elektronik mengenai penghentian obat tersebut dan memberikan saran untuk kembali ke rumah
sakit agar mendapatkan obat pengganti.Semua surat kepada 11 ribuan pasien terkirim sehari
kemudian. Dalam waktu 7 jam dokter yang menggunakan sistem informasi klinikpun tidak akan
menemukan daftar obat tersebut dalam daftar peresepan, karena sudah langsung dikeluarkan dari
database
obat.
c.
Melacak
dan
menyediakan
umpan
balik
secara
cepat
Teknologi database dan pemrograman saat ini memungkinkan pengolahan data pasien dalam
ukuran terra byte secara cepat. Metode datawarehouse dan datamining memungkinkan komputer
mendeteksi pola-pola tertentu dan mencurigakan dari data klinis pasien. Metode tersebut relatif
tidak memerlukan operator untuk melakukan analisis, tetapi komputer sendirilah yang akan
memberikan hasil analisis dan interpretasi tersebut. Oleh karena itu, istilah rekam kesehatan
elektronik menjadi kata kunci. Ketika data rekam medis pasien, obat, protokol klinik, aset rumah
sakit diintegrasikan dalam suatu database elektronik rumah sakit dapat mewujudkan tiga hal
tersebut
di
atas.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi akan membantu dalam pencapaian
patient safety melalui upaya-upaya perbaikan komunikasi, melengkapi program sistem informasi
dengan berbagai kalkulasi, pengembangan sistem pendukung keputusan, respon cepat setelah
adverse event maupun pencegahan adverse event. Disamping itu, upaya pengembangan
arsitektur sistem informasi yang memungkinkan tenaga kesehatan mengakses pengetahuan
kedokteran
terbaru.
Tantangan
Namun demikian, ada tiga kendala utama yaitu finansial, kultural serta ketiadaan standar.
Berbagai contoh di atas memerlukan investasi finansial yang tidak sedikit. Di sisi yang lain,
banyak rumah sakit yang menganggap teknologi informasi hanya sebagai komoditas, bukan
sebagai sumber daya strategis. Yang menguntungkan, tenaga kesehatan kita sebenarnya juga
semakin aware terhadap teknologi informasi. Saya mencatat bahwa dokter baru kita saat ini
semakin familiar dengan teknologi informasi dan komunikasi. Ketika fasilitas hotspot disediakan
di lingkungan kampus, semakin banyak mahasiswa yang memanfaatkannya baik melalui laptop
maupun handheld. Di Kanada, 50% dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA.
Hal ini menunjukkan bahwa difusi teknologi informasi cukup cepat. Faktor kultural yang dapat
menghambat adalah bagaimana mengintegrasikan sistem informasi klinik ke dalam workflow
seorang dokter. Pada tingkat yang lebih tinggi, sampai sekarang Indonesia belum mendadopsi
standar pertukaran data kesehatan secara elektronik (HL 7)maupun standar data untuk berbagai
data
klinis
dan
keperawatan
(SNOMED,
LOINC
dan
NANDA)
Rumah sakit harus seharusnya menerjemahkan patient safety ke dalam rencana strategis
pengembangan sistem informasi rumah sakit. Dimulai dari pembentukan tim sistem informasi
rumah sakit yang akan menerjemahkan bisnis rumah ke dalam rencana strategis sistem informasi
dan teknologi informasi, pengembangan infrastruktur (mulai dari database pasien elektronik,
workstation), hingga ke pelatihan kepada staf medis, keperawatan dan non medis. Selain itu,
keterlibatan dokter merupakan salah satu kunci utama keberhasilan penerapan sistem informasi
klinik. Pada tingkat yang lebih tinggi, rumah sakit perlu bekerjasama dengan dinas kesehatan dan
pihak asuransi maupun organisasi untuk sharing data serta melakukan evaluasi pelayanan medis
melalui
database
rekam
medis.
Kesimpulan
Sebagai penutup, gerakan patient safety seharusnya tidak berhenti sebagai aksi seremonial
semata. Tetapi harus ditindaklanjuti dengan tindakan nyata yang bertujuan untuk menyiapkan
infrastruktur informasi kesehatan nasional (yang dapat diterjemahkan hingga ke level organisasi,
yaitu rumah sakit). Tanggung jawab utama Departemen Kesehatan terletak pada penentuan
standar informasi kesehatan yang akan digunakan oleh pihak pengembang perangkat lunak agar
software yang mereka bikin dapat kompatibel satu sama lain.
Kategori: informatika kedokteran
. Kekurangan pada orientasi atau training,tingkat pengetahuan staf untuk jalankan tugasnya,
transfer pengetahuan di RS pendidikan
Pola SDM / alur kerja
. Para dokter, perawat,, dan staf lain sibuk karena SDM tidak memadai, pengawasan /
Supervisi yang tidak adekuat
Kegagalan-kegagalan teknis
. K e g a g a l a n a l a t / p e r l e n g k a p a n : p o m p a i n f u s , monitor. Komplikasi /
kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak adekuat, peralatandirancang secara
buruk bisa sebabkan pasien cidera. Kegagalan alat tidak teridentifikasisecara tepat
sebagai dasar cideranya pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCAyang
lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak,
terjadi pada suatu KTD
Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
. Pedoman cara pelayanan dapat m e r u p a k a n f a k t o r p e n e n t u t e r j a d i n y a b a n y a k
medical errors. Kegagalan dalam proses l a y a n a n d a p a t d i t e l u s u r i
s e b a b n y a p a d a b u r u k n y a d o k u m e n t a s i , b a h k a n t i d a k a d a pencatatan,
atau SOP klinis yang adekuat
C.
PASIENT SAFETY
Pengertian:Keselamatan pasien (
patient safety
) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumahs a k i t m e m b u a t a s u h a n p a s i e n l e b i h
a m a n . S i s t e m t e r s e b u t m e l i p u t i a s e s m e n r e s i k o , identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dananalisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegahterjadinya cedera
yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atautidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit,
Depkes R.I. 2006)Setiap tahun menetapkan National
Patient Safety Goals
(sejak 2002), Juli 2003:Menerbitkan Pedoman
T h e U n i v e r s a l P r o t o c o l f o r P r e v e n t i n g W r o n g S i t e , W r o n g Procedure,
Wrong Person Surgery , M a r e t 2 0 0 5 m e n d i r i k a n
International Center for Patient Safety (JCAHO ( Joint
Comm. On Accreditation for Healthcare organization USA)WHOHealth Assembly
ke 55 Mei 2002 menetapkan resolusi yang mendorong (
urge
)
Negara
untuk
memberikan
perhatian
kepada
problem
Patient
Safety
meningkatkank e s e l a m a t a n d a n s y s t e m m o n i t o r i n g . O k t o b e r 2 0 0 4
W H O d a n b e r b a g a i l e m b a g a mendirikan
jatuh yang tidak disengaja, jatuh secara fisik yang tidak diantisipasi (misalnya, pingsan,
serangan mendadak, dan lain-lain),
jatuh yang diantisipasi dapat diukur dengan menggunakan
Morse Fall Scale
(karakteristik pasien yang mesti diketahui seperti jatuh, lemah atau gangguan pada
cara berjalan, menggunakan alat bantu berjalan, mengkaji intravena, atau gangguan
status mental).Jatuh dapat dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor
intrinsik (jatuh yang pernah terjadi sebelumnya, menurunnya pandangan, sistem
muskuloskeletal,status mental, penyakit akute. Faktor ekstrinsik (obat-obatan, bathtubs dan
toilet,desain alat-alat
furniture
, tidak adekuatnya perlengkapan).Keamanan fisik (
Biologic safety
) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dariancaman kecelakaan dan cidera (
injury
) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis. Kebutuhan keamanan
fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan
fisik Mencegah terjadinya jatuh pada klien :orientasikan klien pada saat masuk
rumahs a k i t d a n j e l a s k a n s i s t e m k o m u n i k a s i y a n g a d a , h a t i - h a t i s a a t
m e n g k a j i k l i e n d e n g a n keterbatasan gerak, supervisi ketat pada awal klien dirawat
terutama malam hari, anjurkanklien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan,
berikan alas kaki yang tidak licin, berikan pencahayaan yang adekuat, pasang
pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan
mobilitas, jaga lantai kamar mandi agar tidak licin (Potter and Perry, 1997).Penggunaan alat
seperti
restrain
s merupakan salah satu alat untuk immobilisasi pasien. Alat restrain dapat manual
ataupun mekanik, alat ini berguna untuk memberikan b a t a s a n p a d a k l i e n
untuk
bergerak
secara
bebas.
Untuk
menghindari
jatuh
d a p a t dimodifikasi dengan memodofikasi lingkungan yang dapat mengurangi
cidera sepertimemberi keamanan pada tempat tidur, toilet, dan bel. Jeruji (
side rails
) pada sisi tempatt i d u r j u g a d a p a t m e n c e g a h t e r j a d i c i d e r a p a d a k l i e n .
Said rails
dapat meningkatkanmobilisasi klien dan stabilitas di tempat tidur pada saat klien
akan bergerak dari tempat tidur ke kursi (Potter dan Perry, 1997).
Program Keselamatan Pasien Rumah sakit sebagai Langkah Strategis
Keselamatan Pasien Rumah Sakit- KPRS (
Patient Safety
asuhan
pasien
lebih
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, Peloporan
dana n a l i s i s i n s i d e n , K e m a m p u a n b e l a j a r d a r i i n s i d e n d a n
t i n d a k l a n j u t n y a s e r t a implementasi solusi untuk meminimalkan
t i m b u l n y a r i s i k o . S i s t e m i n i m e n c e g a h terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atautidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Tujuan sistem keselamatan pasien RS
1 . Ter c i p t a n ya
budaya
keselamatan
pasien
di
R S 2.Meningkatnya
akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat 3 . M e n u r u n n y a K T D d i
R S 4 . Ter l a k s a n a n ya p r o g r a m- p r o g r a m p e n c e g a h a n s e h i n g g a t i d a k t r j a d i
p e n g u l a n g a n KTD(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I.
2006)
World Alliance for Patient Safety Program: Six areas of action for
2005
1 . T a n t a n g a n G l o b a l K e s e l a m a t a n P a s i e n Focusing over an initial two-year
cycle on the challenge of health-care associatedinfection 2005-2006:
Clean care associated infection: Clean Care is safer Care
2.Pasien untuk Keselamatan Pasien
Involving patient organizations and individuals in Alliance work
.3 . T a x o n o m y u n t u k K e s e l a m a t a n P a s i e n
Ensuring consistency in the concepts, principles, norms and terminology used in patient safety
work
4.Riset untuk Keselamatan Pasien
Promoting existing interventions in patient safety and coordinating international efforts to develop
solutions.
5.Pelaporan dan Pembelajaran
Generating best practice guidelines for existing and new reporting systems.
Programe: six areas of action
(2005)
1.Speak up if you have guestions or concerns: its your right to know2.Pay
attention to the care you are receiving 3.Educate youself about your diagnosis, test
and treatment 4.Ask a trusted family member or friend to be your advocate5.Know
what medications you take and why you take them 6.Use a health care provider that
rigorously evaluates itself against safety standars7.Participate in all decisions about your
care(WHO: World Alliance for Patient safety, Forward Programme
, 2004)
Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes R.I. 2006)
1.Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
:1
.
M
E
M
B
A
N
G
U
N
K
E
S
A
D
A
R
A
N
A
K
A
N
N
I
L
A
I
K
P
,
menciptakan kepemimpinan & budaya yg
terbuka
&
adil.2 . M E M I M P I N
D A N
D U K U N G
S T A F
A N D A ,
m e m b a n g u n komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS
Anda3 . M E N G I N T E G R A S I K A N
AKTIVITAS
P E N G E L O L A A N R I S I K O , mengembangkan sistem & proses
p e n g e l o l a a n r i s i k o , s e r t a m e l a k u k a n identifikasi & asesmen hal yang potensial
bermasalah4.MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, memastikan staf 5 . a g a r
dgn
mudah
dapat
melaporkan
kejadian
/
insiden,
serta
RS
m e n g a t u r pelaporan
kpd
KKP-RS.6 . M E L I B A T K A N
D A N
B E R K O M U N I K A S I
D E N G A N
P A S I E N , Mengembangkan
cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien7 . M E L A K U K A N K E G I A T A N
B E L A J A R & B E R B A G I P E N G A L A M A N TENTANG KP, mendorong staf
anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian
itu timbul8 . M E N C E G A H C E D E R A M E L A L U I I M P L E M E N T A S I
S I S T E M K P , Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan
7. Standar Keselamatan Pasien RS (KARS DepKes)
1 . H a k p a s i e n 2 . M e n d i d i k p a s i e n d a n k e l u a r g a 3.Keselamatan pasien
dan asuhan berkesinambungan 4 . P e n g g u n a a n m e t o d a - m e t o d a p e n i n g k a t a n
k i n e r j a , u n t u k m e l a k u k a n e v a l u a s i d a n meningkatkan keselamatan pasien5.Peran
kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6 . M e n d i d i k s t a f t e n t a n g
k e s e l a m a t a n p a s i e n 7.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut:Standar I. Hak pasienStandar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentangr e n c a n a
dan
hasil
pelayanan
termasuk
kemungkinan
t e r j a d i n y a K e j a d i a n T i d a k Diharapkan.
Kriteria:
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung
j a w a b pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan
wajibmemberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentangr e n c a n a
dan
hasil
pelayanan,
pengobatan
atau
klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan "Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS", setiap RS
harusmelakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:
pelaporan insiden,a k r e d i t a s i , m a n a j e m e n r i s i k o , u t i l i s a s i , m u t u p e l a y a n a n ,
k e u a n g a n , s e t i a p R S h a r u s melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian
Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi, setiap
RS harus menggunakans e m u a d a t a d a n i n f o r m a s i h a s i l a n a l i s i s u n t u k
m e n e n t u k a n p e r u b a h a n s i s t e m y a n g diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien
terjamin.
Standar V. Peran kepemimpina dalam meningkatkan keselamatan pasienStandar:
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasiens e c a r a
terintegrasi dalam organsasi melalui penerapan Tujuh Langkah
M e n u j u Keselamatan Pasien Rumah sakit, pimpinan menjamin berlangsungnya program
proaktif u n t u k i d e n t i f i k a s i r i s i k o k e s e l a m a t a n p a s i e n d a n p r o g r a m
menekan
atau
mengurangikejadian
tidak
diharapkan,
pimpinan
mendorong dan menumbuhkan komunikasi danoordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang k e s e l a m a t a n
pasien, pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat
u n t u k mengukur, mengkaji, dan menigkatkan kinerja rumah sait serta meningkatkan
keselamatan pasien dan pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas konribusinya dalam
meningkatkankinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria:
Ter d a p a t t i m a n t a r d i s i p l i n u n t u k m e n g e l o l a p r o g r a m k e s e l a m a t a n
pasien,t e r s e d i a p r o g r a m p r o a k t i f u n t u k i d e n t i f i k a s i r i s i k o
k e s e l a m a t a n d a n p r o g r a m meminimalkan insiden, yang mencakup jenisjenis kejadian yang memerlukan perhatian, m u l a i d a r i k e j a d i a n n y a r i s
cedera (
Near miss
) s a m p a i d e n g a n K e j a d i a n T i d a k Diharapkan (
Adverse event
), Tersedia mekanisme kerja untuk menjmin bahwa semuakomponen dari rumah
sakit terintregrasi dan berpatisipasi dalam program keselamatan pasien, tersedia
prosedure cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada p a s i e n
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
p e n y a m p a i a n informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
Standar VI: mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelasStandar:
rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan u n t u k
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
p e n d e k a t a n interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing,
setiap rumah sakit harus megintregasikan topik keselamatan pasien dalam
setiapkegiatan in-service training dan memberi pedoman yan jelas tentang pelaporan insiden
dans e t i a p r u m a h s a k i t h a r u s m e n y e l e n g g a r k a n p e l a t i h a n t e n t a n g
kerjasama
k e l o m p o k (teamwork)
guna
mendukung
pendekatan
i n t e r d i s i p l i n d a n k o l a b o r a t i f d a l a m r a n g k a melayani pasien.
Standar VII: Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatanpasienStandar:
Rumah
sakit
merencanakan
dan
mendesain
proses
manajemen
i n f o r m a s i keelamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal,
transmisidata dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
prosesmanajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
h a l - h a l t e r k a i t d e n g a n keselamatan pasien, tesedia mekanisme identifikasi masalah
dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
Indikator
Patient Safety
Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
tingkatkeselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat digunakan
bersamad e n g a n d a t a p a s i e n r a w a t i n a p y a n g s u d a h d i p e r b o l e h k a n
m e n i n g g a l k a n r u m a h s a k i t . Indikator
patient safety
bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama dirawat di
rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakanmedik yang berpotensi
menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan mendasarkan pada IPS ini maka rumah sakit
dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah timbulnya
outcome
klinik yang tidak diharapkan pada pasien. (Dwiprahasto, 2008).
Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkatarea
pelayanan.
1.Indikator tingkat rumah sakit (
hospital level indicator
) digunakan untuk mengukur p o t e n s i k o m p l i k a s i y a n g s e b e n a r n y a d a p a t
d i c e g a h s a a t p a s i e n m e n d a p a t k a n berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator
ini hanya mencakup kasus-kasusyang merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya risiko
pasca tindakan medik.2 . I n d i k a t o r t i n g k a t a r e a m e n c a k u p s e m u a r i s i k o
k o m p l i k a s i a k i b a t t i n d a k a n m e d i k yang didokumentasikan di tingkat pelayanan
setempat (kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder
untuk komplikasi akibattindakan medik.
TARGET 1; SYARAT 1
I d e n t i f i k a s i P a s i e n s e c a r a Te p a t : T u j u a n d a r i s a s a r a n i n i a d a l a h u n t u k
m e n d a p a t k a n identitifikasi yang setepatnya dari individu yang menerima perawatan tersebut.
A:
Menggunakan paling sedikit dua (2) cara untuk menilai pasien ketika memberikan obat,darah
atau produk dari darah; mengambil contoh darah dan spesimen-spesimen lain
untuk p e n g u j i a n
secara
klinis.
Nomor
ruangan
pasien
tidak
diperbolehkan untuk digunakansebagai pengenalan pasien, pengenal
y a n g d i g u n a k a n u n t u k s e m u a , p e m e r i k s a a n prosedur, pengantaran obat,
pengambilansampel dan spesimen, yaitu:a) Nomor catatan medis pasien harus diperiksa b )
Tanggal lahirnya pasien harus diperiksa ini harus dilakukan
s e c a r a l i s a n a t a u mengenai pasien yang tidak sadar, harus ditunjukkan pada gelang nama
pasien.
B:
Semua pasien yang diprosedur/dioperasi, akan diharuskan unutk memiliki 2
Gelang Nama pada salah satu diantara pergelangan tangan atau pergelangan kaki.
TARGET 2; SYARAT 2
Meningkatkan komunikasi yang efektif: Komunikasi yg tidak efektif adalah hal
yang paling sering disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus
Sentinel
. Komunikasi harustepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti
oleh sang penerima.Penelitian juga menunjukan bahwa penundaan dalam menanggapi hasil
yang penting dapatmempengaruhi secara negatif hasil akhir pasien. Menerapkan sebuah
proses/prosedur untuk perintah yang disampaikan melalui telepon ( l i s a n ) , a t a u
penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi
d e n g a n mengulang selengkapnya perintah atau pun hasil uji klinis yang
diterima, yang harusdilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut. RS J harus
mengembangkan dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua perintahmaupun hasil
uji yang diterima harus diverifikasi atau dibacakan ulang kepada pihak yang
memberi perintah atau hasil uji klinis tersebut. Termasuk pula proses
dokumentasidam penanda-tanganan sebagai bentuk konfirmasi atas perintah/hasil uji yang
diterima.
TARGET 3; SYARAT 3
Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang, membutuhkan perhatian:
manajamenobatobatan yang tepat merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan
pasien: Memindahkan semua konsentrat elektrolit (termasuk potasium klorida, potasium
fosfat,sodium korida > 0.9%, dan tidak terbatas hanya itu semua) dari semua ruang
perawatan pasien. Di RS J, potasium banyak disimpan di berbagai area klinik. Penelitian di
seluruh duniatelah menunjukkan bahwa tindakan ini menempatkan pasien dalam bahaya.Dengan
Syarat 6
Berikan tanda pada bagian yang tepat dimana operasi akan dilakukan. Gunakan
tandayang dapat dipahami dengan jelas dan libatkan pasien dalam melakukan hal ini. Ini adalah
konsep baru di RS J. Pemberian tanda diharuskan untuk semua prosedur yangmeliputi:Perbedaan kanan dan kiri
- Struktur Multipel (contoh: jari-jari tangan & kaki)- Tingkat-tingkat (contoh: tulang belakang)
Pemberiaan tanda tidak diperlukan bila ada luka/lesi yang jelas dimana, luka/lesi tersebutmenjadi
bagian yang akan ditindak. P r o s e d u r
dental
dikecualikan dari proses iniwalaupun
dental x-ray
h a r u s d i b e r i penandaan. T a n d a h a r u s j e l a s d a n d i m e n g e r t i o l e h s e m u a .
P r o s e s p e m b e r i a n t a n d a h a r u s t e r j a d i sebelum memindahkan pasien ke lokasi
dimana tindakan operasi akan dilakukan. Proses pemberian tanda adalah tanggung jawab dari
dokter bedah atau asistennya.
TARGET 5; SYARAT 7
Mengurangi Risiko Infeksi: Penelitian telah membuktikan bahwa melakukan petunjuk
cucitangan akan mengurangi transmisi infeksi dari staf ke pasien. Hal ini akan
mengurangiinsiden kesehatan yang berhubungan dengan infeksi. Mengikuti sesuai dengan
petunjuk cuci tangan yang telah dipublikasikan dan diterima secara umum. D i R S J
memiliki komitmen sepenuhnya untuk menyajikan praktek terbaik
d a l a m Pedoman
Infection Control.
Untuk mendukung kegiatan mencuci tangan di wastafel dan penenempatan sabun cuci tangan,
telah dan akan terus ditinjau ulang di seluruhrumah sakit. E d u k a s i d a n
auditing
adalah bagian yang penting dalam menjaga tingkat kesadaran. Pedoman
Infection Control
akan terus ditinjau-ulang dan diperbaharui sesuai kebutuhan,dan pedoman manual akan tersedia
di seluruh area klinik untuk mencapai hasil terbaik.
TARGET 6; SYARAT 8
Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh: Jatuh menjadi salah satu bagian
besar dari penyebab cideranya pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Di RS J akan
menerapkan sistem dan proses yang menghasilkan pengkajian yang akuratdan berulang secara
berkala pada setiap risiko jatuhnya pasien. Hal ini juga berhubungandengan pengkajian ulang
pola pemberian obat untuk pasien, dimana nomor dan tipe obatdapat menjadi penyebab
langsung meningkatnya risiko pasien jatuh. Di RS J juga akan menerapkan tindakantindakan preventif untuk mengurangi dan/ menghilangkan segalarisiko yang telah teridentifikasi.
Mengedukasi pasien, keluarga dan staf menjadi bagian yang penting
dalam upayamenjaga tingkat kesadaran dan mengurangi risiko pasien.
P e d o m a n I P S G s e d a n g berlangsung di RS J. Terimakasih kepada setiap dan semua orang