Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

R
DENGAN DIARE

Oleh
Ode Rizal

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
AMBON
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Defenisi
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Defenisi lain memakai frekuensi yaitu buang air
besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air tersebut dapat/tanpa disertai lender dan
darah.
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas Airlangga dalam
Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari
c. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu
kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya
multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat
mengakibatkan diare kronik dan banyaknya pemeriksaan yang harus dikerjakan
maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih
terarah.
2. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu
gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan
sebutan penyakit diareakan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit
diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat
membawa bencana bias terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno-
virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis);
jamur (Candida albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
di bawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).
Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko terjadinya diare,
yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.
b. Menggunakan botol susu.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
a. Agens virus
1) Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38ºC atau
lebih tinggi), nausea atau vomitus, nyeri abdomen, disertai infeksi saluran
pernapasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya
terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3
tahun.
2) Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air di tempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usia dan
dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-3 hari.
b. Agens bakteri
1) Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi bergantung pada strainnya.
Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB
berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mukus bersifat menyembur.
Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang
matang, pemberian ASI tidak eksklusif.
3) Kelompok Salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk
gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bias mengalami nausea atau vomitus,
nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltik
hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat
disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
binatang seperti kucing, burung, dan lainnya.
c. Keracunan makanan
1) Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau
makanan yang disimpan di lemari es seperti puding, mayones, makanan yang
berlapis krim.
2) Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami
nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang hingga
berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering
adalah daging dan unggas.
3) Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea,
vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang
terkntaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang
dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
3. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah
terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama
dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi
rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak
akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel
gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap
cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus
yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan
dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan
menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa,
terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat
diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi,
nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak
mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan
enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat self-limiting
dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang
rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotic
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan
akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal
ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam,
2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat
menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok hipovolemik dan
berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Nursalam, 2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare
(Hidayat, 2008). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi protein,
yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan yang disebabkan oleh PEM
tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak
adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi
perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat,
berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar. Setelah
mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalamimalabsorpsi. Malabsorpsi
juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi, keadaan malnutrisi
menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus yang berulang
menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan kehilangan protein. Enteropati ini
menyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin yang mengakibatkan
kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Suharyono, 2008).
d. Faktor Psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan terganggu (Hidayat, 2008).
4. Manifestasi Klinis
Anak yang mengalami diare akan mengalami kram pada perut, muntah deman,
mual, diare. Diare yang terjadi karena invasive bakteri akan menyebabkan demam tinggi,
nyeri kepala, kejang-kejang, mencret berdarah dan berlendir. (Wijoyo, 2013).
Ningstiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mula akan cengeng,
gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang. BAB cair, mungkin disertai
lender dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, serta mengalami
gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor
kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir
kering.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.
Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
(Juffrie, 2010).

Klasifikasi Tingkat Dehidrasi anak dengan Diare

Tanda Dehidrasi
Penilaian Dehidrasi Berat
Dehidrasi Ringan/sedang
Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Air mata ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat Kering
Rasa Haus Minum Biasa Haus, ingin Malas minum atau tidak
tidah haus minum banyak bias minum
Periksa
Turgor Kulit Kembali Cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat, criteria bila
Pemeriksaan ringan/sedang, ada 1 tanda
kriteria
Bila ada 1 tanda Ditambah 1 atau lebih tanda
ditambah 1 atau lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana Rencana Rencana Terapi C
Terapi A Terapi B
*Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: Timbang berat badan, ubun-ubun besar, urine,
nadi dan pernapasan atau tekanan darah.

5. WOC

6. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Nursalam (2008), komplikasi yang dapat terjadi dari
diare akut maupun kronis, yaitu:
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik), karena:
1) Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
2) Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak sempurna, sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
3) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
5) Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam nonvolatil,
maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2 menyebabkan
pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasankusmaul) (Suharyono,
2008).
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein
(KKP), karena :
1) Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
2) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi.
Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
c. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga terjadi
penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya
akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh
saja.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam waktu
yang terlalu lama.
3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga
dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila
tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.
e. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L). Hiponatremi sering
terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi
cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal Saline (Juffrie, 2010).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis
2) Ph dan kadar gula dalam tinja
3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
b. Analisa Gas darag apabila didapatkan tanda-tanda ganggian keseimbangan asam-
basah (pernapasan kasmaul)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Pospat

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
1) Jenis cairan
a) Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte
b) Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
2) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
3) Jalan masuk atau cara pemberian
a) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan
glukosa.
b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai seberapa banyak cairan
yang diberikan tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
4) Jadwal pemberian cairan
Diberikan 2 jam pertama, selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi
untuk menghitung kebutuhan cairan.
a) Identifikasi penyebab diare
b) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan
sekresi usus, antiemetic
5) Pengobatan Diuretik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau
tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien
defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit
dapat diberikan larutan gula garamdenan 1 gelas air matang yang agak
dingindilarutkan dalam 1 sendok the gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika
anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melaluui
sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus
dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter).
Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama
pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.
2) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan
sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu memantaunya.
b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau
sudah berubah konsistensinya.
d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir mulut kering.
e) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak
atau secara realimentasi.
Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai berikut:
1) Rencana terapi A
Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan
perawatan di rumah:
a) Beri cairan tambahan
(2) Jelaskan pada ibu, untuk: Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada
setiap kali pemberian, jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan
oralit atau air matang sebagai tambahan. Dan jika anak tidak memperoleh
ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit, cairan
makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang
Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:
(a) Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam
kunjungan ini.
(b) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
(3) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada
ibu berapa banyak oralit atau cairan lain yang harus diberikan setiap
kali anak berak:
(a) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
(b) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali berak.
Katakan kepada ibu:
(a) Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/
cangkir/ gelas.
(b) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan
lebih lambat.
(c) Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
(d) Beri tablet Zinc selama 10 hari
(e) Lanjutkan pemberian makan
(f) Kapan harus kembali untuk konseling bagi ibu.
2) Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Pemberian Oralit
Umur ≤ 4 Bln 4 - ≤ 12 Bln 1 - ≤ 2 Thn 2 - ≤ 5 Thn
Berat ≤ 6 kg 6 - ≤ 10 kg 10 - ≤ 12 kg 12 – ≤ 19 kg
Jumlah 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 - 1400
Sumber: MTBS, 2011
a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
(1) Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman
diatas.
(2) Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, berikan
juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
b) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit
(1) Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas
(2) Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih
lambat.
(3) Lanjutkan ASI selama anak mau.
(4) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
c) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
(1) Umur <6 bulan : 10 mg/hari
(2) Umur ≥6 bulan : 20 mg/hari
d) Setelah 3 jam
(1) Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya.
(2) Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
(3) Mulailah memberi makan anak.
e) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai
(1) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit di rumah
(2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
(3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi
(4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi
3) Rencana terapi C
Penanganan dehidrasi berat dengan cepat, yaiu dengan:
a) Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer
Laktat (atau jika tak tersedia, gunakan cairan Nacl yang dibagi sebagai
berikut:
Pemberian Cairan
Pemberian Pertama Pemberian berikut
Umur
30 ml/kg selama 70 ml/kg selama
Bayi
1 Jam 5 jam
(Dibawah umur 12 Bulan
Anak
30 menit 2 ½ Jam
(12 Bln – 5 Thn)
Sumber : MTBS, 2011 *ulangi lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

b) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat.
c) Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.
d) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
e) Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan.
f) Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk
pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
g) Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalan
menuju klinik.
h) Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk rehidrasi,
mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau
mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg).
i) Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih
lambat.
j) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
pengobatan intravena.
k) Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi. Kemudian
tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan
pengobatan.
4) Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
a) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc
sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan.
b) Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10 hari:
(1) Umur < 6 bulan : ½ tablet
(2) Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
c) Cara pemberian tablet Zinc
(1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh(tablet akan
larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
(2) Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet Zinc,
ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
(3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10 hari
penuh, meskipun diare sudah berhenti, karena Zinc selain memberi
pengobatan juga dapat memberikan perlindungan terhadap diare selama
2-3 bulan ke depan.
(4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet Zinc segera setelah anak bias minum atau makan.
5. Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diberikan sebagai
suplemen makanan yang memberikan pengaruh menguntungkan pada
penderita dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus,
akan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen
saluran cerna.
5) Pemberian Prebiotik Pada Penderita Diare
Probiotik dapat meningkatkan produksi musin mukosa usus sehingga
meningkatkan respons imun alami (innate immunity). Probiotik menghasilkan ion
hidorgen yang akan menurunkan pH usus dengan memproduksi asam laktat
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif diare
akut. Hal ini berdasarkan peranannya dalam menjagakeseimbangan flora
usus normal yang mendasari terjadinya diare. Probiotik aman dan efektif
dalam mencegah dan mengobati diare akut pada anak (Yonata, 2016).
c. Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga
masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan
bertambah jika, pasien juga mengalami muntah-muntah atau diare lama, keadaan
ini menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak
lekas tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi.
Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang
menyebabkan malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian makanan harus
mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak menerimanya. Pada
umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan makanan biasa, dianjurkan makan
bubur tanpa sayuran pada hari masih diare dan minum teh. Hari esoknya jika
defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak
(Ngastiyah, 2014).

BAB II
RESUME ANAK DENGAN DIARE

Nama MAhasiswa : Ode Rizal


NPM :
Ruang :-
Tanggal : 24/10/2020

DATA PERSONAL
a. Nama : An. R
b. Alamat : Desa Hila
c. Telepon :-
d. TTL/usia : Hila, 14 Maret 2016
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Agama : Islam
g. Nama ayah/ibu : Ny. M
h. Pekerjaan ayah/Ibu : Wiraswsata
i. Pendidikan ayah/Ibu : SMA
j. Tanggal masuk RS :-
k. No. RM :-
l. Tanggal pengkajian : 24/10/2020

KELUHAN UTAMA SAAT PENGKAJAIN


BAB 4 kali dalam Sehari

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Ny. M mengatakan sudah dua hari ini anaknya BAB cair sebanyak 4 kali sehari, An. B sering BAB cair
setelah minum susu dimalam hari. Ny. M juga mengeluhkan anaknya tidak nafsu makan dan sering
memuntahkan makanannya, makanan yang dihabiskan hanya 5 sendok makan, minumnya hanya 5
gelas saja dalam sehari, Ny. M juga mengatakan anaknya panas sejak kemarin. Saat dilakukan
pengkajian An. R terlihat kurus dan tampak lemas, BB 13 kg, TB 113 cm.

RIWAYAT PENYAKIT
1. Klien pernah mengalami penyakit :
Ny. M mengatakan An R pernah mengalami panas tinggi hingga kejang saat berusia 11 bulan. Saat
panas biasanya An R diberi Paracetamol, Ny. M mengatakan anaknya tidak memiliki alergi pada
makanan apapun
2. Status imunisasi dasar lengkap/tidak lengkap/belum lengkap
Macam imunisasi yang didapat:
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah
Pemberian
1 BCG 1 bulan Tidak demam
2 DPT (I, II, III) 2,3,4 bulan Tidak demam
3 POLIO (I, II, III, IV) 1,2,3,4 bulan Tidak demam
4 CAMPAK 9 bulan Tidak demam
5 HEPATITIS 1 hari setelah lahir Tidak demam
6 LAINNYA

RIWAYAT KELUARGA
Ny. M mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperi diabetes atau asma.

PERKEMBANGAN ANAK

No. Aspek Kemampuan yang Sesuai usia /


dimiliki Terlambat
1 Motorik Kasar Dapat melompat dengan Sesuai
1 kaki
2 Motorik Halus Dapat menggunting Sesuai
kertas,
3 Berbicara Dapat mengenalkan Sesuai
dirinya sendri
4 Kemandirian Dapat memekai baju Sesuai
sendiri

1. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah :-
b. Frekuensi nadi : 124x/m
c. Frekuensi napas : 24x/m
d. Suhu : 37,8 0C

Pemeriksaan Fisik (Fokus pada sistem yang mengalami masalah sesuai keluhan utama/sesuai gejala)

2. Sistem respiratori
a. Bernafas
1) Sesak : tidak ada
2) Pola napas : reguler
3) Retraksi : tidak ada
4) Pernapasan cuping hidung : tidak ada
5) Posisi yang nyaman :
b. Thoraks
1) Bentuk dada : simetris kiri dan kanan, tidak teraba massa
2) Nyeri tekan : tidak ada
3) Perkusi : sonor
4) Suara napas : vesikuler
5) Lingkar dada : -
c. Sistem sirkulasi
1) Suara jantung : normal (lup dup), tidak ada suara tambahan
2) Capilary Refill Time : < 2 detik
3) Irama jantung : normal
4) Palpitasi : tidak ada
5) Clubbing finger : tidak ada
d. Sistem Neurologik
1) GCS : E4 V5 M6 =15 (Composmentis)
2) Pemeriksaan kepala
3) Bentuk kepala : normal
a) Fontanel :-
b) Lingkar kepala ( < 2 tahun) : -
4) Reaksi pupil : isokor
5) Aktivitas kejang : tidak ada Frekuensi: -
6) Reaksi terhadap nyeri : An R menangis saat merasa sakit pada tubuhnya
e. Sistem gastrointestinal
1) Bising usus : 36 x/m
2) Nyeri : tidak ada
3) Kram : pada abdomen kuadran bawah
4) Mual : ada
5) Muntah : ada
f. Sistem Renal
1) Warna : kuning
2) Bau : pesing
3) Nyeri : tidak ada
4) Edema : tidak ada

g. Genetalia
1) Iritasi : tidak ada
2) Hipospadia : tidak ada
3) Atresia ani : tidak ada
h. Pengkajian Muskuloskeletal
Fungsi motorik kasar
1) Ukuran otot : Normal
2) Kekuatan otot : 5 5
5 5
3) Gerakan abnormal : Tidak ada
Persendian
1) Rentang gerak: normal
2) Kontraktur : tidak ada
3) Nyeri : tidak ada
4) Tonjolan abnormal : tidak ada
Tulang belakang : normal, tidak ada kelainan pada tulang belakang
i. Sistem Integumen
1) Warna : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi pada
kulit, membrane mukosa tampak kering, kulit klien teraba panas.
2) Ptekie : tidak ada
3) Memar : tidak ada
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Ds : Kehilangan cairan Kekurangan Volume
- Ny. M mengatakan sudah dua hari ini anaknya aktif Cairan
BAB cair sebanyak 4 kali sehari, An. B sering
BAB cair setelah minum susu dimalam hari
- Ny. M juga mengeluhkan minum An. R hanya 5
gelas saja dalam sehari

Do :
Nadi : 124 x/m
Suhu : 37,80C
Bising usus : 36 x/m
Membran mukosa tampak kering
Ds: Intake in adekuat ketidakseimbangan
- Ny. M juga mengeluhkan anaknya tidak nafsu nutrisi kurang dari
makan dan sering memuntahkan makanannya, kebutuhan tubuh
makanan yang dihabiskan hanya 5 sendok
makan, minumnya hanya 5 gelas saja dalam
sehari
- Mual : ada
Do:
An. R terlihat kurus dan tampak lemas, BB 13
kg, TB 113 cm.
Muntah : ada
Ds: Respon sistemik Hipertermi
- Ny. M mengatakan semenjak kemarin anaknya
panas
Do:
Suhu : 37,80C
Kulit klien teraba panas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan cairan aktif ditandai dengan Ny. M mengatakan sudah
dua hari ini anaknya BAB cair sebanyak 4 kali sehari, An. B sering BAB cair setelah minum susu
dimalam hari, Ny. M juga mengeluhkan minum An. R hanya 5 gelas saja dalam sehari, nadi
124x/m, bising usus 36x/m, suhu 37,80C x/m, membran tampak mukosa kering
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake in adekuat ditandai dengan Ny.
M juga mengeluhkan anaknya tidak nafsu makan dan sering memuntahkan makanannya,
makanan yang dihabiskan hanya 5 sendok makan,mual:ada, minumnya hanya 5 gelas saja dalam
sehari, An. R terlihat kurus tampak lemas, BB : 13 kg, TB : 113 cm
3. Hipertermi b.d respon sistemik ditandai dengan Ny. M mengatakan semenjak kemarin anaknya
panas, suhu : 37,80C, kulit klien teraba panas.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Intervensi Rasional
Keperawatan
Kekurangan 1. Menjelaskan kepada orangtu mengenai 1. Orangtua mampu memhami
Volume Cairan b.d dampak yang timbul apabila anak dampak yang timbul akibat
Kehilangan cairan kekurangan cairan anak kekurangan cairan
aktif 2. Anjurkan orangtua untuk memberikan minum 2. Agar tidak terjadi dehidrasi
sesuai toleransi 3. Hipotensi, takikardia, demam
3. Observasi TTV dapat menunjukan respon
4. Observasi kulit kering terhadap efek kehilangan
5. Instruksikan untuk menghindari konsumsi cairan
cairan jernih seperti jus buah, minuman soda 4. Menunjukan kehilangan
dan gelatin cairan berlebihan atau
6. Pertahankan catatan intake dan output yang dehidrasi
akurat 5. Cairan tersebut mengandung
7. Hitung balance cairan anak hidrat arang dengan elektrolit
yang rendah dan osmolitas
yang tinggi
6. Memberikan informasi tentang
keseimbanga cairan
7. Untuk mengetahui haluaran
cairan
Ketidakseimbanga 1. Identifikasi adanya alergi terhadap makanan 1. Meminimalkan efek alergi dan
n nutrisi kurang 2. Monitor kecenderungan turun BB meningkatkan asupan
dari kebutuhan 3. Monitor diit dan asupan kalori makanan
tubuh b.d intake in 4. Timbang BB pasien 2. Penurunan BB
adekuat 5. Monitor adanya mual dan muntah mengindikasikan
6. Monitor turgor kulit berkurangnya asupan
7. Instruksikan cara meningkatkan asupan makanan yang diserap tubuh
nutrisi 3. memantau kalori dan diit
untuk mengetahui volume
energy yang dikonsumsi
4. BB membantu dalam
pengontrolan status nutrisi
5. mengetahui pengeluaran
kalori dan cairan tubuh
6. turgor yang tidak elastik
menunjukan tanda dehidrasi
7. memberikan pemahaman
tentang diit yang dibutuhkan
anak

Hipertermi b.d 1. Memantau suhu dan ttv 1. Peningktan suhu dan ttv
respon sistemik 2. Monitor intake output cairan mengindikasikan adanya
3. Dorong konsumsi cairan peningkatan metabolism
4. Monitor kelembapan mukosa mulut tubuh
5. Monitor suhu kulit setiap 2 jam 2. Cairan yang dipantau
6. Tingkatkan intake cairan membantu dalam mengontrol
7. Ajarkan cara kompres rehidrasi
3. Konsumsi cairan yang cukup
baik untuk mengurangi
proses evaporasi yang
terjadi saat demam
4. Mukosa mulut yang kering
mengidentifikasi adanya
tanda dehidrasi
5. Pemantauan suhu baik untuk
mengetahui perkembangan
suhu anak
6. Cairan yang masuk harus
sesuai dengan kebutuhan
anak
7. Kompres pada dahi akan
menurunkan suhu dengan
merangsang hipotalamus.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Tujuan Tindakan Kep
24/9/ Kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Menjelaskan kepada orangtua
2020 Volume keperawatan selama 1x24 mengenai dampak yang timbul
Cairan b.d jam diharapkan pasien apabila anak kekurangan cairan
Kehilangan dapat terpenuhi kebutuhan H: Ny M dapat memehami apa yang
cairan aktif cairan dan elektrolit dengan disampaikan perawat
kriteria hasil: 2. Menganjurkan orangtua untuk
- Mukosa bibir lembab memberikan minum sesuai toleransi
- Turgor kulit elastis H : Ny M memberikan An R minum
- Frekuensi BAB normal sedikit tapi sering
- Ttv dalam batas normal 3. Mengobservasi TTV
Suhu : 36,6-37,5 H : nadi 124, suhu 37,5, rr 24 x/m
Nadi : 80-90 4. Mengobservasi kulit kering
RR : 20-30 H: kulit klien tampak kering
5. Menginstruksikan untuk menghindari
konsumsi cairan jernih seperti jus
buah, minuman soda dan gelatin
H : Ny M tampak paham dan
mengikuti anjuran perawat
24/9/ Ketidakseimba Setelah dilakukan asuhan 1. Mengidentifikasi adanya alergi
2020 ngan nutrisi keperawatan selama 1x24 terhadap makanan
kurang dari jam diharapkan Asupan H: Ny M mengatakan an. R tidak
kebutuhan makanan dan cairan secara alergi pada makanan
tubuh b.d oral adekuat, bb dalam 2. Memonitor kecenderungan turun BB
intake in batas normal H : An. R masih memiliki berat badan
adekua yang sama
3. Memonitor diit dan asupan kalori
H : An. R hanya makan bubur dan
telur yang direbus
4. Menimbang BB pasien
H: BB an. R 13 kg
5. Memonitor adanya mual dan muntah
H : An. R muntah sekali
6. Memonitor turgor kulit
H : Turgor tampak elastik
7. Menginstruksikan cara meningkatkan
asupan nutrisi
H: Ny. M mengerti dengan penjelasan
yang diberikan oleh perawat
24/9/ Hipertermi b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Memantau suhu dan ttv
2020 respon keperawatan selama 1x24 H : Suhu 37,80C, rr = 24x/m, nadi =
sistemik jam diharapkan suhu dalam 24x/m
batas normal, dengan 2. Memonitor intake output cairan
criteria hasil H: intake air 5 gelas, output muntah
S = 36,5-37,50c (+)
N = 80-90x/m 3. Mendorong konsumsi cairan
RR= 20-30x/m H : Perawat menganjurkan pada Ny.M
agar memberikan cairan oralit pada
an. R dan minum air yang banyak
4. Memonitor kelembapan mukosa mulut
H: Mulut An. R tamak kering
5. Memonitor suhu kulit setiap 2 jam
H: suhu An.R 37,80C
6. Meningkatkan intake cairan
H: An. R diberikan minum air
7. Mengajarkan cara kompres
H: Ny. M paham dengan pemberian
kompres pada An. R

EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Evaluasi
Kekurangan Volume S : Ny. M mengatakan anaknya BAB 4 kali dalam sehari
Cairan b.d Kehilangan O : nadi 124, suhu 37,5, rr 24x/m, membran mukosa kering.
cairan aktif A: Masalah belum teratasi
P: intervensi 3 dan 4 dilanjutkan
Ketidakseimbangan S :Ny. M mengatakan An. R, tidak nafsu makan dan sering memuntahkan
nutrisi kurang dari makanannya
kebutuhan tubuh b.d O: An.R Tampak lemas
intake in adekua A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 2,3,4,5, dan 6 dilanjutkan
Hipertermi b.d respon S : Ny. M mengatakan An.R sejak kemarin anaknya panas
sistemik O : suhu 37,80C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Diakses
tanggal 7 Januari 2017 dari
http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf
Arini, Estanti, N. 2012. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan Pada
An.F Dengan Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Studi
Kasus Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Diakses tanggal 6 Juni 2017 dari
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-estantinur-2271-estanti-4.pdf

Astuti, Wiwin,p.;Heriyatun.;Yudha,Hendri,T.;2011.HubunganPengetahuanIbu Tentang Sanitasi


Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
Volume 7, No. 3. Diakses tanggal 6 Juni 2017 dari
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/27/jtstikesmuhgo-gdlwiwinpujia-1337-2
hal.151-8.pdf

Herdman, T, Heather. NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan: Defenisi &


Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai