Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aulia Rahma Dina

Nim : 21144010026
Prodi : D3 keperawatan

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI INDONESIA

Definisi Sistem Informasi Kesehatan


Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “sustema” yang artinya adalah
himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan
bersama. Menurut John Mc. Manama, sistem adalah sebuah struktur konseptual yang
tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan
organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien. Sedangkan
menurut C.W Churchman memiliki pendapat bahwa sistem adalah seperangkat bagian-bagian
yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
Secara umum Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam
suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media
prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi
penting, memproses tipe transaksi tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang
lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan
suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.
Sedangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem terintegrasi yang
mampu mengelola data dan informasi publik (pemerintah, masyarakat dan swasta) di seluruh
tingkat pemerintahan secara sistematis untuk mendukung pembangunan kesehatan
(Kemenkes RI, 2012). SIK adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan
dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2016).

Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


Sejarah perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
 Era Manual (Sebelum 2005)
Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual aliran data
terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai
jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen
Kesehatan. Bentuk datanya agregat. Kelemahannya adalah sering terjadi duplikasi dalam
pengumpulan data dan sangat beragamnya bentuk laporan. Kemudian validitasnya masih
diragukan dan data yang ada sulit diakses. Karena banyaknya duplikasi, permasalahan
kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis. Dalam pengiriman data
masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
 Era Transisi (Tahun 2005 – 2011)
Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah mulai
terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual. Sebagian
data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data
kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah setengah karena mulai
menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum meninggalkan sistem manual.
 Era Komputerisasi (Tahun 2012)
Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai, pada era ini pemanfaatan data menjadi
satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat). Data dari Unit
Pelayanan Kesehatan langsung diunggah (upload) ke bank data di pusat (e-Health).
Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data.
Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat waktu
dan efisien yang pastinya lebih ramah lingkungan.

Penerapan Teknologi Informasi untuk Manajemen Informasi Kesehatan


Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk
perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input
(keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode
reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini bertujuan
untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui
perangkat komputer. Bentuk perangkat keras lainya adalah perangkat outuput yang
menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker,
LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows,
Linux atau Mac) yang menyimpan hidup matinya komputer, menghubungkan input dan
output media serta mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di
komputer. Pada aspek infrastruktur, kita mengenal istilah jaringan komputer baik yang
bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan
nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa mencakup satu
kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (LEMAH). Saat ini,
aspek infrastruktur dalam teknologi informasi sering kali disatukan dengan perkembangan
teknologi komunikasi.
Beberapa contoh penting aplikasi teknologi informasi di bidang kesehatan yaitu (Adik
Wibowo dkk, 2015):
1. Rekam medis berbasis komputer ( Computer based patient record )
Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan, secara prinsip adalah
penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografi, serta setiap kejadian
dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun
berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan, digitasi dari alat
diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun
interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan
fasilitas pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian peringatan, pengingat,
bantuan diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinis dapat mematuhi protokol klinik.
2. Teknologi penyimpan data portabel
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode
batang). Kode batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik
merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali kemudahan supermarket dan gudang dalam
manajemen retail dan inventory. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah
mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda
obat. Penggunaan kode batang juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di
rumah sakit dalam mempercepat proses inventaris. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat
digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien. Teknologi penanda unik
yang sekarang populer adalah RFID (radio frequency identifier) yang memungkinkan
pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah
sakit masih memerlukan pembaca barcode, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi
penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat atau berkas rekam medis) yang
disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database
komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan otomatis.
3. Teknologi nirkabel
   Pemanfaatan jaringan komputer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak
hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter
Reed Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan
pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nurse station. Saat itu,
media yang digunakan masih berupa kabel koaksial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi
primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa hambatan
mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam
database pasien tanpa harus terganggun kabel mobilitasnya.
4. Komputer genggam (Personal Digital Assistant)
Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di
kalangan medis. Di Kanada, lima puluh persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun
menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien,
informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di Internet
memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan di PDA seperti
epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan
dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumah akit melalui jaringan
Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data
radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya
dokter dapat memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikanumpan
balik kepada rumah sakit.
Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “ building block ”
atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen
( building block ) sistem kesehatan tersebut adalah :
1. Pemberian layanan (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Produk medis, vaksin, dan teknologi (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
3. Tenaga kesehatan (tenaga medis)
4. Pembiayaan sistem kesehatan (sistem pembiayaan kesehatan)
5. Sistem informasi kesehatan (sistem informasi kesehatan)
6. Kepemimpinan dan pemerintahan (kepemimpinan dan pemerintah)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari
sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub
sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi
kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, dan hokum kesehatan yang memadai dan
mampu mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya
guna, dan mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu
kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen setiap
unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan berjalan
dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam
mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information
System).

Informasi-Informasi yang Didapatkan dari Sistem Informasi Kesehatan


Secara garis besar, informasi yang dihasilkan terdiri atas 3 domain, yakni:
1. Determinan kesehatan
 Health determinant  (sosial ekonomi, lingkungan, perilaku dan faktor genetika) dan
kontekstual lingkungan diantara pelaksanaan sistem kesehatan.
 Health inequities (jenis kelamin, status sosial ekonomi, kelompok etnis dan lokasi
geografi).
2. Sistem kesehatan
 Input terhadap sistem kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya
(kebijakan dan organisasi, infrastruktur kesehatan, fasilitas, peralatan, biaya,
sumber daya manusia, dan sistem informasi kesehatan)
 Output dari sistem kesehatan (keberadaan, aksesibilitas, kualitas dan
penggunaan informasi dan pelayanan kesehatan).
 Sistem kesehatan yang baik.
3. Status kesehatan Health outcome (mortality, morbidity, KLB, status kesehatan,
disabilitas dan kesejahteraan).

Implementasi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


Berdasarkan permasalahan yang ada di Indonesia maka sistem Informasi kesehatan
dibagi menjadi 7 komponen yaitu pengelolaan SIK, indikator, sumber data, manajemen data,
sumber daya SIK, pengembangan SIK, pemanfaat dan diseminasi SIK.

Penerapan E-Health Berbasis Web di Indonesia


Penerapan E-Health berbasis web di Indonesia sudah banyak diciptakan, sebagai
contoh salah satunya adalah Kota Surabaya. Web yang dapat diakses yaitu
http://ehealth.surabaya.go.id/ bertujuan memudahkan warga untuk mempersingkat antrian di
puskemas maupun rumah sakit. Melalui penggunaan e-health, pemohon tidak perlu datang
langsung ke loket pelayanan. Melainkan, cukup mendaftar di rumah bagi yang mempunyai
koneksi internet maupun di e-kios yang tersedia di seluruh kantor kelurahan/ kecamatan dan
puskemas Kota Surabaya. Jelas, langkah ini lebih efisien karena pemohon tidak perlu datang
langsung ke loket, sehingga pemrosesan berkas pun menjadi lebih cepat. Selama ini warga
harus berbaris bahkan sebelum dimulainya jam kerja di puskesmas maupun rumah sakit.
Padahal jumlah pasien puskesmas rata-rata perhari adalah 100 s/d 300 pasien. Sedangkan
jumlah pasien rumah sakit rata-rata perhari adalah 500 s/d 1.000 pasien.
Hal tersebut tentunya lebih efisien. Terutama, untuk kalangan ekonomi lemah, buta
huruf, penyandang cacat, dan manula yang memiliki akses terbatas di aspek kesehatan dan
informasi. Warga yang tergolong kelompok tersebut tinggal mendatangi kantor kecamatan/
kelurahan terdekat, kemudian menghubungi petugas yang memang sudah disiagakan. Secara
umum, pasca penggunaan aplikasi ini, volume antrean berkurang hingga sepertiga. Kecepatan
pelayanan registrasi pun bertambah. Apabila menggunakan metode konvensional,
memerlukan waktu rata-rata 90 detik, sedangkan dengan menggunakan e-Health bisa
dipangkas menjadi 30 detik. Pasien yang bisa ditangani menjadi lebih banyak hingga
bertambah sepertiga bagian dari sebelumnya. Penyimpanan data pasien menjadi lebih cepat
dan validasi data pasien menjadi lebih akurat. Tentu saja kondisi ini dapat dikembangkan
dimasa depan, sebagai contoh ada konsultasi online, edukasi online, rekam medik online,
apotik online, rujukan online dan aplikasi e-health lainnya yang terkoneksi dengan hand
phone pribadi.

Intelegensia Penyakit dan Penyajian Informasi


Penanggulangan penyakit yang sering muncul pada musim-musim tertentu seperti
demam berdarah tentu membutuhkan data-data serta informasi yang memadai bagi pengambil
keputusan guna membuat langkah-langkah strategis dalam pncegahan dan penanggulangan
penyakit sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuratan data merupakan
syarat mutlak didalam pengambilan keputusan. Menurut anis fuad seringkali yang menjadi
pelaku survailance didalam penyelidikan suatu kejadian lebih banyak peranannya diambil
oleh media masa. Seringkali kita lihat dibeberapa media masa menayangkan tentang hasil
investigasi suatu kasus tentang penyakit atau kasus-kasus kejahatan dimana zat-zat berbahaya
yang dicampur kedalam makanan yang berakibat fatal terhadap kesehatan masyarakat. Selain
itu kualitas lingkungan tempat tinggal terutama disekitar pemukiman kumuh berpengaruh
terhadap kualitas kesehatan masyarakat disekitarnya dan berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan serta timbulnya wabah-wabah penyakit.

Berbicara tentang penyelidikan kesehatan atau yang lebih dikenal dengan health


surveillance, istilah ini pertama kali digunakan dalam bidang penyelidikan/intelijen dengan
tujuan untuk memata-mati seseorang yang dicurigai yang dapat membahayakan. Surveillance
berasal dari Bahasa    Perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu. Dibidang kesehatan
masyarakat, surveillance merupakan cabang ilmu tersendiri yang yang diterapkan secara luas
seiring berkembangnya aplikasi dan teori tentang kesehatan masyarakat, pada mulanya istilah
surveillance hanya dikenal dalam bidang epidemiologi. Surveillance mencakup masalah
morbiditas, mortilitas, masalah gizi, demografi, penyakit-penyakit menular dan tidak
menular, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja pada tingkat individu maupun populasi.
Suveillance epidemiologi secara umum digunakan untuk:
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi suatu masalah kesehatan
2. Penentuan skala prioritas dalam pemecahan masalah kesehatan yang harus diatasi
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program terkait dengan pemberantasan
penyakit menular, program pencegahan kecelakaan, program peningkatan gizi
masyarakat serta program kesehatan lainnya.
5. Untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, kesiapan tanggap darurat serta penanggulangan
bencana atau kondisi emergensi merupakan isu utama didalam penyelidikan kesehatan.
Informasi-informasi yang tersedia serta data-data yang memadai sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan dalam menangani bencana yang terjadi. Menurut WHO, definisi
tentang bencana (disaster) merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena termasuk kejadian luar biasa (KLB).

Jenis-Jenis e-Health
Tujuan utama dari electronic health (e-health)adalah mempermudah akses terhadap
layanan kesehatan, meningkatkan kualitas layanan kesehatan, dan mengurangi biaya untuk
mendapatkan layanan kesehatan. Di Indonesia sendiri, sistem layanan tersebut sudah banyak
diterapkan. Apalagi, layanan kesehatan online yang menyasar konsumen, semakin menjamur
dan diminati. Berikut ini jenis-jenis health berdasarkan tipe pengguna utamanya:
1. e-Health untuk Konsumen
Layanan electronic health yang ditujukan untuk konsumen, yakni masyarakat umum,
disebut dengan informatika konsumen (consumer informatics). Layanan electronic
health umumnya digunakan untuk memberi informasi kesehatan kepada masyarakat umum.
Selain itu, e-health juga memfasilitasi komunikasi antara dokter dengan pasien tanpa perlu
bertatap muka. Saat ini, ada pula aplikasi kesehatan berbasis mobile yang dapat disetel di
perangkat seluler. Salah satu contohnya adalah Klikdokter.com dan situs sejenis. Aplikasi-
aplikasi yang ada saat ini tak hanya menyediakan informasi kesehatan atau konsultasi
dokter online, tapi juga layanan apotek online, pemeriksaan laboratorium, perawatan di
rumah (home care), hingga booking appointment dan ambulans online.
2.  e-Health  untuk Penyedia Layanan Kesehatan

 Layanan e-health untuk penyedia layanan kesehatan disebut dengan informatika


medis dan klinis (medical/clinical informatics). Ini mencakup fasilitas kesehatan, institusi
pendidikan kesehatan/medis, dan para praktisi kesehatan atau dokter. Contoh
pemanfaatannya untuk fasilitas kesehatan, yaitu penerapan rekam medis dan peresepan
elektronik di rumah sakit. Bagi dokter, sistem informasi dan teknologi dimanfaatkan untuk
membantu meningkatkan akurasi diagnosis dan terapi. Salah satunya, dengan
dimungkinkannya konsultasi antar dokter untuk mendapatkan keahlian klinis hingga
interpretasi hasil pemeriksaan seperti rekam jantung atau foto radiologi secara online.
Selanjutnya, saat ini juga semakin berkembang perangkat lunak (clinical decision-making
tools) hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat membantu dokter
mendiagnosis penyakit pasien serta menentukan rencana perawatan yang akan dijalani
pasien.
3. e-Health untuk Para Akademisi dan Peneliti
Pemanfaatan teknologi kesehatan untuk para akademisi dan peneliti disebut dengan
bioinformatika (bioinformatics). Pada jenis ini, sistem teknologi dan informasi dimanfaatkan
untuk manajemen, distribusi, dan pengolahan data kesehatan. Misalnya, yang sedang tren saat
ini, untuk melihat data sebaran penyakit Covid-19 akibat infeksi virus corona di dunia. Hasil
olahan data ini nantinya dipakai sebagai dasar pembuatan rekomendasi atau kebijakan
kesehatan maupun pengobatan.

Tantangan Sistem Informasi dan Intelegensia Kesehatan di Indonesia


Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem
Informasi Kesehatan saat ini masih terfragmentasi serta belum mampu menyediakan data dan
informasi yang  handal sehingga Sistem Informasi Kesehatan masih belum dapat menjadi alat
pengelolaan pembangunan yang efektif.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi
sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang lama
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai
jenjang padahal kapabilitas di rasa memadai
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasrakan data/informasi
5. Belum terdapatnya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem sehingga sering
timbulnys keenggsnsn bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi
pengelola sistem informasi
Pengembangan dan penguatan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
2. Keamanan dan Kerahasiaan Data
3. Standarisasi
4. Integrasi
5. Kemudahan Akses
6. Ketewakilan
7. Etika, integritas dan kualitas

Referensi

Bahan kuliah Kapita Selekta (2006) D3 Rekam Medis dan Informasi


Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Browsing Internet menggunakan situs www.google.com dengan kata kunci
“sistem informasi kesehatan”, “menejemen informasi kesehatan”, “sistem
informasi”, “sistem informasi rumah sakit”, “manajemen informasi”, “data
dan informasi kesehatan”, dll
Beberapa situs yang mendukung, antara lain:
o http://www.dinkes-dki.go.id/sik.htm
o http://www.depkes.go.id
o http://www.dinkesjatim.go.id
o http://www.desentralisasi-kesehatan.net
o http://www.sikonline.net/index.php?option=content&task=view&id=17
o http://www.med.usf.edu/CLASS/his.htm
o http://www.hsc.usf.edu/CLASS/his.htm
o http://www.amia.org/pubs/symposia/D005614

Anda mungkin juga menyukai