DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK : VI
SEMESTER : VII
PRODI : KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Askep Dengan Pendekatan Masalah Psikososial Pasien Depresi.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para pembaca dapat memahami
dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat diaplikasikan untuk
mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di masa
mendatang.
Kelompok 5
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BEAKANG
Lanjut usia adalah sebuah proses yang alami yang tidak bisa dihindari oleh manusia.
Lanjut usia ditandai dengan perubahan pada fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-
gelaja kemunduran fisik seperti merasa cepat capek, stamina menurun, badan menjadi
membongkok, kulit keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi pancaindra menurun,
dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).
Menurut WHO dalam Health in South East-Asia, proporsi penduduk lansia dalam
populasi mengalami perkembangan yang sangat cepat terlebih pada negara di kawasan Asia
Tenggara. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan
hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan
pelayanan kesehatan secara umum. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali
dinilai dari umur harapan hidup penduduknya (Kosasih, 2005).
Berdasarkan hasil survey dari Badan Pusat Statistik [BPS] (2013) peningkatan usia
harapan hidup dapat dilihat dari semakin meningkatnya populasi lansia dari tahun ke tahun.
Data pada tahun 2010 jumlah lansia sekitar 7,56% dari jumlah penduduk Indonesia dan pada
tahun 2015 meningkat menjadi 8,49%. Populasi lansia diprediksi akan terus meningkat di
tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan survey tersebut telah diproyeksi populasi lansia pada
tahun 2020 sebesar 9,99%, pada tahun 2025 meningkat menjadi 11,83% dan terus meningkat
hingga 13,82% pada tahun 2030.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa penduduk lansia semakin bertambah dari
tahun demi tahun. Pertambahan tersebut memungkinkan memunculkan berbagai
permasalahan bagi para lansia seperti mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan hidup,
kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan dan kesepian (Berlian &
Heppy, 2014).
Hal ini akan berdampak pada semakin meningkatnya masalah yang akan dihadapi baik
secara biologis, psikologis dan sosiokultural. Organisasi Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah
terserang kemunduran fisik dan mental. Salah satu gangguan mental yang sering dialami
lansia adalah depresi (Nugroho, 2008).
Depresi merupakan salah satu gangguan suasana perasaan (mood) yang mengarah kepada
perasaan kesedihan patologis. Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering terjadi
pada pasien berusia di atas 60 tahun atau lansia. (Amir, 2005).
Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mencatat bahwa depresi
adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia
di muka bumi menderita depresi. Sejauh ini, prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar
8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan
prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria
14,1: 8,6.(Dharmono, 2008).
B. TUJUAN
Memberikan gambaran asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap lansia dengan
masalah depresi
C. MANFAAT
1. Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya displin ilmu
keperawatan mengenai asuhan keperawatan komprehensif pada lansia dengan masalah
depresi
2. Sebagai pengembangan kemampuan mahasiswa dalam hal perawatan komprehensif dan
menambah pengalaman mahasiswa dalam merawat lansia dengan masalah depresi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR TEORI
1. Konsep Teori Lansia
Psikogeriatri atau psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis atau psikiatrik pada
lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatrik,
analaog dengan psikiatrik anak. Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia
memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam manisfestasi
klinis, pathogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara pathogenesis dewasa muda
dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara
lain sering adanya penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat
(polifarmasi) dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif.
Sehubungan dengan meningkatnya populasi usia lanjut, perlu mulai
dipertimbangkan adanya pelayanan psikogeriatrik di rumah sakit yang cukup besar.
Bangsal akut, kronis dan day hospital, merupakan tiga layanan yang mungkin harus
sudah mulai difikirkan.
a. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:
1) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
b. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan
masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahapan ini berbeda baik secara biologis maupun
secara psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik
maupun secara psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut putih, penurunan pendengaran, penglihatan menurun, gerakan lambat, kelainan
berbagai kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia.
2. Etiologi
Etiologi diajukan para ahli mengenai depresi pada usia lanjut (Damping,
2003) adalah:
a. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain :
analgetik, obat anti inflamsi nonsteroid, anti hipertensi, anti psikotik, anti kankerdan
lain-lain.
b. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan
endokrin, neoplasma, gangguan neurologis dan lain-lain.
c. Teori neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada beberapa
penelitian juga dotemukan adanya perubahan neuro transmiter pada depresi lansi, seperti
menurunya konsentras serotonin dan lain-lain.
d. Teori psikodinamik
Proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilanhya objek cinta diintrojeksikan
kedalam individu tersebutsehingga menyatu atau merupakan bagian adari individu itu.
Kemarahan terhadap objek yang hilang tersebut ditujukkan kepada diri sendiri.
e. Teori kognitif dan perilaku
Konsep seligmen tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan
anatra kehilangan yang tidak dapat di hindari akibat proses penuaan seperti keadaan
tubuh, fungsi seksual dan sebagainya dengan sensasi passive helphelness pada pasien
lanjut usia.
f. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orag tua usia lanjut misalnya
ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarganya, tiadanya sanak saudara
ataupun perubahan fisikyang diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu
terjadinya depresi pada lanjut usia
g. Dukungan sosial
Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan-kegiatan religius yang kurang dihubungkan
dengan terjadinya depresi pada lansia.
3. Gambaran Klinik
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi pada lanjut usia yaitu:
a. Kecemasan dan kekhawatiran
b. Keputusasan dan keadaan tidak berdaya
c. Masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan
d. Iritabilitas
e. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
f. Psikosis.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
1) Suasana Hati
a) Sedih
b) Kecewa
c) Murung
d) Putus Asa
e) Rasa cemas dan tegang
f) Menangis
g) Perubahan suasana hati
h) Mudah tersinggung
2) Fisik
a) Merasa kondisi menurun, lelah
b) Pegal-pegal
c) Sakit
d) Kehilangan nafsu makan
e) Kehilangan berat badan
f) Gangguan tidur
g) Tidak bisa bersantai
h) Berdebar-debar dan berkeringat
i) Agitasi
j) Konstipasi.
5. Dampak Depresi Pada Lansia
Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit
lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena bila tidak diobati dapat
memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.
Pada depresi dapat dijumpai hal-hal sepertidibawah ini (Mudjaddid, 2003):
a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk
penyakit kardiovaskuler (misalnya : peningkatan hormon)
c. Metabolisme serotonin yang terganggu padadepresi akan menimbulkan efek tro
mbogenesis
d. Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons imunitas
termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit
e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural killer.
f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program pengobatan
maupun rehabilitas.
1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik
yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric
depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau
yang sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga yang
lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas
(catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuhan
tentang dirinya sendiri.
Soal kasus :
Tn. A berumur 65 tahun. Dia tinggal bersama anaknya dalam satu rumah. Istrinya telah
meninggal dunia sekitar 2 tahun yang lalu. Saat pengkajian didapatkan data Tn. A mengatakan
bahwa ia merasa dirinya tidak berguna, tidak berarti tidak mempunyai tujuan hidup dan putus asa
serta cenderung melukai dirinya, muda tersinggung, kehilangan minat dan kegembiraan, sukar
tidur, aktifitasnya mulai berkurang serta mudah lelah dan ia merasa tidak diperhatikan dan tidak
mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Data DO yang didapatkan TD : 100/60 mmHg, N :
78x/menit, P : 21x/menit, Suhu : 36,5o C, klien terlihat tampak murung, lemah, malas, cemas,
gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang
merosot serta gaya jalan yang lambat
1. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko bunuh diri berhubungan dengan depresi
b. Koping tidak efektif berhubugan dengan disfungsi sitem keluarga
c. Gangguan pola tidur berhubungan denga kecemasan
No Intervensi Rasional
1 Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide Menggali ide dalam pikiran klien
bunuh diri tentang bunuh diri
2 Menggali ide dalam pikiran klien tentang Menggali ide dalam pikiran klien
bunuh diri tentang bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan yang Menggali perasaan pasien tentang
menjadi penyebab timbulnya ide bunuh diri penyebab bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien dalam membentuk
penyelesaian masalah yang konstruktif koping adaptif
5 Bantu pasien untuk memilih cara yang Meringankan masalah pasien
paling tepat untuk menyelesaikan masalah
secara konstruktif
6 Beri pujian terhadap pilihan yang telah Pujian dapat menyenangkan perasaan
dibuat pasien dengan tepat. pasien
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi pada klien
mengatasi keputusannya
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya diri
individu
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuh semangat hidup lansia
harapan (misalnya : hubungan antar Klien dapat menggunakan dukungan
sesama, keyakinan, hal-hal untuk sosial
diselesaikan)
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Lansia tidak merasa sendiri
eksternal individu (orang-orang terdekat,
tim pelayanan kesehata, kelompok
pendukung, agama yang dianut)
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai Meningkatkan nilai spiritual lansia
keyakinan masa lalu, aktivitas keagamaan,
kepercayaan agama)
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi Untuk menangani klien secara cepat
dan tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat menggunakan obat
frekuensi, efek dan efek samping minum dengan benar dan tepat
obat)
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, fungsi obat secra efektif
waktu)
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah pengetahuan lansia tentang
samping yang di rasakan efek-efek obat
No Intervensi Rasional
1 Observasi tanda-tanda vital klien Untuk mengetahui keadaan umum
pasien
2 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa saja penyebab
pola tidur gangguan pola tidur pada pasien
3 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien untuk
kebutuhan tidur (Minum air hangat atau memperoleh kebutuhan tidur yang
susu hangat sebelum tidur, hindarkan baik
minum yang mengandung kafein dan coca
cola, dengarkan musik yang lembut
sebelum
tidur)
4 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai dapat
sesuai dengan kebutuhannya mempermudah pasien
5 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat kualitas tidur yang
meningkatkan tidur. baik
DAFTAR PUSTAKA
Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA
Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi Media
Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC