingkungan
Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembapan udara, suhu
dan pergerakan udara atau tekanan udara.
4. Penularan
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes.
Ada 4 jalan yang dapat ditempuh:
a. Kontak langsung (perawat)
b. Alat (endoskop)
c. Udara
d. Vektor (lalat)
5. Hospes
Tergantung port d'entree (tempat masuknya penyakit)
a. Melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.
b. Melalui traktus digestivus seperti Eschericha coli, Shigella,
Salmonela.
c. Melalui traktus respiratoris bagian atas partikel =5µ. Apakah
melalui traktus respiratorius bagian bawah partikel =5µ.
d. Melalui traktus urinarius seperti Klebsiel la pneumoniae.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau pengahncuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun
kimiawi. Strelisisasi juga dapat dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh
kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan
atau kedokteran dengan cara merembus, menggunakan panas tinggi, atau bahan
kimia. Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses pengujian
mikrobiologi. Ada 5 metode umum sterilisasi yaitu :
- Sterilisasi uap (panas lembap)
- Sterilisasi panas kering
- Sterilisasi dengan penyaringan
- Sterilisasi gas
- Sterilisasi dengan radiasi
1. Sterilisasi Uap
Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan
terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang lebih rendah dibandingkan bila
tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas
adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari
organisme tersebut :
Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf
adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 121 0 C. Untuk cara kerja
penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang
lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 121o C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4
Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121o C atau 249,8o F adalah
karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk
tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada
suhu 100o C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama,
menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121 o C. Ingat
kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada
ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya
autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan
menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121o C untuk mendidihkan air. Semua
bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121o C dan tekanan 15
psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan
dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dantimer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf
tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat
digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus,
lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas
spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka
menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
4. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke
dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena permukaan dan
mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan
untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi
atau cahaya.
Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada
objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi
juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen
dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat
perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan
bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam dan menjcmur
dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam
keadaan siap pakai.
Kemampuan desinfeksi ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan objek,
kandungan rat organik, tipe dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan
waktu pemaparan, kealamian objek, suhu, dan derajat keasaman (pH).
Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan
bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal
dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di RS dan juga membantu
mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Disinfektan dapat
membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak
dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan
spora bakteri.
Pencegahan Infeksi
Prinsip Pencegahan infeksi, Beberapa definisi dalam pencegahan infeksi, antara
lain adalah:
1. Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
2. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan
infeksi. Tujuannya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati
agar alat-alat kesehatan dapat digunakan dengan aman.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan
dekontaminasi terhadap benda - benda tersebut setelah
terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati.