Anda di halaman 1dari 7

Nama : Amanat Bintang Saptomo

NIM : 18522102

Tugas 2- Paper dari Webinar on e-Health : Artificial Inteligence

 Artificial Intelligence and Telehealth

Menurut para ahli Artificial Intelligence memiliki beberapa arti, menurut McCarthy,
Minsky, Rochester & Shannon “membuat mesin berperilaku dengan cara yang disebut cerdas
jika manusia berperilaku seperti itu” sedangakan menurut Turing, menguji apakah komputer
berhasil berpura-pura menjadi manusia dalam dialog melalui layar & keyboard. Artificial
Intelligence mempunyai banyak sisi, yaitu; pemrosesan gambar dan sinyal, pengetahuan domain,
machine learning, security & privacy, pattern recognition dan deep networks.

Salah satu kegunaan AI juga dapat digunakan untuk kesehatan. Salah satunya
Telemedicine / TeleHealth. Telemedicine adalah praktik medis jarak jauh, yang memanfaatkan
teknologi informasi dan telekomunikasi canggih untuk penyampaian perawatan kesehatan dan
pertukaran informasi kesehatan lintas jarak. Telemedicine / Telehealth mengubah pengambilan
keputusan kolaboratif medis dan hubungan dokter-pasien dan berdampak pada tanggung jawab
dokter kepada pasien dan cara merawat mereka. TeleHealth dan Telemedicine secara luas
mengacu pada layanan perawatan kesehatan yang memberikan informasi medis atau perawatan
kesehatan dari jarak jauh, memberikan pasien akses ke layanan medis yang tidak tersedia secara
lokal atau bahkan sepenuhnya menggantikan kontak tatap muka dengan dokter dalam keadaan
darura.

Selain itu juga terdapat Tele-USG. Tele-USG memiliki fitur utama sistem untuk
mendeteksi bagian tubuh janin agar mengurangi risiko kematian saat hamil dengan memantau
laju pertumbuhan janin. Metode yang digunakan berupa pendeteksi organ janin menggunakan
pendekatan yang diawasi menggunakan pengklasifikasi ansambel penguat berdasarkan
pengklasifikasi lemah tunggul. Untuk deteksi organ janin, dibuat sampel pelatihan dengan
melakukan cropping organ janin dari citra USG. Kemudian contoh digunakan untuk melatih
pengklasifikasi. Dalam penelitian ini, pengklasifikasi menggunakan fitur haar yang dihasilkan
dari sampel pelatihan. Selian itu juga ada Tele-ECG. E-Cardio adalah sistem terintegrasi yang
membantu orang untuk memeriksa kesehatan kardiovaskularnya, tanpa harus ke dokter. Ini
sangat berguna dalam situasi seperti Indonesia. Terdapat 3 hal penting dalam E-Cardio, pertama
sensor untuk mengukur detak jantung seseorang dan akan memvisualisasikan dan menyimpan
data detak jantung di smartphone Android. Kedua kemampuan klasifikasi otomatis. sistem juga
mengirimkan data orang tersebut ke dokter. Yang ketiga transimi, Mengembangkan metode
kompresi sinyal EKG untuk dikirim melalui sinyal seluler.

Ada tantangan yang harus dihadapi untuk implementasi Telehealth yaitu AI Ethics,
Policy and regulation, Infrastructure, Human Resources, Device, Sustainability. Selain itu juga
diperlukan standarisasi agar dapat berjalan dengan.baik. Untuk maslah big data juga terdapat
tantangan seperti memerlukan orang yang tepat, biaya dan perlunya regulasi.

 Telehealth

Telehealth singkatan dari Health Resources and Services Administration (HRSA) adalah
layanan kesehatan dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS. Telehealth
didefinisikan sebagai penggunaan informasi elektronik dan teknologi telekomunikasi untuk
mendukung dan mempromosikan perawatan kesehatan klinis jarak jauh, pasien, dan pendidikan
terkait kesehatan profesional, kesehatan masyarakat dan administrasi kesehatan. Teknologi yang
digunakan berupa videoconferencing, internet, store-and-forward imaging, streaming media, dan
komunikasi terestrial dan nirkabel. Aplikasi Telehealth meliputi beberapa hal yaitu; Live
(synchronous) videoconferencing, Store-and-forward (asynchronous) videoconferencing,
Remote patient monitoring (RPM) dan Mobile health (mHealth). Telehealth jauh lebih efisien
dan nyaman dan aplikasi yang cocok untuk masalah covid-19 seperti sekarang.

Ada beberapa aspek penting yang diperlukan untuk membangun telehealth yang aman
dan terjamin yaitu; keamanan siber, Interoperabilitas perangkat keras & perangkat lunak,
Penerapan Telehealth yang efektif, Kualitas konferensi dan panggilan video dan Kesesuaian
dengan peraturan Electronic Healthcare Records (EHR).
 Global Trends in Telehealth Market and Regulatory Perspectives

Sekarang banyak faktor berkembangnya Telehealth, salah satunya adalah covid-19. Salah
satu contohnya adalah peningkatan Telemedicine di AS. Akibat covid-19 terdapat peningkatan
pengunaan Telehealth yang dimulai pada awal mulainya perkembangan covid-19. Adapun jenis
kegiatan dan kesulitan dihadapi adalah sebagai berikut; Real-time virtual interaction merupakan
kegiatan yang termudah di lakukan kemudian Asynchronous store-and-forward, Remote patient
monitoring dan terakhir yang tersulit berupa Telepresence surgery.

Adapun hal yang harus diperltimbangkan untuk mengadopsi Telehealth yang efektif
aman berupa; Difusi tidak akan mudah, perlunya ekosistem yang mapan - dan terkoordinasi,
perlunya Infrastruktur teknologi yang kuat, perlunya standar teknis yang berbasis risiko yang
perlu dihadapi, Paket solid untuk interoperabilitas, privasi, dan keamanan dan terakhir kolaborasi
internasional yang memanfaatkan upaya dan proses global yang telah ada sebelumnya. Beberapa
Ide untuk langkah yang perludilakukan selanjutnya berupa; perlunya strategi nasional untuk
telehealth, Penilaian kesenjangan lanskap yang ada, perlunya Regulatory framework,
Pembentukan baru atau adopsi standar dan pedoman yang ada untuk perkembangan Telehealth,
diperlukannya sertifikasi pemasok untuk standar dan pedoman yang disetujui.

 GeNose, an AI-based medical device for rapid detection of Covid-19

Meningkatnya persebaran pandemic Covid-19 mendorong berbagai inovasi untuk


menghadapinya. Salah satunya anjing pelacak Covid-19 diuji di Inggris. Hal tersebut salah satu
cara bagaimana kita menanggapi masalah Covid-19 ini. Selain itu juga dilakukan tindakan 3T
( Testing,Tracing,Treatment) 3M (Menjaga jarak, Memakai masker, Mencuci tangan) dan
menghindari 3K (Kontakerat, kerumunan, Kamar/ruangan tertutup).

Analisis nafas yang dihembuskan adalah metode representasi skematis dari senyawa
organik yang mudah menguap yang berasal dari penyakit hati kronis dan teknologi utama untuk
analisis nafas yang dihembuska. Setiap penyakit menghasilkan jejak napas kimiawi yang mudah
menguap. Sebelum teknik lab medis modern tersedia, dokter mendiagnosis beberapa penyakit
dengan mencium bau napas pasien. Ilmuwan telah bekerja selama bertahun-tahun untuk
mengembangkan instrumen analitik yang dapat meniru kemampuan mengendus dan
mendiagnosis ini. Sehingga dilakukan skrining sampel nafas untuk mengklasifikasikan dan
mendiagnosis beberapa jenis penyakit. Karakteristik GeNose ini berupa ; Berdasarkan
kecerdasan buatan, Perlu pelatihan dengan data / objek yang valid, Hasil kualitatif, Keputusan
cepat. Pengujian standar GeNose dilakukan dengan 3 tahapan berupa Profiling test (Internal-
validation), Performance and safety (BPFK) dan Diagnosis test (clinical test). Masalah penting
dalam kinerja GeNose adalah perlunya sensor respon yang sapbil dan perlunya parameter AI
yang optimal seperti Accuracy, Sensitivity, Specificity, etc.

Adapaun regulasi untuk alat kesehatan berbasis AI menyebabkan semakin banyak


perangkat medis yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mendiagnosis pasien dengan lebih
tepat dan menanganinya dengan lebih efektif. Ada beberapa aplikasi kecerdasan buatan dalam
pengobatan seperti teknik klasifikasi dan regresi digunakan untuk tujuan klasifikasi atau regresi.
Contoh dari klasifikasi berupa Keputusan apakah ada diagnosis, Memutuskan apakah sel adalah
sel kanker atau bukan, Memilih obat. Sedangkan contoh regresi berupa Menentukan dosis suatu
obat dan Prognosis waktu kematian. Pilar pendekatan praktik terbaik bedasrkan FDA adalah
perlunya sistem manajemen kualitas dan Praktik Pembelajaran Mesin yang Baik (GMLP),
dilakukan perencanaan dan evaluasi awal mengenai keselamatan dan kinerja, dilakukan
pendekatan untuk modifikasi setelah rilis awal dan adanya transparansi dan pemantauan kinerja
dunia nyata.

 Standard and Conformity Assessment as Enabler of ICT based Health Services

Diperlukanya standarisasi dan Penilaian Kesesuaian sebagai enabler layanan kesehatan


berbasis TIK. Undang-undang No 20 tahun 2014 menjadi dasar hukum dalam pengatuan terkait
standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia. Standardisasi tersebut meliputi proses
perumusan SNI, penerapan SNI dan terkait penilaian kesesuaian dan juga peran metrologi dalam
kepastian pengukuran.

Covid-19 menjadi maslah yang dihadapi bagi pemerintah dan masyarakat. TIK menjadi
salah satu enabler dalam layanan kesehatan dan efektifitas penanganan covid-19. Implementasi
TIK di dalam kesehatan tersebut diharapkan dapat; Meningkatkan untuk meningkatan kualitas
pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan efisien dan
mengoptimalkan aliran data sehingga meningkatkan ketersediaan data dan informasi kesehatan
yang berkualitas. Implementasi AI di bidang kesehatan antara lain dapat diterapkan
untuk;Pengelolaan Rekam Medis, Analisa Hasil Pemeriksaan, Perencanaan Terapi, Konsultasi
Digital ,Mengamati Respon Pasca Pengobatan, Pembuatan Obat, Precision Medicine dan
Monitor Kondisi Kesehatan.

Untuk mengembangkan standar-standar internasional terkait informatika kesehatan


dibentuk Technical Committee (TC) 215 Health informatics. ISO TC 215 berkontribusi secara
aktif dalam merumuskan standar-standar terkait: Genomics Informatics, Architecture,
Frameworks and Models, Systems and Device Interoperability, Semantic content, Security,
Safety and Privacy, Pharmacy and medicines business. Untuk sekarang , ISO/TC 215 telah
mempublikasikan 201 standar intersional terkait informatika kesehatan dan masih terdapat 67
standar yang masih dalam proses perumusan, 28 patisipan member dan 35 obsevasi member.
telah ada 15 SNI terkait informatika kesehatan yang dikelola oleh Komite Teknis 35-03. Saat ini
terdapat 70 SNI yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19, dimana SNI tersebut
meliputi: Hand sanitizer, Masker Kain, Masker medis, Pelindung pernafasan, Pelindung mata,
Sarung tangan medis, Sarung tangan pelindung, Pakaian pelindung, dan, Ventilator, BSC dan
biotechnology.

 Kebijakan dan Program Telemedicine Indonesia

Latar belakan dari perkembangan telemedicine di Indonesia ada beberapa, yang pertama
perubahan perilaku untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan di mayarakat, pemanfaatan
TIK Bidang Kesehatan, banyak munculnya Startup layanan kesehatan digital, adanya investasi
dalam nilai yang besar dalam hal tersebut dan pengunaan internet yang meningkat. Penguna
internet di Indonesia tersu meningkat hingga sekarang mencapai 171,17 juta orang. Hal tersebut
memacu pertumbuhan pelayanan kesehatan berbasis digital di Indonesia. Adapun masalah
pelayanan kesehatan di indonseia seputar akses pelayanan kesehatan, mutu dan keselamatan
pasen dan pelunyan universal health coverage.

Pada akses dan mutu pelayanan terdapat masalah seperti belum merata terutama di daerah
DTPK, pelayanan rujukan pasien belum baik, RS belum menggambarkan kompetensi yang
sebenarnya dan mutu pelayanan dan pemanfaatan TIK

Adapu dasar hukum dari program telemedicine di Indonesia berdasrkan beberapa


kebijakan, diantaranya; UU No 29 thn 2004, UU No 11 thn 2008, UU No 36 thn 2009, UU No
36 thn 2014, PP No 47 thn 2016, Perpres No 82 thn 2018, Perpres No 18 thn 2020, Permenkes
No 20 thn 2019, Per KKI Nomor 74 thn 2020. Untuk kebijakan pemanfaatan IT dalam
kesehatan berdasarkan kebijakan berikut; PMK No 19 thn 2016 untuk NCC & PSC, PMK No 31
thn 2018 untuk ASPAK, PMK No 20 thn 2019 untuk TELEMDICINE, SURAT EDARAN
DIRJEN YANKES KEMKES ttg Implementasi SISRUTE; Revisi PMK No 001 thn 2012 untuk
SISRUTE, PMK No 1171 thn 2011 untuk RS ONLINE, PMK No 82 thn 2013 untuk SIM RS
dan PMK No 269 thn 2008 untuk REKAM MEDIK ELEKTRONIK.

Arah dari kebijakan program peningkatan akses dan kualitas pelayanan adalah
peningkatan kesehatan,percepatan perbaikan gizi,peningkatan pengendalian penyakit,
pembudayaan gerakan masyarkat hidup sehat dan peningkatan sistem kesehatan dan pengawasan
obat dan makanan. Untuk sasaran dari program pembinaan pelayanan kesehatan adalah
mewujudkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang Berkualitas Bagi Masyarakat.

Layanan kesehatan di masa depan yang menggunakan inovasi digital harus aman, andal,
dan bertanggung jawab. Inovasi kesehatan digital perlu menghasilkan informasi dan layanan
kesehatan yang memiliki perlindungan konsumen dan manajemen risiko yang baik. Adapun jenis
layanan kesehatan berbasis digital diantaranya adalah konsultasi medis/klinis, konsultasi
ekspertise dan konsultasi kesehatan/ KIE.

Strategi kebijakan dan dan program dalam pemanfaat teknologi infomasi dan komunikasi
dalam pelayanan kesehatan anatra lain, e-planning dengan aspek yang ada berupa PBE dan E-
renstra. Pada e-reporting dengan aspek yang ada berupa RS online,SI puskemas ASPAK dan SI
akreditasi. Pada e-registrasi dengan aspek yang ada berupa rumahsakit, pkm, lab, PSC dan
fasyankes lain. Pada sistem informasi pelayanan kesehatan dengan aspek yang ada berupa
SISRUTE,Telemedice,sehat pedia dan registrasi online, sistem informasi fasyankes dengan
aspek yang ada berupa SIMRS,SIMPUS SIM klinik dan SILK dan artificial intelligence dalam
yankes dengan aspek yang ada berupa robotic, E-lab, e-radiologi, dan e-patologi.

Langkah dalam pelayanan telemedicine adalah diawali permintaan konsultasi, kirim file
data/image dari pasien, dokter memberikan konsultasi berdasrkan data kemudian pengiriman
hasil tangapan dari dokter. Jenis pelayanan yang ada berupa, Tele EKG, Tele Radiologi, tele
USG, Konsultasi Klinik dan lain-lain sesui perkembangan teknologi yang ada.
Dalam penerapan telemedicine tenaga kesehatan harus mengerti bahwa pengobatan harus
selalu menjadi pelayanan yang berpusat pada pasien, teknologi hanya membantu bukan
menggantikan pekerja medis. Pengunaan alat bantu berupa teknologi ini untuk meningkatkan
pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien. Pendekatan ini bukan hanya mengandalkan
teknologi, tetapi tetap membutuhkan tenaga kesehatan. Kendala yang harus dihadapi dalam
penerapan telemedicine berupa jaringan yang tidak stabil, budaya kerja konvensional, SDM
kesehatan terutama senior yang belum paham TIK, angaran yang terbatas. Regulasi yang masih
terbatas pada IT dan pembiayaan layanan kesehatan digital yangbelum tersedia.

Anda mungkin juga menyukai